MAKALAH SOSIOLOGI

27
BAB I KEADAAN SOSIOLOGI Meskipun Ibn Kholdun telah memperkenalkan sains tentang masyarakat (‘ilm al ‘umran) sejak sekitar tahun 1377,namun dewasa ini umumnya orang menisbatkan akar-akar sosiologi modern kepada tulisan-tulisan seorang filosof prancis,\Auguste Comte (1798- 1857),yang lahir hamper 450 tahun setelah Ibn Khaldun. Sosiologi kontemporer merupakan salah satu sjmbangan mutakhir yang diberikan oleh peradaban barat kepada intelek manusia. Di satu sisi,mereka memusatkan perhatian kepadahubungan antar pribadi dalam siutasi kelompok kecil.Di sisi lain,mereka mempelajari proses-proses lebih luas yang dihasilkan mereka dalam masyrakat-masyarakat manusia. Persepsi kalangan awam terhadap para sosiologi pun beragam.Sebagian memandang para sosiologi sebagai para filosof social,ataw sebagian orang-orang yang menciptakan teori-teori besar yang bersifat menara daging, yang dipetik dari serjarah.Sedangkan orang-orang yang cenderung memisahkan urusan kemasyaraktan dari urusan politik dan ekonomi, memandang para sosiolog sssebagai para ahli dalam urusa keluarga. Kecendrungan-kecendrungan Dominan Menurut bagi para sosiolog modern, Comte nyaris bukan merupakan suatu sumber yang memberikan banyak inspirasi, tapi penekenennye pada metodologi positif dalam mempelajari fenomena

Transcript of MAKALAH SOSIOLOGI

Page 1: MAKALAH SOSIOLOGI

BAB I

KEADAAN SOSIOLOGI

Meskipun Ibn Kholdun telah memperkenalkan sains tentang masyarakat (‘ilm al ‘umran)

sejak sekitar tahun 1377,namun dewasa ini umumnya orang menisbatkan akar-akar sosiologi

modern kepada tulisan-tulisan seorang filosof prancis,\Auguste Comte (1798-1857),yang lahir

hamper 450 tahun setelah Ibn Khaldun. Sosiologi kontemporer merupakan salah satu sjmbangan

mutakhir yang diberikan oleh peradaban barat kepada intelek manusia.

Di satu sisi,mereka memusatkan perhatian kepadahubungan antar pribadi dalam siutasi

kelompok kecil.Di sisi lain,mereka mempelajari proses-proses lebih luas yang dihasilkan mereka

dalam masyrakat-masyarakat manusia.

Persepsi kalangan awam terhadap para sosiologi pun beragam.Sebagian memandang para

sosiologi sebagai para filosof social,ataw sebagian orang-orang yang menciptakan teori-teori

besar yang bersifat menara daging, yang dipetik dari serjarah.Sedangkan orang-orang yang

cenderung memisahkan urusan kemasyaraktan dari urusan politik dan ekonomi, memandang

para sosiolog sssebagai para ahli dalam urusa keluarga.

Kecendrungan-kecendrungan Dominan

Menurut bagi para sosiolog modern, Comte nyaris bukan merupakan suatu sumber yang

memberikan banyak inspirasi, tapi penekenennye pada metodologi positif dalam mempelajari

fenomena manusia –yang berbeda dengan fulsafat-filsafat politik dan social spekulatif di masa

sebelumnya masih menjadi suatu kepercayaan fundamental dalam keyalinan sosiologi

modern.karerna sosiologi adalah suatu ilmu, maka para sosiolog diharapkan mendaaasarkan

pandangan mereka pada,serta mendiskusikan teori-teori dan hipotesis-hipotesis mereka dari

temuan-temuan empiris saja.

Yang pertama adalah pendekatan srtuktural-fungsional.Pendekatan ini, yang menjadi terkenal

pada akhir tahun 1930-an, mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat.

Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar: |Pertama,masyarakat terbentuk atas

substruktur-substruktur yang dalam fungsi-fungsi mereka masing-masing,saling

bergantung,sehingga perubahan yang terjadi dalam struktur atau substruktur,dengan sendirinya

akan tercermin pada perubhan-perubahan yang terjadi dalam substruktur-substruktur lainnya

Page 2: MAKALAH SOSIOLOGI

pula.Kedua,setiap substruktur yang telah mantap berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas

atau substruktur lainnya dalam suatu sistem social.

Beberapa pertimbangan metidologis canggih pendekatan ini belum disadari oleh sebagian

besar penganutnya. Yang kedua adalah pendekatan Marxian atau pendekatan konflik. Dewasa

ini, pendekatan ini merupakan pendekatan alternative paling menonjol terhadap pendekatan

structural-fungsional dalam sosiologi makro. Karl marx (1818-1883) adalah tokohyang sangat

terkenal sebagai pencetusgerakan sosialis internasional.

Sosiologi marx didasarkan atas dua asumsi pokok: |Pertama,ia memandang kegiatan ekonomi

sebagaifaktor penentu utama semua kegiatan kemasyarakata. |Kedua, ia melihat masyasarakat

manusia terutama dari sudut konflik di sepanjang sejarah. Bertolak dari memandang sejarah

manusia dengan cara seperti ini, marx mengajukan hasil sosialismenya, yakni suatu solusi final

agar seluruh sumberdaya dapat dimiliki oleh semua orang.

Di satu pihak,masyarakat manusia dipandang sebagai penuh dengan konflik dan

perselisihan,bukannya consensus dan kerjasama.sedangkannpengeksploitasian dan konflik

dipandang sebagai proses-proses dasar masyarakat manusia.karena itu, model

masyarakatmanusia menurut marx dikenal sebagai model konflik. Di sisi lain,para penganut

model ini nampaknya tak menyembunyikankeyakinan mereka bahwa sosialisme merupakan

satu-satunya obat untuk menghilangkan pengeksploitasain dan konflikabadi dalam masyarakat

ini.

Untuk melihat adanya pengeksploitasian ekonomis di dalam dan di antara masyarakat-

masyarakat, kita tidaklah harus menjadi pengikut Marx Dengan demikian, tekanan ideologis

teori-teori mereka di satu pihak mencerminkan hasrat untuk mengetahui cara memorak-

porandakan masyarakat,dan di pihak lain untuk mengetahui cara mencegah jangan sampai

masyarakat menjadi porak-poranda.

Agaknya sosiologi tidak akan lengkap,kalau tidak ada pendekatan yang melihat dari dekat

interaksi manusia yang merupakan landasan masyarakat manusia. Interaksionisme-simbolis atau

teori diri (self teory) merupakan sebuah perspektif mikro dalam sosiologi,yang barangkali sangat

spekulatif pada tahapananalisis sekarang ini. Sebagaimana dikesankan oleh namanya,

interaksionisme simbolis atau teori diri bertolak dari interaksi social pada tingkat paling

minimal.hanya tindakan-tindakan repfleks atau tindakan kebiasaan saja yang dianggap tak

terkrna kaidah ini.

Page 3: MAKALAH SOSIOLOGI

Akar-akar pendekatan interaksionis tertancap didalam rasionalismenya John Locke dan

epistemology idelisnya Kant. Pendekatan interaksionis ini digambarkan sebagai

nonilmiah(bukannya tak ilmiah),karena ia mengasumsikan tak terduganya tindakan manusia

seraya mencoba mengemukakan suatu pemahaman tentangnya dari perspektif si pelaku.

Page 4: MAKALAH SOSIOLOGI

BAB II

SOSIOLOGI ADALAH APA YANG DILAKUKAN OLEH

PARA SOSIOLOG

Sosiologi kontemporer tidak terbatas pada tiga pendekatan yang dibicarakan dalam bab

terdahulu. Ada cara-cara lain dalam memahami sifat masyarakat,diantaranya adalah teori

pertukaran,etnometedologi,fenomenologi, dan teori kritis.Dapat dakatakan sedikit banyak teori-

toeri ini merupakan sebab atau akibat terus merosotnya,kendati secara perlahan-

lahan,pendekatan structural-fungsional selama dua puluh tahun belakangan ini.

Sosiologi modern masih harus mengatasi dua dilemma utama.yang pertama meperlemah

klaimnya sebagai sains sebagai sains yang dapat diterapkan secara universal.yang kedua

memperlemah kemampuannya untuk melayani umat manusia.

Benarkah universal?

Sebagaimana dikemukakan oleh Marx: ”sosiologi telah dikembanghkan di sebuah sudut kecil

dunia dan,dengan demikian,mat terbatas sebagai suatu skema universal.ini merupakan salah satu

dilemma paling serius dalam sosiologi modern yang akan menimbulkan kesulitan bagi para

sosiolog yang melecehkannya. Tak sedikit contoh tentangkelemahan dalam sosiologi

ini.misalnya teori tentang kejahatan dari pelanggaran serta penyimpangan pada umumnyatidak

menerangkan masalah kejahatan dan penyimpangan di Uni Soviet, Pakistan, Mesir,

Indonesia,dan di masyarakat-masyarakat serupa lainnya.

Memang telah ada upaya-upaya untuk meredakan perbedaan-perbedaan sosiologi antara satu

Negara barat dengan Negara barat lainnya.perbedaan-perbedaan ini bias dihilangkan dengan

interaksi yang lebih akrab antara para sosiolog eropa dan amerika, tetapi kita akan kerap

merasakan adanya kenyataan yang janggal bahwa pendekatan-pendekatan sosiologi barat

didasarkan pada asumsi-asumsi dan penelitian-penelitian asing bagi realitas social di masyarakat

–masyarakat non barat.

Bila kita beralih ke masyarakat muslim,maka akan kita lihat bahwa studi sistematis mengenai

islam ,merupakan suatu bidang yang benar-benar diperdulikan dalam sosiologi. Para sosiolog

barat pada umumnya bukan hanya mengabaikan islam sebagai sebuah unit analisis,melainkan

juga pendekatan mereka tidak konsisten kalaupun mereka sesekali mengkaji islam. Namun

Page 5: MAKALAH SOSIOLOGI

kelemahan-kelemahan kainnya, yang bias dilihat dari pandangan islam merupakan cacat paling

mencolok dalam sosiologi modern,adalah sikapnya terhadap agama secara umum.

Sementara para teoritisi konflik memandang agama sebagai sesuatu yang niscaya akan buruk

atau,seperti ditandaskan oleh karl Marx, sebagai candu bagi massa,maka sebaliknya,

sebagaimana aliran structural-fungsional,teori konflik menganggap agama sebagai satu pranata

masyarakat. Namun karena kebanyakan penganut interaksionis adalah orang amerika,maka

studi-studi mereka terhadap agama sedemikian mirip dengan bagaimana agama dipandang di

amerika yakni sebagai salah satu da banyak pola interaksi dalam masyarakat.

Yang dibutuhkan adalah sustu strategi masyarakat (tentang agama dan masyarakat)yang lebih

bersifat mempersoalkan ketimbang mengikuti asumsi-asumsi yang kini dipegang kuat tentang

agama dan masyarakat ini.

Sosiologi intuk apa?

Dalam sebagian besar ilmu,terdapat ilmu-ilmi social.kontroversi antara yang murni dan yang

terapan dewasa ini kurang akademis,tetapi sosiologi merupakan suatu ilmu yang tetap

menghidupkan perdebatan ini sampai sekarang Yang mengerjakan tugas-tugas lain di samping

mengejar dan meneliti.jadi sosiolog bukan Cuma berperan sebagai analis social,melainkan juga

sebagai perencana dan pemecah masalah.

Tetapi dalam hal ini kita sebaiknya lebih berhati-hati.karena soal penerapan sosiologi niscaya

menimbulkan masalah nilai-nilai,maka para sosiologi barat yang melibatkan masalah harus

menjawab pertanyaan: nilai-nilai yang mana?.tentu saja,kita tidak berharap mereka menjadikan

islam sebagai pedoman.

Page 6: MAKALAH SOSIOLOGI

BAB III

SUMBANGAN KAUM MUSLIM BAGI SOSIOLOGI

Sumbangan Klasik

Jika kita tinjau lebih dalam, banyak cendikiawan-cendikiawan Islam yang hidup di masa

lampau turut memerikan ‘sumbangan’ terhadap ilmu sosiologi. Sebut saja Ibn Khaldun. Ibn

Khaldun agaknya tepat jika disebut sebagai bapak ilmu sosial. Berbeda dengan para

pendahulunya, ia mengemukakan suatu kerangka teoritis yang, di satu sisi, dimaksudkan untuk

menjernihkan sejarah, dan di sisi lain, kerangka ini memberikan suatu pola deduktif bagi

kebiasaan ‘mengumpulkan data’ para ahli etnografi pada masa itu.

Teori yang digagas oleh Ibn Khaldun, menurut Gumplowicz, merupakan teori pertama

mengenai konflik dan perubahan sosial yang diupayakan secara universal. Dalam teorinya, Ibn

Khaldun menjabarkan teori mengenai sifat manusia dan sifat masyarakat manusia. Menurutnya,

manusia itu lemah, pada mulanya bebal, dan pada dasarnya egois. Tapi, di sisi lain, Allah

memberi manusia kekuatan untuk melakukan penalaran dan pemikiran yang abstrak. Bertolak

dari premis ini, Ibn Khaldun melihat masyarakat sebagai suatu alat manusia yang sengaja

diciptakan guna mengimbangi kelemahan manusia dan memperbesar peluang-peluangnya untuk

mempertahankan hidupnya.

Hal tersebut, menurutnya, menggambarkan suatu paradoks. Di satu pihak, manusia didorong

oleh egoismenya untuk berbuat sesuatu dengan caranya sendiri dan sesuka hatinya. Di sisi lain,

peluang-peluangnya untuk mempertahankan hidupnya hanya sedikit sekali jika ia hanya

mementingkan egoismenya sendiri dan tidak mau bekerja sama dengan sesamanya. Lantaran

situasi yang paradoks ini, masyarakat manusia senantiasa mengidap kemungkinan terjadinya

konflik di dalam dan di luar dirinya.

Selain Ibn Khaldun, Bukhari, Tirmidzi, dan Abu Muslim, juga memberikan sumbangannya

terhadap ilmu sosiologi. Metode mereka dikenal dengan nama tadwin. Tadwin merupakan

metode yang digunakan untuk menilai keshahihan peristiwa-peristiwa sejarah yang melibatkan

nabi Muhammad saw. Para pengumpul hadits ini menggunakan metode yang dapat kita sebut

pula dengan metode reputasi, yang dipakai untuk menilai karakter orang-orang yang

menceritakan dan menyebarluaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan nabi pada masa itu.

Page 7: MAKALAH SOSIOLOGI

Monumental lainnya yang mengandung nilai sosiologis yang besar muncul pada masa

pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Pada masa itu terdapat suatu monumental

yang disebut dengan sosiologi hukum. Di masa itu, para ulama-ulama mampu menetapkan

aturan-aturan yurisprudensi (hukum) Islam dan mengajukan suatu kumpulan hukum yang dapat

diterapkan pada situasi riil dan juga yang diduga akan timbul pada zaman mereka.

Para Sosiolog Muslim Kontemporer

Selama hampir setengah abad belakangan ini, sejumlah mahasiswa Muslim mendapat

pendidikan sosilogis di Barat, atau dididik oleh orang-orang yang memperoleh pendidikan dalam

tradisi sosiologi Barat. Hal ini kemudian, sedikit-banyak, mempengaruhi pola pikir mereka

menjadi pola pikir Barat, dan jauh dari karakter Islam.Perhatian utama mereka kadangkala hanya

berkisar pada penerapan secara membuta.

Berbeda halnya dengan perkembangan sosiologi di negara Islam. Jika diperhatikan, sosiologi

di dunia Muslim menunjukkan bahwa tema-tema yang sering digarap adalah pembangunan

komunitas dan bangsa, sensus dan kependudukan, keluarga berencana, dan dalam beberapa kasus

pengendalian terhadap tingkat kejahatan. Jadi tidak seperti rekan-rekan mereka di Barat, para

sosiolog Muslim tampaknya tidak mengalami krisis identitas sehubungan dengan peranan

sosiologi dalam masyarakat.

Tapi, tentu saja tidak semua mahasiswa Muslim yang belajar di Barat lalu menjadi Barat.

Karena, ada sebagian dari mereka yang mempelajari Islam tatkala belajar di universitas-

universitas Barat. Kalau kaum Khawarij berjuang dengan menghunus senjata melawan

pemerintahan dinasti selama berabad-abad, di zaman modern ini para mahasiswa Muslim

berjuang dengan menggunakan intelektualitasnya.

Semasa menjadi mahasiswa di universitas-universitas Barat, para intelektual Muslim ini sudah

memberontak terhadap klaim-klaim intelektual Barat dan sistem-sistem ekonomi dan politik

yang usang dan rusak yang dibawa masuk ke hampir semua negeri Muslim, sehingga banyak

dari mereka yang menulis sejumlah literatur tentang ekonomi, politik, dan sejarah.

Salah satu tokoh yang produktif dalam membuat literatur adalah Basyarat ‘Ali. Dia menolak

watak sekular dan aneka ragam dari sosiologi Barat umumnya, dan sosiologi Amerika

khususnya. ‘Ali menganggap kebudayaan ideal terkandung dalam Islam. Tanpa Islam,

Page 8: MAKALAH SOSIOLOGI

menurutnya, masyarakat akan membenarkan bahkan mendorong konflik manusia, bukannya

meredamnya.

Seperti halnya Basyarat ‘Ali, ‘Ali Syariati (pemuda Iran berpendidikan Prancis) mungkin

memiliki ambisius yang sama besarnya. Syari’ati bukanlah seorang teoritikus besar seperti ‘Ali

ataupun seorang peneliti lapangan. Dia sesungguhnya adalah sebuah unsur dan sebuah faktor

dalam semangat revolusioner.

Syari’ati melihat dengan sangat jelas dua aspek sosilogi, yaitu aspek murni dan aspek terapan,

sebagai sebuah disiplin ilmiah. Tugas dari sosilogi murni ialah “mengenal dan mengartikan

Islam sebagai sebuah mazhab pemikiran.”. Sedangkan tugas dari sosiologi terapan ialah

menjawab pertanyaan dari “Apa faktor pokok yang menyebabkan suatu masyarakat tiba-tiba

berubah dan berkembang, atau mendadak rusak dan runtuh?”.

Page 9: MAKALAH SOSIOLOGI

BAB IV

TEORITIS

Berikut ini ialah penjabaran dari asumsi-asumsi pokok sosiologi Islam murni atau teoritis.

ASUMSI 1, Sifat Alam: Asumsi ini menjelaskan bahwa Allah merupakan pencipta seluruh

alam semesta termasuk manusia, dan Dia memiliki kekuasaan atas segala yang ada di

dalamnya. Oleh karena itu, asumsi ini menolak nilai sekular dalam sosiologi Barat

kontemporer. Asumsi ini menolak pernyataan-pernyataan yang menggantikan peran Allah

dengan apa yang mereka namakan dengan “alam”, seperti “menurut ketentuan-ketentuan

alam…”, “alam mengharuskan supaya…”, dan pernyataan serupa lainnya yang

menyingkapkan nilai-nilai atheistis maupun agnostisisme. Hal ini dikarenakan “alam” itu

sendiri ialah ciptaan Allah.

ASUMSI 2, Sifat Manusia: Sifat manusia dapat diringkaskan menjadi empat karakteristik

yang digambarkan dalam, dan bisa dijabarkan langsung dari, Al-Qur’an.

Pertama, manusia terbuat dari unsur-unsur yang berlawanan. Dalam wujudnya, Allah

mencampurkan keburukan dan kebaikan. Ada beberapa perujukan ke sumber penciptaan

manusia, yaitu: lempung keras (shalshal kal-fakhkhar), lumpur hitam atau tanah busuk

(hamain masnun), tanah biasa (thin), dan debu (turab), yang tercantum dalam Q.S 55:14,

15:26, 6:2, 23:12, 17:61, 22:5. Sesudah itu, Allah membentuk tubuhnya, Dia menghembuskan

dari Ruh-Nya ke dalamnya, lalu jadilah manusia utuh. Lumpur atau tanah busuk dianggap

sebagai sumber dari segala sesuatu yang mendorong manusia menuju ke hal-hal yang duniawi

dan temporal, dan Ruh Illahi dianggap sebagai sumber segala yang mendorong ke arah

kebaikan.

Kedua, manusia memiliki kehendak bebas di dalm dirinya, yakni kemampuan untuk membuat

keputusan-keputusan. Dalam pengertian luasnya, asumsi ini berarti bahwa eksistensi manusia

dapat digambarkan sebagai suatu proses terus-menerus di antara dilema-dilema tanpa akhir.

Ketiga, manusia telah diberikan kemampuan untuk belajar dan memperoleh pengetahuan.

Pada Q.S 2:31 tertulis bahwasannya “Dan Allah mengajarkan kepada Adam ‘semua nama’”.

‘Semua nama’ yang tercantum pada ayat tersebut kemudian ditafsirkan oleh sebagian besar

pengkaji Islam sebagai hakikat-hakikat dari segala makhluk, dan dengan demikian menunjuk

kepada pengetahuan mengenai seluruh makhluk.

Page 10: MAKALAH SOSIOLOGI

Keempat, dengan memberi manusia kualitas-kualitas unik ini, Allah menjadikannya makhluk

terbaik di antara semua makhluk, bahkan lebih unggul daripada malaikat.

ASUMSI 3, Sifat Tata Sosial: Masyarakat manusia dapat didefinisikan dari segi dua unsur

pokok, yaitu pluralitas manusia, dan hukum-hukum yang mengajut mereka bersama serta

yang dianggap patuh oleh mereka.

ASUMSI 4, Sifat Sejarah Manusia: Manusia tidak hanya terhimpit dalam dilema di dalam

dirinya, melainkan juga seluruh sejarah manusia menggambarkan gerak maju dan pilihan-

pilihan dialektis antara tata sosial yang adil dan tidak adil dalam sejarah manusia.

Menuju Teori Islam tentang Masyarakat

Dengan mengikuti asumsi-asumsi yang telah dijabarkan sebelumnya, kita dapat menarik

kesimpulan yang mencirikannya, yaitu:

Pertama, Teori Islam memperhatikan eksistensi material dan juga spiritual manusia, terutama

asal-usul penciptaan manusia berikut sifat gandanya.

Kedua, Teori ini memusatkan perhatian kepada proses penalaran dan pengambilan keputusan,

dengan memilih di antara alternatif-alternatif yang merupakan landasan-landasan pokok

interaksi sosial pada tingkat minimum.

Ketiga, Teori ini mampu berkembang hingga mencakup proses-proses yang lebih besar,

seperti proses konsensus dan kerjasama di satu sisi dengan konflik dan kompetisi di sisi lain.

Keempat, Teori ini memiliki kemampuan untuk menjelaskan perubahan pola-pola perilaku

individual dan juga tata sosial dari segi proses-proses internal (misalnya evolusi dan revolusi)

maupun faktor-faktor eksternal (misalnya asimilasi dan invasi).

Kelima, Teori ini harus bisa mencakup proses-proses manusiawi yang mencerminkan kubu-

kubu saling berlawanan di dalam lingkup hubungn antar manusia.

Page 11: MAKALAH SOSIOLOGI

BAB V

KRITIS

Teori islam haruslah mengikuti jalan tengah, maksudnya untuk mencakup ekstrem-ekstrem

dalam proses-proses manusiawi, ia harus menghindari sikap-sikap ekstrem. Sebelum membahas

hal-hal spesifik tentang apa yang dilakukan sosiolog untuk membantu memajukan islam,

alangkah baiknya terlebih dahulu menjelaskan gambaran tentang suatu masyarakat ideal islam

dalam zaman modern agar gambaran ini digunakan seperti apa yang dinamakan para sosiolog

yaitu “tipe ideal”, yang selanjutnya dapat dipakai untuk mengukur tingkat penyimpangan

praktek-praktek kaum muslim dari islam. Gambaran ini berfungsi sebagai sebuah model, guna

menilai sejarah kaum muslim di masa lalu dan masa kini.

Islam Sebagai Ideologi

Menganggap seluruh dunia hanya memiliki dua posisi ideologis yaitu: demokrasi kapitalis

dan sosialisme adalah terlalu sederhana. Seharusnya jauh lebih logis memandang system-sistem

yang ada sebagai suatu rangkaian kesatuan, dengan demokrasi kapitalis di satu ujung, dan

sosialisme di ujung lainnya. Diantara keduanya, masing-masing memiliki corak yang berbeda.

Islam bertujuan menciptakan sebuah system yang terletak di tengah rangkaian kesatuan ini.

Tetapi sebenarnya system islam bukan campuran dari keduannya. Ia sendiri memang asli, dengan

wawasannya sendiri tentang kehidupan dan alam semesta, selain itu islam sudah dikenal jauh

sebelum demokrasi kapitalis dan sosialisme ada sebagai ideology-ideologi yang dikenal, islam

sudah tampil sebagai jalan tengah. Karena terletak di tengah antara kedua posisi ideologis

tersebut, islam menghindari ekstrem-ekstrem keduanya, sekaligus mempunyai beberapa

persamaan dengan keduanya.

Islam Sebagai Sikap Hidup

Islam bukanlah sekedar suatu formula ritual. Ia adalah proses ketaatan terhadap aturan yang

telah ditetapkan oleh Allah berkenaan dengan hubungan antara manusia dengan Dia dan

hubungan antar sesama manusia, baik urusan keluarga, politik, ekonomi, pendidikan, rekreasi

dan semua bidang yang secara bersama-sama menopang sepenuhnya kehidupan kemasyarakatan

dan interaksional di muka bumi. Jadi jika suatu masyarakat memilih jalan yang bertentangan

Page 12: MAKALAH SOSIOLOGI

dengan islam, maka ia akan menuju kerusakan dan keruntuhan, walaupun masyarakat itu

masyarakat muslim. Sebaliknya jika suatu masyarakat mengatur dirinya dengan mengikuti

hukum ini, ia akan berhasil mencapai kebaikan, walaupun masyarakat itu masyarakat non

muslim. Asumsi ini meletakkan manusia ditengah antara kebebasan penuh dan keterbatasan

total. Tak seperti benda-benda lain, manusia diberi kemampuan untuk memilih, tapi potensi ini

dibatasi dan disalurkan melalui islam. Masyarakat islam ideal terletak ditengah antara system

yang mendukung dan mengklaim tingkat kebebasan berbuat dan berekspresi yang tinggi. Berikut

ini contoh kasus dalam bidang pernikahan dan keluarga untuk menjelaskan maksud dari posisi

tengah antara kebebasan penuh dan keterbatasan total.

Pernikahan dalam islam hakikatnya adalah sebuah kontrak sosial antara mempelai pria dan

mempelai wanita. Kontrak ini harus diselenggarakan dengan penerapan penuh kebebasan

memilih. Tetapi dipihak lain, segala praktek pernikahan yang didahului dengan kebebasan

melakukan hubungan seks pranikah, kencan, pacaran ataupun sebagaimana yang umum terjadi

dalam masyarakat-masyarakat tertentu dilarang tegas. Maka dari itu, anggota keluarga harus

berperan sebagai perantara. Dengan demikian, secara ideal islam memberikan kebebasan

memilih dalam pernikahan, namun pilihan ini hampir tidak mungkin ada tanpa bantuan orang-

orang disekitarnya. Tetapi dalam islam, para kerabat yang mempunyai peranan dalam pernikahan

tersebut harus menghormati hak-hak kedua mempelai.

Masalah lain contoh mengenai “jalan tengah” dalam islam, di bidang ekonomi: Masyarakat

islam didasarkan pada ekonomi pasar bebas dan menghormati hak milik pribadi. Tapi dipihak

lain, islam bertujuan mengurangi deskriminasi antara si kaya dan si miskin dalam masyarakat.

Tujuan ini dapat dicapai dengan memeratakan sumber-sumber daya. Sebagaimana etika kerja

protestan, etika kerja islam mendorong dan memajukan dedikasi dalam kerja untuk memperoleh

penghidupan, tetapi tak seperti etika protestan, islam memandang keberhasilan dalam

mengumpulkan kekayaan belum tentu sebagai petunjuk mendapatkan rahmat Allah. Dalam

alqur’an mengajarkan mengejar dunia material secara membabi-buta adalah hal yang sia-sia,

karena kebaikan sejati terdapat di akhirat nanti.

Contoh lainnya, bidang politik. Islam mengajarkan sebuah system yang terletak di tengah-

tengah antara otoritarianisme dan demokrasi. Jadi, dalam hubungan-hubungan kekusaannya,

islam bukanlah otoritarian dan bukan juga demokrasi meskipun ia mengandung unsur-unsur

kedua system ini. Islam bersifat otoritas maksudnya otoritas tertinggi dalam Negara islam

Page 13: MAKALAH SOSIOLOGI

terletak di tangan Yang Mahakuasa sendiri, hukumNyalah yang harus ditegakkan. Orang-orang

yang bertanggung jawab menyelenggarakan Negara islam adalah wakil-wakilNya, yang wajib

dipatuhi selama mereka menaati aturan Allah dan RasulNya. Hal ini lazim dipahami berdasarkan

ayat “”taatilah Allah, dan Rasul serta orang-yang memegang otoritas di antara kalian.” (QS.

24:54).

Sebagai amir dalam menjalankan tugas-tugasnya, ia memperoleh banyak petunjuk dari tradisi

nabi. Namun, penerapan hukum-hukum Al-qur’an yang sangat tegas pun mungkin tidak cocok

untuk situasi-situasi tertentu dan tradisi nabi juga tidak memberikan contoh cukup, maka

ditempuhlah suatu proses yang menunjukkan betapa Negara islam, yang diselenggarakan dalam

batas-batas otoritas Allah, mementingkan keikutsertaan rakyat. Berbagai pedoman diberikan

untuk mengatasi situasi-situasi probematis semacam itu, misalnya: ijma, ijtihad dan qiyas atau

pemikiran kita sendiri dengan mempertimbangkan Alqur’an dan sunnah, jika solusi-solusi yang

diperlukan tidak terdapat secara jelas dalam al-qur’an dan sunnah.

Harus diingat, bahwa proses-proses ini berkaitan langsung dengan perintah Al-qur’an: “dan

syura merupakan otoritas di antara mereka” (QS. 42:38). Ayat ini sekaligus menjawab

permasalahan, yaitu mengenai siapa orang yang memiliki otoritas sebagai wakil Allah atas kaum

muslim, dan bagaimana proses munculnya otoritas ini. Permasalahan ini telah terjawab dengan

sendirinya, orang yang memiliki otoritas dalam masyarakat islam harus muncul melalui proses

syuro. Ayat diatas dalam pengertiannya memberikan cara pemecahan masalah, baik masalah

individu maupun masalah yang berkaitan dengan proses-proses dalam masyarakat sebagai suatu

keseluruhan.

Pendekatan sosiologis apa pun terhadap islam, hendaknya tidak boleh mengabaikan makna syuro

(musyawarah). Syuro bukanlah suatu lembaga konsultasi. Ia merupakan suatu proses dinamis

dengan tujuan menemukan solusi atas masalah-masalah yang muncul dalam kancah kehidupan

bersama sebagai anggota suatu masyarakat. Dalam bidang politik, syuro tidak hanya

mencerminkan suatu proses yang melaluinya otoritas tertinggi dimunculkan, melainkan juga

menetapkan mekanisme yang mengatur cara dilahirkan dan dijalankan otoritas tersebut, dan

suatu problem tidak akan dapat diselesaikan tanpa mempertimbangkan semua orang yang terlibat

dalam masalah itu. Syuro dalam aspek-aspek politiknya, merupakan sebuah system yang berasal

dari kehendak Allah, demi Allah, dan melalui otoritas Allah.

Page 14: MAKALAH SOSIOLOGI

Syuro merupakan prinsip organisasi islam. Tanpa adanya syuro tidak akan muncul organisasi

di kalangan kaum muslim, baik itu di lembaga kemahasiswaan, perusahaan, kelompok kerja

social, ataupun pemerintahan. Tetapi yang mengherankan, syuro hanya mendapat perhatian

sedikit dalam praktek dan literature islam. syuro adalah proses ketakwaan, maksudnya proses

yang tidak melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasulNya, yang meliputi:

1. Masalah

2. semua orang yang terlibat dalam masalah tersebut

3. perbedaan pendapat diantara orang-orang tersebut

4. pengambilan keputusan oleh orang-orang tersebut

5. ketaatan kepada keputusan itu.

Dengan contoh ketiga kasus tersebut, masyarakat islam dapat menempuh suatu jalan tengah

yang menghindari kebebasan maupun pembatasan yang berlebihan. Ini merupakan satu-satunya

cara memahami makna ayat: “Allah tidak pernah membebani setiap jiwa lebih daripada yang

mampu dipikulnya” (QS 2:286).

Page 15: MAKALAH SOSIOLOGI

BAB VI

STRATEGIS

Seperti sudah disebutkan, nestapa terbesar yang menimpa masyarakat-masyarakat

muslim kontemporer adalah keterbelakangan ekonomi. Di beberapa negara, jumlah uang yang di

investasikan bagi pertumbuhan industri adalah kecil. Sedang dinegara-negara lainnya, kekayaan

yang baru diperoleh belum dimanfaatkan untuk memproduksi hal-hal yang bermanfaat. Dan

upaya mereka membangun perekonomian masing-masing, negeri-negeri muslim ini mengikuti

pedoman-pedoman kapitalisme atau sosialisme, meskipun kenyataannya upaya pembangunan ini

telah berlangsung lebih dari seperempat abad, dan problem keterbelakangan tetap saja bercokol

kuat.

Masyarakat muslim yang mengenut sistem pembangunan kapitalis barat ternyata merupakan

masyarakat-masyarakat yang paling ketrat dililit utang dunia. Di pihak lain, masyrakat-

masyrakat muslim yang mengikuti sosialisme mengalami otoritarianisme dan ketidakefesienan

birokrasi, yang telah menyebabkan terjadinya pemborosan besar atas sumber-sumber daya

nasional, sementara kaum buruhnya mengalami alienasi yang sangat akut. Akibatnya,

kemerdekaan politik yang diperoleh negeri-negeri ini dengan perjuangan berat, menjadi hilang

karena ketergantungan ekonomi, sebab mereka masih harus membayarkan semua dividen.

Bersama intelektual-intelektual lainnya para sosiolog telah memainkan peranan penting dalam

usaha-usaha pembangunan ini dinegeri mereka masing-masing. Para ahli sosiologi pembangunan

dinegeri muslim memang telah menyarankan cara-cara dan sarana-sarana untuk mengubah sikap

penduduk tradisional supaya menerima, misalnya keluarga berencana atau teknik pertanian.

Tetapi mereka hampir tidak memperdulikan dampak negatif yang mungkin menimpa massa

dan keluarga diperkotaan. Masyarakat-masyarakat muslim memperlihatkan tingkat pertumbuhan

spektrum tingkat pertumbuhan penduduk yang berbeda-beda. Dalam sebuah karya tentang Asia

yang cukup sering dikutip oleh Marydal, menunjukkan unsur korupsi dan birokrasi dubeberapa

negara berkembang ini. Dia menyebut negara-negara ang dililit korupsi dengan istilah “negara

lunak”. Di sejumlah negeri penyuapan, penggelapan, dan penyalahgunaan dana-dana pemerintah

menggejal sedemikian rupa, sehingga dengan mudah hukum dilanggar dan dikesampingkan oleh

para pejabat.

Page 16: MAKALAH SOSIOLOGI

Tetapi ada bentuk lain korupsi yang masih belum dibahas oleh para ahli ilmu sosial. Lantaran

tidak ada istilah yang tepat kami menyebutnya “pita merah penekan”. Pita merah penekan

merupakan fenomena dimana sang birokrat tak berfungsi sebagai orang yang menjalankan

kewajiban, tidak pula menuntut imbalan apa-apa.

Dalam dua kasus tersebut terlihat kurangnya komitmen pribadi terhadap proses

pembangunan-pembangunan yang lebih luas. Dari pandangan orang-orang yang berada

diambang kelaparan seluruh argumen ini seakan terdengan tak relevan, atau bahkan

memedihkan. Ia akan lebih memilih sistem lainyang bisa membebaskannya dari penderitaan.

Masyarakat-masyarakat muslim yang mengikuti sistem-sistem initidak akan mampu mengatasi

problem rillnya, karena problem tresebut bukanlah semata-mata bersifat ekonomi tapi bersifat

manusia. Jiwa manusia yang terdapat dalam tubuh material yang fana, merupakan unsur paling

murni yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia.

Yang dibutuhkan dan perlu ditampilkan masyarakat muslim muslim kepada dunia adalah

model pembangunan Islam. Model pembangunan Islam bertujuan untuk membentuk suatu

masyarakat Islam yang ideal berdasarkan lingkungan politik dan sosial ekonomi yang memenuhi

kebutuhan material dan spritual manusia. Perubahan sosial Islam mempunyai dua aspek utama:

yang pertama “Orientasi Internal” dan “Orientasi Eksternal”.

Orientasi Internal

Sejak kekhalifahan Islam terhapus, selalu ada gerakan-gerakan dalam setiap dunia muslim

untuk membangun kembali sistem tersebut. Tetapi pendekatan yang lebih digunakan oleh Islam

kontemporer ini sangat beragam. Sebagian memilih Evolusioner, dan sebagian yang lain tetap

bersikeras dengan gagasan revolusi. Karen itu tugas sosiolog Islam adalah menjelaskan kapan

revolusi merupakan suatu hal yang bukan hanya diidamkan tapi juga sesuatu yang mungkin.

Demikian pula mereka harus menunjukkan kapan dan dalam keadaan apa suatu aktifitas

evolusioner baik yang disulut oleh rakyat maupun pemerintah mempunyai peluang yang besar

untuk berhasil.

Orientasi Eksternal

Pada saat ini sukar menemukan kaum muslim yang mengupayakan kegiatan dakwah secara

serius dan sistematis. Dakwah merupakan hal yang fundamental dalam Islam. Kegiatan inilah

Page 17: MAKALAH SOSIOLOGI

yang akhirnya menyebabkan Islam, pada awalnya tersebar diarabia dan tempat-tempat lain. Para

sosiolog dapat memberikan sumbangan dan tekhnik-tekhnik dakwah sebagaimana yang

digunakan oleh praktisi kegiatan ini yang palin sukses dalam Islam, yaitu Nabi SAW sendiri.

Ada dua jenis penduduk yang harus menjadi sasaran dakwah Islam:

Minoritas non-muslim diwilayah-wilayah mayoritas muslim.

Mayoritas non muslim hidup bersama minoritas muslim.

Page 18: MAKALAH SOSIOLOGI

SOSIOLOGI AGAMA

KELOMPOK 9

Adysha Citra R

Ilyas Rosadi

Meiliani Sujati

Siti Zuhriyah

JURUSAN ILMU AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA