Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

16
BAB I PENDAHULUAN Sampai saaat ini bangsa Indonesia masih terus melaksanakan pembangunan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai tujuna pembangunan nasional. Dari kurun waktu pembangunan yang telah dilewati , berbagai perkembangan dan kemajuan telah dicapai bangsa Indonesia , yang meliputi biddang politik,ekonomi, social,maupun budaya. Indonesia yang tadinya merupakan Negara yang boleh dikatakan ketinggalan akibat kolonialisme, lambat laun menjadi Negara yang lebih maju dan didukung industriliasasi yang semakin mantap menerapkan ilmu dan teknologi tinggi. Berbagai perkemmbangan dan kemajuan yang dicapai Indonesia secara langsung dan tidak langsung berkaitan pula dengan pembangunan kesehatan. Masalah kesehatan atau pola penyakit secara bertahap mengalami pergeseran, tidak lagi hanya berlingkup pada masalah kesehatan masyarakat modern seperti kardiovaskuler dan degenaratif. Dengan semakin tingginya rata-rata tingkat ekonomi dan pendidikan bangsa Indonesia menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap mutu asuhan juga semakin meningkat. Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan, pergeseran pola penyakit dan tuntutan masyarakat mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan kedudukan keperawatan dalam kancah politik social. Berbagai penyesuaian terus diupayakan untuk meningkatkan kemantapan keperawatan dalam percaturan social politik.penyesuain yang dilakukan antara lain peningkatan jenjang dan mutu pendidikan keperawatan serta pemantapan organisasi profesi 1

description

manajemen

Transcript of Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

Page 1: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

BAB I

PENDAHULUAN

Sampai saaat ini bangsa Indonesia masih terus melaksanakan pembangunan secara terpadu dan

berkesinambungan guna mencapai tujuna pembangunan nasional. Dari kurun waktu pembangunan yang

telah dilewati , berbagai perkembangan dan kemajuan telah dicapai bangsa Indonesia , yang meliputi

biddang politik,ekonomi, social,maupun budaya. Indonesia yang tadinya merupakan Negara yang boleh

dikatakan ketinggalan akibat kolonialisme, lambat laun menjadi Negara yang lebih maju dan didukung

industriliasasi yang semakin mantap menerapkan ilmu dan teknologi tinggi.

Berbagai perkemmbangan dan kemajuan yang dicapai Indonesia secara langsung dan tidak

langsung berkaitan pula dengan pembangunan kesehatan. Masalah kesehatan atau pola penyakit secara

bertahap mengalami pergeseran, tidak lagi hanya berlingkup pada masalah kesehatan masyarakat

modern seperti kardiovaskuler dan degenaratif. Dengan semakin tingginya rata-rata tingkat ekonomi

dan pendidikan bangsa Indonesia menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap mutu asuhan juga

semakin meningkat.

Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan, pergeseran pola penyakit dan tuntutan

masyarakat mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan kedudukan keperawatan

dalam kancah politik social. Berbagai penyesuaian terus diupayakan untuk meningkatkan kemantapan

keperawatan dalam percaturan social politik.penyesuain yang dilakukan antara lain peningkatan jenjang

dan mutu pendidikan keperawatan serta pemantapan organisasi profesi

1

Page 2: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan keperawatan tahap demi tahap

mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Pendidikan keperawatan yang dulu

hanya merupakan pendidikan dasar atau menengah, kini telah ditingkatkan pada jenjang pendidikan

tinggi. Variasi jenjang pendidikan keperawatan yang ada saat ini seringkali membingunkan masyarakat,

perawat, maupun para pejabat. Jenjang utama pendidikan keperawatan di Indonesia saat ini adalah

sekolah perawat kesehatan , akademi atau pendidikan ahli madya keperawatan/politeknik kesehatan

dengan tiga tahun program diploma keperawatan, dan program studi ilmu keperawatan yang

menawarkan program strata satu keperawatan dan program S2 yang terkait dengan keperawatan.

Pendidikan tenagan keperawatan Indonesia secara umum bertujuan untuk menyediakan tenaga

kesehatan dalam jumlah dan jenis yang sesuai, yang memiliki ciri-ciri berbudi luhur, tangguh, cerdas,

terampil, mandiri, memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, inovatif, disiplin,

serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan asas profesionalismenya masing-masing

(Pusdiknaskes,2001)

Walaupun jumlah perawat dari pendidikan tinggi telah meningkat, namun kita perlu mencatat

bahwa sebagian besar perawat berlatar belakang pendidikan menengah. Jumlah perawat Indonesia

menurut data dari Depkes RI (Republika,2004) adalah sekitar 180 ribu orang dengan latar belakang

pendidikan : 76,65 persen lulusan sekolah perawat kesehatan (SPK), 22 persen perawat lulusan D3

keperawatan, dan 2,35 persen lulusan S-1. Jumlah bidan adalah sekitar 70.600 orang dengan 98 persen

diantaranya adalah lulusan program pendidikan bidan.

Perkembangan pendidikan keperawatan saat ini dipengaruhi berbagai factor nasional maupun

internasional. Dari kaca mata nasional, situasi politik di tanah air dan kesadaran masyarakat terhadap

hak-haknya telah memicu reformasi di berbagai bidang termasuk pendidikan. Maraknya ide

desentralisasi/otonomi daerah juga telah memengaruhi bagaimana pengelolaan pendidikan keperawatan

dan penempatan kerja lulusan harus diselenggarakan. Sementara tantangan dari kaca mata internasional

telah mendorong kesadaran kita dalam upaya menyiapkan tenaga keperawatan yang andal dengan

kompetisi global. Untuk ini undang-undang tentang registrasi dan praktik keperawatan dan penyesuaian

pendidikan sesuai dengan system pendidikan nasional yang baru ( undang-undang RI Nomor 20 Tahun

2003)

2

Page 3: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

Bagian berikut akan membahas jenis pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia, yaitu :

sekolah perawat kesehatan (SPK), pendidikan Ahli Madya Keperawatan ( Politeknik Kesehatan),

program sarjana, dan pasca-sarjana keperawatan

B. Sekolah Perawat Kesehatan

Dari tiga jenis jenjang pendidikan keperawatan, Sekolah Perawat

Kesehatan (SPK) merupakan institusi yang telah menyumbang tenaga keperawatan dalam jumlah

paling besar. Ini karena mayoritas pendidikan keperawatan Indonesia pada saat didirikan adalah SPK.

SPK sebelumnya bernama SPR ( sekolah pengatur rawat) yang mulai dirintis pada pada taahun

1960. Pada tahun yang sama juga mulai didirikan pendidikan dengan jenjang lebih tinggi, yaitu

akademi perawatan yang saat ini menawarkan program diploma tiga keperawatan.

Dasar pendidikan keperawatan pada awal kemerdekaan adalah sekolah dasar ditambah

keperawatan yang lamanya bervariasi. Kemudian pada tahun 1960 mulai dikembangkan sekolah

perawat kesehatan (SPK) dengan latar belakang pendidikan SMP yang sekarang ini bernama SPK

(jahmono,1993). Tujuan pendidikan SPK adalah meluluskan perawat yang mampu sebagai pelaksana

maupun pengelola keperawatan. Lama pendidikan dirancang tiga tahun. Pada masa tersebut pendirian

SPK merupakan jawaban tepat bagi pemerintah untuk mencukupi kebutuhan jumlah tenaga

keperawatan. Karena kebutuhan tenaga keperawatan masih sangat dibutuhkan, lulusan SPK rata-rata

tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan. Hal ini yang menyebabkan salah satu animo untuk

mendaftarkan diri ke SPK cukup besar pada masa itu.

Permasalah kesehatan lain kemudian muncul, tidak saja upaya memenuhi tenaga keperawatan,

tetapi juga penyediaan tenaga bidan. Untuk mencukupi tenaga bidan, pemerintah menyelenggarakan

program pendidikan bidan satu tahun yang pesertanya diambil dari lulusan SPK. Penyelenggaraan ini

diharapkan dapat menghasilkan tenaga bidan untuk di tempatkan di desa-desa (Bidan Desa).

System Kesehatan Nasional (2004) menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan vokasi,

sarjana, dan profesi tingkat pertama adalah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah diakreditasi

oleh asosiasi institusi pendidikan kesehatan yang bersangkutan. Penyelenggaraan pendidikan profesi

tingkat lanjutan adalah institusi pendidikan (university based) dan institusi pelayanan kesehatan

(hospital based) yang di akreditasi oleh kolegium profesi yang bersangkutan.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003) dijelaskan apa

yang dimaksud dengan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi yang semuanya diselenggarakan

melalui pendidikan tinggi. Bila dilihat dari pernyataan dalam system Kesehatan Nasional dan Sistem

Pendidikan Nasional, dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan SPK sudah tidak sesuai lagi.

3

Page 4: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

Adanya tuntutan bahwa perawat harus dipersiapkan melaui pendidikan tinggi seperti yang

tercantum dalam SKN yang lama dan yang baru (di atas) telah lama di tanggapi antara lain seperti

dengan mengkonversikan SPK menjadi jenjang diploma tiga dan menunjuk AKPER yang

melaksanakan program ini (Nugroho Iman Santosa, 1992) dan dengan memberi kesempatan kepada

perawat lulusan SPK untuk melanjutkan pendidikannya tanpa harus meninggalkan pekerjaannya.

Namun, seperti diakui oleh beberapa pengelola dari pusdiknakes bahwa daya serap upaya ini masih

mengalami kendala.

C. Program Diploma Tiga Keperawatan

penyelenggaraan program diploma tiga keperawatan merupakan salah satu upaya antisipasi

terhadap perkembangan pelayanan kesehatan. Program ini pertama-tama diselenggarakan pada tahun

1960-an, yaitu dengan berdirinya akper bandung.persyaratan peserta adalah lulusan SMU atau lulusan

SPR/SPK yang sudah bekerja. Tahun demi tahun pendidirian akper semakin berkembang dan untuk saat

ini institusi pendidikan ini dapat ditemukan di setiap provinsi.

Seperti halnya SPK, secara administrative program diploma tiga di bawah koordinasi pusat

pendidikan tenaga kesehatan, departemen kesehatan. Pada beberapa tahun lalu, kurikulum program

diploma tiga adalah kurikulum inti yang disusun oleh departemen pendidikan dan kebudayaan.

Kurikulum yang disusun telah dikembangkan dengan community Orientasi Nursing Education atau

pendidikan keperawatan yang berorientasi kepada masyarakat.

Tujuan dari program diploma tiga keperawatan adalah menghasilkan tenaga kerja professional

yang mendapat sebutan ahli madya keperawatan yang merupakan manajer menengah dalam

keperawatan yang diharapkan mampu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan partisipasi aktif

dalam penelitian ilmiah. Peserta yang mengikuti program diploma terdiri dari peserta umum (lulusan

SMU) dan peserta lulusan SPK. Untuk menigkatkan karier, para lulusan diploma setelah memenuhi

peryaratan tertentu dapat melanjutkan ke program sarjana keperawatan.

Adanya berbagai pendidikan kesehatan yang menawarkan berbagai program dilingkungan Depkes

yang dinilai telah tidak efisien serta sehingga pada pertengahan tahun 1990-an, departemen kesehatan

mulai mengembangkan system multystream academy dengan berbagai institusi pendidikan dalam

lingkungan atau lokasi yang sama di padukan menjadi “pendidikan satu atap.” Untuk mengadakan

pengkajian/pendataan secara lebih mendalam, departemen kesehatan bekerja sama dengan P4D

departemen pendidikan nasional pada tahun 1999-2000. Hasil pendataan ini dujadikan landasan untuk

mengembangkan system pengelolaan akademi-akademi kesehatan menjadi politeknik kesehatan.

4

Page 5: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

Pembentukan politeknik kesehatan dikukuhkan dengan diterbitkannya keputusan dari mentri kesehatan

dan kesejahteraan social RI Nomor 298/Menkes-Kesos/SK/IV/2001 (pusdiknakes,2004).

Dalam keputusan menkes dan kesejahteraan social RI diatas dijelaskan bahwa pelaksanaan teknis

institusi pendidikan ini tetap dibawah Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan social dan pimpinan

institusi adalah direktur yang secara administrative bertanggung jawab kepada kepala pusat pendidikan

tenaga kesehatan dan kesejahteraan social. Program yang dapat diselenggarakan adalah program

diploma I,II,III,dan IV

D.Program SI dan Pendidikan Keperawatan Lebih Tinggi

Penyelenggaraan program sarjana keperawatan pada awalnya merupakan perwujudan dari

peraturan pemerintah No.27/1991, SK Mendikbud No. 0211/V/1982 dan 0212/U/1982 serta Direktorat

Pendidikan No. 048/DJ/Kep/1982, yang menyatakan tentang pendidikan tinggi. Penyelenggaraan ini

juga sesuai dengan hasil salah satu lokakarya nasional, yaitu dibulan januari 1983 yang menghasilkan

consensus nasional tentang perawat sebagai profesi, sehingga tenaga keperawatan harus disipkan

melalui pendidikan tinggi.

Prorogram Strata I atau sarjana keperawatan mulai diselenggarakan pada tahun 1985 oleh program

studi ilmu keperawatan di fakultas kedokteran universitas Indonesia, yang sejak tahun 1992 menjadi

fakultas ilmu keperawatan ( FIK UI ) berdasarkan SK Mendikbud RI No.0332/0/1995 ( FIK UI,2005 ).

Karena kebutuhan tenaga keperawatan dari lulusan pendidikan tinggi yang mendesak, yang kemudian

program SI keperawatan juga diselenggarakan oleh berbagai universitas lain, misalnya Universits Gadja

Mada pada tahun 1998 mendirikan program studi ilmu keperawatan. Salah satu kelebeihan dari PSIK

UGM adalah digunakanya based learnig sebagai metode pembelajaran. Tidak lama kemudian

diselenggarakan program serupa di Universitas Airlangga yang pendiriannya berdasarkan SK Dirjen

Dikti No. 122/Dikti/Kep/1999 tanggal 7 april 1999. Untuk saat ini beberapa universitas dan juga

Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan telah menawarkan Program SI Keperawatan.

Beberapa hal yang penting untuk kita perlihatkan dari pennyelenggaraan pendidikan tingkat

sarjana keperawatan adalah bagaimana kita secara tepat mampu mengelola sumber daya tenaga tingkat

sarjana ini setelah mereka menyelesaikan pendidikan dan hal yang lain adalah bagaimana kita

menigkatkan dan mempertahankan mutu pendidikan dan penelitian.

Untuk mencetak perawat dengan kemampuan kepemimpinan, manjerial dan penelitian yang

handal, Universitas Indonesia melaui Program Studi Magister Ilmu Keperawatan juga telah

menawarkan Program S2 dengan kekhususan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Lama

5

Page 6: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

program ini adalah 2 tahun (empat semester). Dimasa mendatang kita berharap bahwa universitas

ditanah air juga mampu menyelenggarakan program S2 keperawatan ini dengan berbagai peminaatan

termasuk peminatan klinis guna menyiapkan perawat dengan kompetensi klinis tingkat tinggi

(advanced nursing practice) dan perawat peneliti melalui program S3 keperawatan.

E.Pendidikan keperawatan berkelanjutan

perawat diwajibkan mempertahankan kemampuannya dalam menjalankan asuhan

keperawatan yang bermutu tinggi sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan terbaru,

menyesuaikan dengan perubahan peran dan fungsi sesuai dengan kewenagan keperawatan,

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru dan memodifikasi prilaku dan pemahaman

profesionalismenya. Untuk itu, setiap perawat yang masih aktif menjalankan tugasnya harus senantiasa

mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya antara lain dengan mengikuti pendidikan

keperawatan berkelanjutan.

Pendidikan keperawatan berkelanjutan pada prinsipnya tidak selalu harus ditempuh dengan

pendidikan formal, tetapi dapat pula ditempuh dengan mengikuti kursus jangka pendek atau pelatihan

yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan tinggi atau belajar mandiri/informal dengan mengikuti

berbagai kesempatan yang diberikan oleh organisasi profesi atau badan lain yang berwenang.

Dalam SK Menkes No. 674/Menkes/SK/IV/2000 tanggal 14 april 2000 tentang registrasi dan

praktik keperawatan, dinyatakan dengan jelasa bahwa setiap perawat diwajibkan selalu menigkatkan

kemampuan keilmuan dan /keterampilan bidang keperawatan melalui pendidikan dan /atau pelatihan;

baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi.

Di masa mendatang kita berharap bahwa pendidikan keperawatan berkelanjutan/pelatihan bagi

perawat akan dapat ditata secara lebih terkendali dan terencana dan tidak dijalankan hanya secara

sporadic dan secara berkelanjutan. Tidak berlebihan bila untuk sekedar gambaran, penatalaksanaan

pendidikan keperawatan berkelanjutan di inggris sudah banyak ditawarkan sebagian besar oleh

universitas/college bagi yang mengikuti jalur formal baik berupa study days ataupun mengikuti modul-

modul tertentu. Mereka tidak dapat menghindar dari kegiatan ini, karena seperti yang dipersyaratkan

oleh NMC (the Nursing and Midwifery Council), perawat tidak dapat memperpanjang surat izin

praktinya bila tidak ada bukti bahwa mereka telah cukup mengikuti pendidikan keperawatan

berkelanjutan. Perawat juga dapat mengikuti pendidikan berkelanjutan dengan cara belajar mandiri dari

paket-paket yang terakreditasi yang ditawarkan oleh RNC (The Royal College Of Nursing). Banyak

perawat yang mengambil modul ini dalam rangka mendapatkan ijazah S1-nya melalui Degree

Pathways tetapi banyak juga yang hanya mengambil modul tanpa menginginkan ijazah S1. Tentu saja

6

Page 7: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

hal-hal ini seperti ini membutuhkan kebijakan dan perangkat yang memadai. Barangkali gagasan seperti

bias diterapkan di Indonesia, sehingga perawat kita dapat meningkatkan ilmunya sementara mereka

masih tetap dapat bekerja, sehingga institusi pelayanan tidak dirugikan dan kesejahteran keluarga bagi

perawat juga dapat juga dipertahankan karena mereka tidak perlu meninggalkan keluarga mereka.

Terlepas dari jenjang pendidikan yang ditawarkan, sepertinya ada beberapa hal umum yang

dihadapi oleh semua pendidikan keperawatan baik menengah atau tinggi. Hal ini antara lain disebabkan

oleh berbagai perubahan social dan politik yang sama ditanah air kita. Berbagai persoalan yang kiranya

dapat kita pakai sebagai bahan kajian kita bersama adalah :

a. upaya dalam mempertahankan mutu pendidikan keperawatan. Dalam 15 tahun terakhir, jumlah

institusi pendidikan keperawatan di Indonesia menigkat dengan cepat dan sering kali hal ini

menyulitkan kita untuk mengendalikan dan mempertahankan mutu pendidikan. Walaupun sudah

ada system akreditasi bagi institusi pendidikan kesehatan, namun upaya ini masih dirasa jauh dari

yang kita harapkan.

b. Arah dan kurikulum pendidikan keperawatan. Dalam situasi gelobal saat ini, kita berharap dapat

mencetak tenega keperawatan yang berkompetensi tinggi. Namun dampaknya, arah pendidikan

sering kali menjadi kabur dan muatan kurikulum menjadi tidak jelas. Kurikulum seharusnya

disusun dengan mendasarkan isi program secara seimbang untuk memenuhi kebutuhan setempat

(provinsi/daerah), nasional dan internasional.

c. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan/pendidikan semakin meningat secara umum, tidak semua

perawat dapat mengakses kesempatan ini karena berbagai factor antara lain persyaratan

administrative, cara pengusulan, batasan usia dan batasan jumlah peserta yang dapat diterima serta

keterbatasan dana dan komitmen dengan keluarga.

d. Keterbasan tenaga pengajar dan fasilitas klinik. Jumlah doctor dan master keperawatan masih

sangat terbatas untuk kebutuhan pengajaran program sarjana keperawatan . di pengajaran jenjang

diploma,penyediaan jumlah tenaga pengajar dengan kualifikasi master (S2) dan sarjana

keperawatan belum memadai. Hal ini juga terjadi di jenjang pendidikan SPK. Selain keterbatasan

tenaga pengajar, sumber fasilitas pendidikan juga belum memadai seperti lahan praktek, peralatan

laboratorium, dan buku-buku keperawatan dan akses mahasiswa dalam menggunakan sarana

elektronik ( mis. Jurnal-jurnal keperawatan).

e. Siswa/mahasiswa keperawatan semakin dilibatkan dalam pengembangan kurikulum, membuat

aturan/kebijakan dan evaluasi program. Upaya ini walau nampaknya berjalan lambat tetapi tetap

mendapat perhatian. Perubahan social dan kedewasaan mahasiswa, dengan tuntutan mereka untuk

mempunyai bagian dalam program pendidikan menyebabkan beberapa mahasiswa ikut aktif dalam

pengendalian pengajaran maupun administrative.

7

Page 8: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

F.Organisasi Keperawatan

Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional yang

merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974.

Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi keperawatan.

PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi keperawatan, seperti:

IPI (Ikatan Perawat Indonesia),

PPI (Persatuan Perawat Indonesia),

IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),

IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia).

PPNI mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki persamaan kehendak sesuai dengan

jenis/profesi dan lingkungan kerja untuk mencapai tujuan organisasi

2. Mengemban, mengamankan dan membela pancasila serta berorientasi pada program pembangunan

manusia seutuhnya tanpa membedakan terhadap tuhan yang maha esa

3. Menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi tenaga keperawatan serta

mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga keperawatan.

Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dapat mendaftarkan

diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut

calon anggota. PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam

musyawarah ini selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai

masalah keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang

berupa rekomendasi atau keputusan organisasi. Untuk mempertahankan dan mengembangkan

profesi, maka organisasi profesi keperawatan harus melakukan 5 fungsi, yaitu:

1. Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan dan

praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin praktik

(lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode etik dan

norma perilaku (Styles, 1983).

2. Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit. Sumbangan

utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli teori. Tujuan utama

teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi para perawat di masa depan

adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah dipublikasikan ini

dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena hanya penelitian yang

dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan sumbangan utama bagi

pengembangan pengetahuan keperawatan.

8

Page 9: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

3. Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk

diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai proses

sosialisasi.

4. Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat dan

konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu posisi

kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan

kebijakan pemerintah.

5. Memperhatikan kesejahteraan umum dan social anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi

perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan social bagi anggota untuk

menjalankan peranannya sebagai tenaga professional dan mengatasi masalah professional

anggotanya.

9

Page 10: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan, pergeseran pola penyakit dan tuntutan

masyarakat mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan kedudukan keperawatan

dalam kancah politik social. Berbagai penyesuaian terus diupayakan untuk meningkatkan kemantapan

keperawatan dalam percaturan social politik.penyesuain yang dilakukan antara lain peningkatan

jenjang dan mutu pendidikan keperawatan serta pemantapan organisasi profesi

B. SARAN

Dari makalah yang kami susun ini, kami berharap pembaca dapat memahami betul

bagaimana politik yang ada di dalam dunia kesehatan dan keperawatan serta mengetahuai

pula organisasi perawat indosesia (PPNI) guna mewujudkan generasi perawat yang

professional.

10

Page 11: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan

DAFTAR PUSTAKA

o EGC – konsep dan prospektif praktik keperawatan professional, Robert priharjo

o EGC – praktik keperawatan professional konsep dasar dan hukum , Robert

Priharjo

11