Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan
description
Transcript of Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan
![Page 1: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saaat ini bangsa Indonesia masih terus melaksanakan pembangunan secara terpadu dan
berkesinambungan guna mencapai tujuna pembangunan nasional. Dari kurun waktu pembangunan yang
telah dilewati , berbagai perkembangan dan kemajuan telah dicapai bangsa Indonesia , yang meliputi
biddang politik,ekonomi, social,maupun budaya. Indonesia yang tadinya merupakan Negara yang boleh
dikatakan ketinggalan akibat kolonialisme, lambat laun menjadi Negara yang lebih maju dan didukung
industriliasasi yang semakin mantap menerapkan ilmu dan teknologi tinggi.
Berbagai perkemmbangan dan kemajuan yang dicapai Indonesia secara langsung dan tidak
langsung berkaitan pula dengan pembangunan kesehatan. Masalah kesehatan atau pola penyakit secara
bertahap mengalami pergeseran, tidak lagi hanya berlingkup pada masalah kesehatan masyarakat
modern seperti kardiovaskuler dan degenaratif. Dengan semakin tingginya rata-rata tingkat ekonomi
dan pendidikan bangsa Indonesia menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap mutu asuhan juga
semakin meningkat.
Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan, pergeseran pola penyakit dan tuntutan
masyarakat mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan kedudukan keperawatan
dalam kancah politik social. Berbagai penyesuaian terus diupayakan untuk meningkatkan kemantapan
keperawatan dalam percaturan social politik.penyesuain yang dilakukan antara lain peningkatan jenjang
dan mutu pendidikan keperawatan serta pemantapan organisasi profesi
1
![Page 2: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan keperawatan tahap demi tahap
mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Pendidikan keperawatan yang dulu
hanya merupakan pendidikan dasar atau menengah, kini telah ditingkatkan pada jenjang pendidikan
tinggi. Variasi jenjang pendidikan keperawatan yang ada saat ini seringkali membingunkan masyarakat,
perawat, maupun para pejabat. Jenjang utama pendidikan keperawatan di Indonesia saat ini adalah
sekolah perawat kesehatan , akademi atau pendidikan ahli madya keperawatan/politeknik kesehatan
dengan tiga tahun program diploma keperawatan, dan program studi ilmu keperawatan yang
menawarkan program strata satu keperawatan dan program S2 yang terkait dengan keperawatan.
Pendidikan tenagan keperawatan Indonesia secara umum bertujuan untuk menyediakan tenaga
kesehatan dalam jumlah dan jenis yang sesuai, yang memiliki ciri-ciri berbudi luhur, tangguh, cerdas,
terampil, mandiri, memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, inovatif, disiplin,
serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan asas profesionalismenya masing-masing
(Pusdiknaskes,2001)
Walaupun jumlah perawat dari pendidikan tinggi telah meningkat, namun kita perlu mencatat
bahwa sebagian besar perawat berlatar belakang pendidikan menengah. Jumlah perawat Indonesia
menurut data dari Depkes RI (Republika,2004) adalah sekitar 180 ribu orang dengan latar belakang
pendidikan : 76,65 persen lulusan sekolah perawat kesehatan (SPK), 22 persen perawat lulusan D3
keperawatan, dan 2,35 persen lulusan S-1. Jumlah bidan adalah sekitar 70.600 orang dengan 98 persen
diantaranya adalah lulusan program pendidikan bidan.
Perkembangan pendidikan keperawatan saat ini dipengaruhi berbagai factor nasional maupun
internasional. Dari kaca mata nasional, situasi politik di tanah air dan kesadaran masyarakat terhadap
hak-haknya telah memicu reformasi di berbagai bidang termasuk pendidikan. Maraknya ide
desentralisasi/otonomi daerah juga telah memengaruhi bagaimana pengelolaan pendidikan keperawatan
dan penempatan kerja lulusan harus diselenggarakan. Sementara tantangan dari kaca mata internasional
telah mendorong kesadaran kita dalam upaya menyiapkan tenaga keperawatan yang andal dengan
kompetisi global. Untuk ini undang-undang tentang registrasi dan praktik keperawatan dan penyesuaian
pendidikan sesuai dengan system pendidikan nasional yang baru ( undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003)
2
![Page 3: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/3.jpg)
Bagian berikut akan membahas jenis pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia, yaitu :
sekolah perawat kesehatan (SPK), pendidikan Ahli Madya Keperawatan ( Politeknik Kesehatan),
program sarjana, dan pasca-sarjana keperawatan
B. Sekolah Perawat Kesehatan
Dari tiga jenis jenjang pendidikan keperawatan, Sekolah Perawat
Kesehatan (SPK) merupakan institusi yang telah menyumbang tenaga keperawatan dalam jumlah
paling besar. Ini karena mayoritas pendidikan keperawatan Indonesia pada saat didirikan adalah SPK.
SPK sebelumnya bernama SPR ( sekolah pengatur rawat) yang mulai dirintis pada pada taahun
1960. Pada tahun yang sama juga mulai didirikan pendidikan dengan jenjang lebih tinggi, yaitu
akademi perawatan yang saat ini menawarkan program diploma tiga keperawatan.
Dasar pendidikan keperawatan pada awal kemerdekaan adalah sekolah dasar ditambah
keperawatan yang lamanya bervariasi. Kemudian pada tahun 1960 mulai dikembangkan sekolah
perawat kesehatan (SPK) dengan latar belakang pendidikan SMP yang sekarang ini bernama SPK
(jahmono,1993). Tujuan pendidikan SPK adalah meluluskan perawat yang mampu sebagai pelaksana
maupun pengelola keperawatan. Lama pendidikan dirancang tiga tahun. Pada masa tersebut pendirian
SPK merupakan jawaban tepat bagi pemerintah untuk mencukupi kebutuhan jumlah tenaga
keperawatan. Karena kebutuhan tenaga keperawatan masih sangat dibutuhkan, lulusan SPK rata-rata
tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan. Hal ini yang menyebabkan salah satu animo untuk
mendaftarkan diri ke SPK cukup besar pada masa itu.
Permasalah kesehatan lain kemudian muncul, tidak saja upaya memenuhi tenaga keperawatan,
tetapi juga penyediaan tenaga bidan. Untuk mencukupi tenaga bidan, pemerintah menyelenggarakan
program pendidikan bidan satu tahun yang pesertanya diambil dari lulusan SPK. Penyelenggaraan ini
diharapkan dapat menghasilkan tenaga bidan untuk di tempatkan di desa-desa (Bidan Desa).
System Kesehatan Nasional (2004) menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan vokasi,
sarjana, dan profesi tingkat pertama adalah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah diakreditasi
oleh asosiasi institusi pendidikan kesehatan yang bersangkutan. Penyelenggaraan pendidikan profesi
tingkat lanjutan adalah institusi pendidikan (university based) dan institusi pelayanan kesehatan
(hospital based) yang di akreditasi oleh kolegium profesi yang bersangkutan.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003) dijelaskan apa
yang dimaksud dengan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi yang semuanya diselenggarakan
melalui pendidikan tinggi. Bila dilihat dari pernyataan dalam system Kesehatan Nasional dan Sistem
Pendidikan Nasional, dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan SPK sudah tidak sesuai lagi.
3
![Page 4: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/4.jpg)
Adanya tuntutan bahwa perawat harus dipersiapkan melaui pendidikan tinggi seperti yang
tercantum dalam SKN yang lama dan yang baru (di atas) telah lama di tanggapi antara lain seperti
dengan mengkonversikan SPK menjadi jenjang diploma tiga dan menunjuk AKPER yang
melaksanakan program ini (Nugroho Iman Santosa, 1992) dan dengan memberi kesempatan kepada
perawat lulusan SPK untuk melanjutkan pendidikannya tanpa harus meninggalkan pekerjaannya.
Namun, seperti diakui oleh beberapa pengelola dari pusdiknakes bahwa daya serap upaya ini masih
mengalami kendala.
C. Program Diploma Tiga Keperawatan
penyelenggaraan program diploma tiga keperawatan merupakan salah satu upaya antisipasi
terhadap perkembangan pelayanan kesehatan. Program ini pertama-tama diselenggarakan pada tahun
1960-an, yaitu dengan berdirinya akper bandung.persyaratan peserta adalah lulusan SMU atau lulusan
SPR/SPK yang sudah bekerja. Tahun demi tahun pendidirian akper semakin berkembang dan untuk saat
ini institusi pendidikan ini dapat ditemukan di setiap provinsi.
Seperti halnya SPK, secara administrative program diploma tiga di bawah koordinasi pusat
pendidikan tenaga kesehatan, departemen kesehatan. Pada beberapa tahun lalu, kurikulum program
diploma tiga adalah kurikulum inti yang disusun oleh departemen pendidikan dan kebudayaan.
Kurikulum yang disusun telah dikembangkan dengan community Orientasi Nursing Education atau
pendidikan keperawatan yang berorientasi kepada masyarakat.
Tujuan dari program diploma tiga keperawatan adalah menghasilkan tenaga kerja professional
yang mendapat sebutan ahli madya keperawatan yang merupakan manajer menengah dalam
keperawatan yang diharapkan mampu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan partisipasi aktif
dalam penelitian ilmiah. Peserta yang mengikuti program diploma terdiri dari peserta umum (lulusan
SMU) dan peserta lulusan SPK. Untuk menigkatkan karier, para lulusan diploma setelah memenuhi
peryaratan tertentu dapat melanjutkan ke program sarjana keperawatan.
Adanya berbagai pendidikan kesehatan yang menawarkan berbagai program dilingkungan Depkes
yang dinilai telah tidak efisien serta sehingga pada pertengahan tahun 1990-an, departemen kesehatan
mulai mengembangkan system multystream academy dengan berbagai institusi pendidikan dalam
lingkungan atau lokasi yang sama di padukan menjadi “pendidikan satu atap.” Untuk mengadakan
pengkajian/pendataan secara lebih mendalam, departemen kesehatan bekerja sama dengan P4D
departemen pendidikan nasional pada tahun 1999-2000. Hasil pendataan ini dujadikan landasan untuk
mengembangkan system pengelolaan akademi-akademi kesehatan menjadi politeknik kesehatan.
4
![Page 5: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/5.jpg)
Pembentukan politeknik kesehatan dikukuhkan dengan diterbitkannya keputusan dari mentri kesehatan
dan kesejahteraan social RI Nomor 298/Menkes-Kesos/SK/IV/2001 (pusdiknakes,2004).
Dalam keputusan menkes dan kesejahteraan social RI diatas dijelaskan bahwa pelaksanaan teknis
institusi pendidikan ini tetap dibawah Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan social dan pimpinan
institusi adalah direktur yang secara administrative bertanggung jawab kepada kepala pusat pendidikan
tenaga kesehatan dan kesejahteraan social. Program yang dapat diselenggarakan adalah program
diploma I,II,III,dan IV
D.Program SI dan Pendidikan Keperawatan Lebih Tinggi
Penyelenggaraan program sarjana keperawatan pada awalnya merupakan perwujudan dari
peraturan pemerintah No.27/1991, SK Mendikbud No. 0211/V/1982 dan 0212/U/1982 serta Direktorat
Pendidikan No. 048/DJ/Kep/1982, yang menyatakan tentang pendidikan tinggi. Penyelenggaraan ini
juga sesuai dengan hasil salah satu lokakarya nasional, yaitu dibulan januari 1983 yang menghasilkan
consensus nasional tentang perawat sebagai profesi, sehingga tenaga keperawatan harus disipkan
melalui pendidikan tinggi.
Prorogram Strata I atau sarjana keperawatan mulai diselenggarakan pada tahun 1985 oleh program
studi ilmu keperawatan di fakultas kedokteran universitas Indonesia, yang sejak tahun 1992 menjadi
fakultas ilmu keperawatan ( FIK UI ) berdasarkan SK Mendikbud RI No.0332/0/1995 ( FIK UI,2005 ).
Karena kebutuhan tenaga keperawatan dari lulusan pendidikan tinggi yang mendesak, yang kemudian
program SI keperawatan juga diselenggarakan oleh berbagai universitas lain, misalnya Universits Gadja
Mada pada tahun 1998 mendirikan program studi ilmu keperawatan. Salah satu kelebeihan dari PSIK
UGM adalah digunakanya based learnig sebagai metode pembelajaran. Tidak lama kemudian
diselenggarakan program serupa di Universitas Airlangga yang pendiriannya berdasarkan SK Dirjen
Dikti No. 122/Dikti/Kep/1999 tanggal 7 april 1999. Untuk saat ini beberapa universitas dan juga
Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan telah menawarkan Program SI Keperawatan.
Beberapa hal yang penting untuk kita perlihatkan dari pennyelenggaraan pendidikan tingkat
sarjana keperawatan adalah bagaimana kita secara tepat mampu mengelola sumber daya tenaga tingkat
sarjana ini setelah mereka menyelesaikan pendidikan dan hal yang lain adalah bagaimana kita
menigkatkan dan mempertahankan mutu pendidikan dan penelitian.
Untuk mencetak perawat dengan kemampuan kepemimpinan, manjerial dan penelitian yang
handal, Universitas Indonesia melaui Program Studi Magister Ilmu Keperawatan juga telah
menawarkan Program S2 dengan kekhususan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Lama
5
![Page 6: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/6.jpg)
program ini adalah 2 tahun (empat semester). Dimasa mendatang kita berharap bahwa universitas
ditanah air juga mampu menyelenggarakan program S2 keperawatan ini dengan berbagai peminaatan
termasuk peminatan klinis guna menyiapkan perawat dengan kompetensi klinis tingkat tinggi
(advanced nursing practice) dan perawat peneliti melalui program S3 keperawatan.
E.Pendidikan keperawatan berkelanjutan
perawat diwajibkan mempertahankan kemampuannya dalam menjalankan asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan terbaru,
menyesuaikan dengan perubahan peran dan fungsi sesuai dengan kewenagan keperawatan,
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru dan memodifikasi prilaku dan pemahaman
profesionalismenya. Untuk itu, setiap perawat yang masih aktif menjalankan tugasnya harus senantiasa
mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya antara lain dengan mengikuti pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
Pendidikan keperawatan berkelanjutan pada prinsipnya tidak selalu harus ditempuh dengan
pendidikan formal, tetapi dapat pula ditempuh dengan mengikuti kursus jangka pendek atau pelatihan
yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan tinggi atau belajar mandiri/informal dengan mengikuti
berbagai kesempatan yang diberikan oleh organisasi profesi atau badan lain yang berwenang.
Dalam SK Menkes No. 674/Menkes/SK/IV/2000 tanggal 14 april 2000 tentang registrasi dan
praktik keperawatan, dinyatakan dengan jelasa bahwa setiap perawat diwajibkan selalu menigkatkan
kemampuan keilmuan dan /keterampilan bidang keperawatan melalui pendidikan dan /atau pelatihan;
baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi.
Di masa mendatang kita berharap bahwa pendidikan keperawatan berkelanjutan/pelatihan bagi
perawat akan dapat ditata secara lebih terkendali dan terencana dan tidak dijalankan hanya secara
sporadic dan secara berkelanjutan. Tidak berlebihan bila untuk sekedar gambaran, penatalaksanaan
pendidikan keperawatan berkelanjutan di inggris sudah banyak ditawarkan sebagian besar oleh
universitas/college bagi yang mengikuti jalur formal baik berupa study days ataupun mengikuti modul-
modul tertentu. Mereka tidak dapat menghindar dari kegiatan ini, karena seperti yang dipersyaratkan
oleh NMC (the Nursing and Midwifery Council), perawat tidak dapat memperpanjang surat izin
praktinya bila tidak ada bukti bahwa mereka telah cukup mengikuti pendidikan keperawatan
berkelanjutan. Perawat juga dapat mengikuti pendidikan berkelanjutan dengan cara belajar mandiri dari
paket-paket yang terakreditasi yang ditawarkan oleh RNC (The Royal College Of Nursing). Banyak
perawat yang mengambil modul ini dalam rangka mendapatkan ijazah S1-nya melalui Degree
Pathways tetapi banyak juga yang hanya mengambil modul tanpa menginginkan ijazah S1. Tentu saja
6
![Page 7: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/7.jpg)
hal-hal ini seperti ini membutuhkan kebijakan dan perangkat yang memadai. Barangkali gagasan seperti
bias diterapkan di Indonesia, sehingga perawat kita dapat meningkatkan ilmunya sementara mereka
masih tetap dapat bekerja, sehingga institusi pelayanan tidak dirugikan dan kesejahteran keluarga bagi
perawat juga dapat juga dipertahankan karena mereka tidak perlu meninggalkan keluarga mereka.
Terlepas dari jenjang pendidikan yang ditawarkan, sepertinya ada beberapa hal umum yang
dihadapi oleh semua pendidikan keperawatan baik menengah atau tinggi. Hal ini antara lain disebabkan
oleh berbagai perubahan social dan politik yang sama ditanah air kita. Berbagai persoalan yang kiranya
dapat kita pakai sebagai bahan kajian kita bersama adalah :
a. upaya dalam mempertahankan mutu pendidikan keperawatan. Dalam 15 tahun terakhir, jumlah
institusi pendidikan keperawatan di Indonesia menigkat dengan cepat dan sering kali hal ini
menyulitkan kita untuk mengendalikan dan mempertahankan mutu pendidikan. Walaupun sudah
ada system akreditasi bagi institusi pendidikan kesehatan, namun upaya ini masih dirasa jauh dari
yang kita harapkan.
b. Arah dan kurikulum pendidikan keperawatan. Dalam situasi gelobal saat ini, kita berharap dapat
mencetak tenega keperawatan yang berkompetensi tinggi. Namun dampaknya, arah pendidikan
sering kali menjadi kabur dan muatan kurikulum menjadi tidak jelas. Kurikulum seharusnya
disusun dengan mendasarkan isi program secara seimbang untuk memenuhi kebutuhan setempat
(provinsi/daerah), nasional dan internasional.
c. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan/pendidikan semakin meningat secara umum, tidak semua
perawat dapat mengakses kesempatan ini karena berbagai factor antara lain persyaratan
administrative, cara pengusulan, batasan usia dan batasan jumlah peserta yang dapat diterima serta
keterbatasan dana dan komitmen dengan keluarga.
d. Keterbasan tenaga pengajar dan fasilitas klinik. Jumlah doctor dan master keperawatan masih
sangat terbatas untuk kebutuhan pengajaran program sarjana keperawatan . di pengajaran jenjang
diploma,penyediaan jumlah tenaga pengajar dengan kualifikasi master (S2) dan sarjana
keperawatan belum memadai. Hal ini juga terjadi di jenjang pendidikan SPK. Selain keterbatasan
tenaga pengajar, sumber fasilitas pendidikan juga belum memadai seperti lahan praktek, peralatan
laboratorium, dan buku-buku keperawatan dan akses mahasiswa dalam menggunakan sarana
elektronik ( mis. Jurnal-jurnal keperawatan).
e. Siswa/mahasiswa keperawatan semakin dilibatkan dalam pengembangan kurikulum, membuat
aturan/kebijakan dan evaluasi program. Upaya ini walau nampaknya berjalan lambat tetapi tetap
mendapat perhatian. Perubahan social dan kedewasaan mahasiswa, dengan tuntutan mereka untuk
mempunyai bagian dalam program pendidikan menyebabkan beberapa mahasiswa ikut aktif dalam
pengendalian pengajaran maupun administrative.
7
![Page 8: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/8.jpg)
F.Organisasi Keperawatan
Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional yang
merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974.
Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi keperawatan.
PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi keperawatan, seperti:
IPI (Ikatan Perawat Indonesia),
PPI (Persatuan Perawat Indonesia),
IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),
IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia).
PPNI mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki persamaan kehendak sesuai dengan
jenis/profesi dan lingkungan kerja untuk mencapai tujuan organisasi
2. Mengemban, mengamankan dan membela pancasila serta berorientasi pada program pembangunan
manusia seutuhnya tanpa membedakan terhadap tuhan yang maha esa
3. Menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi tenaga keperawatan serta
mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga keperawatan.
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dapat mendaftarkan
diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut
calon anggota. PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam
musyawarah ini selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai
masalah keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang
berupa rekomendasi atau keputusan organisasi. Untuk mempertahankan dan mengembangkan
profesi, maka organisasi profesi keperawatan harus melakukan 5 fungsi, yaitu:
1. Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan dan
praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin praktik
(lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode etik dan
norma perilaku (Styles, 1983).
2. Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit. Sumbangan
utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli teori. Tujuan utama
teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi para perawat di masa depan
adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah dipublikasikan ini
dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena hanya penelitian yang
dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan sumbangan utama bagi
pengembangan pengetahuan keperawatan.
8
![Page 9: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/9.jpg)
3. Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk
diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai proses
sosialisasi.
4. Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat dan
konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu posisi
kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan
kebijakan pemerintah.
5. Memperhatikan kesejahteraan umum dan social anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi
perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan social bagi anggota untuk
menjalankan peranannya sebagai tenaga professional dan mengatasi masalah professional
anggotanya.
9
![Page 10: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan, pergeseran pola penyakit dan tuntutan
masyarakat mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan kedudukan keperawatan
dalam kancah politik social. Berbagai penyesuaian terus diupayakan untuk meningkatkan kemantapan
keperawatan dalam percaturan social politik.penyesuain yang dilakukan antara lain peningkatan
jenjang dan mutu pendidikan keperawatan serta pemantapan organisasi profesi
B. SARAN
Dari makalah yang kami susun ini, kami berharap pembaca dapat memahami betul
bagaimana politik yang ada di dalam dunia kesehatan dan keperawatan serta mengetahuai
pula organisasi perawat indosesia (PPNI) guna mewujudkan generasi perawat yang
professional.
10
![Page 11: Makalah sistem politik Dan Pembuatan Kebijakan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081721/5695d2aa1a28ab9b029b4670/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
o EGC – konsep dan prospektif praktik keperawatan professional, Robert priharjo
o EGC – praktik keperawatan professional konsep dasar dan hukum , Robert
Priharjo
11