SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

24
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah: POLITIK HUKUM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN Dosen Pengasuh: Dr.H.IDHAM.,SH.,M.Kn PROGRAM MAGISTER KESEHATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

description

BAHAN KULIAH

Transcript of SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

Page 1: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)Mata Kuliah:

POLITIK HUKUM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

Dosen Pengasuh:

Dr.H.IDHAM.,SH.,M.KnPROGRAM MAGISTER KESEHATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2014

Page 2: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

NO SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PELAKSANAANok Tdk ok

1. Pengertian Paradigma dan Politik Hukum1.1. Pengertian Paradigma1.2. Parameter yang terkandung dalam Paradigma1.3. Pengertian Politik Hukum1.4 Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian Politk Hukum

2. Politik Hukum dalam Kebijakan di Bidang Kesehatan2.1. Bidang Kesehatan merupakan Subsistem SISNAS2.2. Paradigma Kebijakan Kesehatan di Indonesia2.3. Implementasi Politik Hukum untuk mendesain Kebijakan Kesehatan

3. Format Kebijakan Kesehatan dalam Perspektif OTDA3.1. Pengertian Otonomi Daerah 3.2. Implementasi Kebijakan Kesehatan dalam konteks OTDA3.3. Sasaran pokok kebijakan kesehatan dalam konteks OTDA

4. Desain Politik Hukum Anggaran di Bidang Kesehatan 4.1. Pengertian Politik Hukum Anggaran 4.2. Porsi ideal anggaran bidang Kesehatan 4.3. Pengelolaan anggaran di bidang kesehatan dalam konteks OTDA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Page 3: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

5. Arah Kebijakan Bidang Kesehatan 5.1. Pelayanan Kesehatan Merupakan Kewajiban Negara 5.2. Kebijakan Bidang Kesehatan Subsistem Kebijakan Publik 5.3. Format Kebijakan Bidang Kesehatan

Daftar Bacaan:1. Johermansyah Djohan, Kebijakan Otonomi Daerah 1999, Jakarta, Yasrif Watampoene – 2003;

2. Idham , Paradigma Pembentukan Undang-undang, Yogyakarta, Mitra Kebijakan Tanah di Indonesia – 2005;

3. M.Solly Lubis, Sistem Nasional Sebuah Pengantar, Studi Dengan Pendekatan Sistem dan Pandangan

Konseptual Strategis, Medan, USU Pers – 1998;4. ---------------, Serba-serbi Politik dan Hukum, Bandung, Mandar Maju – 1989;5. ---------------, Dimensi-dimensi Manajemen Pembangunan, Bandung, Mandar Maju – 1996;6. ---------------, Politik dan Hukum di Era Reformasi, Bandung, Mandar Maju – 2000;7. ---------------, Sistem Nasional, Bandung, Mandar Maju – 2002;8. Kuntara Magnar, Pokok-Pokok Pemerintah Daerah Otonom dan Wilayah Administratif,

Bandung, ARMICO – 1994;9. Hessel Nogi S, Tangkilisan, Implementasi Kebijakan Publik, Yogyakarta, Yayasan Pembaruan

Administrasi Publik Indonesia-2003;10. H.Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluation Research Integrasi

Penelitian, Kebijakan dan Perencanaan, Yogyakarta, Rake Sarasin-2003;11. ................., Filsafat Ilmu Positivisme, PostPositivisme, dan PostModernisme, Yogyakarta,

Rake Sarasin-2001;11. Propenas 2000-2004,Jakarta,Sinar Grafika-2003;12. Mahmud Thoha,Globalisasi, Krisis Ekonomi dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta,

Pusta Quantum-2002;13. Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,

Jakarta, RajaGrafindo Persada-2002;14. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta,UI-PRESS-1986;15. L.J. van Apeldoorn,Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta,Pradnya Paramita-2001;16. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2008.

Page 4: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

1.1. Pengertian Paradigma

- Paradigma berasal dari bahasa latin; paradiegma (Thomas S. Kunt-1940).

- Mengandung arti pola, yang menunjukan dua pengertian:

Sebagai totalitas konstelasi pemikiran (keyakinan, nilai, persepsi dan teknik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin ilmu tertentu yang mempengaruhi cara pandang suatu realitas.)

Sebagai upaya manusia untuk memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjungkirbalikan semua asumsi maupun aturan yang ada.

1 . Pengertian Paradigma dan Politik Hukum

Page 5: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

1.2. Parameter yang terkandung dalam Paradigma

I. Totalitas konstelasi pemikiran: a. Keyakinan; b. Nilai; c. Persepsi;d. Teknik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin

ilmu tertentu yang mempengaruhi cara pandang suatu realitas.

II. Upaya manusia untuk memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjungkirbalikan semua asumsi maupun aturan yang ada.

Page 6: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

1.3. Pengertian Politik Hukum

Politik Hukum :

Suatu rangkaian tindakan, analisis yang bersifat sistematik untuk mengamati “kebijakan hukum apa” yang diberlakukan / yang dipakai oleh suatu negara.Bagi Indonesia Politik Hukum itu pemberlakukannya berpedoman kepada tiga titik tumpu yang sangat paradigmatik, yaitu:

Page 7: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

1. Titik tumpu pertama, berdasarkan paradigmatik konstitusional, artinya segala kebijakan publik yang dibuat dalam peraturan perundangan-undangan wajib berpedoman kepada seluruh ketentuan yang telah diamanatkan dalam konstitusi Negara Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Titik tumpu kedua, berdasarkan paradigmatik polisofis, artinya segala kebijakan publik yang dibuat dalam peraturan perundangan-undangan wajib berpedoman kepada seluruh ketentuan yang terkandung didalam pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta Dasar Negara yaitu Pancasila;

3. Titik tumpu ketiga, berdasarkan paradigmatik yuridis, artinya segala kebijakan publik yang dibuat dalam peraturan perundangan-undangan wajib berpedoman kepada seluruh ketentuan yang telah diamanatkan dalam konstitusi Negara Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya ketentuan pasal 1 ayat (3), yaitu Indonesia adalah Negara Hukum. Ada dua bangunan pilar terpenting yang wajib dipedomani:

a. Prinsif Negara Hukum, yaitu: 1). Subfreme Of Law; 2). Equality Before the law; 3). Due Proces of Law.

b. Ciri Negara Hukum, yaitu: 1). Pelaksanaan HAM; 2). Pengadilan dan Hakim yang merdeka; 3). Pemberlakuan Asas legalitas.

Page 8: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

1.4 Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian Politk HukumDengan berpedoman kepada pengertian Politik Hukum, unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian politik Hukum itu:

1. Adanya rangkaian tindakan dan analisis untuk mengamati kebijakan hukum apa yang dipakai oleh suatu negara.

2. Ada tiga titik tumpu ditinjau dari persepsi perberlakuannya (praktis operasional) yaitu: a. berdasarkan paradigmatik konstitusional; b. berdasarkan paradigmatik filosofis; c. berdasarkan paradigmatik Yuridis.

Page 9: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

2.1. Bidang Kesehatan merupakan Subsistem SISNAS. SISNAS adalah: merupakan sistem kehidupan Nasional. Sistem kehidupan Nasioanl itu meliputi: 1). Bidang Ideologi dan Politik; 2). Bidang ekonomi; 3). Bidang Sosial dan Budaya; 4). Bidang Pertahanan dan Keamanan.Dalam menyelenggarakan serta mengelola SISNAS dimaksud, terutama dalam praktik penyelenggaraan kebijakan publik dan pemerintahan, wajib dilaksanakan dengan mengedepankan pendekatan sistem ( aproach system ).

2. Politik Hukum dalam Kebijakan di Bidang Kesehatan

Page 10: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

Demikian juga dalam menjalankan kebijakan kesehatan, yang merupakan Sub-sistem SISNAS wajib dilaksanakan secara utuh dan terpadu (terintegrasi) dalam SISNAS itu sendiri.Kebijakan kesehatan dalam SISNAS, masuk di dalam bidang kehidupan sosial budaya, artinya kebijakan kesehatan itu adalah merupakan sub-sistem dari bidang kehidupan sosial dan budaya.

Page 11: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

Kebijakan kesehatan yang merupakan sub-sistem bidang kehidupan sosial dan budaya, wajib dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sistem. Artinya kebijakan kesehatan itu tidak boleh dilaksanakan secara parsial, menyimpang dan tidak terintegrasi dalam melaksanakan kebijakan di bidang kehidupan sosial dan budaya di Indonesia.Demikian pula dalam ruang lingkup yang lebih luas kebijakan kesehatan itu wajib pula terintegrasi dalam bingkai SISNAS yang meliputi bidang idiologi dan politik, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan tetap menggunakan pendekatan sistem (aproach system).

Page 12: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

2.2. Paradigma Kebijakan Kesehatan di IndonesiaBerdasarkan acuan paradigmatik konstitusional, diperoleh konklusi bahwa paradigma kebijakan kesehatan di Indonesia wajib bertumpu pada semua kaidah dan segala ketentuan yang termaktub didalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.Paradigma kebijakan kesehatan di Indonesia lebih tegas secara mendasar didalam pembukaan Undang-Undang 1945 khususnya alinea ke empat ditegaskan yaitu:

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijakasanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 13: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

Dengan menelisik acuan mendasar tentang paradigma kebijakan kesehatan Indonesia sebagai mana termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD NRI Tahun 45 tersebut, maka dalam menjalankan kebijakan publik dibidang kesehatan di Indonesia, pelaksanaannya wajib menderivasi dari segala ketentuan yang telah diamantkan secara tegas dalam alinea keempat pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagaimana dimaksud.Pendekatan yang digunakan dalam menjalankan kebijakan publik dibidang kesehatan itu, wajib pula dilaksanakan dengan mengendapankan prinsip pendekatan sistem. Dan seluruh rangkaian kebijakan kesehatan itu wajib teranyam menyatu dan terintegrasi dalam SISNAS di Indonesia.Terkait dengan hal ini isue global yang tertuang dalam MDGs (Millenium Devoplepment Goals) yang menghangat saat ini, sebenarnya bagi Indonesia hal itu bukanlah merupakan hal yang baru, tetapi dalam pendekatan analisis paradigmatik konstitusional hal itu sudah diamanatkan dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945. rincian MDGs sebagaimana dimaksud dapat dikristalisasi delapan butir kebijakan yaitu:1.Upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, targetnya untuk tahun 2015 adalah mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari satu dollar AS sehari dan mengurangi ancaman kelaparan;2.Pemerataan pendidikan dasar; targetnya untuk tahun 2015, memastikan bahwa setiap anak, baik laki-laki maupun perempuan wajib mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan dasar;3.Mendukung adanya persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, targetnya 2005 – 2015 mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005, dan untuk semua tingkatan tahun 2015;4.Mengurangi tingkat kematian anak, targetnya Tahun 2015 mengurangi dua pertiga tingkat kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun;5.Meningkatkan kesehatan Ibu, targetnya Tahun 2015 mengurangi dua pertiga rasio kematian Ibu dalam proses melahirkan;

Page 14: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, target 2015; menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya;

7. Mencamin daya dukung lingkungan hidup. Sasaran targetnya ada 3, yaitu:a. Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan

program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan;b. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses

air minum yang sehat;c. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan

untuk sedikitnya seratus juta orang yang tinggal didaerah kumuh.8. Mengembangkan kemitraan global untuk kegiatan pembangunan. Sasaran targetnya ada 7 yaitu:a. Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan,

dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara Nasional dan International;

b. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus bagi negara-negara kurang berkembang dan kebutuhan khusus terhadap negara-negara terpencil dan negara kepulauan – kepelauan kecil. Hal ini termasuk pembebasan tarif dan kuota untuk eksport mereka, meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan penambahan bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen mengurangi kemiskinan;

c. Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara berkembang;d. Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang terhadap masalah hutang melalui

pertimbangan nasional dan international untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang;

e. Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda;f. Mengembangkan kerjasama dengan pihak pharmaceutical, untuk menyediakan akses obat penting yang

terjangkau dalam negara berkembang;g. Mengembangkan kerjasama dengan pihak swasta, membangun terciptanya penyerapan keuntungan dari

teknologi-teknologi baru terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Page 15: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

2.3. Implementasi Politik Hukum untuk Mendesain Kebijakan KesehatanAcuan dalam mengimplementasikan politik hukum untuk mendesain kebijakan kesehatan Indonesia parameternya adalah:

1.Secara paradigmatik konstitusional, bahwa seluruh rincian dan turunan kebijakan kesehatan itu wajib mempedomani dari semua kaidah dan ketentuan sebagaimana ditegaskan dalam UUD NRI Tahun 1945; 2.Secara paradigmatik filosofis, bahwa seluruh rincian dan turunan kebijakan kesehatan di Indonesia wajib menjabarkan secara konkrit dan fokus dari semua prinsip-prinsip, asas-asas yang telah ditegaskan dalam jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, falsafah negara dan dasar negara yaitu Pancasila;3.Secara paradigmatik yuridis, bahwa seluruh rincian dan turunan kebijakan kesehatan Indonesia, wajib menjabarkan secara tegas pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, yang menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dalam hal ini prinsip dan ciri negara hukum harus diimplementasikan secara konkrit dan fokus dari seluruh rangkaian kebijakan publik dibidang kesehatan di Indonesia.

Page 16: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

3.1. Pengertian Otonomi Daerah Berdasarkan pasal 1 angka 5, Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tentang Berdasarkan pasal 1 angka 5, Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pengertian OTDA adalah hak, wewenang, dan kewajiban Pemerintahan Daerah, bahwa pengertian OTDA adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan daerah otonom untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan daerah otonom, selanjutnya Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, ialah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas disebut daerah, ialah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.(pasal 1 angka 6).masyarakat dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.(pasal 1 angka 6).Atas dasar pengertian diatas, konstruksi norma hukum yang dirumuskan dalam Atas dasar pengertian diatas, konstruksi norma hukum yang dirumuskan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dimaksud, secara paradigmatik adalah untuk Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dimaksud, secara paradigmatik adalah untuk mesinergikan peneguhan paham kedaulatan rakyat denganmesinergikan peneguhan paham kedaulatan rakyat dengan pahampaham kebangsaankebangsaan (nasionalisme), dengan komitmen tetap utuhnya(nasionalisme), dengan komitmen tetap utuhnya NKRI. NKRI.

3. Format Kebijakan Kesehatan dalam Perspektif OTDA

Page 17: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

3.2. Implementasi Kebijakan Kesehatan dalam konteks OTDAParameter kebijakan tersebut wajib berpedoman kepada landasan yang sifatnya paradigmatik, meliputi pendekatan paradigmatik konstitusional, filosofis dan yuridis. Pada sisi lain dalam pendekatan yang sifatnya praktis operasional kebijakan itu wajib disesuaikan dengan isue global terkait dengan MDGs.Untuk memenuhi pelaksanaan OTDA sesuai dengan tujuannya yaitu untuk memberikan percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh di NKRI, kebijakan kesehatan tersebut harus memberikan jaminan otonomi yang utuh kepada pemerintahan Kabupaten/Kota.

Page 18: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

3.3. Sasaran pokok kebijakan kesehatan dalam konteks OTDAPaling tidak ada tiga sasaran pokok pelaksanaan kebijakan publik terutama dibidang kesehatan dalam konteks pelaksanaan OTDA, yaitu:

a. Pengentasan kemiskinan.Kemiskinan merupakan sumber masalah pokok untuk menciptakan manusia yang sehat dan sejahtera. Untuk itu pemerintah diwajibkan memberikan alokasi anggaran belanja publik yang seimbang dan berkeadilan terutama kepada masyarakat kurang mampu.

b. Penurunan pengangguran.Pengangguran juga merupakan salah satu faktor penyebab sulitnya untuk menciptkan manusia yang sehat dan sejahtera. Oleh karena itu pemerintah diwajibkan mengalokasikan anggaran yang cukup untuk belanja publik guna menciptakan lapangan pekerjaan terutama ditujukan kepada generasi muda.

c. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan.Pemerintah wajib mengalokasikan belanja publik/ belanja modal, guna membangun infrastuktur kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik keliling, pengadaan alat-alat kesehatan (ALKES) yang berteknologi tinggi dan penyediaan segala macam obat yang bermutu dan murah. Pada sisi lain pemerintah juga harus menyediakan tenaga medis dan paramedis yang cukup, handal dan profesional untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan yang cukup dan tersebar di seluruh NKRI.

Page 19: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

4.1. Pengertian Politik Hukum Anggaran.Politik hukum anggaran : adalah suatu kegiatan yang menganalisis hukum apa yang dipakai oleh suatu negara, terkait dengan pelaksanaan anggaran negara untuk mewujudkan cita-cita nasional. Bagi Indonesia politik hukum anggaran itu wajib berpedoman pada landasan paradigmatik konstitusional yaitu UUD NRI Tahun 1945, khususnya pasal 23. Dalam pasal 23 itu, politik anggaran dimaksud ditegaskan dalam terminologi APBN, yang mengandung arti yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (vide pasal 23 UUD NRI Tahun 1945).Memahami APBN dimaksud sangat berkaitan erat dengan keuangan negara. Keuangan Negara adalah, semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan miliki negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

4. Desain Politik Hukum Anggaran di Bidang Kesehatan

Page 20: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

4.2. Porsi Ideal Anggaran Bidang Kesehatan Ada tiga pilar program penting yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah dibidang kesehatan, yaitu pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan pemenuhan sarana dan prasarana alat kesehatan serta penyiapan tenaga kesehatan yang profesional dan handal tersebar merata diseluruh pelosok NKRI.Untuk melaksanakan kebijakan kesehatan sebagaimana dimaksud sangat diperlukan dukungan anggaran belanja modal/belanja publik dalam APBN dan APBD yang ideal, berkeseimbangan dan berkeadilan. Dengan melihat kenyataan emperik dilapangan bahwa masalah kemiskinan, pengangguran dan penyediaan ALKES dimaksud sangat memprihatinkan, maka perlu adanya terobosan keputusan politik untuk mengalokasikan anggran belanja modal /belanja publik yang memadai. Porsi ideal anggaran untuk bidang kesehatan untuk di alokasikan didalam APBN maupun APBD kisarannya antara 5% -10% dari total APBN dan APBD. Saat ini di Indonesia anggaran bidang kesehatan untuk; Tahun 2010 sebesar 2,1%; tahun 2011 sebesar 2.6%. Padahal standar WHO anggaran bidang kesehatan itu minimal 5% dari APBN. Dengan kondisi seperti itu Indonesia menempati ringking ke enam WHO dari isis penyediaan dukungan anggran di bidang kesehatan. Penyediaan anggaran yang cukup untuk bidang kesehatan itu memang bagi Indonesia sudah merupakan suatu keniscayaan, karena Indonesia dalam melaksanakan kebijakan kesehatan dalam pendekatan praktis operasional juga wajib melaksanakan program MDGs ( Mellenium Development Goals)

Page 21: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

4.3. Pengelolaan Anggaran di bidang Kesehatan dalam Konteks OTDA

Berdasarkan perintah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, bahwa untuk pemerintah Kabupaten /Kota telah diberikan kewenangan seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, termasuk urusan di bidang kesehatan.Memperhatikan ketentuan diatas, dan mengingat secara paradigmatik konstitusional bahwa menciptakan manusia yang sehat dan sejahtera adalah merupakan kewajiban negara dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional, maka dalam konteks Otonomi daerah pelaksanaan kebijakan publik di bidang kesehatan harus merupakan kebijakan yang prioritas untuk dilaksanakan secara konkrit dan terpokus oleh pemerintah Kabupaten / Kota. Pengelolaan anggaran di bidang kesehatan terutama dalam pelaksanaan OTDA kepada pemerintah Kabupaten /Kota wajib mengupayakan teralokasinya anggaran yang cukup (5%-10%) dalam APBD, yang pengelolaannya wajib mengikuti standar dan prosedur yang ditetapkan dalam berbagai peraturan perundangan-undangan tentang pegelolaan keuangan negara, satu diantaranya mempedomani ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah serta peraturan perundangan-perundangan lainnya yang berkaitan dengan itu.

Page 22: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

5.1. Pelayanan Kesehatan Merupakan Kewajiban NegaraDalam pendekatan paradigmatik konstitusional, filosofis dan yuridis dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelayanan di bidang kesehatan adalah merupakan salah satu kewajiban negara.Kewajiban konstitusional tersebut dalam pelaksanaan kebijakan dan pelayanan dibidang kesehatan tidak bisa dilaksanakan secara parsial, tetapi pelaksanaannya harus secara terus-menerus, berkelanjutan, sistemik dan holistik serta terintegrasi dari seluruh bidang kehidupan bangsa/SISNAS (Ideologi dan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan) dengan tetap mengedepankan prinsip pendekatan sistem (aproach system ) .Oleh karena pelaksanaan kebijakan publik di bidang kesehatan tersebut adalah merupakan salah satu parameter untuk mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat yang adil dan makmur dan berkesejahteraan atau terciptanya negara yang berkesejahteraan (welfare state) maka kepada pemerintah diwajibkan untuk membuat program pelayanan di bidang kesehatan yang prioritas dengan memberikan perhatian khusus mengalokasikan anggaran belanja modal/belanja publik yang cukup dan berkeadilan.

5. Arah Kebijakan Bidang Kesehatan

Page 23: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

5.2. Kebijakan Bidang Kesehatan Subsistem Kebijakan Publik Dalam perspektif pengelolaan kebijakan publik dikaitan kan dengan penyelenggaraan sistem manajemen pembangunan nasional, bahwa kebijakan di bidang kesehatan adalah merupakan sub sistem atau bagian dari kebijakan publik. Bagi Indonesia penyelengaran sistem manajemen pembangunan nasional itu terangkum dalam lingkaran besar utuh dan terpadu yang disebut SISNAS (bidang kehidupan nasional yang meliputi : bidang Ideologi dan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Pertahanan Keamanan). Dengan memperhatikan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan di bidang kesehatan juga merupakan sub sistem dari kebijakan publik.Kebijakan di bidang kesehatan yang merupakan sub sistem kebijakan publik itu tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah secara parsial, namun dalam pelaksanaannya harus terintegrasi dalam bingkai besar yang utuh dan terpadu dari SISNAS dan kebijakan publik itu sendiri.Terkait dengan hal itu dapat di kemukakan suatu contoh mengenai pembangunan rumah sakit di kabupaten / Kota. Dari aspek perencanaan pembangunan rumah sakit ini harus memberikan jaminan pada masyarakat dari aspek keserasian lingkungan, mudahnya askses transportasi, terjaminnya penyediaan lingkungan hidup yang sehat, dan terciptanya lingkungan yang aman, tentram dan menyejukan kehidupan bagi masyarakat.

Page 24: SAP Politik Hukum Dan Kebijakan Kesehatan

5.3. Format Kebijakan Bidang Kesehatan Minimal ada tiga aspek yang harus diperhatikan guna memformat kebijakan kesehatan di Indonesia, yaitu :

a.Aspek perencanaan; Dalam aspek ini segala kebijakan publik di bidang kesehatan wajib berpedoman kepada rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten / Kota setempat. Sebagai contoh, ketika suatu pemerintah Kabupaten Kota ingin membangun fasilitas kesehatan dan rumah sakit, pemilihan lokasi pembangunannya wajib mempedomani tata letak / lokasi yang telah ditetapkan dalam Perda Tata Ruang Kabupaten/ Kota;b.Aspek pelaksanaan; Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan itu, wajib memberikan jaminan kepada seluruh masyarakat untuk mampu menciptakan manusia hidup menjadi sehat bukan sebaliknya. Oleh karena itu dalam operasionalnya seluruh infrastruktur suprastruktur layanan di bidang kesehatan harus disiapkan secara profesional dan handal untuk melayani kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Contoh hal ini dapat dikemukan bahwa sampai saat ini Undang-undang tentang Keperawatan di Indonesia belum ada. Berdasarkan hasil konfirmasi di Badan Legislasi DPR RI saat ini sedang diproses dalam Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS), berdasarkan kajian Naskah Akademik (NA) yang diajukan oleh pemerintah Qq. Kementerian Kesehatan Republik Indonesiac.Aspek pengawasan; Kegiatan pengawasan penting dilaksanakan agar pelayanan di bidang kesehatan mutunya dapat terjamin dan memberikan kepuasaan bagi seluruh masyarakat. Agar efektif dalam pelaksanaannya kegiatan pengawasan wajib menggunakan pendekatan partisipatip seluruh masyarakat, dengan menggunakan pendekatan budaya dan kearifan lokal yang hidup dan berkembang dalam strata sosial kehidupan masyarakat.