Makalah Seminar 2012 - Anyar

28
PENERAPAN PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PELUANG SMA MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh : 1. MOCH. SAHRODI NIM : 2009184202B0324 2. HOFIYA FITRIYANTANA NIM : 2009184202B0262 3. HENDRIYADI FATHORIF NIM : 2009184202B0257 4. HASAN BASRI NIM : 2009184202B0252 5. ILMI NUR HAKIM NIM : 2009184202B0276 6. HALIMATUS ZUHRIYAH NIM : 2009184202B0244

Transcript of Makalah Seminar 2012 - Anyar

PENERAPAN PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PELUANG SMAMAKALAHSEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA

Oleh :

1. MOCH. SAHRODI NIM : 2009184202B03242. HOFIYA FITRIYANTANA NIM : 2009184202B0262

3. HENDRIYADI FATHORIF NIM : 2009184202B0257

4. HASAN BASRI NIM : 2009184202B0252

5. ILMI NUR HAKIM NIM : 2009184202B0276

6. HALIMATUS ZUHRIYAH NIM : 2009184202B0244

STKIP PGRI SITUBONDOKABUPATEN SITUBONDO

TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kelapangan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Pada awalnya banyak sekali kesulitan dan hambatan yang di dapat dalam penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya mampu terselesaikan.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. H. John Harisantoso, MM selaku Dosen mata kuliah Seminar dan Bapak Drs. Arif Sholihin, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan.

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkannya.

Penulis sadar bahwa di dalam tulisan ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada semua pihak yang telah membacanya. Atas kritik dan saran para pembaca penulis ucapkan terima kasih.

Situbondo, November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul/Cover

iKata Pengantar

iiDaftar isi

iiiBAB I PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.3. Batasan Masalah

31.4. Rumusan Masalah

41.5. Tujuan

41.6. Manfaat

4BAB II PEMBAHASAN

52.1. Pengertian Pembelajaran Talking Stick

52.2. Langkah-langkah Pembelajaran Talking Stick

62.3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Talking Stick

62.4. Aktivitas Belajar

72.5. Hubungan Pembelajaran Talking Stick Terhadap Peningkatan

Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Peluang (Matematika)

9BAB III PENUTUP

11Kesimpulan

11Saran

11Daftar Pustaka

13BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang dapat bersaing dijaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkan semuanya, terutama pada mata pelajaran matematika.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum KTSP. Kurikulum KTSP yang mulai diberlakukan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be)Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal yang pada akhirnya prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika masih minim.Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa saat ini cenderung mengharapkan gurunya mengajar dengan lebih santai dan menggairahkan. Persoalannya adalah guru sering kali kurang memahami bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses mengajar. Ketidakpahaman itulah membuat banyak guru secara praktis hanya menggunakan metode konvensional, sehingga banyak siswa merasa jenuh, bosan atau malas mengikuti pelajaran. Masih cukup banyak guru yang memakai metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran. Tentu metode konvensional tersebut bukan satu kesalahan, tetapi kalau terus-menerus dipakai maka dapat dipastikan suasana pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya guru mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi jika dikaitkan dengan upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran (peluang) matematika. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa di kelas, dan salah yang dimaksud dalah hal ini adalah metode pembelajaran Talking Stick.

Pada prinsipnya, metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa secara acak, setelah itu guru dan siswa secara bersama menyanyikan lagu tertentu sambil menyerahkan tongkat dari siswa pertama ke siswa lainnya, begitu hingga lagu dinyatakan berhenti oleh guru dengan tanda-tanda tertentu yang telah disepakati.Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan metode talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, hukuman (punishmen) dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan.1.2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang dibatasi hanya pada penerapan pembelajaran talking stick terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas XI pada materi peluang. Pembatasan masalah ini mengandung konsep pemahaman sebagai berikut:

Yang dimaksud pembelajaran talking stick adalah pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran dan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan media tongkat1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan makalah ini adalah apakah penerapan pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI SMA pada materi peluang?1.4. Tujuan

Adapun tujuan dalam hal ini adalah untuk mengetahui penerapan pembelajaran Talking Stick terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas XI SMA pada materi peluang.1.5. ManfaatDari seminar ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:1.Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangkan proses pembelajaran matematika ditingkat SMA atau sederajat khususnya pada materi peluang

2.Sebagai bahan perbandingan bagi calon guru untuk meninjau kemampuan siswa SMA dalam memahami pelajaran khususnya pada materi peluang dengan menerapkan pembelajaran Talking Stick3.Sebagai bahan kajian atau referensi serta menambah wawasan bagi peneliti yang akan melakukan kajian berhubungan dengan Talking Stick.BAB IIPELAKSANAAN LATIHAN MENGAJAR2.1. Pengertian Pembelajaran Talking StickMenurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: a) Pembelajaran penerimaan (reception learning), b) pembelajaran penemuan (discovery learning),c) pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan d) Pembelajaran terpadu (unit learning). Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Depdiknas (2008:10) menjelaskan bahwa yang dimaksud metode adalah, upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu.

Merujuk pada defenisi istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang drancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa dengan menggunakan media tongkat.

Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan makalah ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Talking Stick

Teknis pelaksanaan metode Talking Stick dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi, 3) Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku, 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, 5) Guru memberikan kesimpulan, 6) Melakukan evaluasi, dan 7) Menutup pelajaran.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Talking Stick

Dalam pembelajaran Talking Stick terdapat beberapa kelebihan, dan kekurangan antara lain:2.3.1. Kelebihan:

- Menguji kesiapan siswa

- Melatih siswa memahami materi dengan cepat

- Agar lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai)

2.3.2.Kekurangan:

- Membuat siswa tegang

- Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru

Berdasarkan penerapan pembelajaran Talking Stick diharapkan siswa mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan dengan kelebihan serta kekurangan pembelajaran tersebut diharapkan siswa mampu pula menikmati proses belajar mengajarnya.

2.4. Aktivitas Belajar

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada.

Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya.Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau (dalam Sardirman, 1994: 96) yang memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidi-kan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknisis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.Dilain pihak, Rohani (2004: 96) menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Kegiatan fisik tersebut sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan se-bagainya. Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya. Se-lanjutnya Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilai-nya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pem-belajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampu-an sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.Dengan mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (1994: 93) bahwa: pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode mengajar di dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep matematika dengan bantuan guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada ruang lingkup2.5. Hubungan Pembelajaran Talking Stick Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Peluang (Matematika)Dengan menggunakan model pembelajaran yang bersifat mengajak para siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan tidak membuat mereka bosan. Seperti dengan menggunakan model pembelajaran inovatif melalui pembelajaran Talking Stick ini akan dapat merubah kebiasaan siswa yang cenderung pasif dan hanya terpusat pada guru akan menjadi suatu proses pembelajaran yang akan membuat siswa memahami materi pelajaran dengan mudah dan bertahan lama, serta mereka juga akan merasakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi tidak semua materi dalam kurikulum bisa menggunakan metode ini, seperti perhitungan, karena untuk materi perhitungan siswa terlalu sulit untuk belajar sendiri dan untuk tanya jawab siswa akan kesulitan.

Walaupun demikian, tidak menutup celah pembelajaran Talking Stick ini masih bisa diterapkan pada pelajaran perhitungan / matematika terutama pada materi peluang kelas XI SMA. Hal ini dikarenakan materi peluang (probabilitas) merupakan cabang matematika yang mempelajari kemungkinan suatu kejadian dari suatu pengujian yang berdasar atas kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tentu diharapkan para calon guru untuk bisa berimprovisasi dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar dapat terpenuhi dengan catatan pertanyaan yang diberikan tidak jauh keluar dari koridor kurikulum yang sudah ditetapkan.Seperti yang sudah diterapkan oleh Irfatul Aini pada SMPN 1 Singosari Malang pada tanggal 15 Juli 2010. Dari hasil penelitian yang ia lakukan terhadap Kelas VII SMPN 1 Singosari Malang yang berjumlah 34 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4,1% dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 77,5 meningkat menjadi 78,5 atau sekitar 1,27 %. Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10,71 % dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 78,5 meningkat menjadi 81,4 atau sekitar 3,56 %, dan pada Siklus III aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16,12 %. Peningkatan metode talking stick belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81,4 meningkat menjadi 87 atau sekitat 6,43 %. Selain Irfatul Aini, beberapa peneliti lain juga sukses melakukan hal yang sama yang dilakukan Irfatul Aini, yaitu Rosanina Nur Azizah pada tahun 2009 di SMA Negeri 1 Lumajang dan Farid Sugianto yang melakukan penelitian pada bulan April s/d Mei 2011 terhadap siswa kelas X-6 SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.BAB III

PENUTUP3.1. KesimpulanKesimpulan dari makalah seminar matematika ini dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi peluang kelas XI SMA. Selanjutnya dapat diambil ringkasan penjelasan sebagai berikut:1. Perlu adanya pendekatan, teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai materi yang ia dapat serta bisa dirangsang dengan beberapa metode pembelajaran yang menarik dan efisien seperti pembelajaran Talking Stick.2. Talking Stick merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa yaitu dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru3.1. SaranBerdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan beberapa saran untuk memperbaiki kualitas hasil belajar matematika siswa, antara lain :a.Dalam memberikan pelajaran matematika, hendaknya seorang guru menggunakan pembelajara Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajarb.Diharapkan kepada guru agar lebih memperhatikan kegiatan belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar, karena realitanya siswa kurang memahami pelajaran disebabkan beberapa faktor seperti, bakat dan minat siswa yang kurang untuk mempelajari matematika, kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar dan anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, serta msih terdapat siswa yang malu atau takut bertanya kepada guruc.Sebagai bahan kajian atau referensi serta menambah wawasan bagi guru atau mahasiswa yang ingin melakukan kajian yang berhubungan dengan pembelajaran Talking Stick untuk perbaikan kualitas pembelajarand.Dapat merasakan suasana yang menyenangkan dan memperoleh pengalaman berbeda dari suasana belajar sebelumnya, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar matematika dan lebih memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan maksimal dengan menggunakan pembelajaran Talking Stick yang akhirnya membantu memaksimalkan aktivitas belajar siswa.DAFTAR PUSTAKA

2003, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika, Sesuai Kurikulum 2004. Jakarta. Departemen Pendidikan NasionalDrs. Wagiman, M.Pd., (2005), Prioritas Matematika Dalam Penerapan Kehidupan Untuk SMA / MA Kelas XI Program IPS dan Bahasa, Surakarta: PT Widya Duta Grafika2006. Materi Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: http://www.depdiknas.info.acMujiman, 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suherman, 2009. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa; http://www.wordpress.com/Irfatul Aini, 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Penerapan Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. Malanghttp://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/06130022-irfatul-aini.ps Diakses pada 10 November 2012

http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/02/i.html Diakses pada 10 November 2012

http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-talking-stick.html Diakses pada 11 November 2012

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=51919 Diakses pada 17 November 2012

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=41990 Diakses pada 17 November 2012

5