Makalah Seminar IV

download Makalah Seminar IV

of 40

Transcript of Makalah Seminar IV

MAKALAH SEMINAR Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (ThinkPair-Share) pada Materi Kalor

Disusun Oleh : SIXSKA APRIANA KRISINTA NIM. ACB 107 033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA 2010

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS(think-pairshare )pada materi kalor .penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah seminar fisika yaitu Drs. H. Suhartono, M ,Si,yang telah memberikan ilmunya untuk memberikan pengatar dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih yang tak terhingga juga kepada dosen pembimbing makalah yaitu yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk

membimbing menyempurnakan dan memberikan saran saran yang positif dalam penyelesaian makalah ini. Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan,. AMIN.

Palangka Raya, 30 novemberl 2010

Penulis

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....................................................................... 1.2. Rumusan Masalah................................................................. 1.3. Tujuan penelitian .................................................................. 1.4. Batasan masalah..................................................................... 1.5. Manfaat penelitian................................................................. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hakekat Belajar .................................................................... 2.2. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif Learning ........................ 2.2.1 2.2.2 2.3 2.4 Unsur Usur Pembelajaran Kooperatif .............. 9 11 11 12 13 14 15 16 16 16 1 7 7 8 8 i ii

Ciri Ciri Pembelajaran Kooperatif .........................

Ketrampilan Kooperatif ........................................................ Tingkah Laku Mengajar(Sintaks) .........................................

2.5 Pembelajaran Kooperatif Dengan Tipe TPS ............................ 2.6 Kalor .................................................................................... 2.6.1 kalor ........................................................................... 2.6.2 perpindahan kalor ....................................................... 2.7 Contoh Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Dengan Tipe tps pada Pokok Bahasan kalor LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Nama Mahasiswa/NIM Program studi/ jurusan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think-pair-share) pada materi kalor SIXSKA APRIANA KRISINTA/ACB 107 033 Pendidikan fisika / pendidikan mipa

Makalah ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian peserta didik dalam dirinya mampu untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan masyarakat (Hamalik 2001: 3). Proses pendidikan haruslah mampu meningkatkan kemauan, motivasi untuk mengembangkan kemampuan diri dalam berkompetensi, menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif dan selalu meningkatkan mutu secara berkesinambungan. Pendidikan sains (IPA) memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual anak. Pendidikan sains selalu mengalami pengkajian ulang dan pembaharuan untuk mencari bentuk yang sesuai, ini dilakukan guna melihat kesesuaiannya dengan hakekat IPA itu sendiri dan perkembangan anak (siswa). Fisika sebagai ilmu satu disiplin ilmu yang merupakan ilmu bagian dari IPA, memiliki tujuan dan fenomena yang

berhubungan dengan materi dan gerak, sehingga dalam pembelajaran fisika diperlukan strategi yang tepat untuk dapat menumbuhkan motivasi kemandirian siswa, tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar yaitu tahapan mengajar, pengunaan model atau pendekatan mengajar, dan penggunaan prinsif mengajar . Guru sebagai personil yang menduduki posisi yang strategis dalam pengembangan sumber daya manusia dituntut untuk dapat terus mengikuti perkembangan konsep konsep baru dalam upaya mengembangkan kemampuan peserta didik seoptimal mungkin. Rendahnya prestasi belajar siswa juga

merupakan masalah yang seringkali muncul dalam dunia pendidikan termasuk didalamnya adalah prestasi belajar fisika. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu cara yang dapat digunakan sebagai usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran konvensional yang telah banyak diterapkan dalam pembelajaran kelas merupakan salah satu cara yang telah didominasi oleh para guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas. Suasana pembelajaran di kelas didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi pasif (Trianto,2008:6). Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasinya adalah model Kooperatif tipe TPS (think-pair-share). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Setiap anggota saling membantu, saling mendiskusikan dan

beragumentasi untuk mengasah pengetahuan yang kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing masing siswa (Slavin 2009 : 4). Pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk meningkatkan pencapaian prestasi belajar karena pembelajaran kooperatif mampu mengembangakan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri serta dapat menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah,dan mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya (slavin,2009 :5). Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Depdiknas,

2004: 15), sedangkan menurut Nur (2000) tipe TPS merupakan struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Tipe TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Tipe ini merupakan tipe pendekatan struktural dimana siswa dituntut berfikir,dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan anggota berpasangan. Pembelajaran kooperatif tipe TPS mempunyai keunggulan yaitu: meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik baik secara individu maupun kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama, partisipasi siswa lebih diutamakan, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah pembelajaran karena siswa terlibat aktif, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara anggota kelompoknya serta menjegah terjadinya adanya anggota kelompok yang tidak bekerja secara aktif dalam kelompoknya (Purwanto, 2008: 23). Guru berperan untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga tercipta suasana belajar yang hidup, aktif, kreatif dan menyenangkan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif ?

2. 3.

Apakah yang dimaksud dengan TPS (think-pair-share) ? Apakah kelebihan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS (think-pair-share) ? 1.3 Tujuan makalah Adapun tujuan makalah ini adalah: 1. Mengetahui kooperatif ? 2. 3. Mengetahui yang dimaksud dengan TPS (think-pair-share) ? Mengetahui kelebihan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think-pair-share) ? 1.4 Manfaat makalah Manfaat yang diharapkan dari hasil makalah ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi guru fisika untuk menentukan model pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pokok yang ingin diajarkan agar dapat meningkatkan hasil belajar fisika. 2. Dengan model pembelajaran tipe TPS siswa dapat terbiasa untuk belajar mandiri dan dapaf aktif pada saat kerja kelompok. 3. Sebagai motivasi belajar peserta didik sehingga hasilnya dapat diperbaiki dan ditingkatkan. 1.5. Batasan Masalah Menyadari banyak faktor yang mempengaruhi makalah ini, maka perlu diberikan batasan-batasan sebagai berikut: yang dimaksud dengan model pembelajaran

1.

Membahas tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS share).

(think-pair-

2.

Membahas tentang kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think-pair-share).

3.

Makalah ini hanya memperkenalakan model pembelajran kooperatif tipe TPS (think-pair-share) pada materi kalor untuk SMP.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

Hakekat Belajar Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan tersebut meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, tingkah laku, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek yang ada pada diri seseorang yang belajar, sesuai dengan pengertian belajar (Sudjana 1996 : 5). Belajar lebih sekedar mengingat. Bagi siswa, untuk benar-benar mengerti dan dapat menyerap ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergulat dengan ide-ide. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman dalam hal ini belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan sesuatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2001: 27). (Suparno 2007 : 13) Belajar menurut teori konstruktivisme, siswa membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri arti dari yang mereka pelajari, Siswa dalam proses ini menyesuaikan konsep dan ide ide baru yang mereka pelajari dengan kerangka berpikir yang mereka miliki. Sehingga tugas seorang guru dalam dunia pendidikan tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri dan terus menerus memeriksa

informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Didalam kelas yang berpusat kepada siswa peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri sendiri, bukan dengan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara luas berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah-masalah, sedangkan dalam prakteknya menjadikan siswa mampu berdiri sendiri untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapi dalam kelompoknya dan keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi. 2.2. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) (suparno 2006 : 134) Kooperatif learning atau belajar bersama adalah model pembelajaran di mna siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasi bahan mata pelajaran. Menurut kindsvater Yang menjadi fokus dari pembelajaran kooperatif adalah kemajuan bidang akdemik dan efektif melalui kerja sama. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep dimana siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Setiap anggota saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi untuk mengasah

pengetahuan yang kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing masing siswa (Slavin 2009 : 4).

Menurut jhonson(dalam kindsvater 1990: 208) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif supaya tujuannya tercapai, yaitu : 1. Perlu adanya saling ketergantungan antar siswa secara positif.saling ketergantungan berarti masing masing saling bergantung. Maka masing masing juga ada kesanggupan menerima. 2. Perlunya dikembangkan interaksi interpersonal antara siswa dan ketrampilan berkelompok. Interaksi, komunikasi antar anggota kelopok perlu dimajukan terus menerus dan dibina. 3. Perlu masing masing siswa dibantu untuk tetap bertanggung jawab pada penguasaan tugas belajar mereka. 4. Perlu dikembangkan ketrampilan sosial siswa. 5. Perlu diyakinkan bahwa tiap anggota kelompok dapat berhasil dan dapat mengembangakan kerjasama yang efektif. untuk saling membantu,saling memberi, dan

2.3.

Tujuan pembelajaran kooperatif Menurut kindsvatter ( suparno 2006 : 135) model pembelajaran kooperatif

mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :

1. meningkatkan hasil belajar siswa melalui kerja sama kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama,sehingga masing masing siswa mendapatkan hasil positif. 2. merupakan alternatif terhadap belajar kompetatif yang sering membuat siswa lemah menjadi minder. Dengan balajar kompetitif, siswa yang lemah akan sulit maju dan merasa kecil dibandingkan dengan yang pandai. Sedangkan dengan pembelajaran kooperatif ini justru yang lemah di bantu maju 3. memajukan kerja sama kelompok antar manusia. Dengan belajar bersama, hubungan antar siswa makin akrab dan kerja sama antara mereka akan semakin baik 4. bagi siswa siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi, cara belajar ini sangat cocok dan memajukan.siswa lebih mudah menkonstruksi pengetahuan lewat kerja sama antar mereka. 2.4 lima unsur model pembelajaran kooperatif Menurut roger dan david jhonson(lie 2008 : 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.untuk mencapai hasil yang maksimal,lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. 1. Saling ketergantungan positif 2. Tanggung jawab perseorangan 3. Tatap muka

4. Komunikasi antaranggota 5. Evaluasi proses kelompok Untuk memenuhi kelima unsur tersebut membutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) para anggota kelompok. Siswa harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainya dalam kegiatan pembelajaran kooperatif yang akan saling mengutungkan. Siswa juga harus menguasai kiat kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain.

2.5.

Tingkah Laku Mengajar (sintaks) Model pembelajaran kooperatif terdapat enam (6) langkah utama/tahapan

di dalam proses belajar mengajar. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyampaian informasi, yang seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat bekerjasama untuk menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok dan mengadakan evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif tipe TPS

No 1.

FASE TINGKAH LAKU Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran memotivasi siswa yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

2.

Menyajikan informasi Tahap 1: Thinking (berpikir)

3.

bacaan. Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana dalam kelompok-kelompok caranya membentuk kelompok belajar dan belajar Tahap2:Pairing membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok

4.

(Berpasangan) Membimbing bekerja dan belajar

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil

5

Tahap 3: Sharing (Berbagi) Evaluasi

6.

Memberikan penghargaan

kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

(I wayan.A.(2006 : 35)

2.5.

Pembelajaran Kooperatif Dengan Tipe Think Pair Share Pembelajaran kooperatif yang sederhana namun berguna disebut Think

Pair Share yang dikembangkan oleh frank Lyaman dkk (Nur, 2000: 26). Jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.Struktur yang dikembangkan ini dimaksudkan alternatif terhadap struktur kelas tradisional yang menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil yang beranggotakan 2 orang dan lebih dicirikan oleh penghargaan kelompok daripada penghargaan individual . Tipe TPS tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif yang mengubah pola diskusi di dalam kelas. Prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut (Nur, 2000: 26): Tahap 1: Thinking (berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap 2: Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya. Pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi dan biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap 3: Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan pada saat diskusi.

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Tahap 1 Thinking (berpikir) Fase 2 dalam kooperatif Tahap 2 Pairing (berpasangan) Fase 3 dalam kooperatif Tahap 3 Share (berbagi) Fase 4 dalam kooperatif Setiap siswa diminta untuk memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat Siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap 1 Pasangan yang terbentuk pada tahap 2 di minta untuk berbagi dengan seluruh siswa di kelas (presentasi) tentang hasil

diskusi yang telah mereka bicarakan (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-tipe-thinkpair.html)

6.3 Manfaat pembelajaran kooperatif tipe TPS (think-pair-share) Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan

menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. Pembelajaran TPS juga mengembangkan keterampilan, yang sangat penting dalam perkembangan dunia saat ini. Pembelajaran TPS bisa mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat. Kerugian diperoleh dengan pembelajaran kooperatif (khususnya TPS) sering didapatkan oleh siswa-siswa malas. Kadang-kadang satu orang yang tersisa dengan semua pekerjaan karena pasangan mereka tidak memberi bantuan. Biasanya dengan kerjasama dalam TPS yang diberikan adalah untuk dua orang. Kelemahan yang diperoleh adalah jika pasangan siswa tidak memahami informasi sama sekali, siswa dapat diperlambat, hanya karena dia harus menjelaskan semua materi sebelum dia benar-benar dapat memulai menyelesaikan masalah atau melakukan instruksi yang diberikan. (http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/22/strategi-pembelajaran-kooperatifcooperative-learning/)

2.6.

Materi Pokok

2.6.1. pengertian kalor Kalor merupakan energi yang perpindah. Jika dua buah benda disentuhkan atau dicampurkan, kalor secara ilmiah selalu berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah. Kalor berhenti mengalir ketika suhu kedua benda sudah sama atau seimbang (kanginan 2006:129). contohnya ketika membiarkan secangkir kopi diatas meja maka lama kelamaan air panas yang ada pada cangkir tersebut akan mendingin dengan seandirinya.dari contoh tersebut,dapat didefinisikan bahwa kalor adalah bentuk energi secara ilmiah akan berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan.(Kanginan 2006 : 129) 2.6.3. rumus kalor karena perubahan suhu Seperti yang kita ketahui bahwa secara ilmiah,kalor berpindah dari benda panas ke benda dingin,ketika kita duduk dekat api unggun, kita mengetahui bahwa api unggun memberikan kalor pada diri kita. Kita mungkin berpikir bahwa kalor adalah suatu zat alir,yang mengalir dari api, melalui udara untuk sampai ke diri kita.konsep inilah yang dipercaya oleh para ilmuan abab -18. Mereka berpikir bahwa kalor adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak memiliki massa, yang dapat mengalir dari benda panas ke benda dingin.mereka menyebut zat alir ini sebagai kalorik(colorik). Teori kalorik ini pertama kali diperkenalkan oleh antonie laurent lavoiser(1743-1794), ahli kimia berkembangsaan prancis. Berdasarkan teori inilah satuan kalor diberi nama kalori.satuan yang lebih besar adalah kilokalori. Satuan ini masih sering digunakan untuk menyatakan kandungan energi yang dimiliki makanan. Satu kalori didefinisikan sebagai

banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh satu gram air untuk menaikan suhunya sebesar 1C. Satuan kalor yang lain adalah joule. Perbandingan antara satuan kalori dan joule adalah sebagai berikut : 1 kalori = 4,186 joule = 4,2 joule 1 joule = 0,24 kalori

1. Hubungan kalor dan massa zat Kita dapat menyelidiki secara kasar, hubungan kalor dengan massa zat dengan menggunakan Dua bejana kaca tahan api, sebuah termometer, sebuah stopwatch, sebuah pembakar bunsen, dan tiga botol air mineral ukuran 300 ml. Menyusun peralatan seperti gambar 1.1. Menuangkan air ke dalam botol pertama(volom 300 ml) ke dalam bejana pertama (gambar 1.1a). Mengatur

dahulu nyala api dari pembakar bunsen di tempat terpisah. Mengukur suhu awal air dalam bejana pertama dengan termometer, geser pembakar bunsen tepat pada dasar bejana dan jalan kan stopwatch. Ketika termometer menujukan kenaikan suhu air 10C, mematikan stopwach. Mencatat lama waktu untuk menaikan suhu air sebesar 10C. Setelah itu menuangkan air ke dalam botol kedua dan ketiga ( volum = 2 x 300 mL = 600mL) ke dalam bejana kedua(gambar 1.1 b). Mengukur suhu awal air dalam bejana. Menggeser pembakar bunsen ke dasar bejana kedua dan menjalankan stopwatch. Seperti sebelumnya, matikan dtopwatch ketika

termometer telah menujukan kenaikan suhu air sebesar 10C. Mencatat lama waktu untuk kenaikan suhu ini.

Melalui percobaan diatas kita dapat memperhatikan lama waktu pemanasan untuk meningkatkan suhu air dalam bejana pertama dan bejana kedua yang langsung berkaitan jumlah kalor yang diberikan oleh air,yang dapat kita lihat pada tabel 1.2 dibawah ini. Tabel 1.2 . data percobaan hubungan kalor dengan massa zat Massa air Kenaikan suhu (kg) 0,15 0,20 0,25 0,30 Terhadap suhu awal(C) 10 10 10 10 Kalor yang Diberikan pada air (J) 6350 8410 10515 12625

Dari tabel 2.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar massa zat yang dipanaskan, maka semakin besar pula kalor yang diberikan pada zat tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa massa sebanding dengan banyaknya kalor. 2. Hubungan kalor dengan kenaikan suhu Untuk menyelidiki hubungan kalor dengan kenaikan suhu,tentu saja massa air yang dipanaskan haruslah tetap. Kita dapat menyelidiki hubungan ini secara kasar dengan menggunakan 300 Ml air seperti yang ditunjukan pada gambar 1.1a,kita memerlukan bantuan 3 teman lainya yang memegang stopwatch. Mengukur dahulu suhu awal air dan mengatur nyala pembakar bunsen di tempat yang terpisah. Geser pembakar bunsen tepat pada dasar bejana dan minta ketiga teman kita tadi menyalakan stopwachnya.

Ketika suhu air telah naik 5C, meminta teman pertama mematikan stopwatchnya dan mencatat selang waktunya. Berturut turut ketika suhu air telah naik 10C dan 15C, meminta teman kedua dan ketiga mematikan stopwatchnya dan mencatat selang waktunya. Pada tabel 1.3 di bawah ini kita dapat melihat hubungan antara kalor dan kenaikan suhu : Kalor yang diberikan Pada air (J) 0 2550 5050 7580 10100 12640 Suhu (C) 12 15 18 21 24 27 Kenaikan suhu terhadap suhu awal(C) 0 3 6 9 12 15

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar perubahan suhu suatu zat saat dipanaskan, maka semakin besar pula kalor yang diberikan pada zat tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan suhu sebanding dengan banyaknya kalor.

3. Hubungan kalor dengan jenis zat Kalor jenis zat(c) adalah sejumlah kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menaikan suhunya sebesar 1C atau 1K. Kalor jenis zat dapat dinyatakan dalam satuan joule/kgC atau kal/kgC. Kalor yang diperlukan untuk air adalah 2400 J, sedangkan untuk alkohol adalah 2400 J. Perbedaan ini disebabkan oleh sifat khas yang dimiliki oleh setiap

zat. Besaran yang mewakili sifat khas ini yang dinamakan kalor jenis(diberi lambang c ). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kalor yang diberikan sebanding dengan kalor jenis zat.

4.

Menghitung kalor karena perubahan suhu kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat

Banyaknya

bergantung pada tiga faktor , yaitu : massa zat, kalor jenis zat, kenaikan suhunya. Jadi dapat dikatakan bahwa banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk meningkatkan suhu suatu zat adalah : Sebanding dengan massa zat(m), Sebanding dengan kalor jenis zat (c),dan Sebanding dengan kenaikan suhu zat (T)

jadi secara matematis,kesimpulan ini dituliskan sebagai berikut. Q = m x c x T Dimana : Q = banyaknya kalor yang diterima(joule atau kalori) m = massa zat (kg atau gram) c = kalor jenis zat (J/kgC atau kal/grC) T = perubahan suhu zat (C) (Kanginan 2006 :131-134)

2.6.3. pengaruh kalor terhadap wujut zat

suatu zat yang menerima atau melepas kalor tidak hanya menyebabkan perubahan wujut. Akan tetapi, pada saat terjadi perubahan wujut, suhunya zat tetap. Saat seperti ini kalor seolah olah tersembunyi yang disebut kalor laten. Jadi kalor yang diberikan pada saat zat sedang berubah wujut tidak mengubah suhu zat karena seluruh kalor yang diterima digunakan untuk mengatasi gaya tarik menarik antarpartikel sejenis(kohesi) pada zat padat sehingga jarak antar

partikel menjadi lebih jauh. Perubahan wujut zat ada enam macam, yaitu : melebur, mencair, membeku, menguap, mengembun,menyublim dan mengkristal. Menurut tingkatan yang energi, zat gas memiliki energi yang paling besar, diikuti zat cair, dan yang terkecil adalah zat padat. Diagram perubahan wujut zat ditunjukan seperti gambar berikut ini :

1. Menguap dan mengembun Menguap adalah proses perubahan wujut zat dari cair menjadi gas. Pada dasarnya, penguapan merupakan proses terlepasnya mulekul mulekul pada permukaan zat cair. Banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh massa1 kg zat untuk berubah wujut zat cair menjadi gas disebut kalor uap.

Rumus yang menyatakan kalor penguapan adalah sebagai berikut : Q=mxU Keterangan : Q = energi kalor yang diperlukan(J) m = massa zat(kg) U = kalor didih atau kalor uap (J/kg) Proses penguapan memiliki kebalikan,yaitu pengembunan. Pengembunan adalah proses perubahan wujut dari zat gas menjadi cair. Banyaknya kalor yang dilepaskan pada satu satuan massa gas berubah seluruhnya menjadi zat cair pada titik embunnya disebut kalor embun. Suhu ketika gas berubah menjadi cair disebut titik embun, jadi besarnya kalor pengembunan sama dengan besar kalor penguapan.(syarifudin 2007 : 228) 2. Mendidih Mendidih adalah proses perubahan wujut zat dari cair menjadi gas. Mendidih berbeda dengan menguap, penguapan hanya terjadi pada permukaan zat cair sedangkan mendidih terjadi pada seluruh bagian zat cair. Suhu pada saat zat cair mendidih disebut titik didih. Pada waktu mendidih suhu zat cair tetap walaupun diberi kalor terus menerus. Untuk mengubah wujut cair menjadi gas pada titik didihnya diperlukan energi kalor. Jumlah kalor tyang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat dari wujut cair menjadi gas pada titik didihnya disebut kalor didih uap (sugiarto,teguh 2008 : 108)

3.

Melebur dan Membeku

Melebur adalah prses perubahan wujut zat dari padat menjadi cair. Proses melebur memerlukan kalor, pada saat melebur, suhu zat tetap. Kebalikan dari melebur adalah membeku. Jadi, membeku adalah perubahan wujut dari cair ke padat, proses membeku adalah melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang diperlukan 1 kg zat untuk mengubah wujutnya dari padat menjadi cair disebut kalor lebur, sedangkan kalor beku adalah banyaknya kalor yang dilepaskan oleh massa 1 kg zat untuk mengubah wujutnya dari cair menjadi padat. Besarnya kalor lebur sama dengan kalor beku dan dirumuskan sebagai berikut : Q=mxL Keterangan : L = kalor lebur atau kalor beku (J/kg atau kal/g) Q = kalor yang dibutuhkan (J atau kal) m = massa zat (kg) (Syarifudin 2007 : 229)

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN Sebagai mana telah diuraikan diatas, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yakni sebagai berikut : 1. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

kemampuan berbeda. Setiap anggota saling membantu, saling

mendiskusikan dan beragumentasi untuk mengasah pengetahuan yang kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing masing siswa. 2. Tipe TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa,Tipe ini merupakan tipe pendekatan struktural dimana siswa dituntut berfikir,dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan anggota 2 orang atau berpasangan. 3. Keunggulan dari kooperatif tipe TPS yaitu: meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik baik secara individu maupun kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerjasama,siswa secara langsung dapat memecahkan masalah pembelajaran karena siswa terlibat aktif, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara anggota kelompoknya.

3.2. SARAN Saran saya semoga makalah ini dapat berguna bagi generasi pendidik berikutnya,dan dapat menerapkan model pembelajaran TPS dan model-model pembelajaran yang lainnya dalam proses belajar mengajar,agar suasana yang tercipta tidak lagi dan terkesan menoton.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyarto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII SMP/MTs Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Lie, Anita. 2008.Cooperatif learning. Jakarta : PT Grasindo.

Kanginan, Marthen. 2007. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. Slavin,E.Robert. Bandung 2009. Cooperatif Learning Teori,Riset dan Praktik.

: Nusa media.

Sugiyarto, Eni Ismawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII SMP/MTs. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana.1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: sinar baru algenso. Suparno,paul.2006. Metodologi Pembelajaran fisika. Yogyakarta : Uiversitas sanata darma. S.T, Syarifudin.2007. Inti Sari Fisika Untuk SMA.Ciputat-Tanggerang : Karisma

lampiran : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/Semester

: : :

SMP Fisika XI/I

Materi Alokasi Waktu

: :

kalor 1 x 30 menit

I.

STANDAR KOMPETENSI Memahami wujut zat dan perubahannya

II.

KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujut zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari - hari.

III.

INDIKATOR Memahami wujut zat dan perubahannya

IV.

TUJUAN PEMBELAJARAN1. Siswa mampu menjelaskan pengertian kalor. 2. Siswa mampu menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu

benda.

V.

MATERI PEMBELAJARANA. Materi

: kalor

a.

Pengertian kalor

5. Kalor merupakan energi yang perpindah. Jika dua buah benda disentuhkan atau dicampurkan, kalor secara ilmiah selalu berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah. Kalor berhenti mengalir ketika suhu kedua benda sudah sama atau seimbang (kanginan 2006:129). contohnya ketika

membiarkan secangkir kopi diatas meja maka lama kelamaan air panas yang ada pada cangkir tersebut akan mendingin dengan seandirinya.dari contoh tersebut,dapat didefinisikan bahwa kalor adalah bentuk energi secara ilmiah akan berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Menghitung kalor karena perubahan suhu Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat

bergantung pada tiga faktor , yaitu : massa zat, kalor jenis zat, kenaikan suhunya. jadi secara matematis,kesimpulan ini dituliskan sebagai berikut. Q = m x c x T Dimana : Q = banyaknya kalor yang diterima(joule atau kalori) m = massa zat (kg atau gram) c = kalor jenis zat (J/kgC atau kal/grC) T = perubahan suhu zat (C) VI. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran : Constructivisme

Metode pembelajaran Media

: Cooperative learning tipe TPS : LKS

VII.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Memotivasi siswa: guru mengajukan pertanyaan, Apa yang terjadi

ketika sejumlah es kita masukkan ke dalam gelas kemudian dipanaskan? B. Kegiatan Inti (20 menit)1. Menyajikan informasi kepada siswa lewat bacaan mengenai materi

kalor.2. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

dengan beranggotakan 2 orang atau berpasangan . 3. Memberikan bimbingan kepada tiap kelompok dalam bekerja dan belajar dengan panduan LKS.4. mengevaluasi hasil belajar siswa dan Meminta perwakilan dari tiap

anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 5. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerja nya baik. C. Kegiatan Penutup (5 menit)

1. Membimbing siswa menarik kesimpulan pembelajaran. 2. Mengevaluasi hasil belajar siswa dengan memberikan soal untuk dikerjakan di rumah. 3. Mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup. VIII. SUMBER PEMBELAJARAN1. Kanginan, Marthen. 2007. IPA Fisika untuk SMP Kelas VII. Jakarta :

Erlangga. 2. Purwanto, Budi dan Nugroho,Srionto. 2007. Belajar Ilmu Alam dan Sekitarnya Untuk Kelas VII SMP dan MTs. Solo : Tiga Serangkai. 3. LKS

IX.

EVALUASI A. Teknik Penilaian Tes Tertulis

B. Bentuk Instrumen Uraian

1.

Jelaskan apa yang dimaksut dengan kalor ?

2. Dapatkah kamu memanaskan suatu benda tanpa menaikan

suhunya?tunjukan caramu.

LEMBAR KERJA SISWA(LKS) Pokok Bahasan Tujuan kegiatan : kalor :

1. Siswa mampu menjelaskan pengertian kalor. 2. Siswa mampu menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda. Waktu Kelompok : 15 menit : .. 1. .. 2. ..

kegiatan I : Alat dan bahan : 1. satu buah gelas kimia (ukuran 200 ml dan 400ml) 2. termometer 3. stopwatch.

4. kaki tiga 5. kawat kasa 6. statif 8. air

Langkah langkah kegiatan: 1. Menyusun alat seperti gambar di bawah ini !

2. Mengisi gelas kimia dengan 200 ml air. 3. Mengukur suhu mula mula air tersebut sebelum dipanaskan dengan menggunakan termometer. 4. Menyalakan pembakar spritus,mengamati perubahan tiap 2 menit! Mencatat hasil pengamatan dan masukan dalam tabel 1.1. 5. Mengisi gelas kimia dengan 400 ml air. 6. Mengukur suhu mula mula air tersebut sebelum dipanaskan dengan menggunakan termometer. 7. Menyalakan pembakar spritus,mengamati perubahan tiap 2 menit! Mencatat hasil pengamatan dan masukan dalam tabel 1.1. 8. Menyatakan kesimpulan yang didapat setelah melakukan percobaan.

Tabel 1.1

no

Waktu (menit)

Suhu mula- mula Air 200 ml

Suhu air

Suhu

Suhu

air

200 ml saaat mulamula dipanaskan air 400 ml

400ml saat dipanaskan

1 2 3 4 5 6

0 2 4 6 8 10

Kesimpulan :

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Yogyakarta: Rineka Cipta. _________________. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Penilaian SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. ________. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. ________. 2005. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah pertama (SMP) Mata pelajaran Sains. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. _____________. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajr Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Ijalaceh. 2008. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe TPS. Diambil pada tanggal 20 Juni 2009, dari http://pendidikanfisika.blogspot.com/2009/06/-skripsi-model pembelajaran Kanginan, Marthen. 2007. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Nur. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Purwanto, Sigit. 2008. Penerapan Model Kooperatif dalam Peningkatan Motivasi dan Partisipasi Siswa serta Kualitas Hasil Belajar Matematika di SMK Negeri 1 Balikpapan. 2(1); 19 23. Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sumarwan, dkk. 2007. IPA SMP Jilid 2B Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Erlangga. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.