Makalah Seminar Berkarakter

33
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini Dengan demikian segala daya upaya dan keterbatasan waktu Makalah ini dapat terselesaikan dengan batas waktu yang telah ditentukan. Penyusunan Makalah ini tidak akan dapat terselesaikan dengan tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait, patutlah kiranya pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ketua STKIP PGRI Situbondo Drs. H. Jonh Harisantoso, MM. 2. Bapak Drs. H. Jonh Harisantoso, MM. selaku Dosen Pembimbing. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan Makalah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada makalah ini, hal ini disebabkan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan oleh penulis sebagai masukan yang berarti untuk menyempurnakan makalah ini. 1

Transcript of Makalah Seminar Berkarakter

Page 1: Makalah Seminar Berkarakter

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Makalah ini Dengan demikian segala daya upaya dan keterbatasan waktu Makalah ini dapat

terselesaikan dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan Makalah ini tidak akan dapat terselesaikan dengan tanpa adanya

bantuan dari pihak-pihak terkait, patutlah kiranya pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ketua STKIP PGRI Situbondo Drs. H. Jonh Harisantoso, MM.

2. Bapak Drs. H. Jonh Harisantoso, MM. selaku Dosen Pembimbing.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan Makalah yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat ridho dari Allah SWT.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada

makalah ini, hal ini disebabkan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu

kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan oleh penulis sebagai masukan

yang berarti untuk menyempurnakan makalah ini.

1

Page 2: Makalah Seminar Berkarakter

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hasil evaluasi Bank Dunia (1995) di 150 negara tentang faktor penentu keunggulan

suatu negara menyatakan bahwa 45% keunggulan ditentukan oleh faktor inovasi dan

kreativitas, sisanya 25% oleh faktor jaringan (networking), 20% faktor teknologi, dan 10%

sumber daya alam. Sementara itu, gelombang perubahan era global di abad ke- 21 telah

memunculkan fenomena perdagangan bebas, ketergantungan Iptek (ICT, Bio-teknologi,

Nano-teknologi), kehidupan global (Speed, Conectivity, Intangable, and Compatibility), isu

demokratisasi, HAM, lingkungan hidup, gender, dan multikulturalisme.

Melihat permasalahan tersebut, faktor inovasi dan kreativitas ternyata menempati

posisi yang sangat penting bagi keunggulan suatu negara. Bila ditarik secara lebih mendasar

maka faktor inovasi dan kreativiats ini berhubungan erat dengan karakter suatu bangsa sebab

hanya bangsa yang berkarakter mampu memiliki kreativitas dan menciptakan inovasi-inovasi

penting bagi peradaban.

Karakter bangsa merupakan pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ia ibarat kemudi dalam wahana berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia, jelas bahwa

kemudinya adalah Pancasila yang merupakan falsafah bangsa. Namun, fenomena keseharian

kita menunjukkan bahwa perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang

dijiwai oleh falsafah Pancasila. Kondisi ini menyebabkan munculnya keinginan pemerintah

dan berbagai kalangan masyarakat untuk merevitalisasi peran Pancasila dalam membangun

karakter bangsa.

Tujuan dari pembangunan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa

agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pembangunan karakter ini berfungsi

untuk mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik;

memperbaiki perilaku yang kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik; serta

menyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Ruang lingkup

pembangunan karakter ini mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil,

masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

2

Page 3: Makalah Seminar Berkarakter

Fitrah Ilahi manusia adalah baik. Manusia telah dilengkapi oleh akal pikiran dan hati

nurani oleh Tuhan YME untuk digunakan dalam menebar kebaikan di muka bumi. Fitrah Ilahi

inilah yang seharusnya membentuk jati diri ketika dalam prosesnya berinteraksi dengan

lingkungan membentuk karakter yang akhirnya berwujud perilaku keseharian. Sementara itu,

karakter yang unggul dari tiap-tiap pribadi akan membentuk karakter masyarakat yang pada

akhirnya akan membentuk karakter bangsa.

Pembangunan karakter bangsa berlandaskan Pancasila sehingga didasarkan kepada

Ketuhanan YME, menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab, mengedepankan

persatuan Indonesia, menjunjung tinggi demokrasi dan HAM, serta mengedepankan keadilan

dan kesejahteraan rakyat. Padanan dalam Islam dapat dirujuk pada sifat sidiq, amanah,

tabligh, dan fathonah. Sedangkan bila dikaitkan dengan sifat sosiologis manusia dapat

dipadankan dengan istilah believer, thinker, doer, dan networker.

Strategi pembangunan karakter bangsa dilakukan dengan cara sosialisasi berupa

penyadaran semua pemangku kepentingan akan pentingnya karakter bangsa (media cetak dan

elektronik perlu berperanserta dalam sosialisasi); pendidikan di ranah formal (sekolah),

nonformal (kursus), informal (rumah, tempat kerja, dan masyarakat); metoda intervensi

regulasi serta pelatihan dan habituasi (pembiasaan); pemberdayaan dengan memberdayakan

semua pemangku kepentingan (orang tua, sekolah, ormas, dsb.) agar dapat berperan aktif

dalam pendidikan karakter; pembudayaan berupa pembinaan dan penguatan perilaku

berkarakter dengan penanaman nilai-nilai kehidupan agar menjadi budaya; kerjasama yang

sinergis antara semua pemangku kepentingan.

Konsep dan strategi pembangunan karakter tersebut bila diimplementasikan dalam

proses pendidikan dapat dilakukan melalui olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa/karsa.

Inilah landasan dari program pendidikan karakter bagi generasi muda bangsa yang tengah

dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas).

Strategi pembangunan karakter bangsa dilakukan dengan cara sosialisasi (media cetak

dan elektronik perlu berperanserta dalam sosialisasi); pendidikan formal, nonformal dan

informal; metoda intervensi regulasi serta pelatihan dan habituasi (pembiasaan);

pemberdayaan; pembudayaan; kerjasama yang sinergis antara semua pemangku kepentingan.

3

Page 4: Makalah Seminar Berkarakter

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut ;

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan karakter kreatif di dalam diri siswa ?

1.2.2 Bagaimanakah penanaman karakter kreatif di dalam diri siswa agar siswa mampu

mengembangkan potensi diri ?

1.3 Tujuan Pembahasan

Berdasarkan perumusan masalah pada penelitian ini, penulis memiliki tujuan sebagai

berikut ;

1.3.1 Mendeskripsikan karakter kreatif di dalam diri siswa.

1.3.2 Mendeskripsikan penanaman karakter kreatif di dalam diri siswa agar siswa mampu

mengembangkan potensi diri.

1.4 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Memberikan informasi kepada para guru dalam melaksanakan model pembelajaran di

sekolah.

1.4.2 Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para guru dan siswa dalam upaya

meningkatkan potensi diri.

1.4.3 Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pada makalah ini tentang penanaman karakter kreatif di dalam diri

siswa agar siswa mampu mengembangkan potensi diri.

4

Page 5: Makalah Seminar Berkarakter

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Beberapa fungsi pendidikan (diadopsi dari Academic Duty, karya Donald Kennedy,

1999) adalah to teach, to mentor,to discover,to publish,to reach beyond the wall,to change,to

tell the truth,to inform,dan character building.

Sementara itu, konsep pendidikan karakter dapat dijabarkan sebagai Character

education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core

ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear

that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then

do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation

from within (David Elkind & Freddy Sweet, Ph.D., 2004, dalam arief rachman, 2011).

Orang sering terjebak, pendidikan karakter itu diterjemahkan hanya sebagai sopan

santun. Padahal lebih dari itu. Yang mau dibangun adalah karakter-budaya yang

menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk

mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan

dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan.

Beberapa fungsi pendidikan (diadopsi dari Academic Duty, karya Donald Kennedy,

1999) adalah to teach, to mentor,to discover,to publish,to reach beyond the wall,to change,to

tell the truth,to inform,dan character building.

5

Page 6: Makalah Seminar Berkarakter

Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama,

kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Pendidikan karakter adalah upaya

yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-

nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

2.1.1 Tahapan Pembentukan Karakter

Karakter tersebut dinilai menurut hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri,

sesama dan lingkungan, dan bangsa dan negara. Hubungan manusia dengan Tuhannya dinilai

menurut derajat taqwa dan sikap religius. Hubungan manusia dengan diri sendiri dinilai

berdasarkan sikap jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras,

percaya diri, berjiwa wirausaha, kreatif, inovatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu.

Hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya dinilai berdasarkan sikap sadar hak

dan kewajiban, patuh pada aturan sosial, menghargai karya orang lain, santun dan demokratis,

dan peduli lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Sedangkan hubungan manusia dengan

bangsa dan negaranya dinilai berdasarkan sikap nasionalisme dan menghargai keberagaman

dan pemahaman terhadap budaya dan ekonomi.

Hubungan manusia dengan diri sendiri dinilai berdasarkan sikap jujur, bertanggung

jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, kreatif,

inovatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu.

2.2 Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Bidang Pendidikan

Sumber-sumber nilai karakter berasal dari agama, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan

kearifan lokal. Sumber-sumber nilai karakter tersebut diinternalisasikan pada para siswa

melalui berbagai kegiatan di sekolah, di antaranya MOS, OSIS, tata krama dan tata tertib,

kepramukaan, upacara bendera, pendidikan berwawasan kebangsaan, kewirausahaan, UKS,

PMR, serta upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba/Miras, rokok, dan

penyimpangan seksual. Hasil yang diharapkan adalah agar para generasi muda ini dapat

berkarakter innovatif, kreatif, sidiq, amanah, fathonah, tabligh, disiplin, simpati, empati, jujur,

percaya diri, kompetitif, kooperatif, leadership, imaginatif, bersih, sehat, peduli, adaptif,

toleransi, dan suka menolong.

6

Page 7: Makalah Seminar Berkarakter

2.2.1 Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah – sekolah.

Memasuki abad ke-21, banyak model pendidikan yang seharusnya dirombak. Hal ini

tidak lepas dari ciri perkembangan teknologi dewasa ini yang mengandalkan kekuatan

connectivity, speed, intangible, dan compatibility. Kondisi ini menuntut kesiapan para guru

untuk menyiapkan diri dalam proses pendidikan sepanjang hayat (long life education) untuk

diri mereka sendiri.

Perubahan paradigma pendidikan dari pengajaran tradisional (traditional learning)

menuju pengajaran baru (new learning) dapat ditangkap pada perubahan fokus pendidikan

dari guru kepada murid, monolog menjadi dialog, single media menjadi multimedia, kerja

individu menjadi kerja kelompok, perolehan pengetahuan tidak hanya dari pengajaran tetapi

lebih pada pengalaman, dan perubahan pendekatan terhadap murid dari tekanan (tuntutan)

menjadi dorongan (motivasi).

Mortimore (1991) memberikan panduan ciri-ciri proses belajar efektif adalah sebagai

berikut: active rather than passive, covert rather than overt, complex rather than simple,

affected by individual differences among learners, dan influenced by variety of context. Proses

belajar-mengajar yang efektif tersebut hanya dapat dilakukan oleh para guru yang profesional.

Prinsip-prinsip profesionalisme guru (berdasarkan UU Guru dan Dosen) dapat ditilik

dari 9 poin berikut: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; (2) memiliki

komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan ahlak mulia; (3)

memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya;

(4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; (5) memiliki

tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang

ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan

perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; (9) memiliki organisasi

profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalannya.

a. Karakteristik Guru Efektif

Karakteristik guru efektif adalah memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim

kelas; kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen; kemampuan yang terkait dengan

pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement); dan kemampuan yang terkait dengan

7

Page 8: Makalah Seminar Berkarakter

peningkatan diri (Gary A. Davis dan Margareth A. Thomas, 1989). Karakteristik tersebut

pada gilirannya akan memberikan seorang guru kekuatan untuk menjadi pemimpin yang

berkarakter transformasional bagi para murid-muridnya.

Setidaknya, terdapat 7 karakter kepemimpinan guru transformasional (Luthans, 1995):

(1) mengidentifikasikan dirinya sebagai agen perubahan (pembaruan); (2) memiliki sifat

pemberani; (3) memercayai orang lain; (4) bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar

kepentingan individu, atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya); (5) meningkatkan

kemampuan secara terus- menerus sepanjang hayatnya; (6) memiliki kemampuan untuk

menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas, dan tidak menentu; (7) memiliki visi ke depan.

Seorang guru yang berkarakter pemimpin transformasional akan bertindak sebagai

seorang pengarah yang sangat mempertimbangkan prinsip kerjasama, menumbuhkan

kepercayaan, memunculkan semangat, dan membuat setiap pekerjaan menjadi hal yang

menarik bagi orang-orang yang dipimpinnya.

b. Pendidikan Karakter di Sekolah

Hasil informasi dari berbagai Sarasehan Nasional Pendidikan Karakter yang

diselenggarakan di banyak wilayah menyatakan bahwa sudah cukup banyak sekolah yang

berhasil mengembangkan pendidikan karakter dengan berbagai cara. Masing-masing sekolah

memang punya ciri penekanan yang berbeda, namun semua sekolah punya kemiripan cara

yaitu pendidikan karakter melalui pembiasaan kehidupan keseharian di sekolah dengan

keteladanan guru dan disertai penanaman nilai-nilai kemuliaan hidup. Yang pasti Pendidikan

Karakter memerlukan keteladanan dari pimpinan dan guru, sandaran nilai-nilai kemuliaan

hidup sebagai acuan karakter, konsistensi pelaksanaan, dan tidak memerlukan sarana

istimewa.

Sebagai upaya untuk meningkatkan keselarasan dan mutu pendidikan karakter,

Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk

setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual

dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang

pendidikan.

Pendidikan karakter harus masuk dalam setiap aspek kegiatan belajar-mengajar di

ruang kelas, praktek keseharian di sekolah, dan terintegrasi dengan setiap kegiatan

ekstrakurikuler seperti pramuka, pecinta alam, olah raga, palang merah, dan karya tulis

8

Page 9: Makalah Seminar Berkarakter

ilmiah. Setelah itu setiap siswa diharapkan mampu menerapkannya di rumah dan lingkungan

sekitarnya. Semua aspek pendidikan mulai dari ruang kelas hingga lingkungan tempat tinggal

harus tetap berkesinambungan dalam menjaga nilai-nilai pendidikan karakter.

Keselarasan dan kesatuan (holistis) antara olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah

rasa/karsa merupakan aspek penting dari pendidikan karakter. Olah pikir dan olah hati yang

mencakup proses intrapersonal merupakan landasan untuk mewujudkan proses interpersonal

berupa olah raga dan olah rasa/karsa. Guru dapat mentransformasikan logika berpikir dan laku

spiritual kepada para murid dibarengi dengan pengawasan terhadap tingkah laku (amanah)

dan jaringan sosial (tabligh) yang tengah dilakoni oleh mereka.

Yang pasti Pendidikan Karakter memerlukan keteladanan dari pimpinan dan guru,

sandaran nilai-nilai kemuliaan hidup sebagai acuan karakter, konsistensi pelaksanaan, dan

tidak memerlukan sarana istimewa.

Secara ringkas, olah pikir mencakup unsur cerdas dan kreatif; olah hati mencakup

jujur dan bertanggung jawab; olah raga dapat berwujud sikap disiplin dan cinta kebersihan;

serta olah rasa/karsa mencakup sikap peduli dan suka menolong. Daftar yang lebih lengkap

dari keempat komponen pendidikan karakter ini dapat diamati pada gambar di bawah ini:

Pengembangan pendidikan karakter dapat menggunakan kurikulum berkarakter atau

“Kurikulum Holistis Berbasis Karakter” (Character-based Integrated Curriculum) yang

merupakan kurikulum terpadu dan menyentuh semua aspek kebutuhan para siswa. Kurikulum

ini memadukan semua aspek dari olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa/karsa.

Bidang-bidang pengembangan yang ada di sekolah yang tercakup dalam konsep

pendidikan kecakapan hidup personal dan sosial, pengembangan berpikir/kognitif,

pengembangan karakter dan persepsi motorik juga dapat tersusun dengan baik apabila materi

ajarnya dirancang melalui pembelajaran yang terpadu dan menyeluruh (holistis).

Pembelajaran holistis berlandaskan pada pendekatan inquiry, dimana para siswa

dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi, dan berbagi gagasan. Para siswa diarahkan

untuk berkolaborasi bersama teman-temannya dan belajar dengan cara mereka sendiri. Para

siswa diberdayakan sebagai pembelajar dan diarahkan agar mampu mengejar kebutuhan

belajar mereka melalui tema-tema yang telah dirancang.

9

Page 10: Makalah Seminar Berkarakter

Sebuah model pembelajaran holistis hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila

pembelajaran yang dilakukan alami, natural, dekat dengan diri para siswa, dan guru yang

melaksanakannya memiliki pemahaman konsep pembelajaran terpadu dengan baik. Selain itu

juga diperlukan kreativitas dan sumber bahan yang kaya serta pengalaman guru dalam

membuat model-model yang tematis juga sangat menentukan keberhasilan proses

pembelajaran.

2.2.2 Tanggung Jawab Bersama Sekolah dan Masyarakat

Pendidikan karakter merupakan bagian dari upaya pembangunan kualitas sumber daya

manusia (SDM) Indonesia. Pembangunan SDM merupakan hal yang sangat penting, tidak

kalah dengan pembangunan di bidang lain. Kemajuan dan perkembangan pembangunan akan

berjalan timpang bahkan dapat menimbulkan masalah bila tidak didukung dengan SDM yang

berkualitas dan berkarakter.

Pendidikan karakter diarahkan pada penanaman nilai. Dengan penanaman nilai-nilai

ini diharapkan terwujud kehidupan sosial yang harmonisasi. Secara politis, pendidikan

karakter diharapkan menghasilkan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

serta untuk mencegah munculnya ideologi radikalisme.

Pendidikan karakter juga berorientasi kepada kemajuan kompetitif. Dalam perspektif

ekonomi, keberhasilan pembinaan karakter dapat mendorong lahirnya sumber daya manusia

yang produktif dan berkualitas yang pada gilirannya dapat mendongkrak tingkat kompetitif

negara.

Sementara dalam perspektif pendidikan, sebuah proses pendidikan dianggap

menghadirkan dua hal, yaitu transfer dan transform. Tranfer berkaitkan dengan kapasitas

intelektual, sehingga menghasilkan kepandaian bagi peserta didik. Sedangkan transform

mengandung dimensi perubahan perilaku. Kombinasi dari transfer pengetahuan dan transform

perilaku ini menghasilkan kompetensi dan kreativitas. Maka dalam setiap proses pendidikan

karakter diharapkan terjadi transfer ilmu dan perubahan perilaku hingga menghasilkan

kompentensi dan kreativitas sesuai harapan.

a. Tanamkan Karakter Universal

Karakter ada yang bersifat universal dan abadi, seperti nilai kejujuran dan disiplin

tetapi ada juga karakter yang mengikuti perkembangan zaman. Zaman telah berubah,

10

Page 11: Makalah Seminar Berkarakter

teknologi juga berkembang dan era global juga terbuka, siswa juga belajar dari perubahan-

perubahan itu.

Dalam konteks pendidikan karakter, seyogyanya siswa diarahkan memiliki karakter

yang abadi dan universal seperti kejujuran, kedisiplinan, menghargai pluralisme, mempunyai

empati dan simpati. Semua aspek ini akan sangat menunjang kesukseskan siswa kelak di masa

mendatang. Mana mungkin seseorang akan berhasil di dalam kehidupan jika setiap

berkomunikasi selalu menyakiti orang lain? Maka dari itu, untuk menggapai sukses, bermodal

kepandaian intelektual saja tidak cukup. Kepintaran hanya berkontribusi 20 persen dari

keberhasilan seseorang, selebihnya, 80 persen amat ditentukan oleh sederet potensi-potensi

yang berkait dengan karakter.

Dalam upaya merevitalisasi dan meningkatkan efektivitas pendidikan karakter, kita

perlu terus-menerus berupaya mencari metodologi dan strategi agar karakter bisa masuk dan

tertanam kuat dalam kepribadian anak-anak. Pendidikan karakter yang baik adalah yang

konsisten dan tidak kontradiktif. Anak-anak mengetahui, memahami, memercayai, kemudian

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Jangan sampai seperti yang jamak terjadi

selama ini, banyak orang yang tahu tetapi tetap melanggar; banyak orang tahu bahwa

merokok itu tidak sehat tetapi tetap mengisapnya, termasuk para dokter.

Pastinya pendidikan karakter tidak bisa diselesaikan oleh Kemdiknas sendiri, sebab ini proyek

super besar karena berkait dengan persoalan bangsa. Oleh karena itu Kemdiknas terbuka

terhadap masukan dan saran dari berbagai kalangan masyarakat.

b. Sinergi Sekolah dan Masyarakat

Secara umum kegiatan pendidikan karakter dapat dilaksanakan dalam empat ranah.

Pertama, pengembangan karakter melalui kegiatan belajar di dalam kelas. Ranah kedua,

memadukan pendidikan karakter dengan aktivitas ko-kurikuler yaitu kegiatan belajar di luar

kelas yang terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran, Ranah ketiga

ditautkan dengan kegiatan ektrakuriluler semisal pramuka, olahraga, dan karya tulis di

sekolah. Ranah keempat, pendidikan kita perlu terus-menerus berupaya mencari metodologi

dan strategi agar karakter bisa masuk dan tertanam kuat dalam kepribadian anak-anak.

Pendidikan karakter yang baik adalah yang konsisten dan tidak kontradiktif. karakter

melibatkan wali murid dan masyarakat sekitar untuk ikut membangun pembiasaan yang

selaras dengan yang dikembangkan di sekolah.

11

Page 12: Makalah Seminar Berkarakter

Namun harus diakui hingga kini sekolah pada umumnya masih dominan menggarap

pendidikan karakter di lingkungan kelas dan seputar halaman sekolah. Padahal pembudayaan

dan pembiasaan karakter, selain dikembangkan di dalam kelas harus dikembangkan melalui

budaya sekolah, kegiatan ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler, serta dalam kegiatan

keseharian di rumah.

Tantangan ke depannya adalah bagaimana kegiatan pendidikan karakter yang sudah

mulai intensif dilaksanakan di sekolah-sekolah itu, juga mendapat proses penguatan

(reinforcement) dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Sehingga berbagai perilaku yang

dikembangkan di sekolah juga menjadi kegiatan keseharian siswa di rumah maupun di

lingkungan masyarakat masing-masing.

Pendidikan karakter setidaknya dapat dilaksanakan melalui dua cara yaitu melalui

proses intervensi dan pembiasaan (habituasi). Proses intervensi dikembangkan dan

dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar yang sengaja dirancang untuk mencapai

tujuan pembentukan karakter dengan menerapkan berbagai kegiatan terstruktur. Dalam proses

pembelajaran tersebut guru sebagai pendidik yang mencerdaskan dan mendewasakan dan

sekaligus sebagai sosok panutan.

Sementara itu, lewat proses pembiasaan diciptakan dan ditumbuhkembangkan aneka

situasi dan kondisi yang berisi aneka penguatan yang memungkinkan siswa di sekolah, di

rumah, dan di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai yang

diharapkan.

Siswa juga didorong untuk menjadikan perangkat nilai yang telah diinternalisasi dan

dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa itu

sebagai karakter atau watak. Inilah proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai yang

dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis.

Tantangan kita adalah mengolah pendidikan karakter ini agar masuk ke sanubari anak-

anak sehingga mereka menjunjung tinggi dan menerapkan empat pilar bangsa, yaitu

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika.

Hal tersebut tentu membutuhkan kesungguhan, kerja keras, dan proses panjang untuk

mewujudkannya. Harapannya, di masa mendatang, kita sebagai orang tua dan warga bangsa

bisa duduk tenang bahkan berbangga, manakala menyaksikan tampilnya generasi penerus

12

Page 13: Makalah Seminar Berkarakter

yang berkarakter kuat dan sanggup menghadapi tantangan zaman mengharumkan nama

bangsa.

Tantangan ke depannya adalah bagaimana kegiatan pendidikan karakter yang sudah

mulai intensif dilaksanakan di sekolah-sekolah itu, juga mendapat proses penguatan

(reinforcement) dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

2.3 Perspektif menurut para tokoh tentang Penanaman karakter kreatif di dalam diri

siswa agar siswa mampu mengembangkan potensi diri.

2.3.1 Pendidikan Karakter Menentukan Masa Depan Bangsa menurut Dirjen

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen)

Membangun karakter memang tidak mudah. Tapi hal tersebut harus terus digalakkan

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas). Melalui program pendidikan karakter yang

di-launching pertengahan tahun ini, pemerintah berkeinginan mengembalikan karakter bangsa

yang sempat tidak memiliki arah bahkan cenderung hilang.

Awalnya, pemerintah memulai pendidikan karakter di sekolah tingkat dasar, yaitu SD

dan SMP. Sebanyak 268 sekolah dijadikan sebagai pilot project program tersebut. Hampir 1

tahun program dijalankan, bagaimana perkembangan program tersebut. Apakah berhasil

menciptakan karakter di dalam diri siswa? Ataukah pendidikan karakter hanya sebatas

pembuatan kantin kejujuran di sekolah? ’’Pendidikan karakter tidak harus diperdengarkan

seperti pilihan tangga lagu. Kita sudah memprogramkan,’’ ujar Plt Direktur Jenderal (Dirjen)

Pendidikan Dasar Prof. Suyanto Ph.D. di ruang kerjanya di Lantai 5 Gedung E Kemdiknas,

Jakarta.

Bagi mantan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen)

ini, alasan utama mulai digalakkan pendidikan karakter adalah karena mulai lunturnya

semangat dan karakter generasi penerus bangsa. Semangat dan budaya ‘ketimuran’ seolah-

olah hilang karena perkembangan globalisasi. Terlebih, lanjut pria yang hobi bermain Tenis di

setiap akhir pekan ini, sekolah sebagai kawah candradimuka pembentukan karakter malah

lebih menekankan dan mementingkan pembelajaran instruksional.

Sementara pembelajaran yang berbasis pada pemahaman sikap dan nilainilai luhur

bangsa mulai ditinggalkan. ”Berbagai fenomena sosial budaya yang sampai saat ini masih

13

Page 14: Makalah Seminar Berkarakter

terjadi di masyarakat dirasakan sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Menerobos

lampu lalu lintas, melanggar aturan sekolah, tidak mau menghargai orang lain, narkoba,

tawuran pelajar, merupakan sebagian contoh perilaku negatif yang masih sering terjadi,” tutur

Pak Yanto, sapaan akrab Suyanto. Untuk itu, lanjut Suyanto, pendidikan karakter menjadi

sangat penting dalam membentuk karakter bangsa.

Karakter sering didefinisikan sebagai hal unik yang menjadi unsur pembeda antara

bangsa yang satu dengan bangsa lainnya. Karakter memiliki peran penting dalam menentukan

kekuatan dan kemampuan bangsa dalam mencapai tujuan pembangunan. ’’Karakter bangsa

adalah unsur penting bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa,’’ tandas pria berkacamata

tersebut. Peraih Doctor Philosophy (Ph.D.) dari College of Education, Michigan State

University, Amerika Serikat dalam bidang Social Studies Curricullum and Instruction ini

menerangkan, pendidikan karakter bukan satu-satunya tugas Kemdiknas.

Pendidikan karakter juga menjadi tugas orang tua, keluarga, dan masyarakat. Bahkan,

di lingkungan inilah makna dan nilai-nilai pendidikan karakter diberikan secara luas dan lebih

banyak. Hanya saja, terang Pak Yanto, Kemdiknas menjadi institusi yang paling bertanggung

jawab dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter karena nilai-nilai tersebut paling

mudah digalakkan melalui proses belajarmengajar secara formal dan itu di bawah tanggung

jawab Kemdiknas. Lewat pendidikan formal, guru secara terprogram dan tersistematis dapat

mendidik anak untuk disiplin, berpola hidup bersih, dan berperilaku jujur.

Pendekatan mendidik seperti ini dimasukkan ke berbagai mata pelajaran. Selanjutnya,

pendidikan karakter dapat diberikan dalam konteks pengetahuan, sehingga aspek kognitif bisa

terapkan. ’’Tapi semua itu harus dipraktikkan dalam kehidupan. Proses pembiasaan harus

dilakukan,’’ ungkap pria yang hobi meng-update status sehari-sehari via Facebook ini. Satu

hal yang tidak boleh diabaikan adalah tata nilai. Bagi Pak Yanto, tata nilai adalah komponen

utama dari karakter suatu bangsa.

Oleh karena itu tata nilai wajib untuk dibangun, dibina, dan ditumbuhkembangkan.

Keberhasilan atau kegagalan sebuah bangsa sangat tergantung pada upaya pembinaan dan

pengembangan karakter warganya. ’’Prosesnya melalui pendidikan anak usia dini (PAUD).

Kegiatan Pramuka maupun Pecinta Alam, misalnya menjadi aktivitas yang penting untuk

membina dan menumbuhkembangkan nilai-nilai pendidikan karakter pada diri peserta didik.’’

Lantas, bagaimana mendidik anak untuk membangun karakter? Mantan Rektor Universitas

14

Page 15: Makalah Seminar Berkarakter

Negeri Yogyakarta (UNY) ini menegaskan, sangat mudah. Salah satunya melalui budaya

antre. Pemahaman tentang pentingnya budaya antre harus diberikan di sekolah.

’’Sebagai contoh, di perpustakaan maupun di kantin, kita dapat memberikan pelajaran

kepada anak-anak agar tidak nyelonong. Memang tidak mudah membudayakan antre. Saya

paling marah kalau saat antre ada yang nyelonong. Secara keilmuan anak harus diberitahu

pentingnya disiplin. Makanya di sekolah ada jadwal kapan masuk, kapan pulang, dan kapan

memberikan PR,’’ pungkasnya.

Sebenarnya, pendidikan karakter sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat. Hanya saja, sangat sedikit yang mengetahuinya. Sumber-sumber pendidikan

karakter juga banyak. Misalnya, agama, dalam agama apa pun manusia diajarkan nilai-nilai

dan kaidah yang baik. Sumber lainnya, lanjut pria asal Magetan ini, adalah Pancasila. Sebagai

dasar negara, Pancasila telah teruji selama bertahuntahun dalam membentuk karakter warga

negara. Yakni, warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan keseriusan dalam

menerapkan nilai-nilai kehidupan yang positif dalam kehidupan bermasyarakat.

Diakuinya, penilaian berhasil atau tidaknya pendidikan karakter bukanlah hal yang

mudah. Karena sifatnya kualitatif, maka penilaiannya pun harus kualitatif. Bisa berupa baik

atau buruk. Karenanya, penilaian pendidikan karakter harus subjektif dan rasional. ’’Cara

makan di keluarga berbeda-beda. Ada yang harus makan di meja makan bersama keluarga;

ada yang makan di sofa; dan ada juga yang makan di kamar sambil tonton televisi,’’ ujar

penggemar aneka batik ini. Oleh karena itu, bagi pria kelahiran 2 Maret 1953 ini, nilai dari

pendidikan karakter pun mempunyai relativitas terhadap kultur seseorang.

Meskipun demikian terdapat nilai-nilai universal. Misalnya, soal kejujuran. Di semua

tempat, yang namanya kejujuran itu mempunyai makna yang sama. Tidak mengherankan, di

Amerika Serikat yang sekuler pun orang jujur sangat disenangi. ’’Tapi kalau berkhianat di

mana-mana dikutuk,’’ tegas Pak Yanto. Prinsipnya, lanjut Pak Yanto, pendidikan karakter

harus berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran dan antara mata pelajaran yang satu

dengan yang lain harus saling menguatkan, melalui muatan lokal, kepribadian, dan budaya

sekolah. Yang tidak boleh diabaikan dan paling penting, sambung Pak Yanto, adalah melalui

proses belajar aktif.

’’Sekolah harus mencerminkan bagaimana penghuninya dapat mengimplementasikan

pendidikan karakter. Misalnya toilet harus selalu bersih. Selain itu, sekolah juga harus

15

Page 16: Makalah Seminar Berkarakter

menyediakan fasilitas yang memungkinkan nilainilai budaya dan karakter bangsa dapat terus

berlangsung,’’ pinta Suyanto. Untuk pengintegrasian pendidikan karakter melalui mata

pelajaran, tegasnya, tidak perlu membuat mata pelajaran baru. Yang harus dilakukan adalah

bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter dicantumkan dalam silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada setiap mata pelajaran dari jenjang pendidikan dasar

dan menegah. Selain melalui mata pelajaran, pengintegrasian pendidikan karakter juga bisa

dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun pengembangan diri.

’’Mata pelajaran Bahasa Indonesia bisa menghadirkan bacaan yang syarat pesan moral

dan pentingnya kejujuran. Biologi bisa juga, misalnya, anak-anak harus menyanyangi

tanaman. Kalau tebang 1 harus tanam 2. Mata pelajaran Agama dan Pendidikan

Kewarganegaraan (PKN) apalagi,’’ tuturnya. Untuk penilaian pengembangan nilai-nilai

pendidikan karakter di sekolah, Pak Yanto menyarankan agar guru secara terus-menerus

melakukan penilaian dengan model adecdotal record di mana guru diarahkan untuk membuat

catatan kecil mengenai perilaku siswa yang dinilainya.

Selain itu, guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau

kejadian (yang kontroversial) untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam

menyikapi dan menilai persoalan tersebut. ”Misalnya peserta didik diminta menilai ataupun

menyatakan sikap terhadap upaya menolong pemalas; memberikan bantuan kepada orang

kikir (pelit), atau contoh lainnya yang kontroversial,” katanya. ’’Jika hal tersebut dapat

dilakukan dengan baik, maka penanaman nilai-nilai pendidikan karakter perlahan-lahan dapat

diwujudkan dengan baik,’’ tegas Suyanto. (cdl)

2.3.2 Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul menurut Dr. Bambang Indriyanto

sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemdiknas

Puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sudah digelar pada 20 Mei

2011 lalu. Istimewanya, gelaran Hardiknas tersebut dilangsungkan secara bersamaan dengan

peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Ada benang merah antara pendidikan dan

kebangkitan nasional sebagai satu keutuhan.

Satu kesatuan utuh antara Hardiknas dengan Harkitnas tersebut ditegaskan oleh

Mendiknas Mohammad Nuh sebagai satu penyatuan kimiawi, bukan semata-mata fisikawi.

Ibarat air yang merupakan penyatuan unsur hidrogen dan oksigen (H2O). Seseorang atau suatu

16

Page 17: Makalah Seminar Berkarakter

bangsa tidak akan dapat bangkit kesadaran nasionalismenya bila tidak ditopang oleh

pendidikan yang memadai.

Tema Hardiknas-Harkitnas tahun 2011 tersebut adalah “Pendidikan Karakter sebagai

Pilar Kebangkitan Bangsa” dengan subtema “Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti”.

Pertanyaan yang muncul, mengapa harus pendidikan karakter? Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) dalam pidatonya menegaskan, ke depan kita menginginkan muncul dan

berkembangnya manusia-manusia Indonesia yang unggul. Mengapa Indonesia memerlukan

manusia-manusia unggul? Karena kita sebagai bangsa, di abad ke-21, ingin menjadi negara

maju.

Presiden SBY, mengutip Aristoteles, mengatakan ada dua keunggulan manusia

(human excellent): pertama, keunggulan dalam pemikiran; dan kedua, keunggulan dalam

karakter. Kedua jenis keunggulan manusia itu dapat dibangun, dibentuk, dan dikembangkan

melalui pendidikan. “Sasaran pendidikan bukan hanya kecerdasan, ilmu dan pengetahuan,

tetapi juga moral, budi pekerti, watak, nilai, perilaku, mental dan kepribadian yang tangguh,

unggul dan mulia, inilah karakter,” pesan Presiden.

Guna memenuhi harapan tersebut, maka dirumuskanlah program pendidikan karakter

yang terpadu dengan semangat kebangsaan. Selain itu, semangat religiositas juga sangat

mendesak untuk dikembangkan demi terciptanya suasana damai dan saling menyayangi

antarsesama makhluk Tuhan di muka bumi. Pendidikan karakter merupakan jawaban yang

utuh dari berbagai kegelisahan dan keterpurukan yang masih mencengkeram bangsa

Indonesia.

Ada tiga lapis (layer) pendidikan karakter yang hendak dikembangkan yaitu, pertama,

menumbuhkan kesadaran kita sebagai sesama makhluk Tuhan. Sebagai sesama makhluk,

tidak pantas kalau kita itu sombong, seolah-olah merasa dirinya yang paling benar.

Keutamaan kita justru terletak pada kemampuan untuk memberi manfaat bagi orang lain,

termasuk memuliakan orang lain. Kesadaran sebagai makhluk Tuhan akan menumbuhkan

rasa saling menghargai dan menyayangi. Tentu juga menumbuhkan sifat jujur karena Tuhan

Maha Mengetahui; kita tidak bisa berbohong.

Kedua, membangun dan menumbuhkan karakter keilmuan. Karakter ini sangat ditentukan

oleh keingintahuan (kuriositas) intelektual. Penanaman logika ilmiah sejak dari pendidikan

usia dini menjadi langkah penting untuk dilakukan. Dalam kerangka berpikir ilmiah, segala

17

Page 18: Makalah Seminar Berkarakter

sesuatu harus diuji coba sebelum menjadi kesimpulan. Dari sinilah akan muncul kreativitas,

inovasi, dan produktivitas yang sangat menentukan daya saing bangsa.

Dan yang ketiga, pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai

dan bangga sebagai bangsa Indonesia. Pendidikan harus mampu menginternalisasikan

keempat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI) ke dalam

diri pendidik dan peserta didik. Pemahaman akan sejarah dan falsafah keempat pilar tersebut

menjadi sangat penting guna menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai bagian dari bangsa

Indonesia. Kecintaan dan kebanggaan yang besar akan memacu semangat setiap warga

bangsa untuk berprestasi setinggi-tingginya mengharumkan nama bangsa.

Ketiga lapisan pendidikan karakter ini merupakan satu kesatuan (holistis) yang tidak

dapat dipisah-pisahkan. Sikap religius yang tumbuh di lapisan pertama hendaknya dibarengi

dengan laku intelektual yang penuh rasa keingintahuan (intellectual curiosity) dan rasa

bangga dan cinta yang besar terhadap bangsa dan negara Indonesia. Keselarasan dari ketiga

lapisan ini merupakan jaminan akan masa depan bangsa yang lebih baik.

Program Pendidikan Karakter merupakan tumpuan untuk menjamin perpaduan dari

ketiga lapisan di atas dapat berjalan selaras dengan zaman. Di era global saat ini, kreativitas

dan inovasi dihargai sangat tinggi melebihi sumber daya alam. Kreativitas dan inovasi yang

dibarengi dengan kemampuan mengelola jaringan merupakan kunci dari keunggulan suatu

bangsa. Situasi ini hanya dapat terwujud bila ketiga lapis pendidikan karakter yaitu kreativitas

dan inovasi dalam bidang keilmuan, kemampuan mengelola jaringan berupa sikap

memuliakan sesama makhluk Tuhan, dan kecintaan serta bangga terhadap bangsanya

dilaksanakan dengan harmonis dan konsisten.

Melalui jalur pendidikan, ketiga layer pendidikan karakter tersebut harus diterapkan di

sekolah-sekolah, baik formal maupun nonformal. Para warga bangsa yang saat ini tengah

mengenyam pendidikan dasar merupakan tunas-tunas harapan bangsa 25 tahun kelak. Tunas-

tunas ini harus tumbuh di ladang pendidikan karakter sehingga akan muncul sebagai pohon-

pohon unggul yang menjulang tinggi di langit-langit dunia. Tidak dapat ditunda lagi, semua

itu harus dimulai dari sekarang. “Karakter memang sesuatu yang mudah diucapkan tetapi sulit

untuk dilaksanakan”

18

Page 19: Makalah Seminar Berkarakter

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan berbasis karakter kreatif merupakan sebuah solusi efektif atas berbagai

problema dekadensi moral bangsa dewasa ini. Pendidikan berbasis karakter kreatif diharapkan

menjadi sebuah inovasi untuk mengembalikan "ruh" pendidikan yang selama ini mengalami

distorsi dan menciptakan insan akademis yang cerdas intelektual, emosional, dan spritual.

Bagaimanapun juga, karakter SDM yang kuat adalah modal peradaban bangsa yang unggul.

Namun, dibutuhkan kesadaran kolektif dan gerakan nasional serempak, agar spirit

pendidikan yang selama ini terserabut bisa diutuhkan kembali. Rekonstruksi kurikulum

nasional, optimalisasi nilai-nilai karakter kreatif dalam komunitas pendidikan, serta penetapan

pesantren sebagai model percontohan satuan pendidikan ideal, dapat terwujud jika pemerintah

mau menjadi sosok terdepan. Tentunya bukan sebatas pemerintah, baik individu, keluarga,

pakar akademik, maupun seluruh komunitas pendidikan diharapkan bersatu-padu dan

berpartisipasi aktif mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Kalau bukan kita, lantas siapa lagi? Wallahu A'lam.

3.2 Saran

Pendidikan karakter, bila dilakukan secara efektif, dapat menghasilkan prestasi

akademik tidak hanya baik, tetapi mampu melakukan ha-hal positif yang mengarah ke

peningkatan perilaku pro-sosial dan penurunan perilaku beresiko. Poin penting yang menonjol

untuk penerapan pendidikan yang efektif yaitu: 1) tujuan harus baik secara eksplisit, 2)

pengembangan profesional, 3) seluruh warga sekolah harus dilibatkan, dan setiap orang harus

mendukung dan mempunyai komitmen yang sama. Kualitas pendidikan karakter membantu

sekolah menciptakan peduli, aman dan lingkungan belajar yang inklusif untuk setiap siswa

dan mendukung pengembangan akademik. Hal ini mendorong kualitas yang akan membantu

siswa sukses sebagai warga negara, di tempat kerja, dan dengan kurikulum akademik. Hal

terpenting dalam strategi penerapan pendidikan karakter tergantung kesamaan persepsi dan

19

Page 20: Makalah Seminar Berkarakter

komitmen dari sekolah, lingkungan keluarga, dan masyaakat untuk mewujudkannya. Dan

diharapkan lahir dari dunia pendidikan adalah karakter yang jujur, tidak minta-minta, dan

mampu menemukan jati diri.

20

Page 21: Makalah Seminar Berkarakter

DAFTAR PUSTAKA

David Elkind & Freddy Sweet, Ph.D. (2004), dalam arief rachman (2011).

Direktorat PSMP (2010)

Donald Kennedy (1999) Academic Duty.

Hasil evaluasi Bank Dunia (1995)

Kemdiknas (2010) Grand Design Pendidikan Karakter.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Gary A. Davis dan Margareth A. Thomas (1989) Effective Schools and Effective Teachers.

ISTE National Education Technology Standards for Teachers (USA).

Kemdiknas (2010) Grand Design Pendidikan Karakter.

Luthans, F. (1995) Organizational Behavior, 7th Ed., McGraw-Hill International Edition.

Mortimore P. (1991) School Effectiveness Research: Which way at the Crossroads?, School

Effectiveness and School Improvement, Vol.2, No. 3, pp. 213-229.

UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

21