Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

18
Unggul Teguh Prasetyo (31) ; Widdy Mawadah (33) ; Silviana (30) Valencia Geovani (32); Yulian Sukma Hidayat (34) ; Sidiqul Ahyar (29) R-SMA-BI SMA NEHERI 2 LUMAJANG XI-A2

Transcript of Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page 1: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Unggul Teguh Prasetyo (31) ; Widdy Mawadah (33) ; Silviana (30) Valencia Geovani (32); Yulian Sukma Hidayat (34) ; Sidiqul Ahyar (29)

R-SMA-BI SM

A NEH

ERI 2 LUM

AJANG

XI-A2

Page 2: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama ini kita mengenal PRRI (pemerintahan Revolusioner Republik

Indonesia) sebagai suatu pemberontakan yang merongrong kedaulatan Negara

Kesatuan Republik Indonesian (NKRI). Selama ini kita diajarkan untuk

menganggap apapun kekuatan yang mengganggu gugat kekuasaan negra

dianggap sebagai suatu pemberontakan yang mutlak dianggap salah.Kita tidak

pernah melihat ada apa dibalik pemberontakan tersebut dan apa yang

menyebabkannya muncul. Selama ini kita hanya disuguhi suatu doktrin yang

menganggap semua gerakan yang memprotes dan tidak sejalan dengan

kebijakan pemerintah pusat dianggap sebagai suatu gerakan makar.

Ini juga terjadi pada gerakan PRRI. Selama ini kita tidak tahu atau tepatnya

kurang peduli ada apa dibalik munculnya gerakan ini dan mengapa kita

mengenalnya hanya sebagai pemberontakan yang membahayakan kedaulatan

NKRI. Adakah suatu permainan dibalik ini, apakah PRRI benar-benar sebagai

suatu gerakan pemberontakan ataukah PRRI merupakan suatu perjuangan

bangsa untuk menegakkan demokrasi. Semua itu masih menjadi bahan

perdebatan dari kalangan-kalangan yang memiliki suatu pandangan yang

berbeda.

B. Tujuan Pembahasan Masalah

Selama ini kita hanya menganggap bahwa suatu gerakan pemberontakan

adalah suatu gerakan yang harus dihancurkan demi keutuhan NKRI lain itu kita

kurang peduli. Harusnya kita lebih bijak dalam melihat suatu pemberontakan,

agar kita dapat mengambil hikmah dari pemberontakan tersebut. Untuk itu kita

harus melihat suatu pemberontakan dari berbagai sudut pandang. Kita harus

tahu apa latar belakang pemberontakan ini sehingga kita dapat menentukan

apakah ini benar-benar suatu pemberontakan ataukah hanya sebuah reaksi dari

bangsa Indonesia dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh

pemerintah pusat sehingga kita tidak akan gegabah dalam menentukan sikap

kita pada gerakan ini dan tidak salah bertindak. Maka jatuhnya korban tak

bersalah dapat dihindari sehingga tidak muncul trauma dalam diri penerus

Page 3: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

bangsa Indonesia yang mungkin saja dapat memunculkan pemberontakan baru.

Dengan demikian kita dapat menjaga persatuan seluruh banhsa Indonesia.

C. Perumusan Masalah

Dalam makalah ini kita akan membahas tentang PRRI yang selama ini kita

anggap mutlak sebagai suatu pemberontakan. Kita akan membahas apakah

benar PRRI adalah pemberontakan. Dalam makalah ini penulis akan membahas

tentang:

1. Bagaimana PRRI muncul?

2. Bagaimana reaksi Pemerintah Pusat pada keberadaan PRRI?

3. Dapatkah PRRI dianggap sebagai suatu pemberontakan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Munculnya PRRI

Munculnya PRRI atau Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia adalah

suatu reaksi dari bangsa Indonesia atasa ketidak puasan pada pemerintah

pusat. Pergolakan pertama kali terjadi di Sumatra pada akhirnya 1956. Pada

awal 1957, muncul Dewan Banteng di Sumatra Tengah (Sumatra Barat dan

Riau) dipimpin Letkol Ahmad Husein, Dewan Gajah di Sumatra Utara dipimpin

Kolonel M Simbolon dan Dewan Garuda di Sumatra Tengah dipimpin oleh

Letkol Barlian kesemuanya tergabung dalam PRRI.

Dewan-dewan ini lahir sebagai reaksi dari situasi bangsa dan negara ketika

itu. Awal pemberontakan PRRI di Sumatra Tengah terjadi menjelang

pembentukan Republik Indonesia Serkat (RIS) pada tahun 1949. Penciutan

Divisi Banteng pada Oktober 1949 menjadi satu brigade terdiri atas batalyon-

batalyon besar di Sumatra Tengah. Akibatnya sejumlah prajurit terpaksa pulang

kampung termasuk Ahmad Husein. Selain itu, pembangunan di Sumatra Tengah

terasa sangat lambat dan menghadapi masalah.

Keadaan ini juga menggugah hati sejumlah perwira bekas Divisi Banteng

yang masih bertugas. Selain itu juga menggugah berbagai tokoh politik dan

sasta yang pernah bergabung dengan Divisi Banteng. Keprihatinan ini

Page 4: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

melahirkan gagasan mencari penyelesaian dengan mengadakan pertemuan

pada 21 September 1956 di kompleks perumahan Persari milik Jamaludin Malik

di Jakarta. Kemudian disusul dengan reuni di Padang 11 Oktober 1956 dan

menyusul pertemuan-pertemuan yang lain. Reuni divisi Banteng ini

menghasilkan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah negara

terutama perbaikan progressive di tubuh angkatan darat diantaranya adalah

dengan menetapkan peabat-pejabat daerah yang jujur dan kreatif, menuntut

agar diberi otonomi luas untuk daerah Sumatra tengah serta menuntut

ditetapkannya eks Divisi Banteng Sumatra Tengah yang diciutkan menjadi

kesatuan pelaksana Proklamasi sebagai satu korps dalam angkatan darat.

Pada tanggal 22 Desember 1956 Kolonel Simbolon pemimpin Dewan Gajah

melalui RRI Medan mengumumkan pemutusan hubungan wilayah bukit barisan

dengan pemerintah pusat. Ia mengubah nama kodam TT I menjadi Kodam TT I

Bukit Barisan. Dia melihat pada permasalahan kesejahteraan danb perumahan

prajurit yang sangat memprihatinkan. Karena keterbatasan dana dari pusat

maka Kolonel Simbolon mencari jalan sendiri membangun asrama dan

perumahan prajurit. Dia mencari dana sendiri namun sayang cara yang

digunakan adalah cara illegal. Dia menjual secara illegal hasil perkebunan di

wilayah Sumatra Utara. Ekspor hasil perkebunan dijual melalui Teluk Nibungh

di Muara Sungai Asahan Tanjung Balai. Namun, pers ibukota memberitakan

penyulundupan itu dan kasad memerintahkan pemeriksaan pada ksus ini.

Kasad pun bermaksud menggantikan panglima TT I Bukit Barisan dengan

kolonel Lubis. Melihat situasi yang gawat, simbolon mengadakan rapat perwira

yang disebut “Ikrar 4 Desember 1956”. Pada 27 Desember 1956 subuh,

simbolon menerima berita ada pasukan yang diperintahkan menangkapnya.

Dengan perlindungan dari Batalyon 132 dibawah Kapten Sinta Pohan, dia

bergerak ke Tapanuli bergabung dengan Resimen III Mayor J Samosir.

Di Sumatra Selatan Dewan Garuda menjadi tuan rumah penyelenggaraan

pertemuan tokoh-tokoh militer di wilayah tersebut. Ini berlangsung menjelang

Musyawarah Nasional September 1957 dan melahirkan Piagam Palembang

sebagai dasar perjuangan bersama dari daerah-daerah bergolak. Namun

sebenarnya dalam tubuh Dewan garuda terjadi keretakan. Dewan Garuda

Page 5: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

bersifat mendua. Ini disebabkan tokoh-tokoh militer masih berhubungan

dengan kasad sehingga segala perkembangan Dewan garuda Dapat diketahui

oleh pemerintah pusat di Jakarta. Tetapi dilain fihak Dewan Garuda juga

memihak pada dewan Banteng. Keretakan ini juga mengakibatkan pada saat

konflik bersenjata antara PRRI dengan pemerintash pusat Dewan Garuda

memihak pada pemerintah Pusat.

PRRI membentuk Dewan Perjuangan dan tidak mengakui kabinet Djuanda.

Dewan Perjuangan PRRI membentuk Kabinet baru, Kabinet Pemerintahan

Revolusioner Republik Indonesia (Kabinet PRRI). Pembentukan kabinet ini

berlangsung saat Persiden Soekarno sedang berada di Tokyo, Jepang. Pada

tanggal 10 Februari 1958 sebuah Dewan Perjuangan melalui RRI Padang

mengeluarkan pernyataan “Piagam Jakarta” yang berisi sejumlah tuntutan yang

ditujukan pada Persiden Soekarno agar “bersedia kembali kepada kedudukan

yang konstitusional menghapus segala akibat dan tindakan yang melanggar

UUD 1945 serta membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan perbuatan…”.

Tuntutan tersebut diantaranya adalah:

1. Supaya kabinet Djuanda mengundurkan diri dan mengembalikan

mandatnya pada Persiden.

2. Agar pejabat persiden Sartono membentuk kabinet baru Zaken kabinet

nasional yang bebas dari pengaruh komunis dibawah Mohammad Hatta dan

Hamengkubuwono IX.

3. Agar kabinet baru diberi mandat sepenuhnya untuk bekerja sampai

pemilihan umum yang akan dating.

4. Agar Persiden Soekarno membetasi diri menurut konstitusi.

5. Apabila tuntutan diatas tidak dipenuhi dalam tempo 5×24 jam maka Dewan

Perjuangan akan mengambil langkah kebijakan sendiri.

Tuntutan-tuntutan ini ditolak oleh pemerintah pusat. Reaksi dari PRRI adalah

dengan mengumumkan pendirian Pemerintahan Tandingan yaitu Pemerintahan

Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) lengkap dengan kabinetnya pada

tanggal 15 Februari 1958. Susunan Kabinet PRRI adalah sebagai berikut:

Page 6: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

1. Syarifuddin Prawiranegara sebagai Perdana Mentri dan Mentri

Keuangan.

2. M Simbolon sebagai Mentri Luar Negri.

3. Burhanudin Harahap sebagai Mentri Pertahanan dan mentri kehakiman.

4. Dr. Sumitro Djojohadikusumo sebagai Mentri Perhubungan/Pelayaran.

B. Reaksi Pemerintah Pusat

Tuntutan Dewan Perjuangan ini dikumandangkan saat Persiden Soekarno

sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang berada di Tokyo, Jepang. Maka

Kabinet Djuanda segera mengambil keputusan. Tuntutan PRRI ini ditolak dan

sehari setelah pengambilan keputusan, keputusan disiarkan melalui radio dan

perintah-perintah selanjutnya dikeluarkan yakni semua tuntutan Dewan

Perjuangan ditolak dan sejalan dengan itu diambil keputusan memutuskan

hubungan darat dan udara dengan Sumatra. Kemudian diikuti dengan

pembekuan komando militer di Sumatra (TT I Sumatra Utara dan TT II Sumatra

Selatan) dan seterusnya.

Setelah Persiden Soekarno kembali dari luar negri pada 16 Februari 1958

Persiden Soekarno menyatakan “Kita harus menghadapi penyelewengan

tanggal 5 Februari 1958 di Padang dengan segala kekuatan yang ada pada kita”.

Diputuskan akan menggunakan kekerasan senjata untuk menghadapi Dewan

Kabinet PRRI. Persiden Soekarno memerintahkan untuk menangkap tokoh-

tokoh PRRI. Hubungan darat maupun udara dengan Sumatra Tengah

dihentikan.

Tidak semua tokoh dalam pemerintah pusat setuju dengan keputusan ini.

Salah seorang yang menentang keputusan ini adalah Mohammad Hatta. Sebagai

Wakil Persiden dia muncul ke depan menentang keputusan ini. Dia mengirim

utusan ke Padang untuk menemui Ahmad Husein dan meminta agar Dewan

Banteng menghindari konflik bersenjata dengan pemerintah pusat namun entah

mengapa utusan ini tidak pernah sampai ke Padang. Karena pengiriman utusan

gagal maka Mohammad Hatta berusaha untuk mendekati Persiden Soekarno

agar mengurungkan niatnya agar tidak meletus perang saudara. Namun usaha

ini juga gagal. Pada tanggal 20 dan 21 Februari 1958 serangan ke Padang

Page 7: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

dimulai. Serangan dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani dengan diangkat menjadi

Komandan Komando Operasi 17 Agustus. PRRI mendapat dukungan rakyat

Sumatra Tengah.

Serangan dilaksanakan. Pemerintah pusat menyerantg Padang. Padang

dijatuhi bom-bom yang mengakibatkan kota ini hancur. Banyak rakyat padang

yang mengungsi ke daerah Solok dengan membawa barang-barang seadanya

yang dapat ibawa. Tokoh-tokoh PRRI ditangkap. PRRI mendapat dukungan

Permesta. Akhirnya PRRI dapat ditumpas. Setelah PRRI berhasil ditumpas maka

untuk mencegah munculnya pemberontakan serupa Suprapto diangkat menjadi

Deputi Republik Indonesia Staf Angkatan Darat Untuk Wilayah Sumatra yang

bermarkas di Medan. Peristiwa ini meninggalkan trauma bagi rakyat Sumatra.

C. Antara Perjuangan dan Pemberontakan

Batas antara benar dan salah sangatlah tipis, tergantung dari sudut pandang

mana kita melihat. Demikian juga batas antara perjuangan dan pemberontakan.

Mungkin akan lebih mudah bila kita hanya melihat dari satu sudut pandang saja.

Perkara seakan-akan terlihat jelas dan mutlak. Namun masalah akan muncul

saat kita melihatnya dari berbagai sudut pandang. Bisa saja pendapat satu

dengan pendapat yang lain dapat berbeda. Demikian juga dalam perjuangan dan

pemberontakan. Jika kita melihat hanya dari satu sudut pandang saja akan

mudah menentukan suatu gerakan sebagai pemberontakan maupun

perjuangan. Namun jika kita melihatnya dari berbagai sudut pandang akan

sangat sulit menentukan apakah itu suatu perjuangan atau pemberontakan.

Keadaan ini juga muncul dalam kajian tentang gerakan PRRI. Dari sudut

pandang pemerintah pusat jelaslah itu suatu pemberontakan namun jika kita

melihatnya dari sudut pandang PRRI kita akan melihatnya sebagai suatu

perjuangan.

PRRI adalah hasil akumulasi kekecewaan daerah terhadap pemerintah pusat

dan juga kekecewaan anggota resimen 6 Divisi IX Banteng yang dibonsaikan

oleh pemerintah pusat. PRRI menganggap terjadi kesenjangan pembangunan

antara Jawa dan Luar Jawa. Keadaan ini menimbulkan kekecewaan dalam diri

Page 8: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

perwira-perwira PRRI. Namun sebenarnya kesenjangan ini dapat difahami

memngingat umur RI yang masih tergolong muda untuk suatu negara pada saat

itu tidaklah mungkin untuk melakukan pembangunan secara merata pada

seluruh wilayah Indonesia. Selain keterbatasan waktu, keterbatasan dana juga

mempengaruhi kesenjangan ini.

Karena perekonomian RI pada masa itu masih lemah maka RI terfokus

terlebih dahulu pada Jawa sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Jadi alasan ini

kurang tepat digunakan PRRI untuk melegalkan gerakannya, apalagi pada masa

itu masih ada daerah-daerah di Jawa yang belum tersentuh pembangunan.

Selain itu pemberontakan PRRI muncul karena terjadi penciutan divisi Banteng

menjadi satu brigade. Sebenarnya penciutan ini bukan tanpa alasan. Pemerintah

pusat menganggap jumlah prajurit pada waktu itu di Indonesia terlampau

banyak sehingga pemerintah tidak dapat mendanainya maka diperlukan adanya

perampingan jumlah prajurit.

Kurang bijak jika PRRI menggunakan alasan ini untuk melakukan gugatan

pada pemerintah. Namunm kesalahan Pemerintah pusat adaklah mengapa

pemerntah pusat menghapus komando dari divisi Banteng. Padahal selama ini

di daerah Sumatra Barat divisi inil;ah yang terbesar dan sangat berjasa bagi

perjuangan Indonesia. Seharusnya Pemerintah Pusat tetap mempertahankan

komando dari Divisi Banteng ini walaupun jumlahnya diperkecil. Dengan

demikian akan dapat mewngurangi konflik yang akan muncul.

Alasan lain dari munculnya PRRI ini adalah pelanggaran konstitusi oleh

pemerintah pusat dan Persiden Soekarno. Alasan ini lebih relevan jika

digunakan oleh PRRI untuk melegalkan gerakannya, mengingat Persiden

Soekarno yang melakukan eksperimen politik untuk menemukan bentuk

pemerintahan yang cocok dengan bangsa Indonesia. Namun Persiden Soekarno

tidak sadar bahwa berganti-gantinya bentuk pemerintahan ini tidak

sepenuhnya dapat diikuti oleh bangsa Indonesia sehingga terjadi berbagai

pelanggaran pada UUD1945 sebagai dasar bangsa Indonesia Merdeka.

Pelanggaran-pelanggaran inilah yang memunculkan ketidak puasaan daerah.

Muncul keinginan daerah untuk meluruskan kembali pemerintah pusat

Page 9: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

sehuinggta muncul gerakan-gerakan. Keadaan menjadi semakin parah dengan

merasuknya pengaruh komunis dalam pemerintah pusat yang terlihat dalam

faham nasakom yang dicanangkan oleh Persiden Soekarno.

Keadaan inilah yang menjadikan gerakan PRRI muncul. PRRI sangat anti pada

komunis. PRRI menyampaikan tuntutannya dalam Piagam perjuangan.

Tuntutan-tuntutan tersebut bersifat memaksa maka pemerintah pusat

menganggapnya sebagai ultimatum, namun PRRI tidak menganggap tuntutan

tersebut sebagai ultimatum. Dari kalimat “Apabila tuntutan diatas tidak

dipenuhi dalam tempo 5×24 jam, maka Dewan Perjuangan akan mengambil

langkah kebijakan sendiri” terlihat bahwa tuntutan ini bersifat memaksa dan

tepat jika dikatakan sebagai sebuah ultimatum, walaupun PRRI tidak

mengakuinya. Daerah berani mengultimatum pemerintah pusat itu sudah

merupakan pemberontakan pada kekuasaan pusat . Maka pemerintahpun

bereaksi keras. Namun reaksi pemerintahpun kurang bijak. Harusnya

pemerintah pusatpun harus instropeksi diri terlebih dahulu. Pemerintah pusat

hanya melakukan sedikit usaha damai yang tidak ada artinya sama sekali

sehingga pnumpasanpun dilaksanakan.

Disini dapat kita lihat fihak sentral yang bertikai adalah pemerintah pusat

dan daerah. Ketidakpuasan daerah pada kebijakan pusat mengakibatkan

kekecewaan yang mendalam dalam diri daerah. Ketika kekecewaan daerah

memuncak. Daerah berani mengajukan tuntutannya pada pusat yang bersifat

ultimatum. Jelaslah pemerintah pusat menganggapnya sebagai pemberontakan.

Apalagi PRRI berani mendirikan pemerintah tandingan lengkap dengan

susunan kabinetnya. Pembentukan pemerintah tandingan ini juga sebagai salah

satu tanda suatu pemberontakan. Tidak ada dalam satu negara memiliki dua

pemerintah pusat. Hanya ada satu pemerintah yang syah sedangkan sisanya

ilegal. Ini merupakan suatu usaha kudeta. Jelaslah ini suatu pemberontakan

pada pemerintah pusat.

Namun jika gerakan ini disebut sebagai pemberontakan tampaknya juga

kurang tepat. Jika ini suatu pemberontakan maka mereka akan berusaha untuk

membentuk pemerintahan baru dan menggulingkan Sang Penguasa. Namun

Page 10: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

disini PRRI tidak berusaha untuk menggulingkan Pesiden Soekarno. Tepatkah

gerakan ini dianggap sebagai gerakan pemberontakan. Apalagi gerakan ini tidak

hanya berasal dari golongan politik dan militer saja tetapi juga berasal dari

golongan-golongan lain misalnya golongan pendidikan. Gerakan ini hanya

berusaha untuk memperbaiki keadaan Indonesia, meluruskan pemerintah

pusat agar sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia merdeka.

Pada masa sebelumnya di Wilayah Sumatra tengah inilah Indonesia dapat

mempertahankan kemerdekaannya dari tangan pemerintah Hindia Belanda

yang berusaha merangkul kembali Indonesia menjadi Negara jajahannya. Di

daerah inlah dibentuk Pemrintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) untuk

mengisi kevakuman pemerintah Pusat di Yogyakarta sehingga Republik

Indonesia tetap memiliki pemerintahan sendiri walaupun para pemimpinnya

sedang ditahan sehingga Indonesia tetap merdeka. Dengan perannya selama ini

Padang masih merasa memiliki hak untuk melakukan koreksi pada pemerintah

pusat. Dengan demikian PRRI merasa memiliki hak untuk mengkoreksi

Pemerintah Pusat yang kebijakannya dianggap salah oleh PRRI. PRRI merasa

apa yang dilakukannya tidak bertentangan dengan hukum dan bukan

merupakan suatu pemberontakan.

PRRI hanya menginginkan perbaikan dalam tubuh pemerintah dan tentara

yang menurutnya tidak adil dan telah terkontaminasi oleh faham-faham

komunis. Dilihat dari sini kita akan melihat bahwa PRRI merupakan suatu

perjuangan untuk melaksanakan cita-cita bangsa Indonesia untuk menjadi

bangsa yang demokratis yang memiliki pemerintahan yang adil. Hanya saja

Pemerintah Pusat beranggapan lain. Pemerintah Pusat menganggap Padang

tidak lagi memiliki hak untuk mengkoreksi pemerintah pusat. Jika ingin

mengkoreksi ada jalur tersendiri. Rakyat bisa menyalurkannya lewat wakil-

wakilnya, namun pada masa itu jalur itu memang kurang dapat berjalan dengan

baik. Akibatnya pemerintah pusat menganggap gerakan ini sebagai gerakan

pemberontakan. Anggapan ini diperkuat dengan indikasi adanya bantuan

Amerika Serikat pada PRRI (walau saat pergolakan terjadi bantuan dihentikan).

Tanpa berpikir panjang Pemerintah Pusat melakukan penumpasan.

Page 11: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dari sudut pandang yang

berbeda akan diperoleh jawaban yang berbeda pula. Dari sudut pandang

pemerintah pusat PRRI jelaslah sebagai suatu pemberontakan. Jika dilihat dari

sudut pandang PRRI maka PRRI merupakan sebuah perjuangan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Awal tahun 1957 muncul Dewan Banteng, Dewan Gajah dan Dewan Garuda

semuanya bergabung dalam PRRI. Awal pemberontakan ini mulai muncul

menjelang pembentukan RIS pada tahun 1949. Ini terjadi saat Divisi banteng

diciutkan. Faktor lain yang mendorong munculnya pemberontakan ini adalah

kesenjangan pusat dan daerah selain itu juga adanya pengaruh PKI dalam

pemerintah pusat yang menimbulkan kekecewaan daerah yang bereaksi

menjadi suatu pemberontakan. PRRI tidak mengakui Dewan Djuanda. PRRI

membentuk Dewan Revolusioner yang mengajukan tuntutan pada pemerintah

pusat yang kemudian ditolak. PRRI membentuk Pemerintahan tandingan

lengkap dengan kabinetnya. PRRI memperoleh dukungan rakyat dan permesta.

Pada gerakan ini pemerintah pusat bereaksi keras. Pemerintah pusat

melakukan penumpasan. Akibatnya timbul trauma dalam masyarakat Sumatra

teryutama Padang.

Sebenarnya gerakan ini merupakan reaksi dari kekecewaan daerah pada

pusat. Ini karena pemerintah pusat memfokuskan pembangunannya di pulau

Jawa. Selain itu juga terjadi pengurangan jumlah tentara dan PKI telah merasuk

dalam pemerintah pusat. Keadaan ini diperparah dengan pelanggaran

konstitusi oleh pejabat-pejabat di dalam pemerintah pusat tidak terkecuali

Persiden Soekarno. Dengan perannya sebelumnya sebagai daerah dimana PDRI

berada maka PRRI merasa memiliki hak untuk melakukan koreksi pada

pemerintah pusat walaupun sebenarnya pemerintah pusat tidak lagi

beranggapasn seperti itu. Walaupun alasan dari gerakan ini benar namun jalan

yang digunakan PRRI kurang tepat. PRRI menuntut pada pemerintah dengan

nada paksaan sehingga tuntutannya lebih bersifat ultimatum. Ini menimbulkan

kesan PRRI adalah sebuah pemberontakan. Namun begitu PRRI kurang tepat

Page 12: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

jika dikatakan sebagai pemberontakan karena PRRI tidak bertujuan untuk

menggulingkan pemerintah pusat namun hanya ingin melakukan perbaikan

pada diri pemerintah pusat.

B. Saran

Dalam menyikapi gerakan ini kita harus lebih bijaksana. Usahakan jalan

damai untuk menyelesaikannya. Pemerintah harus instrospeksi diri, apa yang

salah dalam pemerintahannya lalu memperbaikinya. Namun PRRI juga harus

memahami keadaan Negara jadi PRRI jangan terlalu menuntut pada pemerintah

jika keadaan kurang memungkinkan.

TAMBAHAN

Pada waktu munculnya PRRI, selain dari reorganisasi TNI, ada beberapa hal penting

lainnya, al:

o Sikap Bung Karno (setelah konstituante gagal dalam melaksanakan

tugasnya), maka untuk membentuk “kabinet” bung Karno telah

mengeluarkan Surat Perintah Presiden RI kepada Ir Soekarno untuk

membentuk kabinet yang baru. Maka terbentuklah “kabinet Juanda” waktu

itu. Hal ini dianggap tidak konstitusional. Tetapi pada 5 Juli 1959 semua

diralat oleh Bung Karno melalui “Dekrit Presiden”, sehingga otomatis Kabinet

Juanda bubar, dan NKRI kembali kepada corak presidentil.

o Otonomi Daerah seluas-luasnya yg diusulkan oleh Dewan Perjuangan, pernah

direvisi ketika ditolak oleh pusat. Otonomi itu kemudian dibatasi hanya pada

“surplus” penghasilan daerah, agar dikembalikan minimal 70% utk daerah

ybs. Tapi inipun tidak diacuhkan oleh pusat cq PM Juanda.

o . Mengenai penciutan Divisi Banteng, dimulai dengan konsep reorganisasi yg

diajukan Nasution sbg KSAD utk menertibkan pemberian pangkat perwira

kepada para pejuang kemerdekaan sebelumnya (para pemberani wakt itu dg

mudah diberi pangkat perwira, walaupun buta huruf sekalipun). Dalam

konsep itu dinyatakan bahwa utk Divisi Banteng Angkatan Darat “hanya akan

mengakui pangkat perwira dari tamatan Sekolah Opsir (kadet) yg pernah ada

di Bkt Tinggi th 1947 dan 1948, yg telah disetarakan dengan Akademi

Militer”. sedangkan penyatuan dengan TT-I Bukit Barisan adalah utk

merampingkan jml tentara waktu itu.

Page 13: Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI

Page

o Ultimatum yg dikeluarkan bukanlah bersifat pengambil alihan kekuasaan. Hal

ini terbaca pada kalimat yang berbunyi:

1. Kami tetap mengakui keutuhan Negara Republik Indonesia dibawah

kepemimpinan Presiden Soekarno tetapi minta Kabinet Djuanda

mengembalikan mandat kepada Presiden, serta penangguhan

reorganisasi TNI melalui pencopotan Nasution sebagai KSAD.

2. Apabila dalam 5 X 24 jam tuntutan ini tidak berjawab, maka kami

terbebas dari mematuhi segala perintah dari Presiden Soekarno.

DAFTAR PUSTAKA

G. Moedjanto, M.A, Drs. 1988. Indonesia Abad Ke 20 Dari Perang Kemerdekaan

Pertama Kemerdekaan Pertama Sampai PELITA III. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Syamdani. 2001. Kontroversi Sejarah di Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia

Widiasarana Indonesia.

www.wikipedia.org