Makalah SBA Kelompok 2

30
MAKALAH Produk Obat Herbal Terstandar (OHT) Lelap SOHO Standarisasi Bahan Alam . \ Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Disusun oleh : Yufli Yusran 10060313126 Tri Utami 10060313132 Ratu Galuh C 10060313148 Keukeu Nurdianti 10060313148 Ihsan Al Amin 10060313153 Riesma Azhar F 10060313158 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Makalah

Transcript of Makalah SBA Kelompok 2

MAKALAHProduk Obat Herbal Terstandar (OHT) Lelap SOHOStandarisasi Bahan Alam.

\Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahDisusun oleh :Yufli Yusran10060313126Tri Utami10060313132Ratu Galuh C10060313148Keukeu Nurdianti10060313148Ihsan Al Amin10060313153Riesma Azhar F10060313158

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS ISLAM BANDUNG2015KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. WbDengan mengucap syukur kehadirat Illahi Rabbi yang senantiasa memberikan rahmat, serta hadiratnya-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pada Mata Kuliah Standardisai Bahan Alam dengan judul Obat Herbat Tersentandar (Lelap). Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya.Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua kalangan sangat penulis harapkan. Semoga dapat bermanfaat. Ammiin.Wassalamualaikum Wr. Wb

BAB 1LATAR BELAKANG1.1PendahuluanIndonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi modern tidak mampu menggeser peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan pengobatan kembali ke alam (back to nature) (Wijayakusuma, 1999).Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan modern. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan tekhnologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat tradisional tersebut. Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik (BPOM, 2005; Tjitrosoepomo,G., 1994).Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (BPOM, 2005). Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol serta kadar senyawa identitas. Penetapan kadar senyawa identitas yang akan dilakukan disini adalah senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri. Dimana penetapan kadar disini akan dilakukan dengan menggunakan metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Sebagai data pelengkap, dilakukan pemeriksaan organoleptik, 2 mikroskopis, makroskopis, identifikasi kimia simplisia, serta uji cemaran mikrobiologisnya (Depkes ,2000). Dari penelusuran literatur yang ada data-data mengenai karateristik yang terkait dengan parameter mutu standar daun karamunting baik secara makroskopik maupun mikroskopis belum terlengkapi sempurna.Menurut Material Medika (MMI, 1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:1. Simplisia NabatiSimplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanamanatau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar daritanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannyadan belum berupa zat kimia.2. Simplisia Hewani Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.3. Simplisia Pelikan (mineral)Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican (mineral)yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupazat kimia.Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalamcampuran obat tradisional karena obat tradisional diperjual belikan secara bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan dengan ramuanobat tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan (Dirjen POM, 1986).Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam (tumbuhan dan hewan).Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional (Lestari, 2007).Penggolongan Obat Bahan Alam 1. Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun. Kriteria jamu antara lain adalah sebagai berikut: Aman, Klaim khasiat dibuktikan secara empiris, Memenuhi persyaratan mutu.Jamu harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris Memenuhi persyaratan mutu yang berlakuJenis klaim penggunaan: Harus sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat umum dan medium Harus diawali dengan kata-kata:Secara tradisional digunakan untukatau sesaui dengan yang disetujui pada pendaftaran

2. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis. Kriteria Obat Herbal Terstandar antara lain: Aman, Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau pra-linik, Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi, Memenuhi persyaratan mutu.Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

Jenis klaim penggunaan: Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium

3. Fitofarmaka (Clinical-based herbal medicine)

Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria yang memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, dan tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Di samping itu obat herbal jauh lebih aman dikonsumsi apabila dibandingkan dengan obat-obatan kimia karena memiliki efek samping yang relatif sangat rendah. Obat tradisional semakin banyak diminati karena ketersediaan dan harganya yang terjangkau.Fitofarmaka harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlakuJenis klaim penggunaan:Tingkat pembuktian umum dan medium

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Komposisi Obat Herbal Terstandar Lelapa) Valerianae RadixValerian anggota dari famili Valerianaceae, adalah tanaman asli dari Eropa dan Asia serta berkembang di Amerika Utara. Nama lainnya adalah Setwall (Inggris), Valerianae radix (Latin), Baldrianwurzel (Jerman), dan phu (Yunani). Genus Valerian mencakup lebih dari 250 spesies tetapi Valeriana officinalis adalah spesies yang paling sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Kusumaningtyas, 2009).Klasifikasi tanaman Valeriana officinalis adalah sebagai berikut (Kusumaningtyas, 2009):Kingdom: PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : DipsacalesFamili : ValerianaceaeGenus : ValerianaSpesies : Valeriana officinalis

Valerian merupakan tumbuhan semak dengan terna tumbuhan, kisaran tinggi 60 hingga 120 cm. Akar tunggang dalam tanah tidak panjang, bentuk conus(kerucut) dengan rhizome yang tegak, panjang 2-5 cm, tebal 1-3 cm, Bagian luarnya berwarna coklat kekuningan atau coklat tua, pendek, cabang(stolon) horizontal; banyak terdapat akar kecil pada goresan melingkarnya; rapuh, pendek dan berbentuk seperti tanduk. Pada bagian dalamnya, berwarna keputihan, garis luar tidak beraturan, terkadang berlubang, kambiumnya membentuk cincin. Xylem yang berukuran kecil berupa bundle yang mengelilingi empulur. Akar berbentuk silinder, ramping, banyak, biasanya padat; panjangnya 8-10 cm, diameter 0.5-2mm, bagian luar akar berwarna coklat keabuan hingga kuning kecoklatan, berlurik secara longitudinal, dengan akar kecil lateral yang berserat, rapuh (WHO, 1999).

Ekstrak Valerian telah populer di Amerika Serikat dan Eropa pada pertengahan 1800-an serta secara kontinyu digunakan baik oleh dokter dan masyarakat awam sebelum akhirnya digantikan dengan resep obat sedatif. Selain itu, Valerian juga telah lama digunakan untuk mengatasi gangguan tidur dan anxietas. Penelitian Hattesohl M, Feistel B, Sievers H, Lehnfeld R, Hegger M, Winterhoff H (2008) mengenai efek Valeriana officinalis terhadap paradigm perilaku mencit dan tikus memperlihatkan efek anxiolitik dan antidepresan namun tidak memperlihatkan daya sedatif dan relaksan otot (Kusumaningtyas, 2009).

Khasiat valerian terutama ada pada akarnya berdasarkan pada beberapa uji pre-klinik diketahui bahwa akar valerian memiliki khasiat hipnotik, sedatif,dan ansietas dengan potensi efek yang berbeda beda. Efek hipnotik dari valerian adalah yang paling menonjol. Beberapa uji klinis menunjukkan valerian efektif dalam terapi insomnia. Adapun efek lain dari valerian yang perlu pembuktian lebih lanjut diantaranya tonik pada jantung, pereda kejang (sposmolitik), peluruh kentut (karminatif), peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak (ekspektoran), penurun tekanan darah (hipotensif), obat migrain, dan asma akibat cemas (nervous asthma) (Budiarti,2009).

b) Myristicae SemenPala (Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropis yang memiliki 200 species dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm.Klasifikasi Kingdom : PlantaeSubkingdom : TraecheobiontaSuper divisi : SpermatophytaDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaSub kelas : MagnoliidaeOrdo : MagnolialesFamili : MyristicaceaeGenus : MyristicaSpesies : Myristica fragrans Houtt

Makroskopik dari biji pala yaitu bentuk biji bulat telur, panjang 2cm - 3cm, lebar 1.5cm 2cm warna permukaan luar coklat muda sampai coklat kelabu dengan bintik dan garis garis kecil berwarna coklat tua sampai coklat tua kemerahan permukaan luar juga beralur dangkal yang berupa anyaman jala ujung akar bakal berupa penonjolan kecil bulat garis tengah lebih kurang 5mm, terletak agak ditepi pada sisi yang lebar, dihubungkan oleh alur dangkal lebar dengan khalaza terletak pada sisi yang lain berbentuk cekungan kecil bulat. Inti biji terdiri dari endosperm berwarna coklat muda sampai coklat pucat, diliputi oleh peristerm tipis berwarna coklat tua perisperm menembus endosperm dengan banyak lipatan, menimbulkan gambaran berkelok kelok berwarna coklat sampai coklat tua pada irisin melintang. Embrio kecil, terbenam didalam endosperm, terletak dekat mikropila. Jika ditekan inti biji bagian dalam yang memar mengeluarkan minyak.

Hampir semua orang mengenal buah pala. Biji buah pala sering digunakan sebagai bumbu masakan. Olahan daging maupun masakan bersantan terasa lebih harum dan lezat dengan menambahkan sedikit pala halus. Daging buahnya lain lagi, aromanya yang harum dengan rasa sedikit asam menjadikan daging buah pala cocok untuk bahan baku sirup maupun manisan. Menurut Sutomo, kebiasaan menggunakan pala sebagai bumbu masakan atau mengkonsumsi dalam bentuk sirup dan manisan akan berdampak sangat baik bagi kesehatan, mengingat buah dengan keharuman semerbak ini ternyata mempunyai banyak khasiat bagi kesehatan. Kandungan kimia terkandung dapat mengatasi insomania, batuk berlendir, membantu pencernaan, penghilang kejangotot dan lainnya (Andriyani, 2011).

c) Eleuthroginseng RadixKlasifikasi Kingdom : PlantaeSubkingdom : TraecheobiontaSuper divisi : SpermatophytaDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaSub kelas : RosidaeOrdo : ApialesFamili : AraliaceaeGenus : EleutherococcusSpesies : Eleutherococcus senticosus Rupr. & Maxim.

Akar dari Eleutheroginseng radix berbentuk silinder, diameter hungga 0.5 cm, lurus, kadang-kadang bercaban, berwarna coklat tua, permukaannya halus dengan kulit batang melekat erat dengan xylem. Rimpang tebalnya mencapai 4 cm, coklat pucat.

d) Polygalae RadixKlasifikasiKingdom : PlantaeOrdo: FabalesFamili : PolygalaceaeGenus : PolygalaSpesies : P. senega

2.2 Standardisasi Simplisan semak dengan erna tahunan, kisaran tinggi a) Valerianae RadixValerianae Radix berasal dari bagian yang berada di bawah tanah tanaman Valeriana officinalis L. termasuk rizoma, akar, dan stolon. Standardisasi simplisianya diantaranya (WHO, 1999) :Bahan organic asing : tidak lebih dari 5%.Kadar abu yang tidak larut asam : tidak lebih dari 7%.Kadar sari yang larut etanol : tidak kurang dari 15%.

b) Myristicae SemenBiji Pala adalah inti biji buah masak Myristica fragrans Houtt. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 3% v/b. Biji pala memiliki bau khas aromatic, rasanya agak pahit, agak pedas, dan agak menimbulkan rasa tebal di lidah (Depkes, 1980 : 80).Standaridisasi simplisia biji pala diantaranya (Depkes RI, 1980 : 83) :Kadar abu : tidak lebih dari 3%.Kadar abu yang tidak larut asam : tidak lebih dari 1%.Kadar sari yang larut air : tidak kurang dari 5,5%.Kadar sari yang larut etanol : tidak kurang dari 8%.Bahan organic asing : tidak lebih dari 2%.

c) Eleuthroginseng RadixEleutherococci Radix berasal dari akar kering dan rizoma Eleutherococcus senticosus (Rupr. and Maxim.) Maxim. Standardisasi simplisianya diantaranya (WHO, 2004) :Bahan asing : tidak lebih dari 3%.Kadar abu total : tidak lebih dari 6%.Kadar abu yang tidak larut asam : tidak lebih dari 1,5%.Kadar sari larut yang air : tidak kurang dari 4%.Kadar sari larut yang etanol : tidak kurang dari 6%.Bahan yang hilang saat pengeringan : tidak lebih dari 10%.

d) Polygalae RadixAkar Senega berasal dari akar tanaman Polygala senega L. Standardisasi simplisianya diantaranya (Council of Europe, 2004 : 2401) :Kadar abu total : tidak lebih dari 6%.Kadar abu yang tidak larut asam : tidak lebih dari 3%.

2.3 Senyawa Markera) Valerianae RadixKomponen-komponen biokimia aktif yang terdapat dalam ekstrak valerian adalah (Kusumaningtyas, 2009) :1. Alkaloid: actinidine, catinine, isovaleramide, valerianine dan valerine;2. Amino acid, seperti Gamma-aminobutyric acid (GABA),tyrosine, arginine, dan glutamine3. Valepotriates, esters non-glicosidic, acevaltrate, isovaltrate dan valtrate;4. Volatile oil mengandung sesquiterpene (acetoxivalerenic acid, valerenic acid,valeric acid);5. Flavanone seperti hesperidin, 6-methylapigenin dan linarin.

Bornyl Acetate

Valerenal

Valtrate

Baldrinal

b) Myristica Semen Kandungan kimiaMinyak atsiri, saponin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat. Biji pala juga mengandung minyak menguap (miristin, pinen, kamfen, dipenten, safrol, eugenol, iso eugenol dan alcohol), gliserida (asam miristinat, asam oleat, borneol dan giraniol), protein,lemak, pati dan gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung trimyristin. .

TRIMYRISTIN, [MYRISTIC-1-14C]c) Eleuthroginseng RadixKandungan senyawa kimia : eleutheroside, syringaresinol, syringenin, isofraxidin, sesamin dan glucopyranosyl.

Sesamin

Eleutheroside D

-Syringaresinol

Syringenin

Isofraxidin

-D-glucopyranosyl

d) Polygala radixKandungan senyawa: metil salisilat, presengenin 3-glukosida (saponin)

Metal salisilat

Bab IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanObat lelap memiliki khasiat membantu meringankan gangguan tidur karena mengandung Valerianae Radix, Miristicae Semen, eleutroginseng Radix dan Polygalae Radix. Kandungan tersebut memiliki khasiat :1. Memiliki efek sedative dengan cara meningkatkan produksi senyawa yang mempengaruhi tidur (GABA-aminobutyric acid) dengan menurunkan aktivitas lokomotor dan merangsang atasia hilangnya koordinasi otot.2. Anti anxiety ( anti cemas), sedative dan anti konvulsi (anti kejang), bereaksi sebagai monoamine axiodase(MOE) inhibitor.3. Memiliki efek menenangkan perasaan dan pikiran, meredakan cemas hingga dapat membantu mempermudah proses tidur.4. Mengandung senyawa ginsenosides yang dapat meningkatkan energy mengatasi efek stress dan meningkatkan intelektualitas dan kondisi fisik. Selain itu juga dapat membantu menurunkan tekanan darah dan polisakarida membantu meningkatan daya tahan tubuh.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Putri. 2011. Analisis Prospek Sirup Buah Pala Sebagai Agroindustri Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Bireuen, Nanggroe Aceh Darusalam. Sumatera Utara : USU.Budiarti, Indah. 2009. Penentuan TPE (Time Peak Effect) Valerian Berdasarkan Waktu Tidur Mencit BALB/C Yang Diberi Barbiturat. Semarang : UNDIP.Council of Europe. 2004. European Pharmacopoeia 5.0. Council of Europe.Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta : Depkes RI.Kusumaningtyas, Nugraheni. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Valerian (Valeriana Officinalis) Terhadap Otak Mencit BALB/C. Semarang : UNDIP.WHO. 1999. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants - Volume 1. WHO.WHO. 2004. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants - Volume 2. WHO.