Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

49
BAB I PENDAHULUAN Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73) Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dari 193 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dari 236 orang dan 1

Transcript of Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Page 1: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

BAB I

PENDAHULUAN

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak

mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada

awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan

memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan

kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal

kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi

selama lebih dari 15 menit.

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai

4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang

demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal

tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat

dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.

Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun

1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dari 193 orang dan tidak

didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132

orang dari 236 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas

menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan

sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik,

mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar

Wahidiyah, 1985 : 858) .

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.

Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat

yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.

Anak merupakan makhluk yang unik, karena anak memilki karakteristik tersendiri

sesuai tahapan usia anak. Kejang demam pada anak diklasifikasikan berdasarkan usia anak.

1

Page 2: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Kejang demam yang biasa dialami anak ialah usia 6 bulan sampai 4 tahun. Jika kejang

dialami oleh anak usia lebih dari 6 tahun lebih dikategorikan sebagi kejang tanpa demam

(epilepsi ).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rectal di atas 38°C) yang disebakan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan

penyakit yang paling sering dijumpai di bidang neurologi khususnya anak. Kejang

merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua, sehingga sebagai dokter kita wajib

mengatasi kejang dengan tepat dan cepat. Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi

anak yang berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang demam dibagi menjadi 2 yakni kejang

demam sederhana dan kejang demam kompleks. 80% dari kasus kejang demam merupakan

kejang demam sedehana sedangkan 20% kasus adalah kejang demam komplek. 8%

berlangsung lama yakni lebih dari 15 menit. 16% berulang dalam waktu 24 jam. Kejang

pertama terbanyak terjadi antara usia 17-23 bulan, dimana anak laki-laki lebih sering

mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada usia

kurang dari 12 bulan, maka resiko kejang demam kedua 50%. dan bila kejang demam

sederhana pertama terjadi pada usia 12 bulan/ lebih, maka resiko kejang demam kedua

menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi

dan ini 4 kali resikonya dibanding dengan populasi umum. Dari percobaan binatang yang

dilakukan Wegman dan Milichap disimpulkan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan

suatu bangkitan kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur,

tinggi, serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga memiliki peranan dimana

Lennox-Buchtal berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam ditentukan

oleh sebuah gen dominan. Lennox berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita

mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%. Penanganan kejang

demam sampai saat ini masih terjadi kontroversi terutama mengenai pengobatannya yaitu

perlu tidaknya penggunaan obat untuk profilaksis rumat. Dalam makalah ini akan

disampaikan bagaimana cara mendiagnosa pasien kejang demam dan bagaimana

mengklasifikasikannya menjadi kejang demam sederhana atau kejang demam komplek dan

bagaimana menangani penderita kejang demam terutama pada bayi dan anak-anak.

BAB II

2

Page 3: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KEJANG DEMAM 1,2,3

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rectal diatas 38C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1 Kejang demam

merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama pada

golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun. Menurut Consensus statement on febrile seizures

(1980), kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan

demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak

yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk

dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai

denagn kejang berulang tanpa demam.1,2,3

Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti

meningitis, ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis

berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan

saraf pusat. Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang

demam sederhana (simple febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam

(epilepsi triggered of by fever).2

 Hampir 3% daripada anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya

(Millichap, 1968). Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang

berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. 1

Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya

suhu meningkat (Wegman, 1939; Prichard dan McGreal, 1958). Faktor hereditas juga

mempunyai peranan. Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap

bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak

sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai

riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.1

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer.

2000)

3

Page 4: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989)

Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu

badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan

suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and

Gallo,1996).

Kejang Demam Pada Anak

Adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh di atas 38 C, yang

disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.

Kejang Demam Sederhana

Adalah kejang yang terjadi pada umur antara 6 bulan s/d 4 tahun, lama kejang kurang dari 20

menit, kejang bersifat umum, frekwensi kejang kurang dari 4x/tahun, kejang timbul dalam 16

jam sesudah kenaikan suhu.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal

di atas 38 °C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Nilai ambang kejang antara suhu

38,8°C-41,4°C. Biasanya terjadi pada a-nak be rusia 6 bulan sampai dengan 5 tahun. Anak

yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian ke-jang demam kembali tidak

termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan

tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5

tahun mengalami kejang didahului demam, perlu dipikirkan kemungkinan lain misalnya

infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetu-lan terjadi bersama demam.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang

terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima

tahun.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada

anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas

38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi

saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

4

Page 5: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

2.2 KLASIFIKASI 1,2

Kejang demam memiliki 2 bentuk yakni kejang demam kejang demam sederhana dan kejang

demam komplek. 80% dari kasus kejang demam merupakan kejang demam sederhana

sedangkan 20% kasus adalah kejang demam komplek. Kejang demam sederhana (Simple

Febrile Seizure) menurut Livingstone memiliki beberapa kriteria, yakni:

1. Terjadi pada usia 6 bulan-4 tahun

2. Lama kejang singkat kurang dari 15 menit

3. Sifatnya kejang umum, tonik dan atau klonik

4. Umunya berhenti sendiri dan pasien segera sadar

5. Kejang timbul pada 16 jam pertama setelah timbulnya demam

6. Tanpa adanya gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

7. Tidak ada kelainan neurologi sebelum & setelah kejang

8. Frekuensi kejang kurang dari 4x dalam 1 tahun

9. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tak menunjukkan

adanya kelainan

Kejang Demam Komplek (Complex Febrile Seizure) memiliki ciri-cirri gejala klinis sebagai

berikut:

1. Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit

2. Sifat kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului oleh suatu kejang

parsial

3. Kejang berulang atau terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Menurut Livingstone, kejang demam komplek digolongkan sebagai epilepsi yang diprovokasi

oleh demam. Kejang tipe ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya

kejang, sedangkan demam hanya meru-pakan faktor pencetus saja. Kejang demam yang

berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa.

Tetapi pada kejang yang berlangsung lama, lebih dari 15 menit, biasanya disertai terjadinya

apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang pada

akhirnya terjadi hipok-semia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme

anaerobik, hipotensi arterial, disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang

makin meningkat disebabkan oleh meningkatnya aktifitas otot dan selan-jutnya menyebabkan

metabolisme otak meningkat. Rangkaian peristiwa diatas adalah penyebab rusaknya neuron

otak selama berlangsung kejang yang lama. Faktor terpentiang adalah terjadinya gangguan

peredaran darah yang menyebabkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler

5

Page 6: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

dan timbulnya edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada

daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan ke-jang yang berlangsung lama,

dapat menjadi ”matang” sehingga dapat terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang

demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan antomis di otak hingga terjadi

epilepsi.

2.3 ETIOLOGI 2,3,4

Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada

beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,yaitu:2,3,4

1. Demamnya sendiri

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan atau yang tidak diketahui atau

ensefalopati toksik sepintas

6. Gabungan semua faktor diatas

Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang demam.

Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak sedang demam.

Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi pertusis (DPT) dan morbili

(campak).1

Dari penelitian yang telah dilakukan Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing pada 297

penderita   kejang    demam,  66(22,2%)   penderita   tidak  diketahui penyebabnya.2

Penyebab utama didasarkan atas bagian tubuh yang terlibat peradangan. Ada penderita yang

mengalami kelainan pada lebih dari satu bagian tubuhnya, misalnya tonsilo-faringitis dan

otrtis media akut. (lihat tabel ).

Penyebab demam pada 297 penderita KD1,2

Penyebab demam Jumlah penderita

Tonsilitis dan/atau faringitis 100

6

Page 7: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Otitis media akut (radang liang telinga tengah)Enteritis/gastroenteritis (radang saluran cerna)Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasiBronkitis (radang saiuran nafas)Bronkopeneumonia (radang paru dan saluran nafas)Morbili (campak)Varisela (cacar air)Dengue (demam berdarah)Tidak diketahui

91

22

441738

121166

Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering di-sertai KD daripada infeksi lainnya.

Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oteh kuman Shigella mengaiami KD dibanding

gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya di mana angka kejadian KD hanya sekitar 1%,

Lahat dkk, 1984 mengemukakan bahwa tingginya angka kejadian KD pada

shigellosis dan salmonellosis mungkin berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang

dihasilkan kuman bersangkutan.

2.4 EPIDEMIOLOGI 1,3

Kejadian kejang demam diperkirakan 2 % - 4 % di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan

Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira – kira 20 % kasus merupakan kejang

demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17 – 23

bulan) kejang demam sedikit lebih sering pada laki – laki. Faktor Resiko

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam . Ada riwayat kejang

demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan

kecenderungan genetik . Selain itu terdapat faktor perkembangan terlambat, problem pada

masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah . Setelah kejang

demam pertama, kira – kira 33 % anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan

kira 9 % anak akan mengalami tiga kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat

dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang

rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi .

2.5 PATOFISIOLOGI1,5

7

Page 8: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah

glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan melalui fungsi paru-paru

dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Melalui proses oksidasi glukosa

dipecah menjadi CO2 dan air. Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari

permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal,

membran sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh

ion (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Cl-. Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel

neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terjadi

sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka

terdapat perbedaan po-tensial yang disebut sebagai potensial membran dari sel neuron. Untuk

menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K

ATP-ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah

oleh adanya perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular, rangsangan yang datangnya

mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan

pathofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Demam adalah

meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal (35,8°C - 37,2°C) dalam rentang waktu tertentu.

Demam merupakan salah satu keluhan dan gejala yang paling sering terjadi pada anak

dengan penyebab berupa infeksi dan non infeksi. Paling sering penyebabnya adalah infeksi,

dalam hal ini adalah infeksi saluran nafas disusul dengan infeksi saluran cerna pada anak-

anak. Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

basal 10%-15% dan kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Pada anak usia 3 thn, sirkulasi otak

mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan pada orang dewasa yang hanya 15%. Jadi

pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel

neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion K+ maupun ion Na+ melalui membran

tersebut, dengan akibat akan terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian

besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke sel-sel tetangganya melalui

bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang berbeda.

Tergantung dari ambang kejang yang dimilikinya, seorang anak menderita kejang pada

kenaikan suhu tertentu. Pada anak yang memiliki ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi

pada suhu 38°C dan pada anak yang memiliki batas ambang kejang yang tinggi, kejang baru

terjadi pada suhu 40°C atau lebih. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa kejang

demam lebih sering tejadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangan

perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.

8

Page 9: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa faktor fisiologis

dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang 1.

Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting adalah

glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan

fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi

otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipid

dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui

dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan

elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi

dan konsentrasi Na+ menjadi rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan

petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat

pada permukaan sel.

            Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:

1.     Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.

2.      Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik

dari sekitarnya.

3.     Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal

10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh

tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan dalam waktu

yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian

besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan

bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai

ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang

anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang

yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan

ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih 4.

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya

kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot pernafasan tidak

9

Page 10: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

efisien sehingga tidak sempat bernafas yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea,

hipoglikemia, laktat asidosis disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi artenal disertai

denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena

meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan kerusakan sel

neuron.

Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering

terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga di dalam penanggulangannya perlu

diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita menjadi kejang.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C sudah terjadi

kejang, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu

diatas 40 C.

Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah.

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan

gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai

dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan enrgi ontuk kontraksi otot skelet yang

mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.

Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan

meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak.

Rangkaian kejadian di atas adalah factor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak pada

kejang yang lama.

Factor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia

sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vascular dan udem otak serta kerusakan sel

neuron.

Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa terjadi di daerah medial lobus

temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama. Hal ini diduga kuat sebagai

faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi.

10

Page 12: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Cemas

PATHWAY ANAK KEJANG DEMAM

Infeksi bakteri rangsang mekanik dan biokimia.

Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit

Reaksi inflamasi perubahan konsentrasi ion

di ruang ekstraseluler

Proses demam

Ketidakseimbangan kelainan neurologis

Hipertermia potensial membran perinatal/prenatal

ATP ASE

Resiko kejang berulang

difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan

Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera

Dan diit

Kurang informasi, kondisi kurang dari lebih dari 15 menit

Prognosis/pengobatan 15 menit

Dan perawatan perubahan suplay

Tidak menimbulkanDarah ke otak

Kurang pengetahuan/ gejala sisa

Inefektif

Penatalaksanaan kejang resiko kerusakan sel

Cemas Neuron otak

Perfusi jaringan cerebral tidak efektif

12

Page 13: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

2.6 MANIFESTASI KLINIK 2,3,4,5

Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang cepat

dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39C atau lebih (rectal). Umumnya

kejang berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat

juga terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,gerakan

sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.2,3,4,5

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% yang

berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat

pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas,

dan tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat

pasca kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali

tanpa defisit neurologis. 2

Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat fokal

atau unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood (lumpuh sementara pasca

serangan kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral

yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung

lama biasanya lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.2

Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan

kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar sistem saraf

pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau Otitis Media Akut.

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung

singkat, dengan sifat bangkitan kejang berbentuk tonik, klonik, tonik-klonik, fokal atau

akinetik.

Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat anak tidak

memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan

sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.

Living Stone membagi kriteria kejang menjadi 2, yaitu:

1.Kejang Demam Sederhana / KDS

2.Epilepsi yang Diprovokasi oleh Demam

Epilepsi yang diprovokasi oleh demam ditegakkan apabila kejang tidak memenuhi salah satu

13

Page 14: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

atau lebih kriteria KDS. Kejang pada Epilepsi adalah merupakan dasar kelainan, sedang

demam adalah faktor pencetus terjadinya serangan.

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan

suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh proses infeksi di luar susunan saraf

pusat. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung

singkat dan dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau

akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi

reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun

dan sadar kembali tanpa ada-nya kelainan saraf.

2.7 DEFERENSIAL DIAGNOSA2,3,4,5

Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipertimbangkan

apakah penyebabnya dari luar atau dari dalam susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak

biasanya karena infeksi, seperti: Meningitis, Encephalitis, atau Abses otak.

Sesudahnya baru difikirkan kemungkinan KDS atau Epilepsi yang diprovokasi oleh demam.

2.8 PENEGAKAN DIAGNOSIS10

Penegakan diagnosa kejang demam dapat diperoleh melalui beberapa langkah yakni

anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari laboratorium dan

pencitraan jika diperlukan.

ANAMNESA

Dalam anamnesa khususnya pada penyakit anak dapat digali data-data yang berhubungan

dengan kejang demam meliputi:

a. Identitas

Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, umur penndidikan dan

pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,

epidemiologi kejang demam lebih banyak terjadi pada anak laki-laki pada usia 6 bulan

sampai dengan 5 tahun.

b. Riwayat Penyakit

Pada riwayat penyakit perlu ditanyakan keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit.

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Pada

riwayat perjalanan penyakit disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai

14

Page 15: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

keadaan kesehatan pasien sejak sebelum ada keluhan sampai anak dibawa berobat. Bila

pasien mendapat pengobatan sebelumnya, perlu ditanyakan kapan berobat, kepada siapa, obat

yang sudah diberikan, hasil dari pengobatan tersebut dan riwayat adanya reaksi alergi

terhadap obat. Pada kasus kejang demam, perlu digali informasi mengenai demam dan kejang

itu sendiri. Pada setiap keluhan demam perlu ditanyakan berapa lama demam berlangsung;

karakteristik demam apakah timbul mendadak, remitten, intermitten, kontinou, apakah

terutama saat malam hari, dsb. Hal lain yang menyertai demam juga perlu ditanyakan

misalnya menggigil, kejang, kesadaran menurun, merancau, mengigau, mencret, muntah, se-

sak nafas, adanya manifestasi perdarahan, dsb. Demam didapatkan pada penyakit infeksi dan

non infeksi. Dari anamnesa diharapkan kita bisa mengarahkan kecurigaan terhadap penyebab

demam itu sendiri. Pada anam-nesa kejang perlu digali informasi mengenai kapan kejang

terjadi; apakah didahului adanya demam, berapa jarak antara demam dengan onset kejang;

apakah kejang ini baru pertama kalinya atau sudah pernah sebelum-nya (bila sudah pernah

berapa kali (frekuensi per tahun), saat anak umur berapa mulai muncul kejang perta-ma);

apakah terjadi kejang ulangan dalam 24 jam, berapa lama waktu sekali kejang. Tipe kejang

harus ditanyakan secara teliti apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal.

Ditanyakan pula lamanya serangan kejang, interval antara dua serangan, kesadaran pada saat

kejang dan setelah kejang. Gejala lain yang menyer-tai juga penting termasuk panas, muntah,

adanya kelumpuhan, penurunan kesadaran dan apakah ada kemunduran kepandaian anak.

Pada kejang demam juga perlu dibedakan apakah termasuk kejang demam sederhana atau

kejang suatu epilepsi yang dibangkitkan serangannya oleh demam (berdasarkan kriteria

Livingstone).

c. Riwayat Kehamilan Ibu

Perlu ditanyakan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya apa

yang dilakukan un-tuk mengatasi penyakit. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu,

merokok, minuman keras, konsumsi makanan ibu selama hamil.

d. Riwayat Persalinan

Perlu ditanyakan kapan tanggal lahir pasien, tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara

persalinan, keadaan bayi setelah lahir, berat badan dan panjang badan bayi saat lahir dan hari-

hari pertama setelah lahir. Perlu juga di-tanyakan masa kehamilan apakah cukup bulan atau

kurang bulan atau lewat bulan. Dengan mengetahui infor-masi yang lengkap tentang keadaan

ibu saat hamil dan riwayat persalinan anak dapat disimpulkan beberapa hal penting termasuk

terdapatnya asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum,dsb yang mungkin berhubungan

dengan riwayat penyakit sekarang, misalnya kejang demam.

15

Page 16: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Perlu digali bagaimana status pertumbuhan anak yang dapat ditelaah dari kurva berat badan

terhadap umur dan panjang badan terhadap umur. Data ini dapat diperoleh dari KMS atau

kartu pemeriksaan kesehatan lainnya. Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci

untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan. Pada anak balita perlu ditanyakan

perkembangan motorik kasar, motorik halus, sosial-personal dan bahasa.

f. Riwayat Imunisasi

Apakah penderita mendapat imunisasi secara lengkap, rutin, sesuai jadwal yang diberikan.

Perlu juga ditanyakan adanya kejadian ikutan pasca imunisasi.

g. Riwayat Makanan

Makanan dinilai dari segi kualitas dan kuantitasnya.

h. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Pada kejang demam perlu ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami kejang dengan

atau tanpa demam, apakah pernah mengalami penyakit saraf sebelumnya.

i. Riwayat Keluarga

Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada keluarga lainnya (ayah, ibu, atau saudara

kandung), oleh sebab itu perlu ditanyakan riwayat familial penderita.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi 2 yakni pemeriksaan umum dan pemeriksaan sistematis.

Penilaian keadaan umum pasien antara lain meliputi kesan keadaan sakit pasien (tampak sakit

ringan, sedang, atau berat); tanda-tanda vital pasien (kesadaran pasien, nadi, tekanan darah,

pernafasan dan suhu tubuh); status gizi pasien; serta data antropo-metrik (panjang badan,

berat badan, lingkar kepala, lingkar dada). Selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan

sistematik organ dari ujung rambut sampai ujung kuku untuk mengarahkan ke suatu

diagnosis. Pada pemeriksaan kasus kejang demam perlu diperiksa faktor faktor yang

berkaitan dengan terjadinya kejang dan demam itu sendiri. Demam merupakan salah satu

keluhan dan gejala yang paling sering terjadi pada anak dengan penyebab bisa infek-si

maupun non infeksi, namun paling sering disebabkan oleh infeksi. Pada pemeriksaan fisik,

pasien diukur suhunya baik aksila maupun rektal. Perlu dicari adanya sumber terjadinya

demam, apakah ada kecurigaan yang meng-arah pada infeksi baik virus, bakteri maupun

jamur; ada tidaknya fokus infeksi; atau adanya proses non infeksi seperti misalnya kelainan

darah yang biasanya ditandai dengan dengan pucat, panas, atau perdarahan. Pemeriksaaan

16

Page 17: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

kejang sendiri lebih diarahkan untuk membedakan apakah kejang disebabkan oleh proses

ekstra atau intrakranial. Jika kita mendapatkan pasien dalam keadaan kejang, perlu diamati

teliti apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal. Amati pula kesadaran pasien

pada saat dan setelah kejang. Perlu diperiksa keadaan pupil; adanya tanda-tanda lateralisasi;

rangsangan meningeal (kaku kuduk, Kernig sign, Brudzinski I, II); adanya paresis, paralisa;

adanya spastisitas; pemeriksaan reflek patologis dan fisiologis.

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG2,10

Pemeriksaan penunjang terdiri dari:

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi/ mencari

penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah).

b. Pemeriksaan Radiologi

Foto X-ray kepala dan neuropencitraan CT scan atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan

atas indikasi.

c. Pemeriksaan Cairan SerebroSpinal (CSS)

Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka

tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:

- bayi < 12 bulan : diharuskan

- bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan

- bayi >18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu lumbal pungsi.

d. Pemeriksaan ElektroEnsefaloGrafi (EEG)

Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan

kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam, oleh sebab itu tidak

direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya pada kejang

demam komplikata pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal).

2.10 KOMPLIKASI

17

Page 18: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya

kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot pernafasan tidak

efisien sehingga tidak sempat bernafas yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea,

hipoglikemia, laktat asidosis disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi artenal disertai

denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena

meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan kerusakan sel

neuron. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang

rendah. Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak

meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya

disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan enrgi ontuk kontraksi otot skelet

yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.

Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan

meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak.

Rangkaian kejadian di atas adalah factor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak pada

kejang yang lama.

2.11 PENATALAKSANAAN KEJANG 8,10,13

Menurut dr. Dwi P. Widodo, neurolog anak RSUPN Cipto Mangunkusumo

Jakarta, dalam seminar "Kejang Demam pada Anak" beberapa waktu lalu, tindakan awal

yang mesti dilakukan adalah menempatkan anak pada posisi miring dan hangat. Setelah air

menguap, demam akan turun. Tidak perlu memasukkan apa pun di antara gigi. Jangan

memasukkan sendok atau jari ke dalam mulut anak untuk mencegah lidahnya tergigit. Hal ini

tidak ada gunanya, justru berbahaya karena gigi dapat patah atau jari luka. Miringkan posisi

anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya. Jangan mencoba menahan gerakan anak.

Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air sedikit.1

Ada 3 hal yang perlu dikerjakan pada penatalaksanaan kejang demam

yaitu:2,3,4,5,6,9,10

18

Page 19: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

1. Pengobatan fase akut

2. Mencari dan mengobati penyebab

3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

Pengobatan fase akut

Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau

muntahan dan diusahakan jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan

keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung. Suhu

tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik.

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan

adalah mencegah terjadinya peningkatan demam oleh karena itu pemberian obat – obatan

antipiretik sanagt diperlukan. Obat – obat yang dapat digunakan sebagai antipiretik adalah

asetaminofen 10 - 15 mg/kgBB/hari setiap 4 – 6 jam atau ibuprofen 5 – 10 mg/kgBB/hari

setiap 4 – 6 jam.

Diazepam adalah obat yang paling cepat menghentikan kejang. Efek terapeutik

diazepam sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5 menit dan efek toksik yang serius

hampir tidak dijumpai apa bila diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg

persuntikan. Diazepam  dapat  diberikan secara intravena dan intrarectal. Dosis diazepam

intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20

mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar dan

bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.

 Pemberian diazepam secara intravena pada anak yang kejang seringkali

menyulitkan, cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif melalui rektum telah

dibuktikan keampuhannya (Knudsen, 1979; Ismael dkk., 1981; Kaspari dkk., 1981).

Pemberian dilakukan pada anak/bayi dalam posisi miring/ menungging dan dengan rektiol

yang ujungnya diolesi vaselin, dimasukkaniah pipa saluran keluar rektiol ke rektum sedalam

3 - 5 cm. Kemudian rektiol dipijat hingga kosong betul dan selanjutnya untuk beberapa menit

lubang dubur ditutup dengan cara merapatkan kedua muskulus gluteus. Dosis diazepam

intrarectal yg dapat digunakan adalah 5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Bila kejang

tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian, bila tidak berhenti juga berikan

fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1

mg/kgBB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan NaCl

fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

19

Page 20: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital yang

langsung diberikan setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan – 1 tahun  50 mg 

dan 1 tahun keatas 75 mg secara intramuscular. Lalu 4 jam kemudian diberikan fenobarbital

dosis rumatan. Untuk 2 hari pertama diberikan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis  4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama

keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik peroral. Harus

diperhatikan bahwa dosis total tidak boleh melebihi 200 mg/hari karena efek sampingnya

adalah hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernafasan.

Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian

kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai

meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.2

Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian, yaitu:2

1.  Profilaksis intermiten

Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, penderita yang menderita

kejang demam sederhana diberikan diazepam secara oral untuk profilaksis intermiten dengan

dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat juga

diberikan secara intrarectal tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10 kg) dan 10 mg (BB>10kg)

setiap pasien menunjukan suhu lebih dari 38,5C.

Profilaksis intermiten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita

kejang demam sedarhana sangat kecil, yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.

2.  Profilaksis jangka panjang

Profilaksis jangka panjang berguna untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil 

dan cukup  didalam  darah  penderita  untuk  mencegah  terulangnya kejang demam berat

yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi

dikemudian hari. Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/ kgBB/hari

dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40

mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah

kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.

Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu:2

20

Page 21: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

1.  Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan

(misalnya serebral palsi atau mikrosefal, retardasi mental).

2.   Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologis sementara

atau menetap.

3.   Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.

4.   Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang

multipel dalam satu episode demam.

Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka

panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral

alau rektal tiap 8 jam di samping antipiretik

Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin

dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :8,9,10

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan

terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.

Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris,

karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.

Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan

khusus.

Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas

kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas

kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang

menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa

menyatakan batasan menit.

Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk

meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang

berat, atau anak terus tampak lemas.  

Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di

atas adalah sebagai berikut :8,9,10

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask

21

Page 22: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah

terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti

kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini

pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang

(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan.

Imunisasi dan kejang demam 8

Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti kejang

demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada

beberapa jenis imunisasi sebagai berikut:

·         DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun

setelahnya.  

·         MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar

daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan

besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan

kontra indikasi imunisasi.

2.12 PENANGGULANGAN 8,10

Dalam penanggulangan KDS ada 4 faktor yang harus dikerjakan, yaitu :

A.Memberantas kejang secepat mungkin.

B.Pengobatan penunjang.

C.Memberikan obat maintenance.

D.Mencari dan mengobati faktor penyebab/causatif.

A. Memberantas kejang secepat mungkin

1.Apabila penderita datang dalam keadaan kejang, segera diberikan Diazepam injeksi

intravena secara perlahan dengan dosis tidak melebihi 50 mg persuntikan.

Dosis sebaiknya diberikan berdasarkan berat badan :

BB < 10 kg : 0,5-0,75 mg/kgBB

BB 10-20 kg : 0,5 kg/BB

22

Page 23: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

BB > 20 kg : 0,3 kg/BB

Dosis rata-rata biasanya adalah 0,3 kg/BB per pemberian.

Setelah suntikan pertama, ditunggu 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan

intravena kedua dengan dosis yang sama. Apabila 15 menit setelah suntikan kedua masih

terdapat kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama tetapi dengan cara

intramuskular.

Bila kejang tetap tidak berhenti setelah ditunggu 15 menit, maka diberikan Fenobarbital atau

Paraldehid secara intravena.

Perlu diperhatikan efek samping dari Diazepam, yaitu : mengantuk, hipotensi dan menekan

pusat pernafasan.

Efek samping hipotensi dan penekanan pusat pernafasan terutama terjadi, apabila anak

sebelumnya sudah mendapat Fenobarbital.

2.Pemberian Diazepam secara intravena pada anak yang kejang sering kali menyulitkan. Cara

yang mudah dan sederhana yaitu melalui rectum dengan dosis :

BB < 10 Kg : 5 mg

BB > 10 Kg : 10 mg

Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama dapat diberikan lagi setelah ditunggu 15

menit dengan dosis yang sama. Dan bila kejang tetap tidak berhenti setelah ditunggu 15

menit maka diberikan Diazepam intravena dengan dosis 0,3 mg/Kg BB.

3.Apabila Diazepam tidak tersedia, dapat diberikan Fenobarbital secara intramuskular dengan

dosis awal :

Neonatus : 30 mg/kali

1 s/d 12 bulan : 50 mg/kali

> 12 bulan : 75 mg/kali.

Bila kejang tidak berhenti setelah ditunggu 15 menit, suntikan Fenobarbital dapat diulang

dengan dosis :

Neonatus : 15 mg/kali

1 s/d 12 bulan : 30 mg/kali

> 12 bulan : 50 mg/kali.

Pemberian Fenobarbital akan memberikan hasil lebih baik bila diberikan dengan cara

intravena dengan dosis 5 mg/Kg BB, dan kecepatan 30 mg/menit.

23

Page 24: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

4.Difenil hidantoin deberikan untuk menanggulangi status konvulsi tanpa mengganggu

kesadaran dan menekan pusat pernafasan, tetapi mengganggu frekwensi dan ritme jantung.

Dosis yang dianjurkan adalah : 18 mg/KgBB dalam infus, dengan kecepatan 50 mg/menit.

5.Bila kejang tidak bisa dihentikan dengan obat-obatan di atas maka sebaiknya penderita

dirawat di ruang ICU untuk diberi anestesi umum dengan theophental.

B.Pengobatan penunjang

Penderita sebaiknya dibebaskan dari semua pakaian, posisi kepala miring yaitu untuk

menghindari aspirasi. Jika diperlukan dapat dipasang intubasi bahkan trachectomi.

Penghisapan lendir dilakukan secara teratur, juga diberikan oksigenasi yang memadai.

Cairan intravena diberikan dengan monitor kelainan metabolik dan elektrolit.

Bila ada kenaikan tekanan intrakranial jangan diberikan Natrium dengan kadar yang tinggi.

Bila suhu masih tinggi diberikan kompres es atau alkohol.

Obat untuk hibernasi adalah Klorpromazin 2-4 mg/KgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis, atau

Prometasin 4-6mg/Kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.

Untuk mencegah udem otak diberikan kortikosteroid, misal: Kortison 20-30 mg/Kg BB

dibagi dalam 3 dosis, atau Dexamethason 1 ampul setiap jam.

Awasi secara ketat fungsi vital seperti: kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi

jantung.

C.Memberikan obat maintenance

Setelah kejang dapat diatasi, tindakan selanjutnya adalah dengan pengobatan maintenance

yaitu pemberian antiepileptik dengan daya kerja lama, seperti Fenobarbital atau Difenyl

hidantoin.

Dosis Fenobarbital:

dosis awal (hari 1 dan 2) : 8-10 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis

hari berikutnya : 4-5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis.

Selama keadaan belum memungkinkan, antikonvulsi dapat diberikan secara suntikan.

Pengobatan maintenance merupakan upaya profilaksis, yang terbagi dalam :

1.Profilaksis Maintenance

Tujuannya adalah untuk mencegah berulangnya kejang dikemudian hari.

24

Page 25: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Bila demam, kepada penderita diberikan formula antikonvulsi dan antipiretik.

Pada awalnya pemberian antikonvulsan dan antipiretik dianggap kurang tepat, karena

biasanya kejang pada KDS muncul dalam 16 pertama setelah anak demam, tetapi kenyataan

membuktikan bahwa pemberian Fenobarbital dapat mencegah kejang.

Pemberian profilaksis maintenance sebaiknya sampai anak berumur 4 tahun, di mana

kemungkinan anak menderita KDS sangat kecil.

2.Profilaksis Jangka Panjang

Profilaksis jangka panjang ditujukan untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik di dalam

darah stabil dan cukup, guna mencegah berulangnya kejang di kemudian hari.

Diberikan pada keadaan :

a.Epilepsi yang diprofokasi demam

b.Semua KDS dengan ciri sbb:

terdapat gangguan perkembangan syaraf seperti: cerebral palsy, retardasi perkembangan dan

mikrosefali

bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau terdapat kelainan syaraf yang

bersifat sementara atau menetap

bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara

kandung

pada kasus tertentu yang dianggap perlu, yaitu bila kadang-kadang terdapat kejang berulang

atau kejang demam pada bayi di bawah 12 bulan.

Obat yang diberikan berupa :

a.Fenobarbital

Dosis 4-5 mg/kgBB/hari.

Efek samping pemakaian jangka panjang : hiperaktif, perubahan siklus tidur, gangguan

kognitif, dan gangguan fungsi luhur.

b.Asam Valproat (Epilim, Depkene)

Dapat menurunkan resiko terulangnya kejang dengan memuaskan bahkan lebih baik

dibanding dengan Fenobarbital.

Dosis : 20-30 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis.

Efek samping : mual, hepatotoxis dan pancreatitis.

c.Fenitoin (Dilantin)

Diberikan kepada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan hiperaktif.

25

Page 26: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini diberikan sekurang-kurangnya selama 3

tahun. Penghentian pengobatan harus dilakukan dengan cara tapering off, dalam waktu 3-6

bulan guna menghindari rebound fenomena.

D.Mencari dan mengobati faktor penyebab/causatif.

Penyebab dari kejang demam baik KDS maupun Epilepsi yang diprovokasi demam biasanya

adalah infeksi pada traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut.

Pemberian antibiotik yang tepat dan adequat akan sangat berguna untuk menurunkan demam,

yang pada gilirannya akan menurunkan resiko terjadinya kejang.

Secara akademis, anak yang datang dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dikerjakan

pemeriksaan punksi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi di otak

maupun meningitis.

Selanjutnya apabila menghadapi anak dengan kejang yang berlangsung lama diperlukan

pemeriksaan :

Punksi lumbal, darah lengkap, glukosa, elektrolit: K,Mg,Ca,Na Nitrogen darah dan fungsi

hati.Pemeriksaan foto kranium, EEG, Brain Scan, Computerized Tomografi, Pneumo

Encephalografi, dan Arteriografi.

2.13 PROGNOSIS 2,3,4,5,6

Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan tidak perlu

menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar

antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat pada umur,

jenis kelamin, dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:

Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan

pria 33%.

Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga

adanya kejang, terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%.

Angka kejadian epilepsi berbeda-beda, tergantung dari cara penelitian, misalnya

Lumbantobing (1975) pada penelitiannya mendapatkan 6%, sedangkan Living-ston (1954)

mendapatkan dari golongan kejang demam sederhana hanya 2,9% yang menjadi epilepsi dan

dari golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam temyata 97% yang menjadi epilepsi.2

Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung

dari faktor:2

26

Page 27: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang

demam.

3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari akan

mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya terdapat 1 atau

tidak sama sekali faktor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam hanya 2% - 3% saja

("Consensus Statement on Febrile Seizures, 1981") Pada penelitian yang dilakukan oleh The

National Collaboratlve Perinatal Project di Amerika Serikat , dalam hal mana 1.706 anak

pasca kejang demam diikuti  perkembangannya sampai usia 7 tahun, tidak didapatkan 

kematian sebagai   akibat   kejang   demam.  Anak  dengan  kejang  demam  ini  lalu

dibandingkan dengan saudara kandungnya yang normal, terhadap tes iQ dengan

menggunakan WISC. Angka rata-rata untuk iQ total ialah 93 pada anak yang pernah

mendapat kejang demam. Skor ini tidak berbeda bermakna dari saudara kandungnya

(kontrol). Anak yang .sebelum terjadinya kejang demam sudah abnormal atau dicurigai

menunjukkan gejala yang abnormal, rnempunyai skor yang lebih rendah daripada saudara

kandungnya. Hasil yang diperoleh the National Collaborative Perinatal Project ini hampir

serupa dengan yang didapatkan di Inggris oleh The National Child Development-Study*

Didapatkan bahwa anak yang pernah mengaiami KD kinerjanya tidak berbeda dengan

populasi umum waktu di tes pada usia 7 dan 11 tahun.2,3,4,5,6

Pada penelitian Ellenberg dan Nelson mendapatkan tidak ada perbedaan IQ waktu

diperiksa pada usia 7 tahun antara anak dengan KD dan kembarannya yang tanpa kejang

demam.4

1.Kematian

Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak sampai

terjadi kematian.

Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %.

2.Terulangnya Kejang

Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari

serangan pertama.

3.Epilepsi

Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari Epilepsi yang diprovokasi

27

Page 28: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

oleh demam.

Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS

tergantung kepada faktor :

a.riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

b.kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS

c.kejang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami serangan

kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali

faktor di atas.

4.Hemiparesis

Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari

setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal.

Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat

flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas.

Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama.

5.Retardasi Mental

Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang

demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan

neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah.

Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan

menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.

Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:

1. Kejang demam berulang

Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko terjadinya kejang

demam berulang adalah:

- Riwayat kejang demam dalam keluarga

- Usia kurang dari 15 bulan

- Temperatur yang rendah saat kejang

- Cepatnya kejang saat demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80% sedangkan bila tidak terdapat

faktor tersebut hanya 10%-15% kemungkinan berulang. Kemungkinan berulang adalah pada

tahun pertama.

28

Page 29: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

2. Epilepsi

Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko menjadi epilepsi

adalah:

- Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama

- Kejang demam kompleks

- Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%.

Kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi 10-49%.

Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada

kejang demam.

3. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.7,10,13

2.14 PEMBERIAN OBAT RUMAT10,13

Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut

(salah satu):

- Kejang >15 menit

- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya hemiparesis,

cerebral palsy, retardasi mental dan hidrosephalus.

- Kejang fokal

- Pengobatan rumat dipertimbangkan apabila;

    o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

    o Kejang demam terjadi pada bayi kurang 12 bulan

    o Kejang demam ≥ 4 kali per tahun

Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang selama 15 menit merupakan indikasi pengobatan

rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan

merupakan indikasi. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak

mempunyai fokus organik. Terapi rumat kejang demam dibedakan menjadi pencegahan

berkala (intermitten) dan pencegahan kontinu. Pencegahan berkala diperuntukkan bagi kejang

demam sederhana, diberikan pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam, berupa

DzP 0,3 mg/KgBB/ dosis per oral dan antipiretika. Pencegahan kontinu diperuntukkan bagi

kejang demam komplek, berupa asam valproat 15-40 mg/KgBB/hari per oral dibagi menjadi

29

Page 30: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

2-3 dosis. Pengobatan rumat kejang demam diberikan sampai 1 th bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bln.

2.15 EDUKASI PADA ORANG TUA 10

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang

sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus

dikurangi dengan cara:

1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya ”benign”

2. Memberikan cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali

4. Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi memiliki efek samping

5. Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi kejadian epilepsi

Beberapa hal yang harus dikerjakan orang tua di rumah bila anak kembali kejang:

1. Tetap tenang dan tidak panik

2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau

lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit jangan memasukkan

sesuatu ke dalam mulut

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan DzP rektal selama kejang. dan jangan diberikan jika kejang telah berhenti

7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

BAB III

KESIMPULAN

30

Page 31: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal

di atas 38 °C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Nilai ambang kejang antara suhu

38,8-41,4°C. Biasanya terjadi pada anak beru sia 6 bulan sampai dengan 5 tahun. Kejang

demam memiliki 2 bentuk yakni kejang demam kejang demam sederhana dan kejang demam

komplek dengan criteria masing-masing menurut Livingstone. 80% dari kasus kejang demam

merupakan kejang demam sederhana sedangkan 20% kasus adalah kejang demam komplek.

Penegakan diagnosa kejang demam berdasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan kecuali atas indikasi. Beberapa kasus kejang

demam memerlukan terapi rumat atas indikasi tertentu, benar dan memadai pada orang tua

mengenai kejang dan apa yang bisa dilakukan di rumah jika menjumpai anak kejang sebelum

dibawa ke rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

31

Page 32: Makalah Reffrat Anak Kejang Demam

1. Tumbelaka,Alan R,Trihono, Partini P.,Kurniati,Nia,Putro Widodo,Dwi.   Penanganan Demam

Pada Anak Secara Profesional: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak

XLVII.Cetakan pertama,FKUI-RSCM.Jakara,2005

2. Lumbantobing,S.M:Kejang Demam.Balai Penerbit FKUI,Jakarta,2007

3. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang Pada Anak.

Cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.

4. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak :

Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta  2007.

5. Fleisher, Gary R, M.D., Stephen Ludwig, M.G. Text Book Of Pediatric Emergency

Medicine : Seizures. Williams & Wilkins Baltimore. London

6. Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setyowulan. Kapita Selekta

Kedokteran : kejang Demam. Edisi ke3 Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta 2000.

7. Kejang Demam,Guideline. 2007.http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1089.asp?

FNM=1089 9 .

8. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004.

http://www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf

9. Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April

2005. http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion

10. http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2011/04/kejang-demam.html

11. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

12. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak

FKUI

13. http://www.dokterz.co.cc/2010/07/kejang-demam-febrile-seizure.html

32