Bahan Makalah Kejang Demam

download Bahan Makalah Kejang Demam

of 45

description

kejang demam

Transcript of Bahan Makalah Kejang Demam

Bahan makalah kejang demamReferat Kedokteran: Patofisiologi dan Gejala Klinis Kejang Demam24 April 2010 unduh http://astaqauliyah.com/2010/04/referat-kedokteran-patofisiologi-dan-gejala-klinis-kejang-demam/

Kejang disebabkan oleh pelepasan hantaran listrik yang abnormal. Gejala-gejala yang timbul dapat bermacam-macam tergantung pada bagian otak yang terpengaruh, tetapi umumnya kejang berkaitan dengan suatu sensasi aneh, kekakuan otot yang tidak terkendali, dan hilangnya kesadaran.Kejang dapat terjadi akibat adanya kelainan medis. Rendahnya kadar gula darah, infeksi, cedera kepala, keracunan atau overdosis obat-obatan dapat menyebabkan kejang. Selain itu, kejang juga dapat disebabkan oleh tumor otak atau kelainan saraf lainnya. Kurangnya oksigen ke otak juga dapat menyebabkan kejang. Pada beberapa kasus, penyebab kejang mungkin tidak diketahui. Kejang yang terjadi berulang mungkin merupakan suatu indikasi akan adanya suatu kondisi kronik yang dikenal sebagai epilepsi.Defenisi Kejang DemamKejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala). kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasnya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam.Insiden Kejang DemamDiperkirakan 3% anak-anak dibawah usia 6 tahun pernah menderita kejang demam. Anak laki-laki lebih sering pada anak perempuan dengan perbandingan 1,4 : 1,0. Menurut ras maka kulit putih lebih banyak daripada kulit berwarna.Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga memegang peranan.Lennox Buchthal(1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang sempurna. Dan 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.Etiologi Kejang DemamHingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.Konvulsi jauh lebih sering terjadi dalam 2 tahun pertama dibanding masa kehidupan lainnya. Cedera intrakranial saat lahir termasuk pengaruh anoksia dan perdarahan serta cacat kongenital pada otak, merupakan penyebab tersering pada bayi kecil.Pada masa bayi lanjut dan awal masa kanak-kanak, penyebab tersering adalah infeksi akut (ekstra dan intrakranial). Penyebab yang lebih jarang pada bayi adalah tetani, epilepsi idiopatik, hipoglikemia, tumor otak, insufisiensi ginjal, keracunan, asfiksia, perdarahan intrakranial spontan dan trombosis, trauma postnatal,dan lain-lain.Mendekati pertengahan masa kanak-kanak, infeksi ekstrakranial akut semakin jarang menyebabkan konvulsi, tapi epilepsi idiopatik yang pertama kali tampil sebagai penyebab penting pada tahun ketiga kehidupan, menjadi faktor paling umum. Penyebab lain setelah masa bayi adalah kelainan kongenital otak, sisa kerusakan otak akibat trauma, infeksi, keracunan timbal, tumor otak, glomerulonefritis akut dan kronik, penyakit degeneratif otak tertentu dan menelan obat.Patofisiologi Kejang DemamUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak dperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dn permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dpat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-).Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.Pada keadan demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang.Tiap anak mempunyai ambang kejng yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih.Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya dari kejang demam, yaitu: Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu. Cepatnya kenaikan suhu. Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan. Metabolisme meninggi, kebutuhan otak akan O2 meningkat sehingga sirkulasi darah bertambah dan terjadi ketidakseimbangan.Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya dengan baik susunan saraf pusat (korteks serebri).Gejala Klinik Kejang DemamTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akuta, bronkitis, furunklosis dan lain-lain.Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.Bila menghadapi penderita dengan kejang demam, pertanyaan yang sering timbul ialah dapatkah diramalkan dari sifat kejang atau gejala yang mana kemungkinan lebih besar untuk menderita epilepsi?Untuk itu Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:1. Kejang demam sederhana (Simple febril convulsion)2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (Epilepsi triggered off by fever)Kriteria kejang demam menurut livingtoneadalah:1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.3. Kejang bersifat umum4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.7. Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4x.Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.Kriteria kejang demam menurut tesis Lumbang Tobing, adalah:1. Adanya kejang dan demam.2. Tak ada defisi neurologik lain sebelum dan sesudah serangan kejang.3. Likuor normal.Tunggu lanjutan referat ini:Diagnosis dan Penatalaksanaan Kejang Demam1017share1share33ARTIKEL MENARIK LAINNYA: Dari Tour de Sulbar 2006Sekitar tiga penggalah tinggi matahari ketika ambulans dengan sirene meraung-raung membelah jalanan trans Sulawesi Barat, Sabtu (20/5). Ambulans yang katanya baru beroperasi sepekan kemarin itu dijeja... Waspada! Perubahan Iklim Jadi Masalah Kesehatan MasyarakatPerubahan iklim mesti diperlakukan sebagai masalah kesehatan masyarakat, terutama oleh Amerika Serika, pembuang terbesar jangka-panjang gas rumah kaca di dunia, kata ahli ekologi dan kesehatan Selasa.... Alpha Centaury; Sahabat Merengkuh AsaKarena telah begadang semalam sebelumnya, siang tadi saya mengambil jatah tidur untuk tetap menjaga keseimbangan internal tubuh. Kantuk yang tak tertahan membuat sebentar saja akhirnya kuterlelap dala... Aksi Bersama Turunkan Menteri Kesehatan di DPRD Sulawesi SelatanHari Rabu, 12 September lalu saya dan kawan-kawan dari Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) HMI Cabang Makassar Timur dan Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK) menggelar aksi keprihatinan at... Fenomena VI, Siapa Bilang Sehat itu Gampang?Air Minum Depot Isi Ulang Konsumsi Air Minum Depot Isi Ulang (AMDIU) pada beberapa tahun terakhir memang meningkat tajam, utamanya di kalangan masyarakat perkotaan seiring dengan tumbuh pesatnya in...

http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-nkpy203.htmKEJANG DEMAMDarto SaharsoDivisi NeuropediatriBag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo SurabayaBATASANKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakraniumPATOFISIOLOGIBelum jelas, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor keturunan/genetikGEJALA KLINISAda 2 bentuk kejang demam, yaitu:1.Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut: Kejang berlangsung singkat, < 15 menit Kejang umum tonik dan atau klonik Umumnya berhenti sendiri Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam2.Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut: Kejang lama, > 15 menit Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jamPEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Anamnesis:Biasanya didapatkan riwayat kejang deman pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu atau saudara kandung). Pemeriksaan neurologis:Tidak didapatkan kelainan Pemeriksaan laboratorium:Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah) Pemeriksaan radiologi:X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS):Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:1.Bayi < 12 bulan: diharuskan2.Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan3.Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG):Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikata pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal)DIAGNOSIS BANDINGMeningitisEnsefalitisAbses otakPENATALAKSANAANPenatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.1.Penanganan Pada Saat KejangMenghentikan kejang:Diazepamdosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.Turunkan demam:oAntipiretika:Paracetamol10 mg/KgBB/dosis PO atauIbuprofen5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perharioKompres: suhu > 390C: air hangat; suhu >380C: air biasaPengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnyaPenanganan suportif lainnya meliputi:oBebaskan jalan nafasoPemberian oksigenoMenjaga keseimbangan air dan elektrolitoPertahankan keseimbangan tekanan darah2.Pencegahan KejangPencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana denganDiazepam0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demamPencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata denganAsam Valproat15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosisPROGNOSISApabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:Kejang demam berulangEpilepsiKelainan motorikGangguan mental dan belajar

DAFTAR PUSTAKA1.Baumann RJ. Febrile Seizures. E Med J, March 12 2002, vol. 2, No. 3 : 1-102.Baumann RJ. Technical Report: Treatment of The Child with Simple Febrile Seizures.http://www.pediatric.org/cgi/content/full/103/e863.Lewis H. Viruses in Febrile Convulsion. Arch Dis Child, 2001 ; 82 : 428.4.Berg AT, Shinnar S, Levy SR, Testa FM. Childhood-Onset Epilepsy With and Without Preceeding Febrile Seizures. Neurology, vol. 53, No. 8, 1999 : 23-34.5.Duffer PK, Baumann RJ. A Synopsis of the American Academy of Pediatrics Practice Parameter on The Evaluation and Treatment of Children with Febrile Seizures. Pediatrics in Review, vol. 20, No. 8, 1999 : 285-7.6.Campfield P, Camfield C. Advance in Diagnosis and Management of Pediatrics Seizures Disorders in Twentieth Century. J Pediatr 2000, 136 : 847-9.7.American Academy of Pediatrics. Practice Parameter : Long-term Treatment of The Child with Febrile Seizures. Pediatrics 1999 ; 103 : 1307-10.8.Gordon KE, Dooley JM, Camfield PR, Camfield CS, MacSween J. Treatment of Febrile Seizures: Influence of The Treatment Efficacy and Side-effect Profile on Value to Parents. Pediatrics 2001 ; 108 : 65-9.9.Ucapan terima kasih kepada : dr. Erny, Sp.A atas bantuan dalam penyusunan pedoman diagnosis & terapi, Neurologi anak.

Mengatasi Step / Stuip / Kejang Demam Pada Bayi Dan BalitaShare Artikel ini melalui:Diterbitkan pada tanggal 11 - 08 - 2010 |31 komentarDokterSehat.com Kejang, baik yang disertai demam atau tidak, bisa berdampak fatal. Itulah sebabnya, setelah memberi pertolongan pertama, bawa segera si kecil ke rumah sakit.Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.

SEGERA BAWA KE DOKTERUntuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, disarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi pertolongan pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam.Setelah itu,jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah cuma beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu, si kecil akan mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya dokter juga akan memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat untuk mengatasi kejang dan antikejang. Sebagai pertolongan pertama, tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama.Selain itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si kecil pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, kejang demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel yang rusakonline pharmacy without prescriptionpun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal.Bahkan beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstra hati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali.Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan gangguan fungsi otak.CIRI-CIRI KEJANGTentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas gigi terkatup muntah tak jarang si anak berhenti napas sejenak. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.TIPS ATASI KEJANG DEMAMBerikut beberapa penjelasan tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak.Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. .Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding ketiak.Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah.Jangan gunakan alkohol atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan.Lebih aman gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C. Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan korsleting/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi. Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. . Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.KEJANG TANPA DEMAMPenyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam.Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak.BISA DIALAMI SEMUA ANAKKondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang.Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang. Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang. Uniknya, bayi prematur justru jarang sekali menderita kejang. Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.JANGAN SAMPAI TERULANGPenting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. Setiap menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak.Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.DIMONITOR TIGA TAHUNRisiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental.Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.RAGAM PENYEBABKejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan, penjabarannya satu per satu di bawah ini.* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang.Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.* Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.WASPADAI DI BAWAH 6 BULANOrang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6 bulan, Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. Bukan hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya seperti tremor.Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu yang ngeh. Itulah sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.MENOLONG ANAK KEJANG1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya. Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera keluarkan.2. Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar. Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan memperparah keadaan.3. Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang tersebut. Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian.4. Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen. Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang.PENATALAKSANAANPenatalaksaan kejang meliputi :1. Penanganan saat kejang* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.* Turunkan demam :Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.Kompres ; suhu >39 C dengan air hangat, suhu > 38 C dengan air biasa.* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, memberikan keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.2. Pencegahan Kejang* Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam.* Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULANMereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan atau tanpa demam.Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. Tapi jangan khawatir, anak yang menderita epilepsi, kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan, bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal.Jadi, kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang normal seperti anak-anak lainnya. Yang penting, ia tertangani dengan baik. Biasanya kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi.Pada anak epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang lagi. Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring dari dokter berjalan terus.

Read more:http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-balita/#ixzz1hGCrClsR

http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-balita/

Pengaruh Kejang Demam pada Kecerdasan AnakLusia Kus Anna|Rabu, 12 Oktober 2011 | 13:06 WIB

Dibaca:5929

Komentar:0|

Share:

shutterstockTERKAIT: Jadi Ayah di Usia Tua, IQ Bayi Rendah 7 Cara Cerdaskan Otak Anak Bahaya Kejang Demam pada AnakTANYA:Anak saya pada usia 2 tahun pernah step selama 15 menit. Apakah ada efeknya pada kecerdasan dok? Pertanyaan kedua mengenai berat badannya yang susah gemuk, padahal ia makan 3-4 kali sehari dengan porsi seperti orang dewasa. Apakah penyebabnya dok? Sebagai informasi ia kini berusia 10 tahun, BB 28 kg dan Tinggi 140 cm. Ana (33), JakartaJAWAB:Step (kejang demam) terjadi akibat terjadinya locatan arus listrik di otak yang terganggu karena demam. Kejang demam yang terjadi kurang dari 15 menit lamanya, kondisi setelah kejang anak tetap sadar, tidak terjadi gejala sisa akibat kejang seperti kelumpuhan otot-otot tungkai, tidak terjadi gangguan tumbuh kembangnya, kejang tidak terjadi berulang-ulang, biasanya tidak mengkhawatirkan. Terlebih bila kondisi saat ini ia tetap seperti biasa.Berat badan yang tidak bisa bertambah dapat disebabkan karena ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhannya (untuk tumbuh kembang, aktifitas, dan sebagainya). Yang dimaksud dengan asupan nutrisi yang cukup adalah yang sesuai dengan kebutuhan kalori dan komposisi zat gizi yang seimbang.Tanda kecukupan asupannya adalah berat badan yang bertambah secara optimal. Berat badan idealnya saat ini adalah berkisar antara 34-35 kg. Perlu diingat, anak yang gemuk tidak secara otomatis sehat. Sedangkan pola makan pada anak harus dilatih secara berulang dan berkesinambungan

Mengatasi Step / Stuip / Kejang Demam Pada Bayi Dan BalitaKejang, baik yang disertai demam atau tidak, bisa berdampak fatal. Itulah sebabnya, setelah memberi pertolongan pertama, bawa segera si kecil ke rumah sakit.Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.

SEGERA BAWA KE DOKTERUntuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, disarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi pertolongan pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam.Setelah itu,jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah cuma beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu, si kecil akan mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya dokter juga akan memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat untuk mengatasi kejang dan antikejang. Sebagai pertolongan pertama, tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama.Selain itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si kecil pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, kejang demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal.Bahkan beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstra hati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali.Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan gangguan fungsi otak.CIRI-CIRI KEJANGTentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas gigi terkatup muntah tak jarang si anak berhenti napas sejenak. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.TIPS ATASI KEJANG DEMAMBerikut beberapa penjelasan tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak.Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. .Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding ketiak.Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah.Jangan gunakan alkohol atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan.Lebih aman gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C. Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan korsleting/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi. Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. . Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.KEJANG TANPA DEMAMPenyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam.Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak.BISA DIALAMI SEMUA ANAKKondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang.Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang. Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang. Uniknya, bayi prematur justru jarang sekali menderita kejang. Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.JANGAN SAMPAI TERULANGPenting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. Setiap menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak.Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.DIMONITOR TIGA TAHUNRisiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental.Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.RAGAM PENYEBABKejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan, penjabarannya satu per satu di bawah ini.* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang.Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.* Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.WASPADAI DI BAWAH 6 BULANOrang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6 bulan, Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. Bukan hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya seperti tremor.Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu yang ngeh. Itulah sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.MENOLONG ANAK KEJANG1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya. Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera keluarkan.2. Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar. Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan memperparah keadaan.3. Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang tersebut. Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian.4. Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen. Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang.PENATALAKSANAANPenatalaksaan kejang meliputi :1. Penanganan saat kejang* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.* Turunkan demam :Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.Kompres ; suhu >39 C dengan air hangat, suhu > 38 C dengan air biasa.* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, memberikan keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.2. Pencegahan Kejang* Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam.* Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULANMereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan atau tanpa demam.Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. Tapi jangan khawatir, anak yang menderita epilepsi, kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan, bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal.Jadi, kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang normal seperti anak-anak lainnya. Yang penting, ia tertangani dengan baik. Biasanya kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi.Pada anak epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang lagi. Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring dari dokter berjalan terus.(sumber : doktersehat.com)Sumber http://www.doktersahabatkita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=178:mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-balita&catid=28:current-users&Itemid=60

22 Agustus 2008Kejang Demam pada Anak Kejang demam, atau sering kita sebut step (mungkin berasal dari bahasa Inggris: stiff), adalah kejang yang biasa terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan anak di luar rentang usia ini juga terkena.Kejang demam timbul akibat naiknya suhu tubuh secara tiba-tiba. Biasanya akibat demam di atas 38 derajat Celsius. Ada berbagai macam penyebab kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba. Paling sering karena infeksi, baik infeksi bakteri maupun virus. Misalnya radang amandel (tonsilitis) atau radang tenggorok (faringits). Kejang demam biasanya berlangsung beberapa detik atau menit. Kadang-kadang sampai 15 menit. Tetapi kebanyakan hanya berlangsung hanya dua atau tiga menit.Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :1. Anak hilang kesadaran 2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak 3. Sulit bernapas 4. Busa di mulut 5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan 6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.Setelah kejang, anak akan mulai berangsur sadar. Biasanya, kesadaran pulih sepenuhnya setelah 10 sampai 15 menit. Dalam masa ini, anak agak sensitif (irritable) dan mungkin tidak mengenali orang di sekitarnya.Saat terjadi kejang demam, orang tua tidak perlu panik. Beberapa hal yang perlu diingat atau tindakan yang perlu diambil adalah :1. Letakkan anak ditempat yang aman, misalnya di lantai atau kasur. Pindahkan dari sekitar anak, semua benda yang mungkin berbahaya atau dapat menimbulkan luka. 2. Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut anak, misalnya jari tangan, sendok, atau kayu. 3. Jangan mengguncang-guncang atau berusaha membangunkan anak. 4. Jangan menahan tubuh anak yang kejang. Biarkan gerakan kejang berlangsung apa adanya. 5. Jika anak sudah berhenti kejang, miringkan anak. 6. Catat lamanya kejang dan apa yang dialami anak selama kejang. Catatan ini penting bagi dokter atau praktisi medis untuk menilai kejang demam anak. 7. Setelah kejang berhenti, segera bawa anak ke dokter, puskesmas, atau rumah sakit terdekat. 8. Jika kejang berlangsung lebih dari lima menit, penanganan gawat darurat harus dilakukan segera untuk menghentikan kejang. Jika memungkinkan, panggil segera petugas medis untuk memberikan penanganan tersebut.Penting diketahui orang tua bahwa :1. Anak tidak merasakan nyeri atau tidak nyaman selama kejang. 2. Kejang demam bukanlah epilepsi atau ayan, sehingga tidak perlu minum obat secara teratur seperti halnya pada epilepsi. 3. Kejang yang berlangsung singkat tidak menyebabkan kerusakan otak. Bahkan kejang yang berlangsung agak lama hampir tidak pernah membahayakan. 4. Anak yang pernah menderita kejang demam tumbuh sehat seperti halnya anak lainnya. 5. Kadang-kadang, jika anak pernah mengalami kejang yang lama, perlu orang tua perlu menyediakan diazepam rektal (diberikan lewat anus) di rumah untuk mengantisipasi kejadian serupa di waktu mendatang. Diskusikan dengan dokter atau praktisi medis lainnya mengenai hal ini.Unduh http://www.wartamedika.com/2008/08/kejang-demam-pada-anak.html

Unduh http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=PENEGAKKAN+DIAGNOSA+DAN+TERAPI+KEJANG+DEMAM+KOMPLEKS+PADA+ANAK+LAKI-LAKI+BERUMUR+16+BULAN

PENEGAKKAN DIAGNOSA DAN TERAPI KEJANG DEMAM KOMPLEKS PADA ANAK LAKI-LAKI BERUMUR 16 BULANDibuat oleh: Lituhayu B. Putri,Modifikasi terakhir pada Tue 13 of Dec, 2011 [01:43 UTC]

ABSTRACTKejang disebabkan oleh pelepasan hantaran listrik yang abnormal di otak. Gejala yang timbul dapat bermacam-macam tergantung pada bagian otak yang terpengaruh, tetapi umumnya kejang berkaitan dengan suatu sensasi aneh, kekakuan otot yang tidak terkendali, dan hilangnya kesadaran. Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak-anak yangberusia dibawah 5 tahun. Kejang demam dapat timbul bila seorang anak mengalami demam tinggi, biasanya suhu tubuh meningkat dengan cepat mencapai 39 derajat Celsius atau lebih. KEYWORD: Kejang Demam pada Anak

HISTORYSeorang pasien anak laki,laki, 16 bulan, dibawa ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan kejang 6 jam SMRS yang didahului dengan demam. Kejang ini adalah kejang untuk yang kedua kalinya. Kejang terjadi sebanyak 1 kali pada jam 03.00 WIB dan berdurasi selama 30 menit. Saat kejang seluruh tubuh pasien kaku dan kedua mata pasien mendelik ke atas, mulut tidak terkunci dan tidak mengeluarkan busa. Setelah kejang, pasien sadar, langsung menangis dan mengalami keringat dingin. Setelah kejang tersebut, disusul kejang selanjutnya hingga 3 kali yang berdurasi kurang dari 15 menit. Pada 1 hari SMRS, Ibu pasien menyatakan sebelum kejang pasien mengalami demam. Demam terjadi pada malam hari, timbul mendadak dan tidak terlalu tinggi. Pada saat demam sudah diberikan penurun panas berupa paracetamol syrup, demam sempat turun sebentar namun naik lagi. Hingga akhirnya pasien kejang karena demam tinggi. Pasien tidak ada riwayat batuk, pilek, nyeri telinga, nyeri telan, maupun nyeri saat kencing.

DIAGNOSISKejang Demam Kompleks

TERAPITerapi yang diberikan pada pasien ini antara lain infuse cairan KAEN 3B dengan ettesan 15 tpm (mikro), puyer berisi Paracetamol 80 mg dan Luminal 10 mg serta Injeksi antibiotic cefotaxim 2x250mg.

DISKUSIPada pasien anak laki-laki berumur 4 tahun 11 bulan dengan berat badan 16 kg, dari anamnesa didapatkan keluhan kejang sebanyak 1 kali pada sore hari, 5 jam SMRS yang didahului dengan demam. Kejang merupakan kejang pertama kali dan berdurasi lebih dari 15 menit. Kejang pada pasien bersifat tonik, mata mendelik ke atas, mulut tidak terkunci dan tidak mengeluarkan busa. pasien dalam keadaan sadar pada saat sebelum dan setelah kejang. Kejang tidak didahului dengan aura. Diagnosis kejang demam kompleks ditegakkan pada pasien ini atas dasar lama kejang pada pasien yang berdurasi selama lebih 15 menit. Demam terjadi 1 hari SMRS, tidak terlalu tinggi, tidak mendadak dan berlangsung terus-menerus. 3 hari SMRS ibu pasien menyatakan pasien sering batuk, tidak berdahak. Kemungkinan pasien telah terjangkit infeksi saluran napas dan ini telah memicu terjadinya demam.Dari pemeriksaan fisik thoraks jantung, ditemukan murmur dengan fase sistolik, bentuk pansistolik, derajat bising 1/6, pungtum maksimum di sela iga 5 garis parasternalis kiri, tidak ada penjalaran, kualitas tidak dapat dinilai, berfrekuensi tinggi. Bising jantung pada pasien ini adalah bising inosen dengan karakteristik bising sistolik, berderajat 2/6 atau kurang sehingga tidak disertai getaran bising, penjalaran terbatas, cenderung berubah intensitasnya dengan perubahan posisi, dan tidak berhubungan dengan kelainan jantung. Pemeriksaan refleks meningeal dengan hasil negatif menunjukkan tidak terdapat infeksi pada otak dan meningen.Dari pemeriksaan laboratorium pada 5 Oktober 2009, didapatkan anemia ringan dengan nilai Hb 10.8 g/dL, leukositosis dengan nilai 18.800 /uL dan LED meningkat dengan nilai 35mm/jam yang menunjukkan bahwa telah terjadi proses infeksi yang ditandai dengan demam sebelum terjadinya kejang. Pada kasus ini, diagnosis banding kejang demam kompleks adalah epilepsi yang diprovokasi demam dan meningoensefalitis. Ada pun perbedaan antara kejang demam kompleks dengan kedua penyakit ini adalah: pada epilepsi yang diprovokasi demam (Menurut kriteria Livingstone, gejala epilepsy yang diprovokasi demam adalah seperti kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun, dan EEG setelah tidak demam abnormal. Perbedaan kejang demam kompleks dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai demam. Epilepsi bisa disebabkan karena terjadinya gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam) sedangkan pada Meningoensefalitis (Terdapat kelainan pada otak yang dapat ditandai dengan refleks patologis dan refleks meningeal yang positif, EEG abnormal, kejang berulang, tekanan intrakranial yang meningkat dan terdapat penurunan kesadaran).Pada terapi, antibiotik yang digunakan adalah Cefotazime dengan dosis 2x 500mg IV perhari selama perawatan di rumah sakit. Cefotazime digunakan bagi mengatasi infeksi saluran napas bawah, otitis media akut, infeksi kulit, infeksi saluran kemih yang juga merupakan etiologi infeksi yang menyebabkan demam yang menginduksi kejang demam.Infus cairan Ringer Laktat diberikan karena keadaan demam bisa menyebabkan dehidrasi pada pasien. Cairan ini digunakan karena bersifat isotonis, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah untuk mengatasi kehilangan cairan yang terjadi karena dehidrasi.Setelah kejang dapat diatasi, pengobatan disusul dengan terapi rumatan yang dibagi menjadi profilaksis intermitten dan profilaksis jangka panjang. Tetapi pada pasien ini, terapi profilakasis jangka panjang tidak digunakan karena tidak terdapat indikasi. Pengobatan profilaksis intermiten yang digunakan berupa puyer panas yang hanya diberikan selama episode demam saja yaitu obat campuran antikonvulsan (diazepam) dan antipiretika (paracetamol).Pada pasien ini seharusnya diberikan kortikosteroid untuk mencegah terjadinya udem otak yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sehingga keadaan membaik.Pada pasien ini, disarankan untuk melakukan pemeriksaan anjuran yaitu elektroenselfalogram (EEG) untuk mendeteksi sekiranya terdapat gangguan pada otak terutama pada penderita epilepsi. Gambaran abnormal yang bisa temukan berbentuk spike, sharp wave, spike and wave dan paroxysmal slow activity.

KESIMPULANDiagnosa pasien ini adalah Kejang Demam Kompleks, terapi yang diberikan sudah sesuai yaitu dengan antibiotic untuk mengatasi etiologi infeksi yang menyebabkan demam yang menginduksi kejang demam. Serta diberikan obat simptomatik lainnya. Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan adalah elektroenselfalogram (EEG) untuk mendeteksi sekiranya terdapat gangguan pada otak terutama pada penderita epilepsi.\

http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20080910130544

Jurus Sakti Penakluk Kejang Buah Hati Tercinta AndaOleh : Dr. Dito Anurogo

10-Sep-2008,18:28:28 WIB - [www.kabarindonesia.com] Jurus Sakti Penakluk Kejang Buah Hati Tercinta Anda

Artikel ini akan membahas segala sesuatu tentang kejang demam, yang biasa terjadi pada buah hati Anda, beserta "jurus sakti" untuk menaklukkannya.

Ada 15 hal yang akan dibahas dalam di artikel ini, yaitu:

1. Sinonim2. Definisi3. Epidemiologi4. Penyebab (Etiologi)5. Faktor Risiko6. Patofisiologi7. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis8. Pemeriksaan Penunjang9. Penatalaksanaan10. Diagnosis Banding11. Apa yang harus dilakukan saat anak Anda kejang?12. Kapan anak Anda harus dirawat atau dirujuk ke rumah sakit?13. Prognosis14. Tahukah Anda?15. Referensi dan Bacaan yang Dianjurkan

SinonimDi dalam dunia kedokteran, kejang pada anak (berusia 6 bulan-5 tahun) disebut juga:1. Kejang demam2. Febrile seizures3. Febrile convulsions

Definisi1. Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh; suhu rektum (dubur) di atas 38C.

2. Kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di atas 38,4 C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut.

3. An event in infancy or childhood usually occurring between three months and five years of age, associated with fever, but without evidence of intracranial infection or defined cause (a consensus conference held by the National Institutes of Health, 1980).

Epidemiologi1. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Menurut Tejani NR (2008), kejang demam terjadi pada anak berusia 3 bulan 5 tahun.2. Insiden tertinggi pada umur 18 bulan.3. Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan kejang demam sederhana dan 20% kejang demam kompleks.4. Kejang pertama terbanyak di usia 17-23 bulan.5. Anak lelaki lebih sering mengalami kejang demam dibandingkan dengan anak wanita.6. Kejadian kecacatan atau kelainan neurologis sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.7. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.8. Antara 2% - 5% anak-anak di Amerika Serikat menderita kejang demam pada hari kelima kelahiran (fifth birthday) mereka, dan sekitar sepertiganya berulang minimal sekali. Angka yang sama dari kejang demam di Amerika Serikat juga ditemukan di Eropa Barat.9. Insiden kejang demam di India sekitar 5-10%, di Jepang sekitar 8,8%, di Guam sekitar 14%, di Hongkong sekitar 0,35%, dan di China sekitar 0,5-1,5%.

Penyebab (Etiologi)1. Proses ekstrakranial/ekstrakranium.2. Penyakit virus (viral illnesses)Penyakit virus merupakan penyebab utama (predominant cause) kejang demam. Kepustakaan terbaru menunjukkan keterlibatan human herpes simplex virus 6 (HHSV-6) sebagai penyebab timbulnya (etiologic agent) roseola pada 20% dari sekelompok pasien yang datang dengan kejang demam mereka yang pertama.3. Shigella gastroenteritisShigella gastroenteritis juga berhubungan dengan kejang demam. Studi terbaru menunjukkan hubungan antara kejang demam yang berulang (recurrent febrile seizures) dan influenza A.4. GenetikTerdapat dasar genetik (genetic basis) dari kejang demam. Kejang demam cenderung terjadi pada keluarga.

Bila anak terkena kejang demam, maka risiko saudara kandungnya terkena adalah sebesar 10%. Kemungkinan ini menjadi 50% jika orang tuanya pernah menderita kejang demam.

Faktor RisikoFaktor risiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah:

1. Ada (anggota) keluarga dengan riwayat kejang demam.2. Usia < 18 bulan.3. Suhu tubuh saat kejang. Makin tinggi suhu sebelum kejang demam, makin kecil risiko berulangnya kejang demam4. Lama demam sebelum kejang. Makin pendek jarak antar mulainya demam dengan terjadinya kejang demam, makin besar risiko berulangnya kejang demam.

Penilaiana. Bila ada 3 faktor di atas, kemungkinan kejang demam berulang kembali adalah 80%.b. Bila sama sekali tidak ada faktor di atas, kemungkinan kejang demam berulang kembali adalah 10-15%.

Menurut Tejani NR (2008), faktor risiko berkembangnya/terjadinya kejang demam adalah:1. Ada riwayat keluarga yang menderita kejang demam.2. Suhu tinggi.3. Laporan orang tua tentang keterlambatan perkembangan anak.4. Neonatal discharge pada usia lebih dari 28 hari (indikasi perinatal illness yang memerlukan mondok di rumah sakit).5. Keterlibatan orang tua secara langsung dalam mengasuh dan merawat anak (daycare attendance).

Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari:1. Adanya gangguan neurodevelopmental (perkembangan saraf).2. Kejang demam kompleks (lebih dari satu kali).3. Ada riwayat epilepsi dalam keluarga.4. Lamanya demam saat awitan kejang.

PatofisiologiBagaimana kejang demam terjadi? Bagaimana pula riwayat perjalanan kejang demam sehingga menyebabkan epilepsi?

Menurut Nooruddin R Tejani (2008);

"Kejang demam terjadi pada anak kecil (young children) pada suatu saat dalam perkembangan (development) dimana ambang pintu (threshold) mereka rendah.

Inilah saat ketika mereka rentan (susceptible) terkena berbagai infeksi yang seringkali menyerang anak-anak seperti infeksi saluran pernapasan atas (upper respiratory infection), otitis media, viral syndrome, dan reaksi mereka terhadap perubahan suhu yang lebih tinggi.

Studi pada hewan menunjukkan peranan dari pirogen endogen, seperti: interleukin 1, yang dengan meningkatkan neuronal excitability, dapat menghubungkan aktivitas kejang dan demam.

Studi pendahuluan (preliminary studies) pada anak (children) tampaknya mendukung hipotesis bahwa jaringan sitokin (cytokine network) diaktivasi atau diaktifkan dan memegang peran pada patogenesis kejang demam (febrile seizures)."

Menurut Masdar Muid (2005);

"Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel dan organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa.

Melalui proses oksidasi dimana oksigen disediakan oleh kerja paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jelaslah bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (yakni: lipoid) dan permukaan luar (yakni: ionik). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium dan sangat sulit dilakukan oleh ion Natrium dan elektrolit lainnya, kecuali oleh ion Klorida. Akibatnya, konsentrasi ion Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Natrium rendah; sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.

Adanya perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel menyebabkan perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat di permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh adanya:1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran litrik dari sekitarnya.3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada anak berusia 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jelaslah pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, yang berakibat terjadinya pelepasan muatan listrik. Pelepasan muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmiter sehingga terjadilah kejang.

Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda; ini tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, dapat terjadi kejang pada suhu 38C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih.Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah; sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Namun pada kejang demam yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya terjadi apnea (henti nafas), meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolime otak meningkat.

Rangkaian kejadian di atas merupakan faktor penyebab sehingga terjadi kerusakan neuron otak selama belangsungnya kejang lama.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak sehingga terjadi kerusakan sel neuron otak.

Kerusakan di daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama; dapat menjadi "matang" dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi, jelaslah bahwa kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.

Klasifikasi dan Manifestasi KlinisCommission on Epidemiology and Prognosis (1993) mengklasifikasikan kejang demam menjadi:1. Kejang demam sederhana2. Kejang demam kompleks

Kejang demam sederhana (simple febrile seizures)Merupakan kejang demam dengan karakteristik:1. Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya serangan akan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 10 menit.2. Bangkitan kejang tonik atau tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.3. Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali dalam 24 jam.

Kejang demam kompleks (complex febrile seizures)Merupakan kejang demam dengan karakteristik:1. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit.2. Kejang fokal (parsial satu sisi), atau kejang umum didahului kejang parsial.3. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi:a. Pemeriksaan darah perifer (tepi) lengkapb. Elektrolitc. Glukosa darahd. Kalsium serume. Urinalisisf. Biakan darah, urin, atau feses (tinja).

2. Pungsi lumbala. Jika bayi < 12 bulan, sangat dianjurkan dilakukan pungsi lumbal karena gejala meningitis sering tidak jelas.b. Jika bayi antara 12-18 bulan, dianjurkan pungsi lumbal kecuali pasti bukan meningitis.c. Jika bayi > 18 bulan, tidak rutin.Bila pasti bukan meningitis, pungsi lumbal tidak dianjurkan.

3. Elektroensefalografi (EEG)Dipertimbangkan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya: kejang demam kompleks pada anak berusia > 6 tahun, atau kejang demam fokal.Menurut Tejani (2008), electroencephalogram biasanya tidak diperlukan sebagai evaluasi rutin pada anak dengan kejang demam yang pertama kalinya (first simple febrile seizure).

4. Pemeriksaan foto kepala, CT Scan dan/ atau MRI (Magnetic Resonance Imaging).Indikasi pemeriksaan CT Scan dan MRI:a. Dijumpai kelainan neurologis fokal yang menetap (hemiparesis).b. Ada riwayat dan tanda klinis trauma kepala.c. Kemungkinan terdapat lesi struktural di otak (mirosefali, spastik).d. Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah berulang, fontanel anterior menonjol, paresis saraf otak VI, edema papil).

PenatalaksanaanAda dua rekomendasi yang kami uraikan di sini:1. Rekomendasi dari Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia/IDAI (2005).2. Rekomendasi dari dari Tejani NR (2008)

Berikut uraian kedua rekomendasi tersebut di atas.1. Rekomendasi dari Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia/IDAI (2005).

A. Saat kejangPemberian diazepam rektal (melalui dubur) saat kejang sangat efektif untuk menghentikan kejang, dengan ketentuan sebagai berikut:a. Untuk anak berusia < 3 tahun: dosis 5 mg. b. Untuk anak berusia > 3 tahun: dosis 7,5 mg.c. Untuk anak dengan berat badan < 10 Kg: dosis 5 mg.d. Untuk anak dengan berat badan > 10 Kg: dosis 10 mg.e. Secara umum: 0,5-0,75 mg/Kg berat badan/kali pemberian.

Di rumah, maksimal diberikan dua kali berurutan dengan jarak lima menit.

Cara lain pemberian diazepam adalah melalui suntikan intravena sebanyak 0,2-0,5 mg/Kg berat badan. Berikan perlahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit. Bila kejang berhenti sebelum sebelum dosis habis, hentikan penyuntikan.

Bila anak masih kejang, berikan diazepam dua kali dengan jarak lima menit.

Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin intravena dengan dosis 15 mg/Kg berat badan perlahan-lahan.

Bila kejang belum berhenti, rawat di ruang rawat intensif, berikan pentobarbital, pasang ventilator bila perlu.

B. Saat kejang berhentiSaat kejang sudah berhenti, tentukan apakah bayi/anak termasuk dalam kejang demam yang memerlukan pengobatan rumat atau cukup intermiten saat demam.

B.1. Pengobatan RumatPengobatan rumat cukup diberikan selama setahun bebas kejang, lalu dihentikan bertahap selama 1-2 bulan. Pengobatan ini efektif untuk menurunkan risiko berulangnya kejang.

Indikasi pengobatan rumat:1. Kejang lama (lebih dari 15 menit).2. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang. Misalnya: hemiparesis, parsis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. 3. Kejang fokal (sentral/memusat).4. Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi.5. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:a. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.b. Kejang demam terjadi pada bayi berusia kurang dari 12 bulan.c. Kejang demam terjadi 4 kali atau lebih per tahun.

Ada dua pilihan dalam pengobatan rumat:

a. Asam valproatDosis: 15-40 mg/Kg berat badan/hari dibagi 2-3 dosis. Pemakaian asam valproat pada usia < 2 tahun menyebabkan gangguan fungsi hati. Bila mengonsumsi obat ini sebaiknya diperiksa kadar SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, sebulan, kemudian tiap 3 bulan.

b. FenobarbitalDosis: 3-5 mg/Kg berat badan/hari dibagi 2 dosis. Pemakaian fenobarbital setiap hari menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar.

B.2. Pengobatan IntermitenMerupakan pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam.

Ada dua pilihan dalam pengobatan intermiten:a. Antipiretik* Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/Kg berat badan/kali,diberikan 4 kali.* Ibuprofen 10 mg/Kg berat badan/kali, diberikan 3 kali.

b. Antikonvulsan* Diazepam oral dosis 0,3 0,5 mg/Kg berat badan, setiap 8 jam saat demam. Ini efektif untuk menurunkan risiko berulangnya kejang.* Diazepam rektal (diberikan melalui dubur) dengan dosis 0,5 mg/Kg berat badan/kali, diberikan 3 x per hari.* Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin tidak berguna mencegah kejang demam bila diberikan secara intermiten. Fenobarbital dosis kecil baru berefek antikonvulsan dengan kadar stabil di dalam darah, bila telah diberikan selama 2 minggu.

2. Rekomendasi dari Tejani NR (2008)

A. Antipiretik (Antipyretics)

Antipiretik sebaiknya digunakan pada pasen yang merasa tidak nyaman dengan demam sekunder mereka (demam bukan keluhan utama). Antipiretik tidak dimakudkan untuk mencegah berulangnya atau kambuhnya kejang demam.

1. Acetaminophen

Mekanisme kerja:Menurunkan demam dengan aksi langsung pada pusat pengatur panas hipotalamus (hypothalamic heat-regulating centers), yang meningkatkan pembuangan (dissipation) panas tubuh melaluivasodilatasi dan berkeringat (sweating).

Dosis dewasa: 325-650 mg PO/PR q4-6h; jangan melebihi 4 g/hari.

Dosis anak:10-15 mg/kg berat badan PO/PR q4-6h; jangan melebihi 5 dosis/hari atau 2,6 g/hari.

2. Ibuprofen

Mekanisme kerja:Salah satu obat anti-inflamasi nonsteroid atau NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drug) yang dapat menurunkan demam. Ibuprofen menghambat pembentukan prostaglandin.

Dosis dewasa: 200-400 mg PO q4-6h saat timbul gejala; jangan melebihi 3,2 g/hari.

Dosis anak:5-10 mg/kg berat badan/dosis PO q6-8h prn (bila perlu); jangan melebihi 40 mg/kg berat badan/hari atau 2,4 g/hari.

B. Antikonvulsan (Anticonvulsant)

Prophylactic treatment dengan agen antikonvulsan, dapat dipertimbangkan pada episode demam subsequent.

1. Diazepam (Valium)

Mekanisme kerja:Menurunkan kejang demam subsequent jika diberikan setiap episode demam. Mengatur (modulates) efek postsynaptic dari transmisi GABA-A, menyebabkan meningkatnya hambatan presinaptik.

Bekerja di bagian sistem limbic, thalamus, dan hypothalamus, dalam menimbulkan efek menenangkan (calming effect).

Dosis dewasa: Untuk kejang sebesar 5-15 mg IV q5min, ulang prn (bila perlu); jangan melebihi 30 mg dalam 8 jam.

Dosis anak:Oral: 0,33 mg/kg berat badan PO saat terjadi demam; lanjutkan q8h sampai anak tidak demam.

Rektal atau lewat dubur (dosis sediaan 2,5; 5; 10; 15; atau 20 mg/dosis):2-5 tahun: 0.5 mg/kg berat badan PR6-11 tahun: 0.3 mg/kg berat badanDapat diulang lewat dubur sekali setelah 4-12 jam jika diperlukan, jangan melebihi 20 mg/dosis.

2. Lorazepam Mekanisme kerja:Suatu hipnotik sedatif dengan onset efek yang singkat dan waktu paruh yang relatif lama. Dengan meningkatkan kerja gamma-aminobutyric acid (GABA), suatu penghambat neurotransmitter utama (major inhibitory neurotransmitter) di otak, menekan semua tingkat sistem saraf pusat/SSP (central nervous system/CNS), termasuk pembentukan limbic dan reticular. Penting untuk memonitor tekanan darah pasien setelah pemberian obat.

Dosis dewasa: Kondisi penyakit (disease state) tidak tampak pada orang dewasa.Dosis dewasa 4 mg/dosis IV perlahan selama 2-5 menit dan ulangi dalam 10-15 menit prn (bila perlu); dosis kumulatif 8 mg/hari dipertimbangkan maksimum 1-10 mg/hari PO/IV/IM dibagi bid/tid.

Dosis anak:Bayi dan anak (infants and children): 0,1 mg/kg berat badan IV perlahan selama 2-5 menit; ulangi prn (bila perlu) dalam 10-15 menit dengan dosis 0,05 mg/kg berat badan; jangan melebihi 4 mg/dosis.

Remaja (adolescents): 0,07 mg/kg berat badan IV perlahan selama 2-5 menit dan ulangi dalam 10-15 menit prn (bila perlu); jangan melebihi 4 mg/dosis.

Diagnosis Banding1. Bacteremia dan sepsis pada anak2. Infeksi epidural dan subdural 3. Epidural Hematoma4. Fever (demam) pada anak5. Meningitis6. Meningitis dan encephalitis pada anak7. Status epilepticuspada anak (pediatrics)

Apa yang harus dilakukan saat anak Anda kejang?1. Tetap tenang dan tidak panik.2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.4. Ukurlah suhu, observasi, dan catatlah lama dan tentukanlah bentuk kejang.5. Tetap bersama anak selama kejang.6. Berikan diazepam rektal (melalui dubur). Jangan diberikan ketika kejang telah berhenti.7. Bawalah secepatnya ke dokter atau rumah sakit terdekat bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

Kapan anak Anda harus dirawat atau dirujuk ke rumah sakit?Penderita kejang demam perlu dirawat atau dirujuk ke rumah sakit pada (minimal salah satu) kondisi berikut ini:1. Kejang demam kompleks.2. Hiperpireksia (suhu tubuh lebih dari 41,1 C).3. Usia < 6 bulan.4. Kejang demam pertama.5. Dijumpai/disertai kelainan neurologis (persarafan).

PrognosisBaik (benign).

Tahukah Anda?* Sekitar 80-90% di antara seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana.

* Kejang berulang adalah kejang dua kali atau lebih dalam waktu satu hari, anak sadar kembali di antara dua bangkitan kejang.

* Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang terjadi.

* Kejang demam kompleks (complex febrile seizures) mengindikasikan berlangsungnya proses penyakit yang serius, seperti: meningitis, abscess, atau encephalitis.

* Tidak ada data yang mendukung teori bahwa peningkatan suhu yang cepat merupakan penyebab kejang demam.

* Konsumsi alkohol pada ibu (maternal alcohol intake) dan merokok selama hamil dapat meningkatkan risiko terkena kejang demam hingga 2x lipat.

* Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.

Referensi dan Bacaan yang Dianjurkan1.Muid M. Kejang Demam. Dalam: Simposium Infeksi Pediatri Tropik dan Gawat Darurat Anak: Tata Laksana Terkini Penyakit Tropis dan Gawat Darurat pada Anak. Malang, 13 Agustus 2005. Halaman 98-100.

2.Pusponegoro HD, et.al. (ed.). Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2005. Halaman 209-211.

3.Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Article Last Updated: Mar 28, 2008. Cited from: http://www.emedicine.com/emerg/topic376.htm

4.Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Konsensus Penanganan Kejang Demam. 2005.

5.Teng D, Dayan P, Tyler S, et al. Risk of intracranial pathologic conditions requiring emergency intervention after a first complex febrile seizure episode among children. Pediatrics. Feb 2006;117(2):304-8.

6.American Academy of Pediatrics. Practice parameter: the neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizure. American Academy of Pediatrics. Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures. Pediatrics. May 1996;97(5):769-72; discussion 773-5.

7.Kwong KL, Lam SY, Que TL, Wong SN. Influenza A and febrile seizures in childhood. Pediatr Neurol. Dec 2006;35(6):395-9.

8.Aicardi J, ed. Febrile Convulsions in Epilepsy in Children. 2nd ed. New York: Raven Press; 1994:253.

9.American Academy of Pediatrics. Practice parameter: long-term treatment of the child with simple febrile seizures. American Academy of Pediatrics. Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures. Pediatrics. Jun 1999;103(6 Pt 1):1307-9.

10.Berg AT. Are febrile seizures provoked by a rapid rise in temperature?. Am J Dis Child. Oct 1993;147(10):1101-3.

11.Berg AT, Shinnar S, Darefsky AS, et al. Predictors of recurrent febrile seizures. A prospective cohort study. Arch Pediatr Adolesc Med. Apr 1997;151(4):371-8.

12.Bethune P, Gordon K, Dooley J, et al. Which child will have a febrile seizure?. Am J Dis Child. Jan 1993;147(1):35-9.

13.Chung B, Wat LC, Wong V. Febrile seizures in southern Chinese children: incidence and recurrence. Pediatr Neurol. Feb 2006;34(2):121-6.

14.Gatti S, Vezzani A, Bartfai T. Mechanisms of fever and febrile seizures: putative role of the interleukin-1 system. In: Baram TZ, Shinnar S eds. Febrile Seizures. San Diego, Ca: Academic Press; 2002:169-88.

15.Haspolat S, Mihci E, Coskun M, et al. Interleukin-1beta, tumor necrosis factor-alpha, and nitrite levels in febrile seizures. J Child Neurol. Oct 2002;17(10):749-51.

16.Hauser WA. The prevalence and incidence of convulsive disorders in children. Epilepsia. 1994;35 Suppl 2:S1-6.

17.Hirtz DG. Febrile seizures. Pediatr Rev. Jan 1997;18(1):5-8; quiz 9.

18.Joffe A, McCormick M, DeAngelis C. Which children with febrile seizures need lumbar puncture? A decision analysis approach. Am J Dis Child. Dec 1983;137(12):1153-6.

19.Knudsen FU. Febrile seizures--treatment and outcome. Brain Dev. Nov-Dec 1996;18(6):438-49.

20.Rosman NP, Colton T, Labazzo J, et al. A controlled trial of diazepam administered during febrile illnesses to prevent recurrence of febrile seizures. N Engl J Med. Jul 8 1993;329(2):79-84.

21.Stenklyft PH, Carmona M. Febrile seizures. Emerg Med Clin North Am. Nov 1994;12(4):989-99.

22.van Stuijvenberg M, Derksen-Lubsen G, Steyerberg EW, et al. Randomized, controlled trial of ibuprofen syrup administered during febrile illnesses to prevent febrile seizure recurrences. Pediatrics. Nov 1998;102(5):E51.

23.Waruiru C, Appleton R. Febrile seizures: an update. Arch Dis Child. Aug 2004;89(8):751-6.

Keterangan GambarA febrile seizure is a generalized tonic-clonic (grand mal) seizure that occurs in some children as a response to a fever. Febrile seizures are usually associated with rapidly rising fevers, and usually occur early in the fever rather than later.

http://nursingbegin.com/askep-anak-dengan-ensefalitis/

Askep Anak dengan Ensefalitis

Askep Anak denganEnsefalitisPengertian EnsefalitisEnsefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan, 1997). Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis.Patogenesis EnsefalitisVirus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang.Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.Penyebab EnsefalitisPenyebab terbanyak : adalah virusSering :- Herpes simplex- Arbo virusJarang :- Entero virus- Mumps- Adeno virusPost Infeksi :- Measles- Influenza- VarisellaPost Vaksinasi : PertusisEnsefalitis supuratif akut :Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok, E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.Ensefalitis virus:Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili, virus rabies, virus rubella,virus denque,virus polio, cockscakie A,B, Herpes Zoster, varisela, Herpes simpleks, variola.Gejala-Gejala Ensefalitis - Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.- Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran , bicara dan kejang.Pengkajian Keperawatan1. IdentitasEnsefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.2. Keluhan utamaPanas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.3. Riwayat penyakit sekarangMula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.4. Riwayat penyakit dahuluKlien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.5. Riwayat Kesehatan KeluargaKeluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E , Coli, dll.6. ImunisasiKapan terakhir diberi imunisasi DTPKarena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.- Pertumbuhan dan PerkembanganPola-Pola Fungsi KesehatanPola persepsi dan tata laksana hidup sehatKebiasaansumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)Status EkonomiBiasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.Pola Nutrisi dan MetabolismeMenyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan NutrisiBiasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.,Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandaiDengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.Menurut rumus dari Beharman tahun 1992, umur 1 sampai 6 tahunUmur (dalam tahun) x 2 + 8Tinggi badan menurut Beharman umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi.Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.Pola EliminasiKebiasaan Defekasi sehari-hariBiasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.Kebiasaan Miksi sehari-hariBiasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.Jika kebutuhan cairan terpenuhi.Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine pekat.Pola tidur dan istirahatBiasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.Pola Aktivitasa. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROMKekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi aneberat,aktifitas togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.Pola Hubungan Dengan PeranInteraksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.Pola Persepsi dan pola diriPada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diriYang meliputi Body Image ,seef Esteem ,identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.Pola sensori dan kuanitifa. Sensori- Daya penciuman- Daya rasa- Daya raba- Daya penglihatan- Daya pendengaran.b. Kognitif :Pola Reproduksi SeksualBila anak laki-laki apakah testis sudah turun, fimosis tidak ada.Pola penanggulangan StressPada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :- Stress fisiologi biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.- Stress Psikologi tidak di evaluasi.Pola Tata Nilai dan KepercayaanAnak umur 3-4 tahun belum bisa dikajiPemeriksaan Laboratorium / Pemeriksaan PenunjangGambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.Patofisiologi Ensefalitis

Diagnosa Keperawatan Ensefalitis1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.3. Resiko tinggi terhadap trauma b