makalah kejang demam

32
LAPORAN PRESENTASI KASUS “KEJANG DEMAM” OLEH : AMALIAH HARUMI KARIM NIM : 1110103000067 MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

description

kejang demam

Transcript of makalah kejang demam

Page 1: makalah kejang demam

LAPORAN PRESENTASI KASUS

“KEJANG DEMAM”

OLEH :

AMALIAH HARUMI KARIM

NIM : 1110103000067

MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: makalah kejang demam

BAB 1

ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien

Nama : An. ADI

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mandala II bawah nomer 15 RT 08/02 Cilandak Barat

Jaksel

TTL : Jakarta, 11 November 2011

Umur : 1 tahun 1 bulan

Orang Tua

Nama Ayah : Alm. Tn I Nama Ibu : Ny. Ade N

Usia : 32 tahun Usia : 21 tahun

Agama : I- Agama : Islam

Alamat : - Alamat : -

Pekerjaan : - Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan : Penghasilan : -

Hubungan dengan orang tua : anak kandung

Suku bangsa : Betawi

Page 3: makalah kejang demam

I.2. ANAMNESIS

Dilakukan aloanamnesis pada tanggal 19 desember 2013

KELUHAN UTAMA : Kejang

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

An. A, usia 1 tahun 1 bulan datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi secara tiba-

tiba, frekuensi 1 kali, durasi kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Saat kejang, mata

melotot. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tidak ada keluhan mual ataupun muntah sebelum

kejang. Pasien sempat diberikan obat melalui anus saat di IGD lalu kejang berhenti, dan

pasien tertidur lemas. Pasien juga di diberikan diazepam 3x 0,8 mg PO saat di IGD.

Menurut ibu pasien, pasien demam sejak tadi pagi dan demam langsung tinggi. Saat di IGD,

pasien sudah diberikan paracetamol 2 x 80 mg . Tidak ada keluhan mata merah. Tidak ada

keluhan batuk dan pilek. Tidak ada keluhan mencret. BAB normal. Tidak ada keluhan nyeri

menelan. Tidak ada keluhan adanya ruam pada kulit. Tidak ada keluhan adanya cairan yang

keluar dari telinga. Tidak ada keluhan muntah. Tidak ada keluhan kelemahan atau

kelumpuhan. Menurut ibu pasien, os baru pipis sekali .Nafsu makan berkurang.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sejak kecil, pasien pernah mengalami kejang 2 kali disertai demam. 2 minggu yang lalu,

pasien sakit campak dan juga mengalami kejang disertai demam. Pasien mempunyai alergi

terhadap telur.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Om pasien juga mempunyai riwayat kejang . . Tidak ada riwayat alergi di keluarga

Page 4: makalah kejang demam

RIWAYAT KELAHIRAN DAN KEHAMILAN

Kehamilan

Perawatan antenatal : Rutin periksa ke ANC ke bidan, imunisasi TT (+),

Kelahiran

Tempat kelahiran : Klinik Bidan,

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Normal, spontan

Masa gestasi : Cukup bulan

Berat badan lahir : 3100 gr

Panjang badan lahir : 51 cm

Langsung menangis : (+)

Kelainan bawaan : Tidak ada

RIWAYAT IMUNISASI

BCG 1x

Hepatitis B 3x

Polio 4x

DPT 3x

Belum imunisasi campak

RIWAYAT NUTRISI

Sejak lahir pasien diberi ASI, ketika umur seminggu diberi makan pisang. Sampai sekarang

masih ASI dan makanan biasa (makanan keluarga)

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Page 5: makalah kejang demam

Pasien tengkurap pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6 bulan. Saat ini, pasien sudah bisa

berdiri sendiri, berjalan, menyebut mama, mengoceh, menaruh benda, menyebutkan 1 kata,

dadah, dan bermain dengan bola kecil.

RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI

Pasien tinggal bersama ibunya , kakanya , dan tantenya di rumah milik keluarga.

Rumah pasien berdinding tembok, beratap genteng dan berlantai keramik. Lingkungan rumah

pasien agak padat, ventilasi udara baik, agak lembab dan sinar matahari masih dapat masuk

ke dalam rumah.

I.3. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 19 Desember 2013 di IRNA 3 selatan anak.

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

Frekuensi nadi : 92 x/menit isi cukup, regular.

Frekuensi nafas: 40 x/menit, reguler

Suhu tubuh : 38,8 o Celsius

Data antropometri : - Berat badan : 8 Kg

- Tinggi badan : 73 cm

- Lingkar kepala : 44 cm

- LLA : 14 cm

Status Gizi (data antropometrik)

An. A, perempuan, 13 bulan, tidak ada iga gambang, tidak ada wasting, tidak ada

baggy pants.

Page 6: makalah kejang demam

1. BB/U = 0> zscore >-2 = normal

2. TB/U = 0 > zscore > -2 = normal

3. BB/TB = z score = -1 = normal

Kesan : Gizi Baik

Kepala : tidak ada deformitas . Ubun-ubun datar

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. Reflek cahaya langsung +/+, tak

langsung +/+, pupil bulat isokor +/+. Strabismus (-). Mata tidak cekung

Telinga : Normotia

Kanan : a. liang telinga : lapang, ada sedikit serumen

Kiri : a. liang telinga : lapang, ada sedikit serumen

Hidung : Napas cuping hidung (-), cavum nasi lapang, konka tidak oedem, mukosa

tidak hiperemis , sekret (-),

Bibir : Tidak pucat, tidak cianosis, tidak kering.

Mulut : Mukosa lembab,

Lidah : geography tongue (-) coated tongue (-)

Tonsil : T1-T1 tenang

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis , uvula di tengah.

Leher : KGB tidak teraba membesar

Genitalia : OUE tampak kemerahan

Page 7: makalah kejang demam

Toraks :

Jantung :

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis di sela iga V medial midclavicula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I,II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :

Inspeksi : bentuk dada normal, abdominothorakal, pernafasan simetris

dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi iga (-)

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : suara nafas vesikular normal +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen :

Inspeksi : supel, datar

Palpasi : turgor kulit baik, tidak teraba pembesaran hati dan lien,

nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas, sianosis (-), CRT <3”, edema (-)

Genitalia :

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Rangsangan Meningeal

Kaku kuduk : (-)

Page 8: makalah kejang demam

Laseque : >70o/>70o

Kernig : >135o/>135o

Brudzinski I : -/-

Brudzinski II : -/-

SARAF – SARAF KRANIAL

N.I

Tidak dilakukan

N.II

Acies Visus : Tidak Dilakukan

Lihat warna : Tidak dilakukan

Funduskopi : Tidak dilakukan

N. III,IV dan VI

Pupil

Isokor, bulat,

RCL +/+

RCTL +/+

Akomodasi : Baik

Pergerakan bola mata : Normal

Eksoftalmus : -/-

Nistagmus : -/-

Kesan : Normal

N. V

- Cab. Motorik : Baik/Baik

- Cab. Sensorik

o Opthalmicus : +/+

o Maksilaris : +/+

o Mandibularis : +/+

N. VII

- Motorik orbitofrontal : +/+

Page 9: makalah kejang demam

- Motorik orbikularis oris: +/+

- Pengecap lidah : Tidak dilakukan

N.VIII

- Vestibular : vertigo -/-, nistagmus -/-

- Kokhlear : Tes berbisik Baik

N. IX, X

– Motorik : arkus faring simetris, uvula ditengah

– Sensorik : Tidak dilakukan

N. XII

– Pergerakkan lidah : tidak ada deviasi

- Atrofi : (-)

- Fasikulasi : (-)

- Tremor : (-)

- Disartria : (-)

SISTEM MOTORIK

5555 5555

5555 5555

GERAKAN INVOLUNTER

Tremor : (-)

Chorea : (-)

Mioklonik : (-)

TROFIK

Eutrofi : +/+

TONUS

Ekstremitas atas : eutoni/eutoni

Page 10: makalah kejang demam

Ekstremitas bawah : eutoni/eutoni

REFLEKS FISIOLOGIS

Biceps : +1/+1

Triceps : +1/+1

Radius : +1/+1

Dinding perut : +/+

Lutut : +1/+1

REFLEKS PATOLOGIS

Hoffman tromer : -/-

Babinski : +/+

Chaddok : -/-

Gordon : -/-

Schaeffer : -/-

Klonus otot : -/-

Klonus tumit : -/-

FUNGSI OTONOM

BAB dan BAK baik

DIAGNOSIS

Kejang demam kompleks berulang et causa suspek infeksi saluran kemih

HASIL LAB SEBELUMNYA ( 18/12/13)

Pemeriksaan hematologi

Hb : 8,9 g/dl

Ht : 30 %

Page 11: makalah kejang demam

Leukosit : 23800 ribu/ul

Trombosit : 553 ribu/ul

Pemeriksaan fungsi ginjal

Ureum : 17 mg/dl

Kreatinin : 0,4 mg/dl

Pemeriksaan Gula Darah

Gula Darah Sewaktu : 120 mg/dl

Analisa Gas Darah

pH : 7,2 (menurun)

PCO2 : 18,7 mmHg(menurun)

PO2 : 83,8 mmHg (normal)

BP : 752g mmH (normal)

HCO3 : 8,2 (menurun)

02 saturasi : 95,2 % (normal)

BE : -16,3 mmol/l (menurun)

Total C02 : 8,8 mmol/l ( menurun)

Elektrolit Darah

Na : 139

K : 3,62

Page 12: makalah kejang demam

RENCANA PEMERIKSAAN

Hasil Pemeriksaan Urinalisis (19/12/13)

Leukosit : positif 1

Darah : trace

Leukosit : 10-15 /LPB (normalnya 0-5)

Eritrosit : 3-5 /LPB (normalnya 0-2)

TATALAKSANA

Diazepam 3 x 0,8 mg PO

Parasetamol 3x 80 mg PO

IVFD kaEN 1b 800 cc/hari , 8 tetes per menit makro

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad sanactionam : Bonam

Page 13: makalah kejang demam

HASIL FOLLOW UP (20/12/13)

S: Ibu pasien mengeluh pasien masih demam. Nafsu makan membaik. Buang air besar

normal. Pasien sudah tidak kejang. Ibu pasien melaporkan pipis berwarna kuning. Tidak ada

riwayat penggunaan kateter.

O : Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Suhu : 37,7

Nadi : 100 kali/menit, isi cukup, regular

Nafas : 32 kali/menit

Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Tidak terdapat secret

Mulut : mukosa mulut lembab

Telinga : tidak ada serumen

Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening

Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop

Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada

wheezing

Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.

Genitalia :

Status Neurologis :

Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,

Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-

N. kranialis:

Page 14: makalah kejang demam

N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,

N. V : tidak ada deviasi rahang bawah

N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris

N.XII : tidak ada deviasi lidah

Refleks fisiologis:

R.patella : +/+

R.biceps : +/+

R.triceps : +/+

R. Achilles: +/+

A : Kejang demam kompleks berulang et causa suspek ISK

P: IVFD aff

Cefixim 2x 50 mg PO (Konsul nefrologi)

Diazepam 3x 0,8 mg PO

Parasetamol 3x 80 mg PO

HASIL FOLLOW UP (21/12/13)

S: Ibu pasien mengeluh pasien masih demam. Nafsu makan membaik. Buang air besar

normal. Pasien sudah tidak kejang. BAK normal

O : Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Suhu : 37,8

Nadi : 110 kali/menit, isi cukup, regular

Nafas : 30 kali/menit

Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar

Page 15: makalah kejang demam

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Tidak terdapat secret

Mulut : mukosa mulut lembab

Telinga : tidak ada serumen

Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening

Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop

Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada

wheezing

Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.

Genitalia :

Status Neurologis :

Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,

Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-

N. kranialis:

N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,

N. V : tidak ada deviasi rahang bawah

N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris

N.XII : tidak ada deviasi lidah

Refleks fisiologis:

R.patella : +/+

R.biceps : +/+

R.triceps : +/+

R. Achilles: +/+

Page 16: makalah kejang demam

A : Kejang demam kompleks berulang et causa suspek ISK

P:

Cefixim 2x 50 mg

Diazepam 3x 0,8 mg PO

Parasetamol 3x 80 mg PO

HASIL FOLLOW UP (22/12/13)

S: pasien sudah tidak demam. Nafsu makan membaik. Buang air besar normal. Pasien sudah

tidak kejang. BAK normal

O : Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Suhu : 36

Nadi : 100 kali/menit, isi cukup, regular

Nafas : 30 kali/menit

Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Tidak terdapat secret

Mulut : mukosa mulut lembab

Telinga : tidak ada serumen

Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening

Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop

Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada

wheezing

Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.

Page 17: makalah kejang demam

Genitalia :

Status Neurologis :

Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,

Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-

N. kranialis:

N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,

N. V : tidak ada deviasi rahang bawah

N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris

N.XII : tidak ada deviasi lidah

Refleks fisiologis:

R.patella : +/+

R.biceps : +/+

R.triceps : +/+

R. Achilles: +/+

A : Kejang demam kompleks berulang et causa ISK

P:

Cefixim 2x 50 mg

Diazepam 3x 0,8 mg PO

Parasetamol 3x 80 mg PO

HASIL FOLLOW UP (23/12/13)

S: Tidak ada keluhan demam. Tidak ada kejang. BAB dan BAK normal. Nafsu makan

membaik

O : Keadaan umum : sakit ringan

Page 18: makalah kejang demam

Kesadaran : compos mentis

Suhu : 36

Nadi : 104 kali/menit, isi cukup, regular

Nafas : 28 kali/menit

Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Tidak terdapat secret

Mulut : mukosa mulut lembab

Telinga : tidak ada serumen

Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening

Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop

Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada

wheezing

Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.

Genitalia : OUE tampak hiperemis

Status Neurologis :

Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,

Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-

N. kranialis:

N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,

N. V : tidak ada deviasi rahang bawah

N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris

N.XII : tidak ada deviasi lidah

Page 19: makalah kejang demam

Refleks fisiologis:

R.patella : +/+

R.biceps : +/+

R.triceps : +/+

R. Achilles: +/+

A : Kejang demam kompleks berulang et causa ISK

P:

-pulang

-obat pulang : cefixime 2x 50 mg PO

-parasetamol 3x 80 mg PO

Page 20: makalah kejang demam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kejang Demam

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal di atas 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam

kembali, tidak termasuk kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi

berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.

2.2 Epidemiologi

Kejang demam terjadi 2-4% pada anak berumur 6 bulan- 5 tahun.

2.3 Klasifikasi

2.3.1. Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya

akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa

gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam

sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

2.3.2 Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

A. Kejang lama > 15 menit

B. Kejang fokal atau pasial satu sisi , atau kejang umum didahului kejang

parsial

C. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Page 21: makalah kejang demam

2.4Patofisiologi

Kejang adalah manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan

listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron

tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi.

Sel syaraf, seperti juga sel hidup lainnya, mempunyai potensial membran.

Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial

intrasel lebih negatif dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat,

potensial membran berkisar antara 30-100 mv, selisih potensial membran ini

akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan rangsangan. Potensial membran

ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama ion Na, K, dan

Ca. Bila sel syaraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi listrik, akan

mengakibatkan menurunnya potensial membran. Penurunan potensial membran

ini akan menyebabkan permeabilitas membran terhadap ion na akan meningkat,

sehingga Na akan lebih banyak masuk ke dalam sel. Bila rangsangan cukup

kuat, perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap, maka permeabilitas

membran terhadap Na akan meningkat secara besar besaran pula, sehingga

timbul spike potensial atau potensial aksi. Potensial aksi ini akan dihantarkan ke

sel syaraf berikutnya melalui sinaps dengan perantara zat kimia yang dikenal

dengan neurotransmitter.

Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori, yaitu:

A. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K,

misalnay pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan

pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan dapat terjadi

hipoksemia.

Page 22: makalah kejang demam

B. Perubahan permeabilitas membran sel syaraf, misalnya hipokalsemia

dan hipomagnesemia.

C. Perubahan relatif neurotransmitter yang bersifat eksitasi dibandingkan

dengan neurotransmitter inhibisi yang dapat menyebabkan

depolarisasi berlebihan. Misalnya pada ketidakseimbangan GABA

atau glutamat dapat menimbulkan kejang

Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan

bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan

demikian, reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan

lebih cepat habis, terjadilah hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP

terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan

menyebabkan potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf

meningkat.

Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak,

jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan

menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin

bertambah. Pada kejang yang lama, akan terjadi perubahan sistemik berupa

hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktivitas motorik dan

hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakkibatkan iskemia neuron karena

kegagalan metabolisme di otak.

Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme berikut

- Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang

immatur

- Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan

gangguan permeablitas sel

- Metabolisme basal menig=ngkat sehingga terjadi timbunan asam laktat

dan Co2 yang merusak neuron.

Page 23: makalah kejang demam

- Demam meningkatkan cerebral blood flow serta meningkatkaan

kebutuhan oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan

pengaliran ion-ion keluar masuk sel.

2.5Tata Laksana

1. Prinsip pengobatan – cegah kejang

Kejang demam sederhana

Terapi intermitten

Kejang demam kompleks

Terapi rumatan diberikan bila terapi intermitten gagal

2. Antikonvulsan

Diazepam oral 0,3 – 0,5 mg/kg setiap 8 jam saat demam,

menurunkan risiko berulangnya kejang

Page 24: makalah kejang demam

BAB III

ANALISA KASUS

Pada kasus ini , diagnosis kejang demam kompleks et causa infeksi saluran kemih

ditegakkan berdasarkan data –data di bawah ini :

1. Anamnesis

A. Evaluasi Diagnostik

Pasien, anak perempuan, usia 13 bulan, datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi Kejang

terjadi secara tiba-tiba, frekuensi 1 kali, durasi kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit.

Saat kejang, mata melotot. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tidak ada keluhan mual

ataupun muntah sebelum kejang. Pasien sempat diberikan obat melalui anus saat di IGD lalu

kejang berhenti, dan pasien tertidur lemas.. Ibu pasien juga mengatakan pasien mengalami

demam.

Dari hasil alo anamnesis pada ibu pasien, didapatkan karakteristik kejang yang sesuai

dengan definisi kejang demam, yaitu kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas

38.C (suhu rektal) tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas usia 1

bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya., umumnya berusia 6 bulan – 5 tahun.

Sedangkan diagnosis kejang demam kompleks pada pasien ini sesuai dengan definisi kejang

demam kompleks, yaitu kejang dengan durasi lama > 15 menit.

Dari hasil alo anamnesis, ibu pasien menyangkal adanya keluhan kelumpuhan dan

kelemahan, dan tidak ada keluhan muntah Adanya kemungkinan gangguan SSP dan

gangguan elektolit masih harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium.

Pada pasien dengan kejang demam, kita perlu mencari etiologi demam. Pada pasien

ini tidak didapatkam keluhan spesifik yang mengarah ke suatu fokus infeksi. Pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari fokus infeksi

Page 25: makalah kejang demam

B. Evaluasi Tumbuh Kembang

Dari hasil anamnesis, didapatkan riwayat tumbuh kembang pasien masih

sesuai dengan usianya, yaitu pasien tengkurap pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6

bulan. Saat ini, pasien sudah bisa berdiri sendiri, berjalan, menyebut mama,

mengoceh, menaruh benda, menyebutkan 1 kata, dadah, dan bermain dengan bola

kecil.

C Evaluasi Imunisasi

Pasien belum mendapatkan imunisasi campak. Dapat direncanakan catch up

immunization untuk vaksin campak. Karena pasien sudah berusia diatas 12 bulan,

dapat diberikan vaksin MMR sebagai upaya catch up.

D. Evaluasi Nutrisi

Status nutrisi pasien adalah gizi baik. Walaupun demikian, pemberian pisang

saat pasien berusia 1 minggu perlu menjadi suatu perhatian khusus untuk edukasi

kepada ibu pasien. Seharusnya , anak berusia 13 bulan sekarang sedang diberikan

makanan setara makanan keluarga, bila perlu dicincang atau disaring kasar , dengan

frekuensi pemberian makan 3-4x/ hari, ASI tetap diberikan. Dapat berikan selingan 1-

2x. waktu makan tidak lebih dari 30 menit.

2. Pemeriksaan fisik

Pada status generalis, didapatkan suhu meningkat yang merupakan tanda demam.

Pada pemeriksaan genitalia didapatkan OUE hiperemis. Hal ini mengarah ke infeksi di

saluran kemih. Tidak didapatkan adanya defisit neurologis. Tidak didapatkan adanya tanda-

tanda gangguan elektolit seperti kelemahan otot, paralitik ileus. Tidak adanya defisit

neurologis dan gangguan elektrolit membuat kemungkinan diagnosis kejang demam menjadi

lebih kuat.

Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda tanda gizi buruk seperti iga gambang,

baggy pants, wasting. Hal ini mendukung hasil antopometri pada pasien yang merupakan gizi

baik.

Page 26: makalah kejang demam

3 . Pemeriksaan Penunjang

Pada saat pasien di IGD, telah dilakukan pemeriksaan darah rutin, Analisa Gas Darah,

pemeriksaan elektrolit darah, dan pemeriksaan gula darah, dan fungsi ginjal. Hasilnya

menunjukan peningkatan leukosit yang menandai adanya infeksi. Elektrolit darah dalam

batas normal, bisa menyingkirkan kemungkinan kejang akibat gangguan elektolit.