makalah kejang demam
-
Upload
angga-maulana-ibrahim -
Category
Documents
-
view
171 -
download
1
description
Transcript of makalah kejang demam
LAPORAN PRESENTASI KASUS
“KEJANG DEMAM”
OLEH :
AMALIAH HARUMI KARIM
NIM : 1110103000067
MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
BAB 1
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. ADI
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mandala II bawah nomer 15 RT 08/02 Cilandak Barat
Jaksel
TTL : Jakarta, 11 November 2011
Umur : 1 tahun 1 bulan
Orang Tua
Nama Ayah : Alm. Tn I Nama Ibu : Ny. Ade N
Usia : 32 tahun Usia : 21 tahun
Agama : I- Agama : Islam
Alamat : - Alamat : -
Pekerjaan : - Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : Penghasilan : -
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
Suku bangsa : Betawi
I.2. ANAMNESIS
Dilakukan aloanamnesis pada tanggal 19 desember 2013
KELUHAN UTAMA : Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
An. A, usia 1 tahun 1 bulan datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi secara tiba-
tiba, frekuensi 1 kali, durasi kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Saat kejang, mata
melotot. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tidak ada keluhan mual ataupun muntah sebelum
kejang. Pasien sempat diberikan obat melalui anus saat di IGD lalu kejang berhenti, dan
pasien tertidur lemas. Pasien juga di diberikan diazepam 3x 0,8 mg PO saat di IGD.
Menurut ibu pasien, pasien demam sejak tadi pagi dan demam langsung tinggi. Saat di IGD,
pasien sudah diberikan paracetamol 2 x 80 mg . Tidak ada keluhan mata merah. Tidak ada
keluhan batuk dan pilek. Tidak ada keluhan mencret. BAB normal. Tidak ada keluhan nyeri
menelan. Tidak ada keluhan adanya ruam pada kulit. Tidak ada keluhan adanya cairan yang
keluar dari telinga. Tidak ada keluhan muntah. Tidak ada keluhan kelemahan atau
kelumpuhan. Menurut ibu pasien, os baru pipis sekali .Nafsu makan berkurang.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sejak kecil, pasien pernah mengalami kejang 2 kali disertai demam. 2 minggu yang lalu,
pasien sakit campak dan juga mengalami kejang disertai demam. Pasien mempunyai alergi
terhadap telur.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Om pasien juga mempunyai riwayat kejang . . Tidak ada riwayat alergi di keluarga
RIWAYAT KELAHIRAN DAN KEHAMILAN
Kehamilan
Perawatan antenatal : Rutin periksa ke ANC ke bidan, imunisasi TT (+),
Kelahiran
Tempat kelahiran : Klinik Bidan,
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Normal, spontan
Masa gestasi : Cukup bulan
Berat badan lahir : 3100 gr
Panjang badan lahir : 51 cm
Langsung menangis : (+)
Kelainan bawaan : Tidak ada
RIWAYAT IMUNISASI
BCG 1x
Hepatitis B 3x
Polio 4x
DPT 3x
Belum imunisasi campak
RIWAYAT NUTRISI
Sejak lahir pasien diberi ASI, ketika umur seminggu diberi makan pisang. Sampai sekarang
masih ASI dan makanan biasa (makanan keluarga)
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Pasien tengkurap pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6 bulan. Saat ini, pasien sudah bisa
berdiri sendiri, berjalan, menyebut mama, mengoceh, menaruh benda, menyebutkan 1 kata,
dadah, dan bermain dengan bola kecil.
RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI
Pasien tinggal bersama ibunya , kakanya , dan tantenya di rumah milik keluarga.
Rumah pasien berdinding tembok, beratap genteng dan berlantai keramik. Lingkungan rumah
pasien agak padat, ventilasi udara baik, agak lembab dan sinar matahari masih dapat masuk
ke dalam rumah.
I.3. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 19 Desember 2013 di IRNA 3 selatan anak.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 92 x/menit isi cukup, regular.
Frekuensi nafas: 40 x/menit, reguler
Suhu tubuh : 38,8 o Celsius
Data antropometri : - Berat badan : 8 Kg
- Tinggi badan : 73 cm
- Lingkar kepala : 44 cm
- LLA : 14 cm
Status Gizi (data antropometrik)
An. A, perempuan, 13 bulan, tidak ada iga gambang, tidak ada wasting, tidak ada
baggy pants.
1. BB/U = 0> zscore >-2 = normal
2. TB/U = 0 > zscore > -2 = normal
3. BB/TB = z score = -1 = normal
Kesan : Gizi Baik
Kepala : tidak ada deformitas . Ubun-ubun datar
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. Reflek cahaya langsung +/+, tak
langsung +/+, pupil bulat isokor +/+. Strabismus (-). Mata tidak cekung
Telinga : Normotia
Kanan : a. liang telinga : lapang, ada sedikit serumen
Kiri : a. liang telinga : lapang, ada sedikit serumen
Hidung : Napas cuping hidung (-), cavum nasi lapang, konka tidak oedem, mukosa
tidak hiperemis , sekret (-),
Bibir : Tidak pucat, tidak cianosis, tidak kering.
Mulut : Mukosa lembab,
Lidah : geography tongue (-) coated tongue (-)
Tonsil : T1-T1 tenang
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis , uvula di tengah.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Genitalia : OUE tampak kemerahan
Toraks :
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis di sela iga V medial midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I,II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru :
Inspeksi : bentuk dada normal, abdominothorakal, pernafasan simetris
dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi iga (-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikular normal +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : supel, datar
Palpasi : turgor kulit baik, tidak teraba pembesaran hati dan lien,
nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas, sianosis (-), CRT <3”, edema (-)
Genitalia :
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Rangsangan Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Laseque : >70o/>70o
Kernig : >135o/>135o
Brudzinski I : -/-
Brudzinski II : -/-
SARAF – SARAF KRANIAL
N.I
Tidak dilakukan
N.II
Acies Visus : Tidak Dilakukan
Lihat warna : Tidak dilakukan
Funduskopi : Tidak dilakukan
N. III,IV dan VI
Pupil
Isokor, bulat,
RCL +/+
RCTL +/+
Akomodasi : Baik
Pergerakan bola mata : Normal
Eksoftalmus : -/-
Nistagmus : -/-
Kesan : Normal
N. V
- Cab. Motorik : Baik/Baik
- Cab. Sensorik
o Opthalmicus : +/+
o Maksilaris : +/+
o Mandibularis : +/+
N. VII
- Motorik orbitofrontal : +/+
- Motorik orbikularis oris: +/+
- Pengecap lidah : Tidak dilakukan
N.VIII
- Vestibular : vertigo -/-, nistagmus -/-
- Kokhlear : Tes berbisik Baik
N. IX, X
– Motorik : arkus faring simetris, uvula ditengah
– Sensorik : Tidak dilakukan
N. XII
– Pergerakkan lidah : tidak ada deviasi
- Atrofi : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Tremor : (-)
- Disartria : (-)
SISTEM MOTORIK
5555 5555
5555 5555
GERAKAN INVOLUNTER
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Mioklonik : (-)
TROFIK
Eutrofi : +/+
TONUS
Ekstremitas atas : eutoni/eutoni
Ekstremitas bawah : eutoni/eutoni
REFLEKS FISIOLOGIS
Biceps : +1/+1
Triceps : +1/+1
Radius : +1/+1
Dinding perut : +/+
Lutut : +1/+1
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman tromer : -/-
Babinski : +/+
Chaddok : -/-
Gordon : -/-
Schaeffer : -/-
Klonus otot : -/-
Klonus tumit : -/-
FUNGSI OTONOM
BAB dan BAK baik
DIAGNOSIS
Kejang demam kompleks berulang et causa suspek infeksi saluran kemih
HASIL LAB SEBELUMNYA ( 18/12/13)
Pemeriksaan hematologi
Hb : 8,9 g/dl
Ht : 30 %
Leukosit : 23800 ribu/ul
Trombosit : 553 ribu/ul
Pemeriksaan fungsi ginjal
Ureum : 17 mg/dl
Kreatinin : 0,4 mg/dl
Pemeriksaan Gula Darah
Gula Darah Sewaktu : 120 mg/dl
Analisa Gas Darah
pH : 7,2 (menurun)
PCO2 : 18,7 mmHg(menurun)
PO2 : 83,8 mmHg (normal)
BP : 752g mmH (normal)
HCO3 : 8,2 (menurun)
02 saturasi : 95,2 % (normal)
BE : -16,3 mmol/l (menurun)
Total C02 : 8,8 mmol/l ( menurun)
Elektrolit Darah
Na : 139
K : 3,62
RENCANA PEMERIKSAAN
Hasil Pemeriksaan Urinalisis (19/12/13)
Leukosit : positif 1
Darah : trace
Leukosit : 10-15 /LPB (normalnya 0-5)
Eritrosit : 3-5 /LPB (normalnya 0-2)
TATALAKSANA
Diazepam 3 x 0,8 mg PO
Parasetamol 3x 80 mg PO
IVFD kaEN 1b 800 cc/hari , 8 tetes per menit makro
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanactionam : Bonam
HASIL FOLLOW UP (20/12/13)
S: Ibu pasien mengeluh pasien masih demam. Nafsu makan membaik. Buang air besar
normal. Pasien sudah tidak kejang. Ibu pasien melaporkan pipis berwarna kuning. Tidak ada
riwayat penggunaan kateter.
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 37,7
Nadi : 100 kali/menit, isi cukup, regular
Nafas : 32 kali/menit
Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak terdapat secret
Mulut : mukosa mulut lembab
Telinga : tidak ada serumen
Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening
Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop
Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.
Genitalia :
Status Neurologis :
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,
Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-
N. kranialis:
N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,
N. V : tidak ada deviasi rahang bawah
N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris
N.XII : tidak ada deviasi lidah
Refleks fisiologis:
R.patella : +/+
R.biceps : +/+
R.triceps : +/+
R. Achilles: +/+
A : Kejang demam kompleks berulang et causa suspek ISK
P: IVFD aff
Cefixim 2x 50 mg PO (Konsul nefrologi)
Diazepam 3x 0,8 mg PO
Parasetamol 3x 80 mg PO
HASIL FOLLOW UP (21/12/13)
S: Ibu pasien mengeluh pasien masih demam. Nafsu makan membaik. Buang air besar
normal. Pasien sudah tidak kejang. BAK normal
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 37,8
Nadi : 110 kali/menit, isi cukup, regular
Nafas : 30 kali/menit
Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak terdapat secret
Mulut : mukosa mulut lembab
Telinga : tidak ada serumen
Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening
Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop
Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.
Genitalia :
Status Neurologis :
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,
Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-
N. kranialis:
N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,
N. V : tidak ada deviasi rahang bawah
N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris
N.XII : tidak ada deviasi lidah
Refleks fisiologis:
R.patella : +/+
R.biceps : +/+
R.triceps : +/+
R. Achilles: +/+
A : Kejang demam kompleks berulang et causa suspek ISK
P:
Cefixim 2x 50 mg
Diazepam 3x 0,8 mg PO
Parasetamol 3x 80 mg PO
HASIL FOLLOW UP (22/12/13)
S: pasien sudah tidak demam. Nafsu makan membaik. Buang air besar normal. Pasien sudah
tidak kejang. BAK normal
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 36
Nadi : 100 kali/menit, isi cukup, regular
Nafas : 30 kali/menit
Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak terdapat secret
Mulut : mukosa mulut lembab
Telinga : tidak ada serumen
Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening
Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop
Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.
Genitalia :
Status Neurologis :
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,
Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-
N. kranialis:
N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,
N. V : tidak ada deviasi rahang bawah
N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris
N.XII : tidak ada deviasi lidah
Refleks fisiologis:
R.patella : +/+
R.biceps : +/+
R.triceps : +/+
R. Achilles: +/+
A : Kejang demam kompleks berulang et causa ISK
P:
Cefixim 2x 50 mg
Diazepam 3x 0,8 mg PO
Parasetamol 3x 80 mg PO
HASIL FOLLOW UP (23/12/13)
S: Tidak ada keluhan demam. Tidak ada kejang. BAB dan BAK normal. Nafsu makan
membaik
O : Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 36
Nadi : 104 kali/menit, isi cukup, regular
Nafas : 28 kali/menit
Kepala : tidak ada deformitas, ubun ubun datar
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak terdapat secret
Mulut : mukosa mulut lembab
Telinga : tidak ada serumen
Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening
Jantung : bunyi jantung I/II regular normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop
Paru : suara nafas vesikuler normal di seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Abdomen : supel, tidak ada organomegali, bising usus positif normal.
Genitalia : OUE tampak hiperemis
Status Neurologis :
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,
Brudzinski I -/- , brudzinski II -/-
N. kranialis:
N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,
N. V : tidak ada deviasi rahang bawah
N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris
N.XII : tidak ada deviasi lidah
Refleks fisiologis:
R.patella : +/+
R.biceps : +/+
R.triceps : +/+
R. Achilles: +/+
A : Kejang demam kompleks berulang et causa ISK
P:
-pulang
-obat pulang : cefixime 2x 50 mg PO
-parasetamol 3x 80 mg PO
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kejang Demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali, tidak termasuk kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi
berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
2.2 Epidemiologi
Kejang demam terjadi 2-4% pada anak berumur 6 bulan- 5 tahun.
2.3 Klasifikasi
2.3.1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
2.3.2 Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
A. Kejang lama > 15 menit
B. Kejang fokal atau pasial satu sisi , atau kejang umum didahului kejang
parsial
C. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
2.4Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan
listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron
tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi.
Sel syaraf, seperti juga sel hidup lainnya, mempunyai potensial membran.
Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial
intrasel lebih negatif dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat,
potensial membran berkisar antara 30-100 mv, selisih potensial membran ini
akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan rangsangan. Potensial membran
ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama ion Na, K, dan
Ca. Bila sel syaraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi listrik, akan
mengakibatkan menurunnya potensial membran. Penurunan potensial membran
ini akan menyebabkan permeabilitas membran terhadap ion na akan meningkat,
sehingga Na akan lebih banyak masuk ke dalam sel. Bila rangsangan cukup
kuat, perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap, maka permeabilitas
membran terhadap Na akan meningkat secara besar besaran pula, sehingga
timbul spike potensial atau potensial aksi. Potensial aksi ini akan dihantarkan ke
sel syaraf berikutnya melalui sinaps dengan perantara zat kimia yang dikenal
dengan neurotransmitter.
Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori, yaitu:
A. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K,
misalnay pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan
pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan dapat terjadi
hipoksemia.
B. Perubahan permeabilitas membran sel syaraf, misalnya hipokalsemia
dan hipomagnesemia.
C. Perubahan relatif neurotransmitter yang bersifat eksitasi dibandingkan
dengan neurotransmitter inhibisi yang dapat menyebabkan
depolarisasi berlebihan. Misalnya pada ketidakseimbangan GABA
atau glutamat dapat menimbulkan kejang
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan
bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan
demikian, reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan
lebih cepat habis, terjadilah hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP
terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan
menyebabkan potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf
meningkat.
Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak,
jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan
menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin
bertambah. Pada kejang yang lama, akan terjadi perubahan sistemik berupa
hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktivitas motorik dan
hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakkibatkan iskemia neuron karena
kegagalan metabolisme di otak.
Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme berikut
- Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang
immatur
- Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan
gangguan permeablitas sel
- Metabolisme basal menig=ngkat sehingga terjadi timbunan asam laktat
dan Co2 yang merusak neuron.
- Demam meningkatkan cerebral blood flow serta meningkatkaan
kebutuhan oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan
pengaliran ion-ion keluar masuk sel.
2.5Tata Laksana
1. Prinsip pengobatan – cegah kejang
Kejang demam sederhana
Terapi intermitten
Kejang demam kompleks
Terapi rumatan diberikan bila terapi intermitten gagal
2. Antikonvulsan
Diazepam oral 0,3 – 0,5 mg/kg setiap 8 jam saat demam,
menurunkan risiko berulangnya kejang
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini , diagnosis kejang demam kompleks et causa infeksi saluran kemih
ditegakkan berdasarkan data –data di bawah ini :
1. Anamnesis
A. Evaluasi Diagnostik
Pasien, anak perempuan, usia 13 bulan, datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi Kejang
terjadi secara tiba-tiba, frekuensi 1 kali, durasi kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit.
Saat kejang, mata melotot. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tidak ada keluhan mual
ataupun muntah sebelum kejang. Pasien sempat diberikan obat melalui anus saat di IGD lalu
kejang berhenti, dan pasien tertidur lemas.. Ibu pasien juga mengatakan pasien mengalami
demam.
Dari hasil alo anamnesis pada ibu pasien, didapatkan karakteristik kejang yang sesuai
dengan definisi kejang demam, yaitu kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas
38.C (suhu rektal) tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas usia 1
bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya., umumnya berusia 6 bulan – 5 tahun.
Sedangkan diagnosis kejang demam kompleks pada pasien ini sesuai dengan definisi kejang
demam kompleks, yaitu kejang dengan durasi lama > 15 menit.
Dari hasil alo anamnesis, ibu pasien menyangkal adanya keluhan kelumpuhan dan
kelemahan, dan tidak ada keluhan muntah Adanya kemungkinan gangguan SSP dan
gangguan elektolit masih harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
Pada pasien dengan kejang demam, kita perlu mencari etiologi demam. Pada pasien
ini tidak didapatkam keluhan spesifik yang mengarah ke suatu fokus infeksi. Pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari fokus infeksi
B. Evaluasi Tumbuh Kembang
Dari hasil anamnesis, didapatkan riwayat tumbuh kembang pasien masih
sesuai dengan usianya, yaitu pasien tengkurap pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6
bulan. Saat ini, pasien sudah bisa berdiri sendiri, berjalan, menyebut mama,
mengoceh, menaruh benda, menyebutkan 1 kata, dadah, dan bermain dengan bola
kecil.
C Evaluasi Imunisasi
Pasien belum mendapatkan imunisasi campak. Dapat direncanakan catch up
immunization untuk vaksin campak. Karena pasien sudah berusia diatas 12 bulan,
dapat diberikan vaksin MMR sebagai upaya catch up.
D. Evaluasi Nutrisi
Status nutrisi pasien adalah gizi baik. Walaupun demikian, pemberian pisang
saat pasien berusia 1 minggu perlu menjadi suatu perhatian khusus untuk edukasi
kepada ibu pasien. Seharusnya , anak berusia 13 bulan sekarang sedang diberikan
makanan setara makanan keluarga, bila perlu dicincang atau disaring kasar , dengan
frekuensi pemberian makan 3-4x/ hari, ASI tetap diberikan. Dapat berikan selingan 1-
2x. waktu makan tidak lebih dari 30 menit.
2. Pemeriksaan fisik
Pada status generalis, didapatkan suhu meningkat yang merupakan tanda demam.
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan OUE hiperemis. Hal ini mengarah ke infeksi di
saluran kemih. Tidak didapatkan adanya defisit neurologis. Tidak didapatkan adanya tanda-
tanda gangguan elektolit seperti kelemahan otot, paralitik ileus. Tidak adanya defisit
neurologis dan gangguan elektrolit membuat kemungkinan diagnosis kejang demam menjadi
lebih kuat.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda tanda gizi buruk seperti iga gambang,
baggy pants, wasting. Hal ini mendukung hasil antopometri pada pasien yang merupakan gizi
baik.
3 . Pemeriksaan Penunjang
Pada saat pasien di IGD, telah dilakukan pemeriksaan darah rutin, Analisa Gas Darah,
pemeriksaan elektrolit darah, dan pemeriksaan gula darah, dan fungsi ginjal. Hasilnya
menunjukan peningkatan leukosit yang menandai adanya infeksi. Elektrolit darah dalam
batas normal, bisa menyingkirkan kemungkinan kejang akibat gangguan elektolit.