Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
-
Upload
roynal-rois-al-khalim -
Category
Education
-
view
6.642 -
download
0
description
Transcript of Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
PSIKOANALISIS CARL GUSTAV JUNG
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Fitriyati, S.Psi.,M.Si.
Disusun Oleh :
Roinal Rois Al Kalim (124411042)
Maria Ulfa (124411030)
JURUSAN
TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
1
I. PENDAHULUAN
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan
meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht, Swiss. Ia lulus dari fakultas
kedokteran universitas Basle pada tahun 1900. Tahun 1906 ia mulai tulis menulis
surat dengan Freud hingga tahun 1913. Tahun 1907 pertemuan pertama dengan
Freud yang terjadi di Wina membuat tali persaudaraan antara mereka. Freud
begitu menaruh kepercayaan pada Jung, sehingga Jung dianggap sebagai seorang
yang patut menggantikan Freud di kemudian hari.
Jung terkenal dengan pengetahuannya tentang simbolisme dalam tradisi
mistik, seperti Gnostisisme, Alkemi, Kabala dan tradisi-tradisi serupa dalam
agama Hindu dan Buddha. Ia adalah orang yang bisa mengetahui sisi alam bawah
sadar yang memperlihatkan diri dalam wujud-wujud simbolik.
Berbeda dengan teori Freud tentang kepribadian yang lebih bersifat
mekanistis dan berdasar ilmu alam, konsep analitis Jung mengenai kepribadian
menunjukkan usahanya untuk menginterpestasikan tingkah laku manusia dari
sudut filsafat, agama dan mistik.
Sebagai penulis, Jung sangat produktif. Tulisannya banyak dan bidang
orientasinya luas, sedang pendapatnya selalu berkembang. Oleh karena itulah
maka teori Jung sebagai kesatuan tidak mudah dipahami. Bila disederhanakan,
teori tersebut dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika, serta
perkembangan kepribadian (psyche).
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana struktur kepribadian menurut Carl Gustav Jung?
B. Bagaimana dinamika kepribadian menurut Carl Gustav Jung?
C. Bagaimana perkembangan kepribadian menurut Carl Gustav Jung?
2
III. PEMBAHASAN
A. Struktur Kepribadian (Psyche)
Yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik
yang disadari maupun yang tidak disadari. Namun, tidak seperti Freud, Jung
menegaskan bahwa kebanyakan porsi terpenting alam bawha sadar bermuara
bukan dari pengalaman-pengalaman pribadi individual namun dari eksistensi
manusia yang jauh di masa lalu, sebuah konsep yang disebut Jung sebagai alam
bawah sadar kolektif. Jadi bagi Jung, alam bawah sadar dan alam bawah sadar
personal tidak begitu diprioritaskan. Menurut Jung, jiwa manusia terdiri dari dua
alam, yaitu:
1. Alam sadar (kesadaran)
2. Alam tidak sadar (ketidaksadaran)
Fungsi keduanya adalah penyesuaian. Alam sadar sebagai penyesuaian
terhadap dunia luar, sedangkan alam tak sadar sebagai penyesuaian terhadap dunia
dalam. Batas antara kedua alam itu tidak tetap, dapat berubah. Maksudnya, luas
daerah kesadaran atau ketidaksadarn itu dapat bertambah atau berkurang. Dalam
kenyataannya, daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja dari
alam kejiwaan.
1. Struktur Alam Sadar (kesadaran)
Kesadaran adalah pusat dari ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan
perasaan.1 Ego inilah yang memberi petunjuk bagaimana individu berperilaku.
Ego berisi persepsi-persepsi dan perasaan-perasaan sadar.Ada dua komponen
pokok kesadaran, yaitu sebagai berikut.
a. Sikap Jiwa
1Sarlito Wirawan Sarwoo, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, cet. 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, hal. 188.
3
Jung mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk berinteraksi atau
bereaksi ke arah yang khas.2 Jung melihat bahwa orang memiliki sikap yang
terintrovesi sekaligus terekstraversi.
Introversi
Menurut Jung, introversi adalah membalikkan energi psikis ke dalam sebuah
orientasi terhadap subjektivitas. Orang yang introver selalu mendengarkan
dunia batin mereka dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang
terinduvidualisasikan. Segala yang dilakukannya didasarkan pada pandangan
subjektif mereka.
Ekstraversi
Berlawanan dengan introversi, ekstraversi adalah sikap yang mengarahkan
energi psikis keluar sehingga seseorang diorientasikan menuju sesuatu yang
objektif dan menjauh dari sikap yang subjektif. Orang yang ekstrover lebih
banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka daripada dunia batin
mereka sendiri.
Tidak semua manusia intorver total atau ekstrover total. Seorang introver mirip
jungkat-jungkit yang tidak seimbang karena lebih berat pada sisi introver dan
lebih ringan sisi ekstrover, begitu pun sebaliknya. Sementara orang yang sehat
secara psikologis mencapai keseimbangan pada dua sikap ini.
Freud secara pribadi merupakan seorang yang introver selalu menyesuaikan
diri dengan mimpi-mimpi dan kehidupan fantasinya dalam kesendirian. Namun
Jung melihat bahwa teori Freud bersifat ektrover karena dia mereduksi
pengalaman-pengalaman manusia hanya kepada dunia eksternal seks dan
agresi. Jung, tentunya, melihat terorinya sendiri sebagai teori yang seimbang,
sanggup menerima baik sisi objektif maupun subjektif.
2 http://selawatidwi.blogspot.com/2012/06/mengenal-tokoh-psikologi-carl-gustav.html di unduh pada tanggal 16 Maret 2014
4
b. Fungsi Jiwa
Jung memaksudkan fungsi jiwa sebagai suatu bentuk aktivitas kejiwaan
yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung
membedakan empat fungsi pokok menjadi dua, yakni rasional dan irasional.
Rasional bekerja dengan penilaian: pikiran menilai benar-salah, dan perasaan
menilai atas dasar menyenangkan-tidak menyenangkan. Sedangkan irrasional
semata hanya mendapat pengamatan: pendirian mendapatkan pengamatan
dengan sadar-indriah, dan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar-
naluriah.
Keempat fungsi itu dimiliki oleh manusia, namun biasanya hanya salah
satu saja yang paling berkembang. Fungsi yang berkembang itu merupakan
fungsi superior dan menentukan tipe orangnya, jadi ada tipe pemikir, perasa,
pendria, dan intuitif.3
Berpikir (Thinking)
Berpikir ialah intelektual logis yang menghasilkan rantai ide-ide. Tipe berpikir
bisa bersifat ekstrover atau introver, tergantung sikap dasar seseorang. Orang
yang berpikir secara ekstrover sangat mengandalkan pikiran-pikiran konkret,
namun mereka bisa juga menggunakan ide-ide abstrak jika ide-ide ini
dipancarkan kepada mereka dari luar.
Orang yang berpikir secara introver bereaksi terhadap stimuli eksternal, namun
interpretasi mereka mengenai suatu peristiwa lebih diwarnai oleh makna
internal yang mereka berikan kepada stimuli tersebut daripada oleh fakta-fakta
objektif itu sendiri.
Perasaan (Feeling)
Jung menggunakan istilah perasaan untuk menggambarkan proses
mengevaluasi suatu ide atau peristiwa. Fungsi perasaan harus dibedakan dari
emosi. Perasaan adalah pengevaluasian setiap aktivitas sadar, bahkan terhadap
3 Sarlito Wirawan Sarwoo, op.cit., hal. 189-190.
5
hal-hal yang dinilai sebagai sesuatu yang tidak begitu disukai. Kebanyakan
evaluasi ini tidak memiliki kandungan emosi, namun mereka sanggup menjadi
emosi jika intensitasnya meningkat sampai ke titik penstimulasian perubahan-
perubahan fisiologis dalam diri seseorang.
Pengindraan (Sensing)
Fungsi yang menerima stimuli fisik dan mentransmisikannya ke alam sadar
perseptual disebut sensasi atau pengindaraan. Orang yang mengindera secara
ekstrover memahami stimuli eksternal secara objektif, kebanyakan sama
dengan stimuli yang eksis dalam realitas. Orang yang mengindera secara
introver sebagian besar terpengaruh oleh sensai-sensasi subjektif.
Pengintuisian (Intuiting)
Intuisi melibatkan persepsi yang melampaui kerja kesadaran. Pengintuisian
didasarkan pada serangkaian fakta yang menyediakan materi bagi pikiran dan
perasaan.
c. Pesona
Persona ialah sisi kepribadian yang ingin ditunjukkan manusia kepada
dunia. Persona merupakan kompromi antara individu dan masyarakat, antara
struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana
seharusnya orang berbuat.4 Bila orang dapat menyesuaikan diri ke dunia luar
dan dunia dalam dengan baik, maka persona itu akan merupakan selubung
yang elastis, yang dapat dengan lancar digunakan. Sebaliknya, jika
penyesuaian itu tidak baik, maka persona dapat merupakan topeng yang kaku
untuk menyembunyikan kelemahannya.
2. Struktur Ketidaksaran
4 C. George Boeree, Personality Theories (Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia), Cet. 2, Jogjakarta: PRISMASOPHIE, 2005, hal. 120.
6
ketidaksadaran sebagai suatu lapisan psikologi yang mempengaruhi
perasaan, pikiran dan tindakan manusia. Menurut Jung ketidaksadaran punya dua
lapisan yaitu sebagai berikut.
a. personal uncociousness (ketidaksadaran pribadi)
Personal uncociousness mencakup segala sesuatu yang tidak disadari
secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari.5 Ketidaksadaran pribadi
adalah alam bawah sadar seperti yang dipahami orang kebanyakan, yaitu
mencakup kenangan-kenangan yang dapat dibawa ke alam sadar dengan
mudah serta kenangan-kenagan yang ditekan karena alasan-alasan tertentu.
Dan pada saat tertentu, ketidaksadaran pribadi ini bisa muncul kembali ke
kesadaran dan mempengaruhi tingkah laku.
b. collective uncociousness (ketidaksadaran kolektif)
Collective uncociousness adalah sistim yang paling berpengaruh terhadap
kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran orang yang
bersangkutan. Sistim ini merupakan pembawaan rasial yang mendasari
kepribadian dan merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman dari generasi-
generasi terdahulu.6Contoh ketidaksadaran kolektif adalah pengalaman kreatif
para seniman atau musisi di seluruh dunia dari sepanjang masa, pengalaman
mistikus dalam seluruh agama, kemiripan dalam mimpi, fantasi, mitologi,
dongeng, sastra, atau pengalaman mati suri.
Isi dari ketidaksadaran kolektif menagaktifkan dan memengaruhi pikiran,
emosi, dan tindakan seseorang. Alam bawah kolektif bertanggung jawab pada
banyak mitos, legenda, dan keyakinan religius manusia. Ketidaksadaran
kolektif tentunya tidak disadari. Sehingga akan membuat kita bertanya-tanya
mengenai bagaimana orang dapat mengetahui atau menyadari ketidaksadaran
tersebut. Ketidaksadaran tersebut diperoleh secara tidak langsung, yaitu
5 Ibid., hal. 116. 6Sarlito Wirawan Sarwito, op.cit, hal. 188.
7
melalui manifestasi ketidaksadaran yang berbentuk gejala dan kompleks,
mimpi, dan arketipe.
1) Gejala dan Kompleks
Kedua hal ini masih dapat disadari. Symptom adalah “gejala dorongan”
dari jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk symptom kejasmanian
maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya yang memberitahu bahwa
ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, sehingga perlu perluasan ke alam
bawah sadar.
Sedangkan yang dimaksud dengan kompleks adalah bagian kejiwaan
kerpribadian yang telah terpecah dan lepas dari kontrol kesadaran dan
kemudian memiliki kehidupan sendiri dalam kegelapan alam ketidaksadaran,
yang kemudian dapat menghambat prestasi bagi alam kesadaran.7
2) Mimpi, Fantasi, dan Khayalan
Mimpi memiliki hukum dan bahasa sendiri. Di dalam mimpi, soal-soal
sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat lambang dan
karenanya untuk memahaminya perlu ditafsirkan. Bagi Jung, mimpi memiliki
fungsi konstruktif, yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik.
Mimpi sering merupakan manifestasi daripada ketidaksadaran kolektif. Selain
mimpi, Jung juga mengemukakan pula fantasi dan khayalan sebagai bentuk
manifestasi ketidaksadaran.
3) Arketipe
Arketipe, yaitu kecenderungan-kecenderungan yang universal dan
merupakan pembawaan pada manusia yang menyebabkan manusia bertingkah
laku dan mengalami hal-hal yang selamanya terulang.8 Misalnya : kelahiran,
kematian, mengahdapi bahya dll.
7 C. George Boeree, op.cit., hal.127.8 Sarlito Wirawan Sarwito,op.cit., hal. 188-189.
8
Konsep archetipe sama dengan insting dalam konsep Freud. Tiga archetipe
yang paling penting menurut Jung adalah anima, animus, shadow.
Anima
Adalah unsur feminim atau unsur kewanitaan, khususnya pada orang
laki-laki.9 Anima biasanya dipersonoifikasikan sebagai gadis kecil,
yang spontan sebagai nenek sihir. Anima lebih di asosiasikan dengan
kedalaman perasaan dan kekuatan hidup itu sendiri.
Animus
Adalah unsur maskulin atau unsur laki-laki, khususnya pada wanita.10
Animus dipersonifikasikan sebagai orang bijak, seorang dukun atau
sekawanan pria yang mempunyai kecenderungan sifat logis,
rasionalistik dan argumentatif.
Anima dan animus adalah archetipe yang dipakai ketika berkomunikasi
dengan alam bawah sadar kolektif dan berperan penting ketika ingin
menyelaminya. Anima dan animus juga merupakan archetipe yang paling
bertanggung jawab atas kehidupan cinta kita.11 Misalnya ketika kita jatuh cinta
pada pandangan pertama itu berarti kita menemukan seseorang yang bisa
mengisi archetipe anima atau animus kita.
Shadow
Shadow (bayangan) adalah archetipe kebinatangan atau disebut pula
sisi jahat manusia.12 Pada dasarnya, bayangan bersifat amoral-tidak
baik, tidak buruk, persis seperti binatang.
Jadi, ego meupakan pusat dan merupakan tempat kontak dengan dunia luar
mempunyai tugas untuk mengadakan keseimbangan antara tuntutan dari luar
dengan dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran pribadi maupun
ketidaksadaran kolektif. Dalam tugasnya ini, ego sampai batas-batas tertentu dapat
9 Jonh W.M. Verhaar, Identitas Manusia, Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI), 1989, hal. 37.10Ibid.11 C. George Boeree, op.cit, hal. 122.12Ibid., hal. 120.
9
pula mengontrol ketidaksadaran pribadi. Tetapi ego tidak mempunyai kekuatan
apapun untuk mempengaruhi ketidaksadaran kolektif, bahkan egolah yang
dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari ketidaksadaran kolektif itu.
B. Dinamika Kepribadian (Psyche)
Menurut Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat
dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan
oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat
prinsip-prinsip sebagai berikut13 (Alwisol, 2005 : 65)
1) Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga
cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan
bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi
berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian,
ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan
intuisi.
2) Prinsip kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami
gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan
mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam
tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3) Prinsip penggabungan
13 Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang, 2005, hal. 65.
10
Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan
pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan
integral.
C. Perkembangan Kepribadian (Psyche)
Jung meyakini bahwa kepribadian berkembang lewat serangkaian tahapan
yang memuncak pada individualisasi atau realisasi diri. Jung mengelompokkan
tahap hidup menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut.
1. Masa Kanak-kanak
Masa kanak-kanak oleh Jung dibagi menjadi tiga bagian yaitu anarkis,
monarkis, dan dualistis. Fase anarkis dicirikan oleh kesadaran yang khas dan
sporadis. Pengalaman masa anarkis kadang memasuki kesadaran sebagai imaji-
imaji primitif, tidak sanggup diverbalkan secara akurat.
Fase monarkis dicirikan oleh perkembangan ego dan permulaan pemikiran
logis dan verbal. Selama waktu ini anak-anak mulai melihat diri mereka secara
objektif dan sering menyebut dirinya dengan kata ganti orang ketiga. Sedangkan
pada masa dualistis, anak-anak mulai menyebut diri mereka dengan kata ganti
orang pertama dan menyadari eksistensi mereka sebagai individu yang berbeda.
2. Masa Muda
Periode dari masa pubertas ke paruh baya disebut masa muda. Anak muda
berjuang meraih kemandirian psikis dan fisik dari orang tua mereka, menemukan
belahan jiwanya, membentuk keluarga, dan merebut sebuah tempat di panggung
dunia ini.
Menurut Jung, masa muda seharusnya merupakan sebuah periode
peningkatan aktivitas, kematangan seksualitas, tumbuhnya pemahaman dan
kesadaran bahwa era kanak-kanak yang bebas dari masalah tidak akan kembali
lagi. Kesulitan utama yang dihadapi di masa ini ialah menaklukkan
11
kecenderungan alamiah untuk mengandalkan kesadaran sempit masa kanak-kanak
agar terhindar dari masalah-masalah yang terus mengganggu seumur hidup.
3. Masa Paruh Baya
Jung berpendapat, usia paruh baya ialah 35 hingga 40 tahun. Meskipun di
usia ini dapat menghadapkan orang-orang paruh baya kepada peningkatan
kecemasan, namun hidup paruh baya juga menjadi periode potensial yang
menakjubkan. Jika orang-orang paruh baya mempertahankan nilai-nilai sosial dan
moral dari hidup mereka sebelumnya, maka mereka menjadi sangat kolot dan
fanatik dalam upayanya mempertahankan daya fisik dan ketangkasan mereka.
Ketika menemukan bahwa ideal mereka mulai bergeser, mereka bisa berjuang
dengan penuh rasa putus asa untuk mempertahankan daya tarik fisik dan
ketangkasan mereka.
4. Usia Senja
Seiring dengan senja kehidupan yang semakin mendekat, manusia mengalami
penyusutan kesadaran. Jika di kehidupan sebelumnya manusia takut pada
kehidupan, maka di masa ini dan selanjutnya mereka takut pada kematian. Rasa
takut pada kematian adalah tujuan hidup di mana hidup hanya dapat dipenuhi saat
kematian dilihat dalam terang ini.14
IV. KESIMPULAN
Realisasi diri atau kelahiran kembali secara psikologis, ialah proses untuk
menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Psikologi analitik pada
esensinya merupakan psikologi mengenai hal-hal yang berlawanan, dan realisasi
diri adalah proses untuk mengintegrasikan kutub-kutub yang berlawanan dalam
satu individu tunggal yang homogen.
14 http://shelliharismiramdiani.blogspot.com/2012/12/v-carl-gustav-jung-1875-1961_4.html di unduh pada tanggal 15 Maret 2014.
12
Proses menjadi diri sendiri berarti seseorang memiliki semua komponen
psikologis yang berfungsi dalam kesatuan, dengan melewati suatu proses yang
memanusiakannya. Orang yang melewati proses ini telah mencapai realisasi diri,
meminimkan persona, mengenali anima atau animus mereka, dan mencapai
kesemibangan antara introversi dan ekstraversi. Selain itu, individu yang
merealisasikan diri sudah mengembangkan fungsi psikologis sampai ke tingkat
superior, sebuah prestasi yang sangat sulit dicapai.
Realisasi diri sangat jarang dan hanya bisa dicapai oleh orang yang
sanggup mengasimilasikan alam bawah sadar mereka ke dalam kepribadian total
mereka. Manusia yang merealisasikan dirinya sanggup mengembangkan dunia
eksternal maupun internal mereka. Tidak seperti individu yang terganggu secara
psikologis, mereka hidup di dunia nyata, dan melakukan konsensi yang
dibutuhkan untuk itu.
V. PENUTUP
Demikianlah, makalah yang kami paparkan serta masih jauh dari kata
baik. Oleh sebab itu, masukan dari berbagai pihak sangatlah kami harapkan, untuk
memperkaya materi dan memperdalam pemahaman. Tak lupa ucapan ma’af dan
terima kasih saya haturkan dengan sepenuh hati kepada semua pihak atas
kerjasama di dalam pembuatan maupun penyampaian materi ini. Ihdina al-
Shirathal Mustaqim..Wallahu A’lamu Bi al-Shawab.
13
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah
Malang, 2005.
Boeree, C. George, Personality Theories (Melacak Kepribadian Anda Bersama
Psikolog Dunia), Cet. 2, Jogjakarta: PRISMASOPHIE, 2005.
http://selawatidwi.blogspot.com/2012/06/mengenal-tokoh-psikologi-carl-
gustav.html di unduh pada tanggal 16 Maret 2014.
http://shelliharismiramdiani.blogspot.com/2012/12/v-carl-gustav-jung-1875-
1961_4.html di unduh pada tanggal 15 Maret 2014.
Sarwoo, Sarlito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh
Psikologi, cet. 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
Verhaar, Jonh W.M., Identitas Manusia, Yogyakarta: KANISIUS
(Anggota IKAPI), 1989
14