makalah propen

22
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian manajemen pendidikan. 2. Mengetahui fungsi manajemen pendidikan. 3. Mengetahui bidang garapan manajemen pendidikan. 4. Mengetahui manajemen pendidikan pasca otonomi daearah. 5. Mengetahui fungsi-fungsi pendidikan yang didesentralisasi ke sekolah. 6. Mengetahui konsep dasar manajemen berbasis sekolah. 7. Mengetahui karakteristik manajemen berbasis sekolah. 8. Mengetahui implementasi manajemen berbasis sekolah di Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan? 1 | Page

Transcript of makalah propen

Page 1: makalah propen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian manajemen pendidikan.

2. Mengetahui fungsi manajemen pendidikan.

3. Mengetahui bidang garapan manajemen pendidikan.

4. Mengetahui manajemen pendidikan pasca otonomi daearah.

5. Mengetahui fungsi-fungsi pendidikan yang didesentralisasi ke

sekolah.

6. Mengetahui konsep dasar manajemen berbasis sekolah.

7. Mengetahui karakteristik manajemen berbasis sekolah.

8. Mengetahui implementasi manajemen berbasis sekolah di

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan?

2. Apa fungsi manajemen pendidikan?

3. Apa saja yang termaksud bidang garapan manajemen pendidikan?

4. Bagaimana manajemen pendidikan pasca otonomi daerah?

5. Apa fungsi dari pendidikan yang didesentralisasikan ke sekolah?

1 | P a g e

Page 2: makalah propen

6. Apa konsep dasar dari manajemen berbasis sekolah?

7. Bagaimana karakteristik manajemen berbasis sekolah?

8. Bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah di

Indonesia?

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data saya lakukan melalui media elektronik yaitu

Internet, WWW.GOOGLE.COM dan media cetak buku Profesi Keguruan,

Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Manajemen berbasis Sekolah, UU.

No. 20/2003 dan School Based Management.

2 | P a g e

Page 3: makalah propen

BAB II

1. Pengertian Manajemen Pendidikan

Beberapa ahli telah mendefinisikan pengertian dari

manajemen pendidikan berdasarkan sudut pandang yang berbeda,

contohnya Knezevich (1984:9) yang yang mengungkapkan bahwa

manajemen pendidikan memiliki kegiatan yang sangat kompleks

dan merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efesiensi dan

efektivitas melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku

kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan

kordinasi personil, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk

memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan1.

Sedangkan Engkoswara (2001:2) mengungkapkan bahwa

manajemen pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu

ilmu yang mempelajari bagamana menata sumber daya untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan

bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut

serta gdalam mencapai tujuan yang disepakati bersama2.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan

merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok

orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Proses pengendalian kelompok tersebut mencakup perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan sebagai suatu

proses untuk menjadikan visi menjadi aksi. Pada hakekatnya

manajemen pendidikan menyangkut pada tujuan pendidikan,

manusia yang melakukan kerja sama, proses sistematik dan

sistemik, serta sumber-sumber yang didayagunakan. Selain itu ia

juga merupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari

1 Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Rosda Karya, 2004, hlm. 82 Ibid, hlm. 8

3 | P a g e

Page 4: makalah propen

penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber belajar

dan dana, serta upaya mencapai tujuan lembaga secara dinamis.

2. Fungsi Manajemen Pendidikan

Menurut Engkoswara fungsi manajemen pendidikan dibagi

menjadi tiga yaitu fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan3.

Berdasarkan pengertian manajemen pendidikan yang telah

kami paparkan di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat lima fungsi

dari manajemen pendidikan yaitu :

a. Fungsi Planning (Perencanaaan)

Perencanaan program pendidikan sedikitnya memiliki dua fungsi

utama, yaitu :

Perencanaan merupakan upaya sistematis yang

menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga

dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia

atau sumber-sumber yang dapat disediakan.

Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau

menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien,

dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian terdiri dari :

Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga

kerja yang diperlukan untuk penyusunan rangka kerja yang

efisien.

Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur

organisasi secara teratur.

Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.

Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.

3 Ibid. hlm 94 | P a g e

Page 5: makalah propen

Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja

dan mencari sumber-sumber lain yang diperlukan

c. Fungsi Actuatinng (Pelaksanaan)

Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana

menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara

efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan

dengan efektif dan efisien.

d. Fungsi Controlling (Pengawasan)

Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati

secara sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi

penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal

yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan

merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses

manajemen.

3. Bidang Garapan Manajemen Pendidikan

Bidang garapan manajemen pendidikan mencakup kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan

penataan terhadap sumber daya pendidikan seperti kepala sekolah,

guru, tenaga administrasi, tata laksana dan lingkungan penididikan.

Melalui kegiatan manajemen yang tepat, diharapkan tercipta iklim

yang kondusif bagi pencapaian tujuan pendidikan dan

pengembangan aspek-aspek kepribadian peserta didik secara

optimal sesuai dengan kebutuhan, tuntutan masyarakat dan

lingkungan, baik lingkungan lokal maupun global.

Skema bidang garapan Manajemen Pendidikan

5 | P a g e

Visi Aksi

Perencanaa

Pengorganisasian

Penggerakan

Kurikulum Pembelajara

n Ketenangan Sarana Dana Informasi Lingkungan

Tujuan

Pendidikan

MANAJEMEN

PENDIDIKAN

Page 6: makalah propen

4. Manajemen Pendidikan Pasca Otonomi Daerah

Paradigma baru manajemen pendidikan harus sejalan dengan

semangat Undang-undang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Undang-undang Sisdiknas), Undang-undang Nomor 22

tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah (UUPD), UU Nomor 25

Th. 1999 tentang Perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah,

dan PP Nomor 25 Th. 200 tentang Pelimpahan Kewenangan

Pemerintah dan Profinsi sebagai daerah Otonom, yang memberikan

kewenangan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakasa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Kewenangan yang diberikan bersifat utuh

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasaan, pengendalian,

dan evaluasi yang bertujuan untuk mendorong pemberdayaan

masyarakat, pengembangan peran dan fungsi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD).

Otonomi daerah diharapkan dapat memberikan layanan

pendidikan sesuai dengan kebutuhan, lebih cepat, lebih efisien dan

efektif, serta dapat menegakkan aparat yang bersih dan berwibawa.

Enam permasalahan yang harus diantisipasi pada paradigma baru,

manajemen pendidikan dalam konteks otonomi daerah, yakni :

1) Kepentingan Nasional

Melalui otonomi daerah masing-masing daerah kabupaten dan

kota, memiliki potensi sumber dana berbeda, dapat menjamin

agar setiap penduduk memperoleh hak mendapatkan

pendidikan yang baik. Menyediakan pelayanan pendidikan

6 | P a g e

Pengawasan

Kepemimpina

Page 7: makalah propen

yang murah dan berkualitas, sesuai dengan UUD 45 pasal 31

pendidikan adalah hak setiap warga Negara dan UU sisdiknas

No. 20 Tahun 2003 pada bab IV pasal 5 yaitu hak dan

kewajiban warga Negara..

2) Mutu Pendidikan

Mengembangkan standar kinerja pendidikan yang memenuhi

tuntutan keunggulan kompetitif dsan komperatif dalam konteks

nasional bahkan internasional.

3) Efisiensi Pengelolahan

Efisiensi manajemen serta dalam pengurusan dan penggunaan

dana maka di perlukan sumber daya manusia berkualitas yang

mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan

mempertanggungjawabkan masalah anggaran secara tepat

dan produktif.

4) Perluasan dan Pemerataan

Desentralisasi pendidikan dapat meningkatkan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan agar semua daerah

walaupun terhambat karena gangguan goegrafis tetap dapat

merasakan pelayanan fasilitas pendidikan sebaik mungkin.

5) Peran serta Masyarakat

Dalam undang-undang pemerintahan daerah 1999 di jelaskan

bahwa salah satu tujuan dari otonomi daerah adalah untuk

memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan

kreatifitas meningkatkan peran serta masyarakat. Pada UU

Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pada bagian ketiga pasal 8 dan 9

mengenai hak dan kewajiban masyarakat menyatakan bahwa

masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan

serta masyarakat berkewajiban memberikan dukungan

sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

6) Akuntabilitas

7 | P a g e

Page 8: makalah propen

Melalui otonomi daerah pengambilan keputusan yang

menyangkut pelaksanaan layanan pendidikan akan semakin

mendekati masyarakat hingga akuntabilitas layanan bergeser

dari yang lebih lebih berorientasi pada kepentingan pemerintah

pusat menjadi lebih berorientasi kepada kepentingan

masyarakat secara luas dan terbuka.

5. Fungsi-fungsi Pendidikan yang didesentralisasikan ke

sekolah

1) Perencanaan dan Evaluasi

Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan perencanaan

sesuai dengan kebutuhannya (School-based plan). Misalnya,

(untuk meningkatkan mutu, sekolah harus melakukan analisis

kebutuhan, kemudian mengembangkan rencana peningkatan

mutu berdasarkan hasil analisis kebutuhan)

NB: ini contoh dari buku jadi tolong kasih contoh yang

lain yaa gue bingung… ehhehehe thank b4….

Sekolah juga memiliki kewenangan untuk melakukan evaluasi

secara internal untuk memantau proses pelaksanaan dan hasil

program-program yang telah dilaksanakan.

2) Kurikulum

8 | P a g e

PROSESINPUT OUTPUT

Perencanaan dan Evaluasi

Kurikulum Pembelajaran Ketenangan Fasilitas Keuangan Kepersertadidikan Hubungan sekolah-

masyarakat Iklim Sekolah

Prestasi Peserta

ProsesBelajar

Mengajar

Page 9: makalah propen

Sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan silabus

(memperdalam, memperkaya, memodifikassi) namun tetap

berada dalam koridor isi kurikulum yang berlaku secara

nasional. Daerah dan sekolah diberi kebebasan untuk

mengembangkan silabus mata pelajaran ketrampilan pilihan,

yang merupakan unggulan daerah (muatan lokal). Contohnya

seperti adanya tambahan pelajaran bahasa asing selain Inggris

seperti bahasa Jerma, Jepan, prancis dan lain-lain. Dalam UU

Sisdikna No. 20 Tahun 2003 BAB X pasal 36 ayat 1 dijelaskan

mengenai pengembangan kurikulum dilakukan dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional.

3) Pembelajaran

Sekolah diberi kebebesan memilih strategi, pendekatan,

metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, guru, serta

kondisi nyata sumberdaya yang tersedia dan siap

didayagunakan di sekolah. Dalam pemilihan hal tersebut

hendaknya berpusat pada karakteristik peserta didik (student

centered), agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan

kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran harus menekankan

pada praktek.

4) Ketenangan

Pengelolahan analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutment,,

pengembangan, hadiah (reward), dan sangsi (punishment),

hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kependidikan

(guru dan non guru).

5) Fasilitas

Pengelolahan fasilitas yang mencakup pengadaan,

pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan merupakan

wewenang sekolah, karena sekolah yang paling mengetahui

secara pasti fasilitas yang diperlukan dalam oprasional sekolah,

9 | P a g e

Page 10: makalah propen

terutama fasilitas pembelajaran untuk memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik.

6) Keuangan

Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian, dan

penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan sekolah di

bawah pimpinan dan koordinasi kepalas sekolah. Sekolah juga

perlu diberi kebebesan untuk mencari dana melalui berbagai

kegiatan yang dapat mendatangkan hasil (income generating

activities) agar perkembangan ke depan sumber keuangan

tidak semata-mata bergantung pada pemerintah. Dalam UU

Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pada BAB XII Pendanaan

Pendidikan di jelaskan pada pasal 46 mengenai bagian

kesatuan tanggung jawab pendanaan, pasal 47 mengenai

sumber pendanaan pendidikan, pasal 48 mengenai

pengelolahan dana pendidikan, dan pasal 49 mengenai

pengalokasian dana pendidikan.

7) Kepersertadidikan

Pengelolahan kepesertadidikan, mulai dari penerimaan,

pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan

untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja,

hingga sampai pada pengurusan alumni. Dalam UU Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003 BAB V mengenai peserta didik pada pasal

12 di jelaskan mengenai hak dan kewajibannya.

8) Hubungan sekolah-masyarakat

Sekolah merupakan bagian integral dari masyarakat.

Kerjasama antar keduanya sangat penting untuk meningkatkan

keterlibatan, kepedulian, kepemilikian, dan ddukungan

oprasional, baik moral maupun financial. Dalam UU Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003 BAB IV bagian ketiga, pada pasl 8 dan 9

menyatakan mengenai hak dan kewajiban masyarakat yaitu

masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan

10 | P a g e

Page 11: makalah propen

dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber

daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

9) Iklim Sekolah

Iklim sekolah yang kondusif-akademik baik fisik maupun

nonfisik merupakan landasan bagi penyelenggaraan

pembelajaran yang efektif dan produktif. Iklim yang kondusif

yaitu mencangkup lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib,

serta ditunjang oleh optimism dan harapan warga sekolah,

kesehatan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada

perkembangan peserta didik.

6. Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah

Manajmen berbasis sekolah atau school based management

merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan

produktif. MBS merupakan paradigma baru manajmen pendidikan,

yang memberikan otonomi luas pada sekolah, dan keterlibatan

masyarakat dalam kerangka kebijikan pendidikan nasional. Otonomi

dalam manajmen merupakan potensi bagi sekolah untuk

meningkatkan kinerja para tenaga kependidikan, menawarkan

partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Dalam sistem MBS,

semua kebijakan dan program sekolah ditetapkan oleh komite

sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang

ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat,

komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah atau DPRD,

pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan,

perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga

inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan

ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya

komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan

11 | P a g e

Page 12: makalah propen

tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-

program kegiatan oprasional untuk mencapai tujuan sekolah.

7. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

MBS yang ditawarkan sebabagai bentuk operasional

desentralisasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah akan

memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan

selama ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap

peningkatan efisiensi dan efektifitas kinerja sekolah, dengan

menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap

terhadap kebutuhan masyarakat. Disisi lain sekolah juga harus

meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta bertanggung

jawab kepada masyarakat dan pemerintah.

Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah

dapat mengoptimalkan kinerjanya, proses pembelajaran,

pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan,

serta sistem administrasi secara keseluruhan. Menurut Saud (2002)

berdasarkan pelaksaan di negara maju karakteristik dasar MBS

adalah pemberian otonomi yang luas kepada sekolah, partisipasi

masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan

sekolah yang demokratis dan profesional, serta adanya team work

yang profesional4.

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah yaitu :

1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah.

Melalui otonomi yang luas sekolah dapat menigkatkan kinerja

tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif

mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab

bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara

proporsional dan profesional.

2) Partisipasi masyarakat dan orang tua.

4 Ibid. hlm 3612 | P a g e

Page 13: makalah propen

Masyarakat dan orang tua menjalin kerjasama untuk membantu

sekolah sebagai narasumber berbagai kegiatan sekolah untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional.

Kepala sekolah sebagai pimpinan dalam proses pengambilan

keputusan, mengimplementasikan proses “bottom up” secara

demokratis sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab

terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.

4) Team work yang kompak dan transparan.

Dalam MBS, keberhasilan program-program sekolah didukung

oleh kinerja team work yang kompak dan transparan dari

berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan disekolah.

8. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang

terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja

yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat

serta mengefisienkan sistem dan menghilangkan birokrasi yang

tumpang tindih.

Melalui MBS, sekolah dikembangkan menjadi lembaga

pendidikan yang diberi kewenangan dan tanggungjawab secara luas

untuk mandiri, maju dan berkembang berdasarkan kebijakan dasar

pengelolaan pendidikan yang ditetapkan pemerintah pusat.

Implementasi MBS di Indonesia:

1) Iklim Sekolah yang kondusif

Proses pembelajaran dapat berlangsung tenang dan

menyenangkan (enjoyble learning). Hal ini mendorong

terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, lebih

menekankan pada belajar mengetahui (learning to know),

13 | P a g e

Page 14: makalah propen

belajar bekerja (to do learning), belajar menjadi diri sendiri

(learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis

(learning to live together). Melalui semua ini akan membentuk

kemandirian sehingga berkurangnya ketergantungan

dikalangan warga sekolah serta bersifat adaptif dan proaktif.

Contoh : (ehehhe gue bingung maooo ngarang apaa niee

buat ini pleas tolong di pikirkan yaa kawan…. Yang

bener” contoh penerapannya gtu. Thanks b4)

2) Otonomi sekolah

Dalam sistem sentralisasi sekolah hanya sebagai pelaksana

program pendidikan, tidak pernah diberi kewenangan untuk

program pendidikan atau sistem evaluasi pembelajaran sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Dalam MBS

kebijakan penngembangan kurikulum dan pembelajaran beserta

sistem evaluasinya harus desentralisasikan ke sekolah agar

sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara

lebih fleksibel.

Contoh : sekolah bebas mengembangkan kurikulum tetapi tetap

mengacu pada standar nasional yang telah pemerintah pusat

tetapkan utuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(kalau ada contoh lain tambahin ajah nyaa)

3) Kewajiban sekolah

Menajemen berbasis sekolah menawarkan keleluasaan

pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam

menciptakan kepala sekolah, guru dan pengelolaan sistem

pendidikan profesional. Oleh karena itu pelaksanaanya perlu

disertai dengan seperangkat kewajiban, serta mentoring dan

tuntutan pertanggunjawaban yang relatif tinggi, untuk

menjamin bahwa sekolah mempunyai kewajiban melaksanakan

kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat

sekolah. Dengan demikian, sekolah dituntut mampu mengelola

sumberdaya secara transparan, demokratis, tanpa monopoli,

14 | P a g e

Page 15: makalah propen

dan bertanggunjawab terhadap masyarakat maupun

pemerintah, untuk meningkatkan pelayanan terhadap peserta

didik.

Contoh : memberikan beasiswa kepada speserta didik yang

tidak mampu atau pun berprestasi.

(kalau ada contoh lain tambahin ajah nyaa)

4) Kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan profesional

Dalam pelaksanan MBS menuntut kepemimpinan kepala

sekolah yang memiliki kemampuan manajerial integritas pribadi

untuk mewujudkan visi menjadi aksi serta demokratis dan

transparan dalam mengambil keputusan. Dalam implementasi

MBS kepala sekolah merupakan “the key person” keberhasilan

peningkatan kualitas pendidikan sekolah. Kepala sekolah diberi

tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan

berbagai potensi masyarakat serta orang tua untuk

mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu

dalam MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan

dan wawasan yang luas serta kemampuan profesional dalam

mewujudkan perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan

supervisi pendidikan. Intinya kepala sekolah dalam

implementasi MBS harus mampu berperan sebagai educator,

manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan

motivator pendidikan.

(ehehhe gue bingung maooo ngarang apaa niee buat ini

pleas tolong di pikirkan yaa kawan…. Yang bener”

contoh penerapannya gtu. Thanks b4)

5) Partisipasi aktif masyarakat dan orang tua.

MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan

berkualitas dan membangkitkan motivasi kerja yang lebih

produktif dan memberdayakan otoritas daerah, serta

mengefesienkan sistem dan mengendurkan birokrasi yang

tumpang tindih. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan

15 | P a g e

Page 16: makalah propen

partisipasi aktif masyarakat dan orang tua peserta didik sebagai

salah satu aspek penting dalam MBS.

Contoh : (ehehhe gue bingung maooo ngarang apaa niee

buat ini pleas tolong di pikirkan yaa kawan…. Yang

bener” contoh penerapannya gtu. Thanks b4)

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan,

16 | P a g e

Page 17: makalah propen

DAFTAR PUSTAKA

Media cetak :

Media Elektronik :

17 | P a g e