Makalah print.doc
-
Upload
ayundha-yudhi-amalia -
Category
Documents
-
view
73 -
download
1
Transcript of Makalah print.doc
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geografi adalah ilmu yang menguraikan tentang permukaan bumi,
iklim, penduduk, flora, fauna serta basil-basil yang diperoleh dari bumi (Bisri
Mustofa, 2007). Geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan
kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang
menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan
program, proses, dan keberhasilan pembangunan (Prof. Bintarto, 1981).
Planet Bumi merupakan satu-satunya planet di Galaksi Bima Sakti
yang berpenghuni. Planet Bumi dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup
yang bergam dan tersebar diseluruh penjuru. Keragaman ini disebabkan oleh
kondisi fisik diwilayah yang bersangkutan. Keragaman ini biasa disebut
dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman
dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam
hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan.
Biogeografi adalah ilmu yang berasal dari cabang biologi yang
mempelajari tentang keanekaragaman hayati serta tentang penyebaran spesies
(biologi), organisme, dan ekosistem dalam ruang geografis dan melalui waktu
geologi. Organisme dan komunitas biologis ini bervariasi dan sangat teratur
yang dipengaruhi radien lintang geografis, isolasi elevasi, dan area habitat.
Biografi ini menjelaskan bagaimana proses keanekaragaman tersebut berasal,
berubah dan mengapa bisa membuatnya hilang. Biogeografi merupakan
bidang ilmu integratif berdasarkan penyelidikan yang menyatukan antara
konsep dengan informasi dari ekologi, evolusi biologi, geologi, dan geografi
fisik.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah
satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Selain
letaknya yang berada di kawasan iklim tropis topografi dan sejarah Indonesia
1 | B i o g e o g r a f i
memiliki andil yang besar dalam keadaan biodiversitas makhuk hidup di
Indonesia. Begitu pula dengan Taman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional
ini memiliki sebutan sebagai Afrikanya Indonesia. Maka, tidak salah lagi jika
keanekaragaman flora dan fauna ditempat ini beragam. Begitu pula dengan
habitatnya mulai dari ekosistem pantai, gua, savana, dan juga hutan tropis.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu
penyusun bermaksud untuk membuat laporan dengan judul “Analisis
Biogeografi Di Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka yang menjadi
rumusan masalah dalam laporan ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan Biogeografi?
2. Bagaimana gambaran umum Taman Nasional Alas Purwo?
3. Bagaimana keadaan biogeografi di Pantai Trianggulasi Taman Nasional
Alas Purwo?
4. Bagaimana keadaan biogeografi di Sadengan Taman Nasional Alas
Purwo?
5. Bagaimana keadaan biogeografi di Jalur Burung Berkicau Taman
Nasional Alas Purwo?
6. Bagaimana keadaan biogeografi di formasi Hutan Bambu Taman
Nasional Alas Purwo?
7. Bagaimana keadaan biogeografi di Pantai Parang Ireng dan Pantai
Plengkung Taman Nasional Alas Purwo?
8. Bagaimana keadaan biogeografi di Ngagelan Taman Nasional Alas
Purwo?
9. Bagaimana keadaan biogeografi di hutan mangrove bedul Taman
Nasional Alas Purwo?
B. Tujuan
2 | B i o g e o g r a f i
Untuk memberikan arahan yang jelas mengenai laporan ini maka dalam
sebuah laporan harus terdapat tujuan. Dengan begitu yang menjadi tujuan dari
laporan ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Biogeografi
2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum Taman Nasional Alas
Purwo
3. Untuk mengetahui bagaimana keadaan biogeografi di Pantai Trianggulasi
Taman Nasional Alas Purwo
4. Untuk mengetahui bagaimana keadaan biogeografi di Sadengan Taman
Nasional Alas Purwo
5. Untuk mengetahui bagaimana keadaan biogeografi di Jalur Burung
Berkicau Taman Nasional Alas Purwo
6. Untuk mengetahui bagaimana keadaan biogeografi di formasi Hutan
Bambu Taman Nasional Alas Purwo
7. Untuk mengetahui bagaimana keadaan biogeografi di Pantai Parang
Ireng dan Pantai Plengkung Taman Nasional Alas Purwo
8. Untuk mnegetahui bagaimana keadaan biogeografi di Ngagelan Taman
Nasional Alas Purwo
9. Untuk mengetahui bagaimana keadaan biogeografi di hutan mangrove
bedul Taman Nasional Alas Purwo
C. Manfaat
Laporan ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoritis laporan ini berguna
sebagai pengembangan pengetahuan dalam mata kuliah Biogeografi. Secara
praktis laporan ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan
pengembangan kemampuan dalam mata kuliah Biogeografi.
2. pembaca, sebagai media informasi tentang Biogeografi di Taman
Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi.
D. Struktur Organisasi Bab
3 | B i o g e o g r a f i
Laporan ini terdiri dari 3 bab, yaitu BAB I Pendahuluan yang
meliputi; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
struktur organisasi bab.
Lalu BAB II Analisis Biogeografi Di Taman Nasional Alas Purwo
Kabupaten Banyuwangi.
Lalu yang terakhir adalah BAB III Penutup meliputi Simpulan dan
juga Saran.
Untuk melengkapi laporan ini, dalam laporan ini juga dibubuhkan
daftar pustaka.
BAB II
4 | B i o g e o g r a f i
ANALISIS BIOGEOGRAFI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
KABUPATEN BANYUWANGI
A. Biogeografi
1. Pengertian Biogeografi
Biogeografi adalah bidang ilmu yang mempelajari dan berusaha
untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan bumi.
Selain itu biogeografi adalah cabang dari biologi yang mempelajari
tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu (Wikipedia
Indonesia). Ada pula yang meyebutkan bahwa biogeografi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spesial makhluk hidup
pada saat yang lalu dan saat ini.
Biogeografi adalah ilmu yang berasal dari cabang biologi yang
mempelajari tentang keaneka ragaman hayati serta tentang penyebaran
spesies (biologi), organisme, dan ekosistem dalam ruang geografis dan
melalui waktu geologi. Organisme dan komunitas biologis ini bervariasi
dan sangat teratur yang dipengaruhi radien lintang geografis, isolasi
elevasi, dan area habitat.
Biogeografi merupakan bidang ilmu integratif berdasarkan
penyelidikan yang menyatukan antara konsep dengan informasi dari
ekologi, evolusi biologi, geologi, dan geografi fisik. Biografi ini
menjelaskan bagaimana proses keanekaragaman tersebut berasal,
berubah dan mengapa bisa membuatnya hilang.
2. Macam-macam Biogeografi
Secara umum biogeografi teridiri dari dua macam yaitu Geografi
tumbuhan (fitogeografi) dan Geografi hewan (zoogeografi). Keduanya
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang mempelajari
studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di bumi
termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor
fisik, iklim, atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Sedangkan adapula macam lain dari biogeografi yang diungkapkan
oleh para pakar biogeografi yang meliputi;
5 | B i o g e o g r a f i
a. Biogeografi Sejarah
Dalam biogeografi sejarah menekankan terutama pada sejarah
evolusi (perkembangan) dari kelompok-kelompok organisme.
b. Biogeografi Ekologi
Memusatkan pada interaksi organisme pada saat ini dengan
lingkungan fisik dan interaksi satu sama lainnya serta untuk
memahami bagaimana hubungan-hubungan ini mempengaruhi
dimana spesies dan takson yang lebih luar ditemukan pada masa
sekarang.
4. Daerah-daerah Biogeografi di Dunia
Daerah-daerah biogeografi di dunia dengan beberapa organisme
yang khas, meliputi:
a. Australia
Organisme tipe Australia diantaranya didaerah Australia, Irian,
Selandia Baru, dan kepulauan di Samudera Pasifik. Hewan yang
dapat ditemukan diwilayah ini misalnya semua Monotremata,
Marsupialia (mammalia tidak berplasenta/mammalia berkantung),
Rodentia, kelelawar, burung kaswari, burung cenderawasih, jenis-
jenis burung kakaktua, ikan paru-paru australia dan burung kiwi.
b. Oriental
Tipe Oriental terdapat di daerah Asia bagian selatan pegunungan
Himalaya, India, Sri Langka, Semenanjung Melayu, Sumatera, Jawa,
Kalirnantan, Sulawesi, dan Filipina. Hewan yang dapat dijumpai
diantaranya adalah siamang, orang utan, gajah, badak, burung merak.
c. Ethiopia
Tipe Ethiopia ini berada di Afrika, Magaskar dan pulau - pulau
sekitar Afrika. Makhluk hidup tipe Ethiopia adalah gajah afrika,
gorilla, simpanse, badak afrika, singa, kuda nil, zebra, jerapah,
burung onta.
d. Neotropik
Tipe Neotropik tersebar di Amerika Selatan dan Tengah, Meksiko
6 | B i o g e o g r a f i
dan Hindia Barat. Makhluk hidup tipe ini diantaranya adalah
armadillo, kelelawar vampire, burung kolibri.
e. Neartik
Tipe Neartik berada di Amerika Utara dari dataran tinggi Meksiko
sampai kawasan kutub utara dan Greenland. Mkahluk hidupnya
terdiri atas kambing gunung, karibon, tikus air (Beaves).
f. Paleartik
Eurasia sebelah selatan ke Himalaya, Afghanistan, Iran dan Afrika
bagian utara dari gurun Sahara. Misalnya: Landak, Babi hutan dan
Rusa kecil.
5. Penyebab Keadaan Biogeografi di Indonesia
Biogeografi Indonesia adalah penghalang geografi (barrier) / sawar
yang merupakan faktor penghambat persebaran organisme. Sawar ada 3
macam, yaitu:
a. Sawar iklim yang meliputi temperature rata-rata, kelembaban,
musim, sinar matahari, dll.
b. Sawar biologis yaitu adanya persaingan, penyakit, predator dan
makanan yang tersedia.
c. Sawar fisik seperti gunung yang tertinggi, gurun pasir, sungai, lautan
yang dapat membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies.
Adanya isololasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan
organisme di suatu daerah sehingga menyebabkan suatu organisme hanya
ada di suatu tempat tertentu. Hambatan geografis berdasarkan proses
alam yang menyebabkan keadaan biogeografi Indonesia berubah yaitu
pada masa pleistosin terjadi perubahan permukaan air laut di seluruh
dunia disebabkan karena mencairnya lapisan es dan gletser sehingga
permukaan air laut naik kurang lebih 150 m.
Hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan daratan Indonesia, di
Indonesia bagian barat daratan sunda tenggelam dan hanya bagian yang
tinggi dari lipatan pegunungan yang tertinggal sebagai kepulauan selain
itu di Indonesia bagian timur daratan sahul juga tenggelam. Papua
7 | B i o g e o g r a f i
terpisah dari Australia dan membentuk laut Arafuru dan daerah daerah
yang tinggi membentuk pulau-pulau seperti kepulauan aru dan daerah
kepala burung di Papua. Jadi Indonesia memiliki kesamaan fauna dengan
wilayah Australian dan oriental karena pada jaman dahulu sebelum
mencairnya lapisan es dan gletser Indonesia dan kedua wilayah tersebut
menyatu. Hal ini lah yang menyebabkan fauna Indonesia memiliki
banyak kesamaan dengan wilayah Australian dan oriental.
6. Fitogeografi
a. Pengertian Fitogeografi
Secara luas. yang dimaksud fitogeografi adalah suatu kajian
tentang sebaran makhluk hidup di bumi pada saat yang lalu dan pada
saat ini. Shukla dan Chandel (1996) mendefinisikan "fitogeografi
sebagai suatu kajian tentang migrasi dan penyebaran tumbuh-
tumbuhan di daratan atau perairan. Penelaahan tentang penyebaran
tumbuhan di bumi pertama kali dikemukakan oleh Alexannder von
Humboldt pada tahun 1808 (Misra, 1980).
Secara deskriptif, fitogeografi adalah “studi dan deskripsi
tentang perbedaan fenomena distribusi tumbuhan di bumi, mencakup
semua hal yang mengubah atau mempengaruhi permukaan bumi,
baik oleh pengaruh fisik, iklim atau interaksi dari makhluk hidup ke
lingkungannya" (Potunin, 1994).
Secara umum pembahasan fitogeografi adalah tumbuhan di
seluruh permukaan bumi yang mencakup komposisi, produktivitas
setempat dan terutama distribusinya, Distribusi vegetasi dapat
ditelaah secara terpisah-pisah berdasarkan jenis-jenisnya atau secara
bersama sebagai suatu kesatuan masyarakat tumbuhan, dengan
maksud memperoleh pemahaman tentang perbedaan vegetasi di
berbagai wilayah di bumi.
Biogeografi Sejarah atau Biogeografi Ekologi berusaha
menjelaskan dan memahami berbagai pola distribusi suatu jenis
8 | B i o g e o g r a f i
organisme atau kelompok taksa organisme yang lebih luas.
Fitogeografi merupakan pengetahuan sintesis yang sebagian besar
ditunjang oleh ilmu pengetahuan lain, seperti ekologi, biologi
populasi, sistematik, evolusi, geologi dan sejarah alam.
Pada umumnya penelaahan tentang fitogeografi mempunyai
hubungan yang erat dengan analisis dan penjelasan tentang pola
distribusi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya di bumi, yang
variasi jenis-jenisnya sebagian besar dipengaruhi lingkunpan fisik
tempat tumbuhnya yang berlangsung pada saat ini dan masa yang
lalu. Faktor fisik, antara lain adalah iklim dan tipe tanah di suatu
habitat terestris, dan variasi suhu, salinitas, cahaya dan tekanan air di
suatu habitat perairan.
Penelaahan dalam fitogeografi pada umumnya dititikberatkan
pada kelompok organisme sebagai "unit kehidupan" dalam
kelompok taksa tertentu seperti kelompok tumbuhan dalam suku
atau famili. Pola distribusi tumbuhan dapat mempunyai sebaran yang
luas atau hanya pada tertentu. Sifat distribusinya dapat berhubungan
atau sarnbung-menyamhung dengan wilayah lainnya ("continue"),
atau dapat pula terpisah dengan wilayah lain yang berjauhan
("discontinue" atau " disjunct"). Berdasarkan pada ada tidaknya
tumbuh-tumbuhan di berbagai wilayah bumi maka terdapat distribusi
3 kelompok taksa tumbuhan, yaitu:
a. Tumbuhan yang Tersebar Luas
Tumbuhan yang tersebar luas ("wides") adalah kelompok taksa
tumbuhan yang penyebarannya hampir terdapat di seluruh dunia di
wilayah yang memiliki bermacam-macam zona iklim. Tumbuhan
demikian yang sebarannya luas dinamakan "tumbuhan kosmopolit".
Conloh adalah Taraxacum officinale, Chenopodium album atau
Plantago mayor dan jenis tumbuhan dari suku Gramineae (Cox dan
Moore, 1993; Shukla dan Chandel, 1996).
9 | B i o g e o g r a f i
Tumbuhan kosmopolit yang tersebar luas di daerah tropis dinamakan
tumbuhan "pantropis" contohnya adalah kelompok tumbuhan yang
termasuk suku Zingiberaceae yang terdapat di beberapa kepulauan
dan daratan Asia. Sedangkan tumbuhan yang tersebar secara luas di
daerah beriklim dingin di wilayah zona artik dan zona alpin, dikenal
sebagai tumbuhan "artik-alpin", contohnya adalah tumbuhan lumut
atau rerumputan seperti Carex sp, dan Eriophomm spp atau
pepohonan berlumut yang dinamakan "elfin wood" dan
"krummholz" (Polunin, 1994).
b. Tumbuhan Endemik
Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang jenis-jenisnya tumbuh di
wilayah terbatas dan terdapat pada daerah yang tidak terlalu luas.
Daerah sebarannya pada umumnya dibatasi oleh adanya penghalang
("barrier"), seperti lembah, bukit atau pulau. Dikenal beberapa tipe
tumbuhan endemik yaitu tumbuhan "endemik benua", "endemik
regional" atau "endemik setempat/ lokal". Tumbuhan endemik dapat
berasal dari jenis tumbuhan purba yang tersebar luas yang sampai
saat ini mampu bertahan dan beradaptasi pada wilayah yang terbatas.
Tumbuhan jenis ini kemudian menjadi tumbuhan endemik karena
sebarannya yang sempit. Contohnya adalah Ginko biloba (di Jepang
dan China), Sequioa sempervirens (di suatu lembah di pantai
Califonia) atau Agathis australis dan Metasequioa sp, yang
diperkirakan merupakan spesies tunggal yang tumbuh di suatu
lembah di China. Tumbuhan endemik purba tersebut dinamakan
tumbuhan "paleoendemik" atau "epibion".
Jenis tumbuhan endemik lainnya adalah tumbuhan masa kini
(modern) yang dalam proses evolusinya tidak mempunyai
kesempatan dan waktu yang cukup untuk tersebar secara luas
melalui migrasi (Shukla dan Chandel, 1996). Contohnya antara lain
atau Eleusine coracana (Gramineae), Mecanopsis sp. (Papaveraceae),
10 | B i o g e o g r a f i
Piper longum (Piperaceae) atau Rafflesia arnoldii, Tumbuhan
demikian dinamakan tumbuhan "neoendemik".
c. Tumbuhan Discontinu
Tumbuhan discontinue adalah tumbuhan yang terpisah pada dua atau
lebih wilayah yang berjarak puluhan, ratusan atau ribuan kilometer
oleh adanya penghalang yang terdiri dari pegunungan atau gunung
yang tinggi di daratan atau pulau-pulau di laut. Contoh tumbuhan
discontinue, antara lain Empetrum nigrum, Larrea tridentata,
Phacelia magellanica atau Sanigula cranicaulis. Tumbuhan
discontinue terdapat, antara lain karena:
1) tumbuhannya berevolusi di beberapa wilayah yang sesuai
dengan amplitude ekologinya, tetapi gagal bermigrasi dari
habitat aslinya oleh adanya penghalang tertentu;
2) tumbuhan yang jenis-jenisnya pada suatu saat pada masa lalu
yang tersebar luas, kemudian oleh karena kondisi lingkungannya
berubah akan lenyap atau rnusnah. Tetapi di antara jenis
tumbuhan tersebut terdaptl jenis yang dapat beradaptasi dan
mampu bertahan; sehingga akhirnya pada wilayah atau habitat
tertentu akan terbentuk kantung-kantung discontinue;
3) iklim yang berubah dalam skala evolusi juga dapat
menyebabkan adanya discontinue karena pada umumnya
tumbuhan mempunyai kebutuhan iklim tertentu akan
menemukan kehidupannya. Misalnya walaupun secara terpisah,
tumbuhan yang terdapat di wilayah artik mempunyai kesamaan
jenis dan bentuk hidup dengan tumbuhan wilayah alpin dengan
kondisi iklim yang serupa. Contohnya, Salix spp. dan Silen spp.
adalah tumbuhan discontinue yang tumbuh di wilayah artik,
wilayah alpin atau wilayah artik alpin;
4) secara geologis daratan di masa lampau sekarang sangat berbeda
dengan daratan masa kini. Menurut teori "paparan benua"
("continental drifts") wilayah yang terdapat sekarang seperti di
11 | B i o g e o g r a f i
Amerika Selatan, Afrika, India, Polinesia, Australia dan
Antartika, pada "era meozoicum” menjadi satu benua yang luas
yang dinamakan Gondwana dan memiliki karakteristik flora dan
fauna yang spesifik dengan flora dan faunanya yang discontinue.
Oleh adanya gerakan lempengan bumi maka daratan Gondwana
kemudian pecah dan terpisah menjadi wilayah tersebut (Brown
dan Gibson, 1983).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan
Tumbuhan Dimuka Bumi
Tumbuhan merupakan produsen dimuka bumi yang
menjadi sumber utama makanan makhluk hidup. Keberadaan
tumbuhan dimuka bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
iklim, tanah, topografi, biotik, dan termasuk manusia
didalamnya. Berikut ini adalah penjelasan dari pengaruh faktor-
faktor tersebut yang mempengaruhi keberadaan tumbuhan:
1) Faktor Iklim
Faktor iklim dapat disebut juga sebagi faktor klimatik.
Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi keberadaan
tumbuhan adalah unsur-unsur iklim. Unsur iklim ini
meliputi penyinaran, suhu, kelembaban, curah hujan, angin,
evapotranspirasi. Namun, dari sekian anyak unsur iklim
yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap
keberadaan tumbuhan dalah penyinaran, sihu, dan juga
curah hujan.
2) Penyinaran matahari
Dalam hal ini penyinaran matahari atau sinar matahari
berguna bahkan sangat penting sekali bagi tumbuhan untuk
melakukan proses fotosintesis. Sepertiyang telah diketahui
tumbuhan merupakanprodusen yang bersifat autotrof.
Autotrof merupakan kemampuan tumbuhan untuk membuat
makanan sendiri. Dengan begitu tumbuhan akan
12 | B i o g e o g r a f i
mengahsilkan karbohidrat dari proses fotosintesis tersebut.
Berikut ini adalah proses fotosintesis:
Cahaya Matahari
CO2 + H2O C6H12O6 + O2
Klorofil
Selain itu posisi Indonesia yang berada di daerah kahtulistiwa
menyebabkan perbedaan ketebalan troposfer. Di wilayah
khatlistiwa wilayah troposfer memiliki ketebalan sekitar 16 km
yng merupakan ketebalan troposfer yang paling tebal. Kedaan
seperti ini disebabkan pergerakkan bumi yaitu rotasi bumi. Hal ini
menjadikan Indonesia mengalami penyinaran, suhu, kelembaban,
dan curah hujan yang tinggi. Keadaan tersebut menguntungkan
Indonesia karean dengan begitu Indonesia memiliki biodiversitas
tumbuhan yang tinggi pula.
3) Suhu
Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari
dengan intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap
wilayah. Daerah-daerah yang berada pada zona lintang iklim
tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif
lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.
Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang
mempengaruhi tingkat intensitas penyinaran matahari antara lain
kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian tempat, jarak
suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan lahan
dengan tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan intensitas
penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka
bumi.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan
tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan
suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi
yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Misalnya, flora
13 | B i o g e o g r a f i
yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat ketahanan dan
toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang tajam
antara siang dan malam jika dibandingkan dengan flora tropis.
Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu
dingin atau panas merupakan habitat yang sangat baik atau
optimal bagi sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu
panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk
hidup.
Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah
satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi
lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena
itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi
iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang,
vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
Selain itu pengaruh suhu erat kaitannya dengan keadaan
kelembaban. Kelembaban merupakan faktor lain yang
berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi
adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air
yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara
berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di
muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di
wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang
hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang
tinggi.
Berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai jenis tumbuhan
dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama, yaitu
sebagai berikut.
a) Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap
lingkungan hidup yang kering atau gersang (kelembapan
14 | B i o g e o g r a f i
udara sangat rendah), seperti kaktus dan beberapa jenis
rumput gurun.
b) Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di
lingkungan yang lembap, seperti anggrek dan jamur
(cendawan).
c) Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup
di lingkungan yang basah, seperti eceng gondok, selada air,
dan teratai.
d) Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi
terhadap perubahan musim kemarau dan penghujan.
Tropophyta merupakan flora khas di daerah iklim muson
tropis, seperti pohon jati.
Kedaan suhu yang tinggi di Indonesia menjadikan Indonesia
memiliki kelembaban yang tinggi pula. Sehingga dengan begitu
Indonesia enjadikan keadaan yang mempunyai pertumbuhan
jamur yang cepat dan bervariasi.
4) Curah hujan
Curah hujan menjadi faktor yang penting karena setiap makhluk
hidup memerlukan air karena air merupakan kebutuhan utama
setiap makhluk hidup. Rata-rata tumbhan membutuhkan endapan
hujan sebesar 60-100. Berdasarkan pengelompokkan yang dibuat
oleh Oldeman buan dibagai menjadi tiga yaitu bulan basah
(>100), lembab (60-100), kering (<60). Perbedaan curah hujan
tiap-tiap wilayah permukaan bumi menghasilkan karakteristik
vegetasi dan juga menyebabkan perbedaan jenis hewan yang
mendiaminya. Hal ini disebabkan tumbuh-tumbuhan merupakan
produsen yang menyediakan sumber makanan bagi hewan.
Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada
umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies
dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan
wilayah yang relatif lebih kering.
15 | B i o g e o g r a f i
Sebagai contoh daerah tropis ekuatorial dengan curah hujan tinggi
merupakan wilayah yang secara alamiah tertutup oleh kawasan
hutan hujan tropis (belantara tropis) dengan aneka jenis flora dan
fauna dan tingkat kerapatan yang tinggi. Tingkat intensitas curah
hujan pada suatu wilayah akan membentuk karakteristik yang
khas bagi formasi-formasi vegetasi (tumbuhan) di muka bumi.
Karakter vegetasi yang menutupi hutan hujan tropis sangat jauh
berbeda dengan vegetasi yang menutupi kawasan muson, stepa,
atau gurun. Karakter vegetasi di wilayah muson didominasi oleh
tumbuhan gugur daun untuk menjaga kelembapan saat musim
kemarau. Wilayah gurun didominasi oleh jenis tumbuhan yang
sangat tahan terhadap kekeringan. Kekhasan pola dan
karakteristik vegetasi ini tentunya mengakibatkan adanya hewan-
hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu. Selain itu
ketersedan air menyebabkan 3 jenis tumhbuhan yang dipengaruhi
oleh ketersediaan air:
a) Hidrofit, yaitu keadaan tanaman yang hidup dilingkungan
yang basah atau banyak air seperti teratai, kangkung, dan
lain-lain.
b) Higrofit, yaitu keadaan tanaman yang hidup dilingkungan
yang lembab atau cukup air.
c) Serofit, yaitu keadaan tanaman yang dapat atau mampu
bertahan hidup pada lingkungan yang kering atau kekurangan
air.
5) Faktor Tanah
Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman.
Pembentukkan tanah dipengaruhi oleh bebrapa faktorseperti bahan
organik, iklim, topografi, vegetasi dan waktu. Ketersedaan tanah akan
mengikuti topografinya. Semekin landai tempat tersebut maka
semakin tebal pula tanahnya. Dalam hal ini tanah ilmu yang akan
dipelajari adalah edapologi karena membahas mengenai kesuburan
16 | B i o g e o g r a f i
tanah. Faktor edafik ini meliputi sifat kimia tanah yang terdiri atas
nutrisi dan unsur hara.
Dalam unsur hara tedapat unsur esensial yang dibutuhkan oleh
tanaman. Unsur esensialini terbagi menjadi dua yaitu hara makro dan
hara mikro. Hara makro dibutuhkan tanamn dalam julah yang banyak
yang terdiri atas N, P, K, Ca, Mg, S. Namun hara mikro adalah
kebalikannnya yaitu dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
sedikit sperti Al, Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl. Berikut ini adalah
indikator dari keseburan yaitu
1) N,P,K unsur ini memiliki korelas langsung dengan tumbuhan dan
merupakan unsur terbanyak dalam melihat kesuburan. Unsur N
merupakan unsur terbanyak di Bumi yaitu sekitar 80%.
Kebradaan unsur N ini mempengaruhi kesuburan yang
indikatornya atau yang dipengaruhinya adalah daun. Kemudian
unsur K, unsur K ini mempengaruhi anatomi batang tanaman
artiya apabila tanaman tersebut banyak menyerap K maka batang
tanaman tersebut akan kokoh. Lalu unsur P akan mempengaruhi
peristiwa reproduksi tanaman seperti bunga dan buah.
2) Bahan Organik. Bahan organik ini berasal dari sisa-sisa
kehidupan organisme. Dikstsksn sebagai bahan organik adalah
ketika organisme yang mat menjadisampah atau seresah
kemudian dihancurkan atau mengalami dekomposisi oleh
pengurai atau bakteri. Bakteri ini pada mumnya adalah bakteri
detritus. Keberadaan bahan organik ini adalah fungsi sebagai
penyedia bahan baku dari N, P, K. Untuk mengetahui keberadaan
bahan organik dapat digunakan H2O2 (Hidrogen Peroksida)
dengan indikator apabila ketika diteteskan mengahsilkan banyk
buih maka ketersediaan hara tanah tersebut dapat dikatakan baik.
3) Kemampuan Penukaran Kation.tanah memiliki muatan negatif
dan positif. Kation yang baik maka ketersediaan hara akan baik
pula.
17 | B i o g e o g r a f i
4) pH tanah. pH merupakan derajat keasaman tanah. pH tanah yang
netral akan memiliki unsur hara makro yang banyak namun unsur
hara mikro sedikit. Dan apabila tanah dalam keadaan asam maka
dapat dikatakan sebagai toskin atau racun bagi tanaman tersebut.
6) Faktor Topografi
Faktor fisiografi berkaitan dengan persebaran makhluk hidup adalah
ketinggian tempat dan bentuk wilayah. Hal ini berkaitan dengan gejala
gradien thermometrik, di mana suhu udara akan mengalami penurunan
sekitar 0,5oC–0,6oC setiap wilayah naik 100 meter dari permukaan
laut. Adanya penurunan suhu ini sangat berpengaruh terhadap pola
persebaran jenis tumbuhan. Sebab organisme memiliki keterbatasan
daya adaptasi terhadap suhu lingkungan di sekitarnya. Selain itu hal
ini akan meyebabkan terjadinya stratifikasi tanaman dimana apabila
semakin tinggi suatu tempat maka tumbuhan yang ditemui akan
semakin sedikit jumlah dan jenisnya. Bahkan terkadanga apabila
semakin tinggi tempat tersebut hanya dapat ditemukan lumut saja.
Oleh karena itu, jenis tumbuhan yang hidup di wilayah pantai akan
berbeda dengan yang hidup pada wilayah dataran tinggi atau
pegunungan. Selain itu landform tersebut akan mempengaruhi
anatomi dari tanaman yang ada karena semakin tinggi lokasinya maka
tanaman yang dijumpai akan semakin pendek.
7) Faktor Biotik termasuk Manusia
Manusia adalah komponen biotik yang berperan sentral terhadap
keberadaan flora dan fauna di suatu wilayah, baik yang sifatnya
menjaga kelestarian maupun mengubah tatanan kehidupan flora dan
fauna. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari,
manusia berusaha mengolah dan memanfaatkan lingkungan hidup di
sekitarnya semaksimal mungkin, walaupun terkadang dapat merusak
kelestarian alam. Misalnya, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dalam waktu yang relatif singkat manusia mampu
18 | B i o g e o g r a f i
mengubah kawasan hutan menjadi daerah permukiman dan areal
pertanian. Perubahan fungsi lahan tersebut berakibat terhadap
kestabilan ekosistem yang secara alamiah telah terjalin dalam periode
jangka waktu yang lama.
c. Distribusi Tumbuhan
Dalam distribusi tumbuahn terdapat dua istilah yang sangat
identik yaitu dispersal dan migrasi. Menurut kamus lengkap Biologi
(2002:354) migrasi yaitu pola distribusi tata ruang individu yang satu
relative terhadap yang lain dalam populasi. Proses migrasi pada
tumbuhan di pengaruhi factor kemampuanya berevolusi, kemampuanya
dalam menyesuaikan dirinya untuk mempertahankan hidupnya,
melakukan persebaran untuk tumbuh dan hidup seperti spora yang
terbang di tiup angin, dan sifat yang dimiliki kosolitnes mempunyai
kemampuan menyebar secara luas.
Salah satu factor yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan di
permukaan bumi adalah tinggi rendahnya permukaan bumi. Permukaan
bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti pegunungan, dataran
rendah, perbukitan dan daerah pantai. Perbedaan tinggi-rendah
permukaan bumi mengakibatkan variasi suhu udara. Variasi suhu udara
mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan. Hutan yang terdapat di
daerah pegunungan banyak dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari
ketinggiannya dari permukaan laut (elevasi). Menurut Fr. Junghuhn
seorang penyelidik bangsa Jerman membedakan jenis tumbuh-
tumbuhan berdasarkan ketinggian tempatnya adalah:
1) Tingkat tropis setinggi 700 m, terdiri atas tumbuh-tumbuhan tropis,
2) Tingkat subtropis hingga 1.000 m, sudah mulai tidak ada tumbuh-
tumbuhan hutan dataran rendah,
19 | B i o g e o g r a f i
3) Ketinggian 1.000-2.000 m, terdapat tumbuh-tumbuhan dari iklim
sedang. Daerah ini banyak terdapat kabut, pohon-pohonnya telah
ditumbuhi lumut (hutan kabut dan hutan lumut),
4) Lebih tinggi dari 2.000 m, hanya sedikit pohon, dan hanya terdapat
belukar dan rumput (Novi Silvia Hardiany : 2013).
Berdasarkan factor yang menjadi perantara dalam penyebarannya,
migrasi dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal atau melalui perantara.
Jenis ini dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu berdasarkan
bantuan angin, bantuan air, bantuan hewan, dan bantuan manusia.
1) Dengan Bantuan Angin (Anemokori)
Anemokori (Anemos berarti angin dan chorein berarti penyebaran)
akan berlangsung efektif jika alat kembang biak yang dipencarkan
mengalami modifikasi yang mendukung gerak pemencaran.
Tumbuhan yang dipengaruhi oleh angin pada umumnya adalah
tumbuhan spora, tumbuhan dengan biji yang berbulu, dan biji
bernetuk baling-baling sehingga dapat diterbangkan. Contohnya
adalah lumut, paku, biji mahoni, spenifex littorus, randu, kapas, dll.
2) Dengan Bantuan Air
Pemencaran dengan bantuan air (hidrokori) terjadi melalui air
sungai maupun air laut. Setiap jenis benih yang ringan
berkemungkinan untuk dipencarkan oleh air secara efektif sampai
batas kemampuannya untuk mengapung dan mempertahankan daya
untuk berkecambah, yaitu ketika benih jenuh akan air dan
tenggelam atau menjadi busuk (gagal). Persyaratan utama dalam
pemencaran oleh air adalah daya apung yang cukup dan
impermeabilitas bagi air. Tumbuhan yang pemencarannya dengan
bantuan air memiliki struktur buah yang terdiri dari 3 lapis kulit,
yaitu:
1) Eksokarp,kulit yang paling luar mengilap,tipis dan kuat.
2) Mesokarp, kulit yang tengah yang tebal berisi rongga udara
sehingga biji menjadi ringan dan mengambang di air.
20 | B i o g e o g r a f i
3) Endokarp, kulit yang paling dalam kuat dan keras yang
berfungsi untuk melindungi embrio.
Selain itu masih ada beberapa ciri tanaman yang bijinya di
pencarkan oleh air, yaitu:
1) Memiliki tempurung yang kuat, tahan lama dan pada air serta
mampu menahan korosi dari air garam.
2) Benih memiliki kantong udara sehingga mampu untuk
mengapung.
3) Cadangan makanan cenderung lebih keras dan dalam jumlah
yang agak banyak.
4) Tumbuhan yang di pencarkan oleh air adalah tanaman yang
umumnya tumbuh dekat air.
Cara utama pemencaran tanaman oleh air adalah:
1) Arus laut. Arus laut dapat menyebabkan pemencaran jarak
jauh yang sangat efektif untuk jenis benih yang mampu
mengapung selama waktu yang panjang tanpa menjadi jenuh
oleh air dan juga termasuk dalam jenis tumbuhan (benih
normal) yang mampu hidup di daerah pesisir sehingga dapat
tinggal menetap di bawah kondisi kadar garam tinggi (pantai
berpasir, berlumpur).
2) Sungai dan Selokan. Sungai dan selokan biasa mengangkut
buah, biji dan bagian-bagian lain pada tumbuh-tumbuhan yang
terkadang bergerak jauh hingga ke laut. Pemencaran dengan
air hanya terbatas pada arah aliaran air dan daratan yang
bersangkutan, dikaraenakan benih yang tumbuh tidak mampu
mencakup ke area yang lebih luas (bukan tumbuhan pantai
atau laut sehingga tidak mampu bertahan jika terlalu lama
mengapung di samudera).
3) Penghanyutan oleh Hujan, Banjir dan Danau. Air hujan tidak
hanya memercikan ke luar biji atau spora dari organ-organ
yang terbuka, tetapi jika membentuk aliran dapat membawa
21 | B i o g e o g r a f i
biji atau spora lebih jauh daripada factor yang lain. Hampir
setiap tumbuhan dapat dipencarkan secara drastic oleh banjir,
seperti penumbangan pohon dan pengangkutan semua jenis
reruntuhan yang dapat mencapai jarak cukup jauh hingga
terdampar di dataran banjir berlumpur yang cocok untuk
ditempati oleh tumbuhan yang mengadakan migrasi.Pada
danau cara pemencaran dan jenis-jenis tumbuhan yang
dipencarkan hampir sama dengan yang terjadi di sungai-
sungai, tetapi terdapat lebih banyak keterbatasan pemencaran
bagi jenis-jenis tumbuhan akuatik dan semi akuatik, dan jarak
pemencaran pendek.
4) Gunung Es atau Gumpalan Es. Es yang mengapung ke arah
hilir di sungai-sungai atau hanyut ke danau memilki peranan
penting sebagai pengangkut benih yang tidak dapat
mengapung. Sebagai contoh Puccinellia phryganodes. Selain
pemencaran dapat dilakukan oleh air tidak semua hal tersebut
dapat dilakukan dikarenakan adanya penghambat jalannya
pemencaran, antara lain tidak tersedianya air yang cukup,
setiap rintangan penghalang gerak air, pembekuan yang terjadi
hingga dasar air, samudera yang luas bagi benih yang tidak
dapat mengapung dan hidup lama, begitupula pengaruh iklim
yang berbeda sehingga tidak sesuai untuk menetapkan
tumbuhan yang ditransportasikan.
Contoh penyebaran tanaman oleh air adalah spora ganggang, spora
terdiri dari zoospora dan aplanospora. Selain spora beberapa contoh
tanaman lainnya yaitu kelapa (Cocos nucifera), nyamplung
(Calophylum sp.), eceng gondok, teratai, ketapang, dan bakau.
c. Dengan Bantuan Manusia (Antropokori)
Manusia secara sengaja atau tidak sengaja dapat memencarkan alat
perkembangbiakan tumbuhan. Manusia merupakan penyebab
perubahan vegetasi yang paling aktif, termasuk pemencaran
22 | B i o g e o g r a f i
tumbuhan. Apalagi di jaman modern. Dengan perjalanan di dunia
dalam jumlah yang kian lama semakin besar dan dengan kecepatan
dan kemudahan yang terus-menerus meningkat, manusia selalu
mengangkut benih tumbuhan baik sengaja maupun tidak diketahui.
Sebagai contoh manusia secara sengaja mendatangkan kina dari
Amerika Selatan, kopi dan kelapa sawit dari Afrika ke Indonesia.
Secara tidak sengaja, manusia memakan buah yang bijinya tidak
tercerna dan dikeluarkan bersama kotoran, dapat pula biji rumput-
rumputan yang menempel pada baju/celana. Akibatnya, hanya
sedikit tempat di bumi ini yang vegetasi dan flora
penyusunnyatidak menunjukan adanya bekas campur tangan
manusia.
Pada waktunya tanda-tanda adanya campur tangan manusia akan
semakin hilang, namun campur tangan ini sudah semakin luas dan
mengaburkan tumbuhan-tumbuhan endemic disuatu daerah dan
semakin mengaburkan daerah asal tumbuhan.
d. Dengan Bantuan Hewan
Terdapat empat kelompok hewan yang biasanya membnatu proses
migrasi dari tanamn yaitu burung (Ornitokori), Kelelawar
(Kriptokori), Serangga (Entomokori), dan mamalia.
1) Burung (Ornitokori) yaitu melalui biji yang dimakan kemuidan
biji tersebut dikeluarkan bersamaan dengan feses. Biasanya
yaitu pada tumbuhan dengan biji yang berukuran relatif kecil
seperti pohon beringin.
2) Kelelawar (Kriptokori) yaitu melalui biji yang dimakan
kemuidan biji tersebut dikeluarkan bersamaan dengan feses.
Biasanya yaitu pada tumbuhan terlebih jenis buah-buahan yang
menjadi makanan utama kelelawar. Dengan biji yang
berukuran relatif kecil seperti jambu biji, sawo.
3) Serangga (Entomokori), pada umumnya serangga memiliki
bulu halus pada kakinya sehingga terkadang melalui bulu-bulu
23 | B i o g e o g r a f i
tersebut terdapat biji-biji yang berukuran sangat kecil
menempel. Contohnya yaitu semut yang mencari makan pada
bunga sedap malam, kupu-kupu yang mencari makan pada
bunga.
4) Mamalia, pada mamalia pada umunya adalah melalui feses
saat melkukan ekskresi. Namun tidak semua mamalia yang
dapat membantu dalam proses ini yaitu hanya pada mamalia
herbivora dan sebagian omnivora. Contohnya luwak yang
memakan biji kopi dan buah aren.
Dispersal yaitu sebuah pemencaran namun anak tidak jauh dari
tumbuhan induknya karena faktor internal. Jadi artinya tanaman
tersebut akan mengumpul disitu saja. Berdasarkan proses migrasi dan
dispersal maka akan terjadi persebaran pada tumbuhan. Maka dari area
persebaran tumbuhan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Kosmopolitan, jenis-jenis tumbuhan yang kosmopolitan teragih di
seluruh dunia. Tumbuh-tumbuhan itu sekurang-kurangnya harus
terdapat di keenam benua yang dihuni secara luas. Sesungguhnya,
diluar gulma pada pembudidaya tanaman yang mengikuti manusia,
yang dapat disebut sebagai kosmopolit atau semi kosmopolit
kiranya hanya terbatas pada tumbuhan spora (Cryptogamae) saja.
Jenis vegetasi kosmopolitan yang disebabkan oleh curah hujan
yang sangat tinggi. Wilayah ini didominasi oleh hutan hujan tropis
yang lebat dengan spesies tumbuhan yang khas seperti kayu
meranti yang keras seperti pohon deptirokarpus dan berbagai
macam anggrek.
b. Endemik, tumbuhan endemik hanya dapat ditemukan ditempat-
tempat tertentu sehingga dapat menjadi ciri khas tempat tersebut
contohnya dalah Raflesia Arnoldi di Bengkulu.
c. Relik, merupakan tumbuhan yang mendekati kepunahan atau
langka bahkan bisa saja punah apabila tidak dilindungi.
24 | B i o g e o g r a f i
d. Fosil, yaitu tumbuhan tersebut sudah tidak ada yang ada hanya
tinggal sisanya saja yang telah menjadi fosil.
6. Zoogeografi
a. Pengertian Zoogeografi
Zoogeografi adalah cabang ilmu biogeografi yang
mempelajari hal ihwal penyebaran hewan di muka bumi.
Berdasarkan ilmu ini dapat diketahui bahwa jenis binatang tertentu
saja yang dapat menyebar ke seluruh penjuru bumi, sedangkan
sebagian jenis binatang hanya hidup pada wilayah dengan kondisi
dan karakteristik tertentu saja.
Zoogeografi adalah ilmu tentang penyebaran hewan hidup di
Bumi (di darat maupun di laut), dan pendahulunya (dalam ruang
dan waktu). Ilmu ini adalah cabang dari ilmu zoologi, dan berkaitan
dengan geografi dan geologi.
b. Faktor Pendorong Terjadinya Zoogeografi
1) Faktor Tekanan
Tekanan dapat disebabkan oleh padatnya populasi.
Tersedianya makanan yang melimpah ruah dan ruang
(teritorial) yang luas menyebabkan sebagian organisme
melakukan migrasi (pindah) untuk menghindari kompetisi,
terutama kompetisi intraspesies.
2) Faktor Transportasi
Transportasi baik berupa transportasi darat, laut dan udara
dapat menjadi sarana suatu kelompok hewan untuk menempati
suatu wilayah baru. Misalnya melalui kapal laut, kelompok
tikus dapat berpindah dari satu pulau ke pulau lain.
3) Faktor Perdagangan Satwa
Jual beli satwa antar pulau atau antar benua merupakan salah
satu penyebab terjadinya persebaran hewan di dunia.
4) Faktor Rusaknya Habitat/ Ekosistem Asal
25 | B i o g e o g r a f i
Rusaknya habitat/ekosistem asal dapat disebabkan oleh
bencana alam (gunung meletus, banjir badang, angina putting
beliung, dll). Dengan rusaknya habitat/ekosistem asal maka
memaksa hewan yang selamat untuk mencari habitat baru.
5) Faktor Tersedianya Makanan
Makanan yang semakin berkurang karena berbagai sebab dapat
mendorong sebagian besar populasi bermigrasi untuk
menghindari bencana kelaparan.
6) Faktor Predator
Serangan dari populasi predator ganas dapat mendorong
populasi mangsa untuk bermigrasi menjauh (menyelamatkan
diri).
7) Faktor Parasit
Parasit dapat menyebabkan sebagian populasi yang masih
sehat bermigrasi menjauh.
8) Faktor Penyakit
Penyakit ganas dapat menyebabkan wabah sehingga
menyebabkan sebagian populasi yang sehat bermigrasi untuk
menyelamatkan diri.
9) Faktor Kompetiton
Saingan yang diperoleh dari populasi kompetitor yang terlalu
kuat dan dominan menjadi pendorong populasi yang kalah
bermigrasi menyingkir.
10) Faktor Iklim
Perubahan iklim berkala yang sangat ekstrim mendorong
populasi yang tidak mampu beradaptasi tetapi mempunyai
daya jelajah yang sangat tinggi untuk bermigrasi ke daerah
yang lebih sesuai untuk hidupnya. Misalnya pada daerah yang
memiliki 4 musim, pada musim dingin, bangsa burung
melakukan migrasi.
11) Faktor Manusia
26 | B i o g e o g r a f i
Eksploitasi habitat yang dilakukan manusia secara membabi
buta seperti penebangan hutan secara liar dapat menyebabkan
rusaknya ekosistem suatu populasi. Hal tersebut memacu
hewan untuk keluar dari hutan seperti ke perkampungan
penduduk.
12) Faktor Mencari Pasangan
Pada saat musim kawin, hewan jantan yang mengalami ekstrus
(birahi) akan pergi ke tempat/ daerah yang terdapat hewan
betina untuk melakukan kopulasi (perkawinan)
13) Faktor Jembatan/ Teruzan
Jembatan penghubung antar pulau ataupun teruzan antar benua
dapat menjadi sarana bagi hewan untuk melakukan migrasi
terutama bagi hewan darat.
14) Faktor Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat berupa pencemaran air, udara,
maupun tanah. Pencemaran dapat menyebabkan tercemarnya
lingkungan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup hewan di
daerah tersebut. Sehingga memacu hewan untuk mencari
tempat yang tidak tercemar.
15) Faktor Potensi Berbiak yang Tinggi
Daya dukung lingkungan pada daerah asal tidak
memungkinkan hewan untukberbiak secara optimal. Untuk itu,
hewan akan mencari tempat baru yang mendukung untuk
berbiak secara optimal.
16) Faktor Ruang di Tempat Asal
Ruang/ daerah territorial di tempat asal yang semakin
menyempit mendorong hewan untuk mencari daerah territorial
yang lebih luas.
27 | B i o g e o g r a f i
7. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
a. Persebaran Fauna di Indonesia
1) Fauna Indonesia Barat
Fauna Indonesia barat adalah berbagai jenis hewan yang terdapat
di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Macam-macam fauna Indonesia barat sebagai berikut.
Tabel 2.1 Fauna Indonesia Barat
Sumber: Makalah Biodiversitas, Universitas Airlangga
Pulau Jenis Fauna
Sumatera gajah, harimau, tapir, badak, orang utan, kera, pelanduk, siamang,
kijang, ular, kambing, burung kakaktua, kutilang, tekukur, dan
gereja
Jawa harimau, badak, tapir, domba, kambing, rusa, kerbau liar,
monyet, ular, musang, burung gereja dan burung belibis.
Kalimantan orang utan, kukang, monyet bekantan, kijang, musang, pelanduk,
buaya, burung elang, pekakak, kakatua, rajawali, serta ular
piton dan kobra.
b. Fauna Indonesia Tengah
Fauna Indonesia tengah meliputi berbagai jenis hewan yang terdapat
di pulau Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara. Fauna Indonesia
tengah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Fauna Indonesia Tengah
Sumber: Makalah Biodiversitas, Universitas Airlangga
Pulau Jenis Fauna
Sulawesi dan
sekitarnya
rusa, anoa, musang, dan monyet
Kepulauan Nusa
tenggara
sapi, rusa, komodo, domba, burung kakaktua, jalak, dan
nuri
c. Fauna Indonesia Timur
28 | B i o g e o g r a f i
Fauna Indonesia timur meliputi jenis-jenis fauna yang ditemukan
di Papua, Maluku, dan pulau-pulau di sekitarnya. Fauna Indonesia
timur bercorak australis. Berikut ini fauna Indonesia timur.
Tabel 2.3 Fauna Indonesia Timur
Sumber: Makalah Biodiversitas, Universitas Airlangga
Pulau Jenis Fauna
Maluku kuskus, burung nuri, dan cenderawasih
Papua dan sekitarnya rusa, kanguru, burung cenderawasih, kakaktua raja,
kasuari, dan parkit.
b. Pesebaran flora di Indonesia
Tanah yang subur menyebabkan berbagai jenis tanaman dapat
tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia. Flora Indonesia terdiri dari
sekitar 4.000 jenis pohon, 1.500 jenis paku pakuan, dan 5.000 jenis
anggrek.
1) Flora Indonesia barat
Flora Indonesia bagian barat meliputi berbagai jenis tanaman
yang tumbuh di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimatan, dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya. Jenis flora Indonesia bagian barat memiliki
persamaan dengan tumbuhan yang terdapat di Asia.
Tabel 2.4 Flora Indonesia Barat
Sumber: Makalah Biodiversitas, Universitas Airlangga
Pulau Jenis Flora
Sumatera pinus, kamper, meranti, kayu besi, kayu manis, beringin, dan
raflesia
Jawa jati meranti, mahoni, beringin, pinang, bunga anggrek, dan
bugenvil
Kalimantan ramin, kamper, meranti, besi, jelutung, bakau, pinus, dan rotan
2) Flora Indonesia tengah
29 | B i o g e o g r a f i
Flora Indonesia tengah meliputi tumbuhan yang terdapat di
Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Di Nusa Tenggara
terdapat padang rumput alami yang baik untuk daerah peternakan.
Penyebabnya adalah curah hujan yang rendah.
Tabel 2.5 Flora Indonesia Tengah
Sumber: Makalah Biodiversitas, Universitas Airlangga
Pulau Jenis Flora
Sulawesi eboni, kayu besi, pinus, kayu hitam, rotan, dan beberapa jenis
bunga anggrek
Nusa Tenggara jati, sandelwood, akasia, cendana, dan beberapa jenis bunga
anggrek
Maluku sagu, meranti, gotasa, kayu besi, lenggua, jati, kayu putih, dan
anggrek
3) Flora Indonesia timur
Flora Indonesia bagian timur adalah tumbuhan yang hidup di
pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Jenis tanaman yang sering
dijumpai di Papua adalah jenis conifera seperti agatis alba dan obi.
Di daerah dataran rendahnya terdapat pohon sagu, nipah, dan bakau.
B. Taman Nasional Alas Purwo
Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe
ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Letak geografis Taman
Nasional Alas Purwo adalah 8°25’ - 8°47’ LS, 114°20’ - 114°36’ BT. Secara
administratif Taman Nasional Alas Purwo terletak di Kabupaten Banyuwangi,
Provinsi Jawa Timur.
Secara keseluruhan luas Taman Nasional Alas Purwo adalah 43.420
hektar. Taman Nasional Alas Purwo memiliki temperatur udara yang berkisar
antara 27°C - 30°C. Curah hujan di Taman Nasional alas purwo cukup tinggi
yaitu sekitar 1.000 - 1.500mm/tahun.
30 | B i o g e o g r a f i
Secara umum Kawasan Taman Nasional Alas Purwo mempunyai
topografi landai yang membentang dari ketinggian mulai dari 0 – 322 m dpl
dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis. Areal curam berkembang
pada batugamping berumur Miosen-Pliosen yang terangkat ke permukaan
karena ada interaksi antara Lempeng Samudera Hindia (oceanic plate) yang
bertemu dengan Lempeng Eurasia (continental plate). Proses pengangkatan
yang terjadi pada Pleistosen Tengah terus berlanjut dengan intensitas yang
tidak selalu sama mengakibatkan daerah Semenanjung Blambangan terangkat
pada ketinggian lebih dari 100 m dpl. beberapa bagian puncak bukit karst
terangkat sampai ketinggian 300 m dpl. Sejak terangkat ke permukaan,
batugamping mulai mengalami karstifikasi.
Secara fisiografis Taman Nasional Alas Purwo terdiri atas 4 unit
bentuklahan yaitu, bentuk lahan fluvial, bentuk lahan organik, bentuk lahan
marin dan bentuk lahan karst. Bentuklahan fluvial menempati daerah bagian
barat kawasan memanjang dari Teluk Pangpang sampai ke Pantai Triangulasi.
Bentuk lahan organik menempati bagian tepi taman nasional, terbagi menjadi
dua yaitu daerah mangrove dan terumbu karang dengan luas yang belum
dapat dipastikan karena bersifat sangat dinamik utamanya dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Bentuk lahan marin menempati bagian tepi berasosiasi
dengan bentuklahan organik, terbagi menjadi 5 macam bentukan yaitu; Bura,
dataran pasang surut, lagun, beting gisik dan gerong laut (marine notch).
Bentuk lahan karst menempati sebagian besar wilayah ini, mulai dari Gunung
Sembulungan, Tanjung Purwo, Tanjung Bantenan dan Teluk Banyubiru,
terbagi menjadi 3 bentukan utama yaitu; perbukitan gamping terkarstifikasi
awal, perbukitan gamping terkarstifikasi muda, dan perbukitan gamping
terkarstifikasi dewasa. Formasi geologi pembentuk kawasan Taman Nasional
Alas Purwo berumur Meosen atas, terdiri dari batuan berkapur dan batuan
berasam. Pada batuan berkapur terjadi proses karstifikasi yang tidak
sempurna, karena faktor iklim yang kurang mendukung (relatif kering), serta
batuan kapur yang diperkirakan terintrusi oleh batuan lain. Jenis batuan kapur
31 | B i o g e o g r a f i
ini menyebabkan terjadinya sejumlah gua di kawasan Taman Nasional Alas
Purwo. Tidak kurang dari 44 buah gua telah teridentifikasi di dalam kawasan.
Keadaan tanah hampir keseluruhan merupakan jenis tanah liat berpasir
dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Sungai di kawasan Taman
Nasional Alas Purwo umumnya dangkal dan pendek. Sungai yang mengalir
sepanjang tahun hanya terdapat di bagian Barat Taman Nasional yaitu Sungai
Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung
Kuncur, Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge.
C. Pantai Trianggulasi
Pantai Trianggulasi adalah salah satu dari beberapa pantai yang ada di
aman Nasional Alas Purwo. Nama Trianggulasi diambil dari nama titik ikat
dalam pengukuran dan pemetaan yang terletak ± 500 dari utara pantai.
Trianggulasi merupakan salah satu pantai yang mempunyai formasi hutan
pantai yang masih lengkap, didominasi pohon nyampung (Calophyllum
inophyllum), bogem (Baringtonia asiatica) dan pandan laut (Pandanus
tectorius).
Kondisi pasirnya berwarna hitam dan memiliki butir yang sangat
halus. Pantai seperti ini tidak cocok apabila digunakan untuk rebahan atau
kegiatan berenang. Warna pasir dapat teridentifikasi bahwa pantai tersebut
terdapat pasir besi meski tidak sebanyak di Pantai Selatan Tasikmalaya
didaerah Cipatujah.
Pantai ini tergolong memiliki terumbu karang yang sedikit karena
terlihat dari tidak adanya breakers yang besar. Hal ini disebabkan terdapat
sungai yang bermuara ke Pantai ini sehingga warna air sungai yang keruh
menyebabkan air dilaut menjadi keruh dan matahari tidak dapat menembus ke
dasar laut sehingga terumbu karang tidak tumbuh di pantai ini.
Biasanya pada bulan April-November digunakan oleh 4 jenis penyu
yang ada di Alas Purwo untuk bertelur (penyu belimbing, sisik, abu-abu dan
hijau). Selain Penyu di pantai Trianggulasi dapat dengan mudah ditemukan
32 | B i o g e o g r a f i
satwa seperti kera abu-abu, lutung, tupai, bajing, musang, rusa, kijang, babi
hutan, dan biawak.
D. Sadengan
Sadegan merupakan lokasi yang dipilih dalam pengelolaan sebagai
habitat para satwa termasuk Banteng, burung Merak (Pavo muticus),
beberapa jenis Bangau, Elang, babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus
muntjak), macan tutul (Panthera pardus), lutung (Tracypithecus auratus),
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Sadengan ini mempunyai luas
kurang lebih 84 hektar, namun yang baru dibuka untuk menjadi padang
savanna baru setengahnya atau kurang lebih 40 hektar. Padang savanna ini
mempunyai batas berupa pagar kayu untuk membatasi antara pengunjung dan
hewan agar mempunyai jarak yang aman untuk mengamati hewan yang ada
di sana.
Dalam pengelolaannya Sadengan juga dibagi kedalam blok-blok.
Adapun pembagian blok yang ada di Sadengan yakni Blok A1 seluas 7,29
Ha, Blok A2 seluas 15,60 Ha, Blok A3 seluas 14,20 Ha, Blok B1 seluas 13,17
Ha dan Blok B2 seluas 15,96 Ha, Blok B3 seluas 18 Ha dengan total luas
pengelolaan Sadengan kurang lebih 84,220 Ha. Tujuan dari pembagian blok-
blok ini adalah untuk mempermudah pengelolaan dan monitoringnya. Tiap-
tiap blok mendapatkan perlakuan yang berbeda tergantung pada kebutuhan
kawasan bagi masing-masing blok. Disana tersedia menara yang terdiri dari 3
lantai untuk mengamati binatang yang ada di sana terutama banteng. Banteng
dan berbagai macam binatang yang ada di sana memakan berbagai jenis
rumput yang ada di sana, sedangkan air yang tersedia masih sangat melimpah.
Banteng yang ada di Taman Nasional Alas Purwo merupakan jenis
Banteng Jawa (Bos Javanicus). Jenis kelamin banteng ini dapat teridentifikasi
dari warna bokong banteng. Banteng jantan memiliki warna bokong hitam,
dan bokong warna merah adalah betina. Ukuran banteng di Taman Nasional
Alas Purwo lebih kecil jika dibandingkan dengan yang terdapat di Taman
Nasional Baluran. Di Sadengan waktu terbaik untuk mengamati Banteng
33 | B i o g e o g r a f i
yaitu sekitar pukul 06.00-09.00 WIB atau sore hari sekitar pukul 15.30-17.00
WIB.
Gb. 1 Banteng di Sadengan
E. Jalur Burung Berkicau
Jalur burung berkicau adalah jalur yang ada di Taman Nasional Alas
Purwo dimana para peneliti ataupun pengunjung dapat mengamati berbagai
jenis burung yaitu sekitar 302 jenis burung. Jalur ini memiliki rute perjalanan
kurang lebih 1,5 km dan hanya diperbolehkan berjalan kaki. Di tempat ini
pengunjung atau peneliti tidak diperbolehkan mengeluarkan suara yang
terlalu keras. Beberapa jenis burung yang ada di sini yaitu Elang Jawa, Ayam
Hutan merah (Gallus gallus), Jalak Putih, Blekok sawah Kangkareng
(Antracoceros coronatus), Rangkok (Buceros undulatus), Merak (Pavo
muticus) dan Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) dan masih banyak lagi.
Ada beberapa jenis flora yang ada di sana salah satunya adalah Vikus, salah
satu pohon terbesar yang ada di sana dan beberapa jenis benalu.
Namun sayangnya, beberapa jenis burung yang dulunya terdapat di
Jalur Burung Berkicau kini sudah tidak ada atau sudah jarang ditemui. Ini
dikarenakan ada beberapa peneliti yang tidak bertanggung jawab atau
mengusik para burung tersebut sehingga burung-burung tersebut pergi ke
tempat lain. Namun ada juga yang sedang melakukan migrasi, dan akan
kembali lagi ke Taman Nasional Alas Purwo.
Dalam meneliti, sebaiknya dilakukan pada jam-jam tertentu yaitu
jam 03.00-05.00, dimana para burung tersebut sedang mencari makan dan
sebaiknya pula dilakukan maksimal 2 orang saja. Jika terlalu banyak manusia,
maka para burung tersebut akan merasa terganggu dan pergi.
34 | B i o g e o g r a f i
Gb. 2 Merak (Pavo muticus)
F. Formasi Hutan Bambu
Hutan bambu tersebut ada di kawasan Pos Pancur, yang merupakan
pos paling timur dari Taman Nasional Alas Purwo atau bisa dibilang inilah
ujungnya Banyuwangi. Pos pancur hanya berjarak sekitar 2 km dari Pantai G-
Land, yang merupakan tempatnya peselancar dunia menaklukan ombak
setinggi 6 meter. Untuk menuju hutan bambu, wisatawan harus terlebih dulu
memarkirkan kendaraan di Pos Pancur. Fasilitas di Pos pancur lengkap, ada
tempat parkir luas, musala dan warung makan. Setelah itu, bisa berjalan kaki
menuju hutan bambu yang searah dengan Gua Istana.
Hutan bambu ini mungkin sekitar 500 meter dari Pos Pancur. Lihatlah,
di kiri kanan jalan banyak bambu yang panjang dan melengkung. Ditambah
dengan suasana yang masih alami, tidak ada manusia atau pos penjagaan di
dalam hutan bambu, suasananya makin terasa magis.Beberapa kali, kicauan
burung terdengar dari atas pepohonan yang tinggi. Makin banyak bambu yang
menutupi jalan dan harus menundukan kepala melewati beberapa bambu yang
melengkung. Bambu-bambu di dalam hutannya merupakan jenis bambu
jajang. Hutan bambu memang menjadi jalan yang bakal dilalui bagi
wisatawan yang mau ke Gua Istana. Meski begitu, jangan lewatkan momen
melewati hutan bambu begitu saja.
Hutan bambu di Taman Nasional Alas Purwo merupakan ekosistem
yang mendominasi kawasan. Dominansi bambu pada tipe ekosistem hutan
hujan dataran rendah ini tidaklah mengherankan karena bambu merupakan
salah satu jenis tumbuhan yang mencirikan kawasan karst. Perakaran bambu
35 | B i o g e o g r a f i
yang bersifat oksidatif sangat cocok tumbuh di kawasan TN Alas Purwo yang
sebagaian besar kawasannya merupakan kawasan karst dengan topografi
landai hingga terjal. Penyebaran hutan bambu di kawasan hampir di seluruh
kawasan terutama di sepanjang tepi kawasan taman nasional dan
mengelompok di bagian tengah kawasan yang merupakan zona inti.
Ditemukan paling tidak 10 (sepuluh) jenis bambu, yaitu bambu ampel
(Bambusa vulgaris), bambu wuluh (Schizostrachyum iraten), bambu rampal
(Schizostrachyum zollingeri), bambu apus (Gigantochloa apus), bambu
gesing (Bambusa spinosa), bambu jajang (Gigantochloa hasskarliana),
bambu jalar (Dinochloa sp ), bambu jawa (Gigantochloa atter), bambu ori
(Bambusa arundinacea), pring manggong (Bambusa jacobsii). Diantara 10
jenis tersebut 2 jenis diantaranya merupakan jenis endemik, yaitu Pring
Manggong (Bambusa jacobsii) endemik TN Alas Purwo dan Bambu Jalar
(Dinochloa matmat) yang merupakan endemik Pulau Jawa.
Gb. 3 Bambu Jajang (Gigantochloa hasskarliana)
36 | B i o g e o g r a f i
Gb. 4 Daun Bambu jajang
Gb. 5 Bambu Gesing (Bambusa spinosa)
Gb. 6 Daun Bambu Gesing
37 | B i o g e o g r a f i
G. Pantai Parang Ireng dan Pantai Plengkung
Pantai Parang Ireng letaknya berada sebelum Pantai Plengkung atau
yang biasa disebut Pantai G-Land. Lokasinya tidak jauh dari Pantai
Plengkung, atau lebih dikenal dengan sebutan Pantai G-Land. Jaraknya
sekitar 2-3 kilometer sebelum Pantai G-Land.
Pantai Parang Ireng ini bisa dibilang pantai yang masih perawan,
karena jarang pengunjung yang datang ke pantai ini. Pantai Parang Ireng
cukup luas dengan kontur pasir putih sedikit kecoklatan berbentuk bulat
seperti butiran merica.
Di sekitar pantai juga terdapat suatu struktur batuan berwarna hitam
indah yang menghiasi pesisir pantai, yang merupakan terumbu karang yang
telah mati. Struktur batuan ini menambah suatu pemandangan indah di pesisir
pantai, menghiasi dan melengkapi pantai sehingga terlihat menakjubkan.
Pantai ini sangat bersih, tidak ada sampah yang berserakan di pantai ini
dikarenakan tidak banyak pengunjung yang datang ke pantai ini.
Intensitas cahaya yang didapatkan dilikasi ini adalah sedikit dengan
nilai rata-rata 20 Yang menaakibatkan temperatur udara di daerah sekitar
cukup rendah yaitu sebesar 280C. Kelembaban udara pun merupakan faktor
penting juga terutama dalam menentukan ada atau tidak nya jenis tumbuhan
pada suatu habitat dan dengan kelembaban tersebut pada daerah kali ini
ditemukan banyak jenis pohon dan juga jenis tumbuhan lain baik itu berupa
rumput, semak, liana ataupun seedling (anakan). Keadaan iklim meliputi
intensitas cahaya,suhu/temperatur udara dan kelembaban udara. Berdasarkan
hasil pengukuran plot pengamatan kali ini intensitas yang didapat adalah 20
lux hal ini dikarenakan keadaaan penutupan tajuk pohon yang menutupi lantai
hutan, dan memiliki temperatur udara yang rendah, yaitu rata-rata 28 c. Hal
ini dikarenakan cahaya yang memasuki lantai tidak begitu banyak dan
kelembaban rata-ratanya adalah 86 %.
Faktor fisiografi meliputi ketinggian, kemiringan dan tekanan udara.
Namun pada pengamatan kali ini hanya dilakukan perhitungan ketinggiannya
saja yaitu sebesar 20 m dpl, oleh karena itu jenis tumbuhan yang hidup disini
38 | B i o g e o g r a f i
umumnya berupa tumbuhan pantai atau tumbuhan khas dataran rendah.
Dengan kondisi tanah yang cenderung rata. Faktor edafik dapat berupa
kondisi tanah dilokasi pengamatan, tanah pada tempat yang berbeda akan
mempunyai sifat,struktur dan komponen yang berbeda, perbedaan-perbedaan
ini akan membawa pengaruh pada keadaan vegetasi yang akan membedakan
suatu vegetasi dengan vegetasi lainnya. Faktor edafik yang diukur pada plot
pengamatan adalah temperatur tanah, kelembaban tanah dan seresah.
kelembaban rata-rata tanahnya adalah 85%. pH tanah cenderung netral, yaitu
sebesar 5. Sedangkan dilihat dari produksi seresahnya, hampir seluruh lantai
hutan tertutui oleh seresah, yaitu antara 70-100%, dengan ketebalan 1-4 cm.
seresah berperan dalam daur ulang hara daun serta berguna dalam
menyuburkan tanah. Faktor biotik meliputi kompetisi, pemangsaan,
simbiosis,aktivitas hewan dan manusia. Oleh karena itu tumbuhan yang
mampu bersaing dapat lebih bertahan hidup didaerah sekitar dan jumlah yang
ditemukannya cenderung lebih banyak.
Sedangkan peranan hewan disekitar bagi vegetasi diantaranya adalah
membantu penyebaran biji, pemencaran biji oleh beberapa jenis hewan dapat
memungkinkan tumbuhan menyebar ke tempat yang baru misalnya monyet
siamang yang dapat ditemuka di sekitar lokasi pengamatan. Spesies monyet
siamang yang berlalu lalang dapat membantu untuk penyebaran biji dari sisa
buah-buahan yang dimakan hewan tersebut. Adapun beberapa jenis burung
disekitar yang belum diketahui jenisnya pun dapat membantu penyebaran
biji-biji tersebut, membantu penyerbukan. Beberapa hewan dapat melakukan
penyerbukan pada jenis tumbuhan tertentu, misalnya kupu-kupu yaitu spesies
yang banyak ditemukan didaerah sekitar dalam jumlah yang besar sebagai
spesies yang berperan penting bagi penyerbukan bagi bunga-bunga dari
tumbuhan yang berada di kawasan tersebut.
Beberapa jenis tumbuhan lain yang mudah ditemukan adalah
Ketapang (Terminalia catappa), Lempeni (Ardicia humilis), pandan laut
(Pandanus odoratissimus), Keben (Baringtonia asiatica). Nyamplung
(Callophylum inophylum), Sawo kecik (Manilkara kauki), dan masih banyak
39 | B i o g e o g r a f i
lagi. Pohon sawo kecik ini adalah tumbuhan endemik di Taman Nasional
Alas Purwo.
Gb. 7 Ketapang (Terminalia catappa)
Gb. 8 Pandan Laut (Pandanus odoratissimus)
H. Ngagelan
Ngagelan merupakan pusat pemelihan tukik-tukik atau anakan penyu
yang menetas, sebagian besar tukik tersebut akan langsung diplepasliarkan ke
pantai sedangkan sisanya dipelihara selama beberapa bulan untuk
kepentingan riset dan atraksi pelepas liaran.
40 | B i o g e o g r a f i
Gb. 9 Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
Disana terdapat empat jenis penyu yaitu: Penyu Abu-Abu
(Lepidochelys olivaceae), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu
Belimbing (Dermochelys coreacea), dan Penyu Hijau (Chelonia mydas).
Penyu Abu-Abu merupakan penyu yang paling dominan dan penyu
Belimbing merupakan penyu yang populasinya paling sedikit di Taman
Nasional Alas Purwo.
Pengelolaan penyu di Ngagelan ini sudah dikelola mulai dari tahun
1986 yang dikelola oleh Pusat Penetasan Penyu Semi Alami (PPSA). Pada
awalnya hanya terdapat 4 buah telur penyu yang dimiliki oleh PPSA.
Namun dengan pengelolaan yang baik, populasi penyu ini semakin
bertambah. Pencarian telur penyu dilakukan oleh pengelola dengan
melakukan penelusuran sepanjang perjalanan 18 km, diperkirakan dari
Pantai Pancur hingga Pantai Cungur. Penelusuran telur penyu ini dilakukan
pada malam hari dan setiap malam dilakukan pencarian telur penyu.
Terdapat tanda jika di sebuah tempat tersebut memiliki telur penyu yakni
terdapat tutupan pasir atau tawuran pasir. Telur penyu biasanya ditemukan
di pasir kering.
Setelah telur penyu ditemukan, langsung dialihkan ke tempat
penetasan. Terdapat tiga musim dalam pencarian telur penyu, pada musim
awal biasanya ditemukan 130 hingga 160 telur, pada musim kedua terdapat
80 hingga 90 telur, dan pada musim ketiga terdapat 50 hingga 60 telur.
41 | B i o g e o g r a f i
Musim kesatu merupakan puncaknya penemuan telur penyu atau sekitar
bulan april hingga Juli.
Gb. 10 Telur penyu yang sudah menetas
Penetasan telur terjadi selama 40 hari tergantung untuk masing-
masing spesies. Penetasan telur ini sangat ditentukan oleh temperatur. Telur
penyu harus dihangatkan dalam suhu sekitar 290C sampai 310C. Jika tidak,
biasanya mengalami keterlambatan dalam penetasan.
Saat telur menetas, tukik (anak penyu) akan berjuang naik ke
permukaan sarang pasir dan menuju laut. Yang tidak dapat keluar dari
sarang akan mati tertimbun atau dimakan pemangsa antara lain biawak
(Varianus salivator) dan babi hutan (Suv scrova). Anak penyu atau tukik
yang sudah lahir diberi makan ikan yang sudah dipotong-potong kecil atau
dicincang dengan tiap harinya diberi makan seperempat badan tukik
tersebut. Setelah berumur tiga bulan tukik ini dilepas.
Ancaman yang dihadapi tukik ketika berhasil keluar dari sarang
adalah pemangsa, diantaranya musang, gagak, camar (Halilatus
leucogaster) dan manusia. Jika mereka keluar terlalu siang suhu permukaan
pasir akan memanas, mereka bisa mati kelelahan atau dehidrasi. Karena
situlah pelalar malam, yakni para penjaga pos Ngagelan bertugas
memindahkan telur-telur tersebut dan sarang asli ke tempat pembinaan
populasi penyu semi alami (di tanam kembali ke sarang buatan). Hal
42 | B i o g e o g r a f i
tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko tingkat kematian tukik pasca
peneluran.
Penyu biasanya bertelur ketika berumur 20 tahun. Penyu melakukan
perkawinan di laut, namun untuk peneluran dan penetasannya mereka
membutuhkan daratan (pantai). Penyu betina akan naik ke pantai jika waktu
bertelur telah tiba, mengubur sarang telur, membuat sarang tipuan, dan
kembali ke laut. Mereka naik pada malam hari untuk menghindari predator
maupun gangguan-gangguan lainnya.
I. Hutan Mangrove
Mangrove Bedul yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Alas
Purwo terdapat di wilayah daerah hilir dari DAS Stail yang membentuk rawa
air payau yang sering disebut kawasan Segara Anakan yang mempunyai
panjang 18 kilometer dengan luas 2300 hektar serta tumbuhan mangrove
yang masih alami dengan ketebalan bibir pantai rata-rata 300 meter.
Gb. 11 Hutan Mangrove Bedul
Hutan Mangrove di Bedul ini terbentuk secara alami. Kawasan hutan
Mangrove di Bedul merupakan hutan mangrove terluas yang masih tersisa di
Jawa. Keindahan lokasi ini dari keutuhan dan kealamian hutan mangove yang
ada dan menjadi tempat untuk mencari makan dan berkembang biak beberapa
jenis burung air (bangau tong-tong, pecuk ular, trinil, raja udang dan lain-
lain) serta beberapa jenis burung migran.
43 | B i o g e o g r a f i
Hutan mangrove ini juga menjad ihabitat aneka satwa seperti monyet,
biawak, burung bangau, elang laut dan blibis. Bahkan pada bulan-bulan
tertentu terdapat burung migran dari Australia, diantaranya cekakak suci
(Halycon chloris/Todirhampus sanctus), burung kirik-kirik laut (Merops
philippinus), trinil pantai (Catis hypoleucos), dan trinil semak (Tringa
glareola).
Gb. 12 Ikan Glodok
Formasi Mangrove di kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian
besar terdapat di sepanjang Sungai Segoro Anak, terdapat di beberapa Blok
Hutan seperti Blok Pondok Welit, Teluk Pangpang dan Perpat. Dari hasil
identifikasi yang dilakukan oleh Taman Nasional Alas Purwo, di temukan
tidak kurang dari 26 jenis mangrove dan termasuk dalam 13 famili yang
sebagian besar didominasi oleh beberapa jenis mangrove seperti Rhizophora
apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhyza, Avicennia marina,
Xylocarpus granatum, Sonneratia alba, dan Sonneratia caseolaris. Terdapat
dua jenis tumbuhan mangrove yang termasuk dalam jenis langka global yaitu
Ceriops decandra dan Scyphiphora hydrophyllacea.
Hutan mangrove ini berfungsi untuk mencegah abrasi dan sebagai
habitat hidup hewan-hewan air seperti ikan. Jenis hewan air yang banyak
ditemui diantaranya ikan glomo, ikan pucung, ikan bekuku, ikan kakap, ikan
glodok. Selain itu Bedul merupakan salah satu tempat yang digunakan
masyarakat untuk mencari kerang, udang, kepiting dan ikan yang ada disana
dengan menggunakan alat tangkap tradisional sehingga kegiatan tersebut
merupakan salah satu atraksi wisata di Bedul.
44 | B i o g e o g r a f i
Hutan mangrove merupakan kawasan yang dipengaruhi oleh pasang
surut. Ancaman yang di hadapi oleh hutan magrove disini adalah ulah tangan
manusia. Tetapi selain itu juga terdapat ancaman alami yang di hadapi oleh
hutan mangrove ini, yakni angin dan air. Untuk penanganan ancaman yang
dipengaruhi oleh tangan manusia adalah dilarangnya pengambilan tanaman
mangrove yang ada. Di hutan mangrove Bedul sendiri, tidak menerima
penanaman jenis mangrove baru yang dibawa dari luar karena disini
melakukan perkembangan mangrove masih banyak dan melakukan
pelestarian di dalam kawasan.
Dalam pengembangan Blok Bedul, Balai Taman Nasional Alas Purwo
bekerjasama dengan Desa Sumbersari yang didasarkan pada “Pengembangan
Wisata Alam Terbatas Blok Bedul”. Pengembangan pariwisata di Blok Bedul
diarahkan untuk wisata berwawasan lingkungan (ecotourism), yang
mengedepankan prinsip-prinsip konservasi.
BAB V
PENUTUP
45 | B i o g e o g r a f i
A. Kesimpulan
Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran secara
spesial makhluk hidup pada saat zaman dahulu dan saat ini. Biogeografi ini
merupakan bidang ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan
distribusi organisme di permukaan bumi.
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu taman
nasional yang ada di Jawa Timur. Lebih tepatnya Taan Nasional Alas Purwo
ini berada di Kabupaten Banyuwangi.
Taman Nasional Alas Purwo memiliki ekosistem yanag cukup lengkap
dengan keaneka ragaman makhluk hidup yang beragam. Ekosistem yang ada di
tempat ini diantaranya adalah padang savana di Sadengan, ekosistem hutan
tropis, ekosistem hutan bambu, ekosistem mangrove, dan juga ekosistem
pantai.
B. Saran
Adapun saran atau rekomendasi yang diberikan untuk daerah tersebut
adalah tetap jadikan Taman Nasional sebagaimana mestinya. Taman Nasional
Alas Purwo ini merupakan tempat yang nyaman untuk satwa dan tumbuhan
hidup dengan nyaman. Maka, disarankan bagi para pengunjung untuk tidak
merusak tempat ini agar ekosistem di Taman Nasional Alas Purwo tetap
terjaga. Dengan begitu, dengan segala kekhasannya dan fenomenanya Taman
Nasional Alas Puurwo menjadi laboratorium biogeografi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
46 | B i o g e o g r a f i
Analistiana , dkk. 2014. Keanekaragaman Hayati, Biogeografi, Klasifikasi dan
Taksonomi. Makalah, Program Studi S1, Universitas Pekalongan.
Anonim. 2010. Arti Konservasi Lingkungan Hidup. [Online]. Tersedia di:
http://okpganespa.blogspot.com/2010/10/arti-konservasi-lingkungan
hidup.html#sthash.X48cq7ao.dpuf. Diakses tanggal 23 Mei 2015
Anonim. 2011. Definisi geografi menurut para ahli. [Online]. Tersedia di:
http://indo-geografi.blogspot.com/2011/12/definisi-geografi-menurut-para-
ahli.html. Diakses tanggal 25 Mei 2015
Boby Hertanto, Hendrik. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sebaran
Flora Dan Fauna. [Online]. Tersedia di:
http://geoenviron.blogspot.com/2014/07/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-sebaran.html. Diakses tanggal: 23 Mei 2015
Campbell. 1952. Bilogi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Faisolhezim. 2014. Biodiversitas. Makalah, Program Studi S1, Universitas
Airlangga.
Faujia, Anna. 2013. Pengertian Biogeografi. [Online]. Tersedia di:
http://faujiahnna.blogspot.com/2013/12/pengertian-biogeografi.html.
Diakses tanggal 23 Mei 2015
Ghozaliq. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora dan Fauna.
[Online]. Tersedia di: http://ghozaliq.com/2013/07/18/faktor-yang-
mempengaruhi-persebaran-flora-dan-fauna/. Diakses tanggal 23 Mei 2015
Heranita, dahlia. 2012. Fitogeografi. [Online]. Tersedia di:
http://dahliaheranita.blogspot.com/2012/06/fitogeografi_13.html. Diakses
tanggal 23 Mei 2015
47 | B i o g e o g r a f i
Herianova. 2012. Pemencaran tumbuhan oleh air. [Online]. Tersedia di:
https://fitogeografi.wordpress.com/2012/10/22/penencaran-tumbuhan-
oleh-air/. Diakss tanggal 23 Mei 2015
Steenis, C. G. G. J. van. (1992). Flora. PT. Pradnya Paramita : Jakarta.
Departemen Kehutanan. [Online]. Tersedia di:
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_alasp
urwo.htm. Diakses tanggal 23 Mei 2015
Fauzi, Ahmad. 2015. Taman Nasional Alas Purwo. [Online]. Tersedia di:
http://afffauzi.blogspot.com/2015/02/taman-nasional-alas-purwo-
tnap.html. Diakses tanggal 23 Mei 2015
Hidayat, Hana Hunafa. 2013. Analisis Vegetasi Pohon dengan Metode Kuadrat di
Hutan Pantai Parang Ireng- Resort Pancur Taman Nasional Alas Purwo
(TNAP) Banyuwangi. Laporan KKL, Program Studi Biologi, Universitas
Padjajaran
48 | B i o g e o g r a f i