bab 2 imel acc print.doc
-
Upload
nieyachardiani -
Category
Documents
-
view
43 -
download
0
description
Transcript of bab 2 imel acc print.doc
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan sangat luas seperti : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku
manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia. Dorongan
merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri
manusia (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan rekasi seseorang yang
langsung terlihat atau yang tidak tampak. Timbulnya perilaku akibat
interelasi stimulus internal dan eksternal yang diproses melalui kognitif,
afektif, dan motorik.
2. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat (Suparyanto, 2001).
7
8
3. Macam-Macam Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi dari stimulus ini terbatas pada
pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati jelas oleh orang lain. Oleh
sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behaviour.
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
merupakan salah satu bentuk operasional yang sangat penting dalam
membentuk tindakan atau perilaku seseorang.
Keluarga yang mengetahui tentang cara mencegah penularan dan
memberikan perawatan yang baik tentang diare pada anak, akan
mencoba untuk menerapkanya dalam kehidupan sehari – hari demi
mendapatkan kesehatan anak nya.
Sebelum keluarga mengadopsi perilaku baru, ia harus terlebih
dahulu mengetahui apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya
dan keluarganya. Keluarga akan memberikan perawatan yang baik
9
tentang diare pada anak, akan mencoba untuk menerapkanya dalam
kehidupan sehari – hari demi mendapatkan kesehatan anak nya.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang ahli psikososial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, tapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Sikap dalam mencegah terjadinya diare yaitu dengan niat atau
keinginan keluarga menemukan gejala dini dan memberikan
pertolongan secepatnya dan memberi cairan pengganti dalam jumlah
memadai, selain itu memberikan makanan pendamping yang cukup,
10
istirahat cukup, dan jika gejala belum teratasi segera di bawa ke rumah
sakit.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
a) Tindakan (practice)
Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas.
Dalam kejadian diare, tindakan merupakan aktivitas yang
sedang atau sudah dilakukan oleh keluarga guna menurunkan
angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak tindakan pada
tingkat rumah tangga yaitu dengan menambah ketersediaan air
bersih, membuat sanitasi buruk menjadi baik, menghilangkan
perilaku hidup yang kurang sehat dan mencegah kekurangan
protein dan kalori yang menyebabkan turunya daya tahan tubuh
secara terus menerus.
Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap
cukup dilakukan melalui wawancara, baik wawancara terstruktur
maupun wawancara mendalam, dan focus group discussion (FGD)
11
khusus untuk penelitian kualitatif. sedangkan untuk memperoleh
data tindakan yang paling akurat adalah melalui pengamatan
(observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara
dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang
telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. Misalnya
untuk mengetahui perilaku keluarga dalam memberikan perawatan
dini anak diare di rumah dan untuk menekan angka kematian balita
serta kejadian dehidrasi pada anak dapat ditanyakan apakah
keluarga melakukan perawatan dini pada anak nya yang diare di
rumah sebelum di bawa ke rumah sakit.
4. Pembentukan Perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut
Maslow yang dikutip oleh Sunaryo (2004), manusia memiliki 5
kebutuhan dasar yaitu :
a. Kebutuhan fisiologis/biologis
Kebutuhan fisiologis/biologis merupakan kebutuhan pokok yang
terdiri dari oksigen, air, makanan, cairan elektrolit, seks.
b. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman seperti rasa aman terhindar dari pencurian,
konflik, rasa sakit, dan lain-lain.
12
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai
Misal : mendambakan rasa kasih sayang, ingin dicintai atau
mencintai orang lain, ingin diterima oleh keluarga tempat dia
berada.
d. Kebutuhan harga diri
Seperti : ingin dihargai dan menghargai orang lain, adanya
respek dan perhatian dari orang lain, toleransi atau saling
menghargai dalam hidup berdampingan.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Misalnya : ingin dipuja orang lain, ingin sukses dalam mencapai
cita-cita, ingin menonjol lebih dari orang lain.
Apabila usaha dalam memenuhi 5 kebutuhan dasar diatas tercapai,
maka orang itu tidak mengalami ketegangan dan cenderung mengarah
kepada kebahagiaan. Namun sebaliknya pula, saat usaha pemenuhan
kebutuhan tidak tercapai akan membuat seseorang mengalami frustasi
terhadap unsur-unsur kebutuhan. Jadi, kebutuhan merupakan motif,
dorongan ataupun keinginan seseorang dalam bertingkah laku (Herri Zan
Pieter, 2010).
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Dalam buku pengantar psikologi keperawatan dijelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku yang meliputi :
13
a. Emosi
Perubahan perilaku manusia juga dapat timbul akibat kondisi
emosi. Emosi adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan
atau perubahan-perubahan secara mendalam dan hasil pengalaman dari
rangsangan eksternal dan keadaan fisiologis. Dengan emosi seseorang
terangsang untuk memahami objek atau perubahan yang disadari sehingga
memungkinkannya mengubah sifat atau perilakunya. Bentuk-bentuk
emosi yang berhubungan dengan perubahan perilaku yaitu rasa marah,
gembira, bahagia, sedih, cemas, takut, benci dan sebagainya.
b. Persepsi
Adalah pengalaman-pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda meskipun objek persepsi sama. Melalui
persepsi seseorang mampu untuk mengetahui atau mengenal objek
melalui alat penginderaan. Persepsi dipengaruhi oleh minat,
kepentingan, kebiasaan yang dipelajari, bentuk, latar belakang
(background), kontur kejelasan, atau kontur letak.
c. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil motivasi akan diwujudkan dalam
bentuk perilakunya, karena dengan motivasi individu terdorong
memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosial.
14
d. Belajar
Rita L. Atkinson, mengatakan bahwa belajar adalah salah satu dasar
memahami perilaku manusia karena belajar berkaitan dengan
kematangan dan perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku sosial
dan kepribadian. Melalui belajar orang mampu mengubah perilaku
dari perilaku sebelumnya dan menampilkan kemampuannya sesuai
kebutuhannya.
e. Intelegensi
Definisi intelegensi secara umum, Ebbinghaus, mengatakan bahwa
intelegensi adalah kemampuan dalam membuat kombinasi, berpikir
abstrak, ataupun kemampuan menentukan kemungkinan dalam
perjuangan hidup. Adapun secara definitif teori, intelegensi adalah
kesatuan daya-daya jiwa yang formal dan daya khusus, seperti daya
mengukur, mengamati, memproduksi, atau menyelesaikan masalah.
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan
diri terhadap situasi-situasi baru secara cepat dan efektif serta
memahami berbagai interkonektif dan belajar dengan menggunakan
konsep-konsep abstrak secara efektif.
Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare adalah sebagai berikut :
15
a. Pemberian ASI Eksklusif
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak
memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan. Pada
bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari
pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi
berat juga lebih besar. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare
daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula.
b. Penggunaan botol susu
Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman,
karena botol susu susah dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu
formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
c. Kebiasaan cuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
d. Kebiasaan membuang tinja
Membuang tinja atau termasuk tinja bayi harus dilakukan secara
bersih dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam
16
jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-
anak dan orang tuanya.
e. Pemberian imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera
memberikan anak imunisasi campak setelah berumur 9 bulan. Diare
sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
tubuh penderita.
3. Sumber Air
Sumber air minum yang bersih baik kualitas maupun kuantitasnya
akan dapat mengurangi tertelannya kuman penyebab diare oleh balita.
Kualitas air minum hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan
kesehatan, diusahakan mendekati persyaratan air sehat yaitu persyaratan
fisik yang tidak berasa, bening atau tidak berwarna. Secara bakteriologi
air harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri pathogen. Dari sisi
kimiawi air minum yang sehat itu harus mengandung zat-zat tertentu di
dalam jumlah tertentu di dalam jumlah tertentu seperti flour, chlor, dan
besi. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih
adalah :
1. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan
tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
17
2. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,
anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum
dengan sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan
sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di bentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkunganya,(BKKBN,1999)
2. Fungsi Pokok Keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
18
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan indifidu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktifitas tinggi.
3. Tugas Keluarga
Sesuai dengan fungsi pemeliharaa kesehatan, keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan di lakukan. 5 tugas
keluarga di dalam bidang kesehatan yang harus di lakukan adalah:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka
apabila menyadari adanya perubahan perlu segera di catat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan kelurga maka segera
19
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat di
kurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
seyogyanya meminta bantuan orang lain di lingkungan sekitar
keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).
C. Konsep Diare
1. Pengertian Diare
Hipocretes mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang
tidak normal dan berbentuk cair sedangkan menurut Widjaja (2001)
diare adalah buang air besar encer lebih dari dua kali per hari disertai
lendir darah maupun tidak.
2. Penyebab Terjadinya Diare
Diare disebabkan beberapa faktor infeksi, melabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis (Widjaja, 2003)
20
a. Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada
anak. Jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, salmonella, vibrio cholerea (kolera)
dan serangan lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik
(memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti
pseudomonas.
2) Infeksi basil
3) Infeksi virus
4) Infeksi parasit oleh cacing
5) Infeksi jamur
6) Infeksi akibat prgan tubuh lain seperti radang tenggorakan
7) Keracunan makanan
b. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap lactobasilus
dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,
tinja berbau asam, dan sakit perut. Jika sering terkena diare ini,
pertumbuhan anak akan terganggu.
2) Malabsorpsi lemak. Dalam makan terdapat lemak yang disebut
triglyserida. Triglyserida dengan bantuan enzim lipase diubah menjadi
micelles yang siap diabrsopsi usus. Jika tidak ada enzim lipase dan
terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi muncul karena tidak
terserap dengan baik gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
21
c. Faktor makanan
Makanan yang mangakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran mentah dan kurang
matang.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis.
1) Patofisiolgi
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :
a) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (hipokalemia)
b) Gangguan gizi akibat kelaparan, masukan kurang dan pengeluaran
bertambah
2) Hipoglikemia
3) Gangguan sirkulasi darah
4) Dehidrasi
4. Komplikasi Diare
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)
b. Hipokalemia (dengan gejala mateorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi,)
c. Hipoglikemia
d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
22
e. Manutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
D. Konsep Dehidrasi
1. Pengertian dehidrasi
Adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh.
Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak dari pada
pemasukan (misalnya minum).Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh, atau dapat
di sebut juga kehilangan cairan dan mineral-mineral (elektrolit-
elektrolit) yang berlebihan dari tubuh yang disebabkan oleh diare
(buletin pediatric, 2006).
2. Macam – macam Dehidrasi
a. Dehidrasi isotonic
Dehidrasi isotonik adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare.
Hal ini terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang
sama dengan keadaan normal yang ditemui dalam cairan ektraseluler.
Gambaran dehidrasi isotonik adalah ekstrimitas dingin dan berkeringat,
kesadaran menurun dan muncul gejala lain shock hipervolemik.
b. Dehidrasi hipertonik
Dehidasi hipertonik adalah dehidrasi yang sering terjadi karena
kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Gambar dehidrasi hipertonik
adalah:
23
1) Terdapat kekurangan air dan natrium, tetapi proporsi kekurangan
airnya lebih Banyak.
2) Konsentrasi natrium serum meningkat ( > 1500 mmol/L )
3) Osmolaritas serum meningkat ( > 295 mOSmol/L )
4) Sangat haus yang lebih berat derajatnya bila dibandingkan dengan
derajat dehidrasinya.
c. Dehidrasi hipotonik
Dehidrasi hipotonik adalah dehidrasi yang terjadi karena
kekurangan natrium dan kelebihan air. Gambaran utama dehidrasi
hiponartemik adalah :
1) Adanya kekurangan air dan natrium, tetapi kekurangan natriumnya
secara relative lebih banyak.
2) Konsentrasi natrium serum rendah ( < 130 mmol/L )
3) Osmolaritas serum rendah ( < 275 mOSmol/L )
4) Anak latergi, kadang-kadang kejang.
3. Komplikas Dehidrasi
Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotonik otot lemah, dan
brakikardi).
4) Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
24
5) Malnutrisi energi protein
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi dehidrasi
a. Faktor Biologi
Kejadian diare dan dehidrasi pada laki-laki sama dengan perempua,
kejadian pada anak-anak dan lansia lebih sering anak-anak dengan
malnutrisi dan BBLR mendapat resiko dehidrasi lebih besar.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang kurang menyediakan air bersih, keadaan jamban
yang sangat tidak memenuhi standar kesehatan, keadaan rumah yang
tidak sehat, pembuangan limbah di daerah pemukuiman kurang baik
di sertai dengan musim penghujan merupakan salah satu faktor
penyebab yang berasal dari infeksi yang mudah berkembang.
c. Faktor Perilaku
Minimnya pengetahuan keluarga dalam mengenali keadaan diare dan
dehidrasi, hiegene perorangan yang tidak baik (khususnya tidak
megetahui cara cuci tangan yang benar), minimnya pengetahuan
anggota keluarga khususnya mengenai pengobatan pertama pada
penderita diare (cara membuat oralit), kurang kesadaran untuk berobat
lebih dini, keterlambatan dalam berobat.
d. Faktor Pelayanan Kesehatan
Kurang langkah promotif yang dilakukan petugas kesehatan,
minimnya pengetahuan petugas kesehatan, kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai.
25
Faktor yang sangat berperan dalam mempengaruhi terjadinya
kejadian dehidrasi adalah faktor perilaku, faktor perilaku yang
menjadi masalah utama dalam kasus diare dengan kejadian dehidrasi,
minimnya pengetahuan anggota keluarga terutama tentang diare,
sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana pertolongan pertama
pada penderita diare, misalnya cara memberikan dan membuat oralit
yang tepat, dan mereka juga tidak mengetahui tanda-tanda dehidrasi
sehingga mengalami ketarlambatan dalam membawa berobat atau
tidak jarang dibawa berobat setelah mengalami dehidrasi berat. Oleh
karena itu, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan meningkatkan
pengetahuan keluarga mengenai diare dengan kejadian dehidrasi.
1. Manifestasi Klinis
Mula-mula balita cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair,
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus
dan daerah disekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak diabsorpsi oleh usus selama diare. Bila
pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit gejala dehidrasi mulai
nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
26
tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas
plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi
berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%. Pada dehidrasi
berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan
kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun
(apatis, somnolen, dan kadang sampai soporokomateus). Bila sudah terjadi
asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dengan pernapasan yang
cepat dan dalam (Ngastiyah, 2005).
Tabel 2.1 Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisPenilaian A
(dehidrasi ringan)B
(dehidrasi sedang)C
(dehidrasi berat)1. Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewelLesu dan tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekungAir mata Ada Tidak ada Tidak adaMulut, lidah Basah Kering Sangat keringRasa haus Minum
seperti biasaHaus, ingin minum banyak
Malas minum, tidak bisa minum
2. Periksa:Turgor kulit
Kembali cepat Kembali lambatKembali sangat lambat
3. Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan atau sedang.Bila ada 1 tanda ditambah 1
Dehidrasi beratBila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain.
4. Terapi Rencana pengobatan A
Rencana pengobatan B
Rencana pengobatan C
Sumber : Nursalam, 2005
E. Konsep penanganan anak diare di rumah.
27
1. Penanganan Awal Diare (Yance Warman, 2008).
Adalah segala bentuk penanganan yang dilakukan oleh ibu pada
anak diare di rumah sebelum anak di rumah sakit.
a) Oralit
Pada anak dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
secara per oral berupa cairan yang diberisikan NaCl dan NaHCO3,
KCl, dan glukosa. Untuk diare akut pada anak di atas usia 6 bulan
kadar natrium 90 mEq/L. Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan
sederhana yang dapat di buat sendiri (formula tidak lengkap) hanya
mengandung garam dan gula (NaCL dan sucrose atau air tajin yang
diberikan garam dan gula untuk pengobatan sementara untuk
mencegah sebelum dibawa ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan
untuk mencegah dehidrasi lebih jauh maka berilah cairan tambah yang
terdiri dari yaitu :
1) Memberikan cairan tambahan atau ASI
2) Memberikan anak lebih banyak cairan dari biasanya untuk mencegah
dehidrasi, cairan yang cocok mencakup :
a) Mengganti cairan yang hilang, memberi minum anak dengan
oralit.
b) Bila tidak ada oralit, pada anak yang baru mulai diare memberikan
cairan rumah tangga seperti sup, air beras ( tajin ), bubur cair, air
buah, kuah sayur, larutan gula garam dan minuman yoghurt bila
tidak alergi.
28
c) Bila anak berumur lebih 6 bulan dan hanya mendapat ASI maka
dapat di berikan air putih atau larutan air putih di samping ASI.
d) ASI atau susu yang diencerkan 2x dari biasanya.
3) Cairan oralit yang harus diberikan berdasarkan umur balita :
a) Kurang dari 24 bulan, 200 – 100 ml setiap kali diare.
b) Umur 2 – 10 tahun, 100 -200 ml setiap kali diare.
c) Umur 10 tahun atau lebih, sebanyak yang ia inginkan
4) Cara Membuat Oralit
a) Mencuci tangan hingga bersih.
b) Memakai gelas, sendok, teko, panci, atau peralatan lain yang
bersih.
c) Mengguunakan air minum, baik air putih maupun teh yang telah
dimasak. Jangan menggunakan air mendidih,karena air mendidih
akan mengurangi barbagai zat dalam oralit.
d) Masukkan 1 bungkus oralit ukuran kecil ke dalam 1 gelas air (200
cc). jika memakai oralit ukuran besar gunakan (1000 cc) air hangat
kuku (5 gelas ). Aduk hingga larut, siap diminumkan.
e) Jika tidak memperoleh oralit atau keadaan darurat, dapat dibuat ’’
oralit ’’buatan sendiri dengan bahan 1 sendok teh garam, 1 sendok
makan gula pasir, dan 200 cc air hangat. Campurkan lalu diaduk
dapat juga ditambahkan air tajin.
5) Cara Memberikan Oralit
29
a) Minumkan segera larutan oralit sedikit demi sedikit sampai penderita
tidak merasa haus lagi (balita memerlukan 3 tiga bungkus ukuran 200
cc dalam 3 jam pertama).
b) Jika anak muntah hentikan pemberian larutan oralit kira-kira 5 menit
kemudian lanjutkan lagi. Larutan oralit diberikan sedikit demi sedikit
dan terus menerus sampai habis.
c) Selanjutnya diberikan lagi larutan oralit 1 gelas (200 cc) setiap kali
diare sampai diare berhenti.
6. Lanjutkan pemberian makanan yang cukup kepada anak
a) Makanannya yang sudah dimasak
b) Berikan sari buah segar atau pisang untuk memberikan kalium
c) Dorong anak makan sebanyaknya yang ia inginkan
d) Setelah diare selesai, berikan makanan tambahan setiap hari selama
seminggu atau sampai anak mendapatkan berat badannya normal
kembali.
b) Prenatal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien tetapi semua itu tergantung dengan
ketersediaanya cairan di fasilitas kesehatan. Mengenai pemberian
cairan seberapa banyak cairan yang diberikan tegantung dari berat atau
ringannya yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
30
c) Kriteria anak di bawa ke rumah sakit atau dibawa ke petugas kesehatan
yaitu apabila anak :
a) Mengeluarkan banyak tinja cair
b) Mata cekung
c) Menderita demam
d) Tidak makan dan minum secara normal
e) Tampak tidak membaik
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
1. Kondisi lingkungan
Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dimana sebagian besar penularan melalui faecal oral yang sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan sarana air bersih dan jamban keluarga
yang memenuhi syarat kesehatan serta perilaku hidup sehat dari
keluarga. Oleh karena itu dalam usaha mencegah timbulnya diare yaitu
dengan melalui penyediaan fasilitas jamban keluarga yang disertai
dengan penyediaan air yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Upaya tersebut harus diikuti dengan peningkatan pengetahuan dan
sosial ekonomi masyarakat, karena tingkat pendidikan dan ekonomi
seseorang dapat berpengaruh pada upaya perbaikan lingkungan (Yance,
2008).
31
2. Makanan
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan
berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada
orang lain apabila melekat pada tangan dan dimasukkan ke mulut,
kemudian dipakai untuk memegang makanan. Hal ini dapat memicu
terjadinya diare. Selain itu makanan yang basi dan beracun juga bias
menyebabkan terjadinya diare. pada masa dua tahun pertama kehidupan
balita mudah terinfeksi bakteri dan daya tahan tubuhnya masih rendah
misalnya pada proses pengenalan makanan yang terpapar bakteri tinja,
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi
merangkak.
3. Infeksi
a. Bakteri
Bakteri memang terkenal sebagai pembawa penyakit, salah satunya
adalah bakteri E-coli. Nama lengkap dari bakteri ini adalah Escherichia
coli. Bakteri ini membawa penyakit diare pada tubuh manusia.
Biasanya bakteri E-coli berada didalam air sumur yang sudah
terkontaminasi. Bila dilihat menggunakan mikroskop, bakteri ini
berwarna merah. Ia tidak mempertahankan zat warna asalnya pada saat
proses pengidentifikasian bakteri dilakukan. Bakteri E.coli berdiam di
dalam usus besar manusia. Bentuknya batangan dan berwarna netral.
Bakteri ini memang terbagi menjadi dua kategori, berbahaya dan tidak
32
berbahaya. Bakteri E.coli yang berbahaya adalah E.coli O157:H7.
Bakteri ini dapat menyebabkan diare pada orang yang terjangkitnya.
b.Virus
Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain adenovirus,
enterovirus, astrovirus, minirotavirus, calicivirus, dan sebagainya. Garis
besar patogenesisnya sebagai berikut:
a.Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman.
b. Virus berkembang biak di dalam usus.
c. Virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan
bagian apikal vili usus halus.
a). Sel-sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel-sel dari
bagian kripta yang belum matang, berbentuk kuboid atau gepeng.
Akibatnya sel-sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air
dan makanan. Sebagai akibat lebih lanjut akan terjadi diare osmotik.
b). Vili usus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk
menyerap dan mencerna makananpun akan berkurang. Pada saat inilah
biasanya diare mulai timbul.
c). Sel-sel retikulum akan melebar.
d). Infiltrasi sel-sel limfoid dari lamina propria, untuk mengatasi infeksi
sampai terjadi penyembuhan.
c.Parasit
Amubiasis disebabkan oleh infestasi Entamuba histolitica.
Protozoa ini bisa menyebabkan infestasi primer di usus besar, ileum,
33
hepar, paru dan otak. Invasi amuba biasanya disekum, kolon asenden,
rektosiganoid. Amuba mengeluarkan sitolitik enzim yang menyebabkan
destruksi jaringan usus, sering terjadi luka merongga (flask-shaped)
yang tertutup oleh pus dan sel-sel bulat. Perforasi sering terjadi di daerah
sekum atau rekto sigamoid lebih-lebih pada penderita kurang gizi. Parasit
ini bias menyebabkan terjadinya diare (Yance, 2008).
1.Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis penyebab diare adalah rasa takut dan
cemas. Namun faktor ini jarang dijumpai akan tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar (Ngastiyah, 2005).
2. Malabsorbsi
Kandungan nutrient makanan yang berupa karbohidrat, lemak maupun
protein dapat menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi
sehingga terjadi diare pada balita (Ngastiyah, 2005).
G. Konsep Balita
Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya bahkan ada sarjana
yang mengatakan ’’ the child is the father of the man ”. sehingga setiap
kelainan atau penyimpangan sekecil apapun bila tidak terdeteksi apalagi
tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia kelak dikemudian hari (Soetjiningsih, 2003 ).
34
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan
rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang,
sehingga pada usia ini perlu mendapat perhatian khusus. Perkembangan
psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara balita
dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi
sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan balita pada berbagai tahap
perkembangannya, bahkan sejak masih di dalam kandungan.
Ada 4 tahap parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan balita yaitu :
1. Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan balita untuk mengamati sesuatu
benda, melakukan gerakan.
Misalnya kemampuan untuk menggambar suatu benda dan lain-lain.
3. Language (bahasa) adalah kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Gross Motor (perkembangan matorik kasar) adalah aspek yang
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.