ini print.doc

43
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK TERHADAP KEJADIAN TBC ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPANAS CIANJUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Laporan Oleh : Astri Wulandari 113213076 PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Transcript of ini print.doc

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK

TERHADAP KEJADIAN TBC ANAK

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPANAS CIANJUR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi

Laporan

Oleh :

Astri Wulandari

113213076

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. ( Dirjen P2MPL Kemenkes RI, 2013 )

Tuberkulosis pada anak merupakan masalah khusus yang berbeda dengan Tuberkulosis pada orang dewasa, perkembangan penyakit tuberkulosis pada anak diantara semua kasus TB yang ternotifikasi dalam program TB berbeda dalam batas normal yaitu 8-11%, tetapi apabila dilihat pada tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu 1,8-15,9%.( Dirjen P2MPL Kemenkes RI, 2013 )

Tuberculosis anak merupakan faktor penting di Negara-negara berkembang karena jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi . Sekurang-kurangnya 500000 anak menderita TB setiap tahun, 200 anak di dunia meninggal setiap hari akibat TB, 70000 anak meninggal setiap tdahun akibat TB . Beban kasus TB anak di dunia tidak diketahui karena kurangnya alat diagnostic yang child-friendly dan tidak adekuatnya system pencatatan dan pelaporan kasus TB anak, Diperkirakan banyak anak menderita TB tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan benar sesuai dengan ketentuan strategi DOTS. .Kondisi ini akan memberikan peningkatan dampak negative pada morbiditas dan mortalitas anak . ( Dirjen P2MPL Kemenkes RI, 2013 )

Lebih dari 250000 anak terserang TB dengan angka kematian 100000 anak setiap tahunnya ( WHO dalam diskes.jabarprov.go.id ). Data TB anak di Indonesia menunjukkan proporsi kasus TB anak diantara semua kasus TB pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada tahun 2011 dan 8,2% pada tahun 2012. Apabila dilihat data per provinsi, menunjukkan variasi proporsi dari 1,8% sampai 15,9%. Hal ini menunjukkan kualitas diagnosis TB anak masih sangat bervariasi pada level provinsi. Kasus BTA positif pada TB anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus TB anak, sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%.( Dirjen P2MPL Kemenkes RI, 2013 )

Penemuan kasus TB anak di Cianjur fluktuatif jumlahnya, pada tahun 2011 ditemukan kasus TB anak sebanyak 1145 kasus (31.89%), sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan penemuan kasus sebanyak 917 kasus (27.75%), dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan kembali menjadi 921 kasus (28.84%). (Data P2MPL Dinkes Cianjur, 2013) .

Berdasarkan data dari P2MPL Dinkes Cianjur diketahui bahwa jumlah penderita TBC anak di wilayah kerja Puskesmas Cipanas pada tahun 2013 memiliki jumlah temuan kasus baru BTA positif yang paling tinggi yaitu 77 kasus diantara 45 cakupan wilayah puskesmas yang lainnya. Sedangkan hingga bulan juni 2014 telah ditemukan jumlah temuan kasus baru BTA positif sebanyak 36 kasus, dan menjadi temuan kasus terbanyak kedua setelah wilayah cakupan Puskesmas Cikalong Kulon. Data penemuan kasus yang ditemuakn bisa menjadi indicator penderita tbc anak karena sumber penularan dari tbc anak berasal dari BTA positif baik dewasa maupun anak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit TB diantaranya umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan (sosial ekonomi), status gizi, kebiasaan merokok, pekerja.an, kondisi rumah, pencahayaan, ventilasi, kelembaban udara, kepadatan hunian k.amar tidur dan prilaku (Depkes RI 2008 dalam hm-sukarno.blogspot.com)

Menurut Notoatmodjo dalam Agus, 2013, lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya. Kuman tuberculosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan sampai berminggu-minggu tergantung ada atau tidaknya sinar UV, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan hunian rumah.

Dalam Cianjur News diberitakan bahwa Kecamatan Pacet Cipanas Cianjur merupakan salah satu wilayah yang paling tinggi penderita kasus TBC nya, dimana pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Umumnya penderita menggunakan alat minum seperti gelas secara bersama-sama sehingga tinggat penularan sangat tinggi, terutama di perkampungan karena lingkungan tidak bersih..Berdasarkan uraian diatas, penulis berpendapat bahwa perlu adanya penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dengan Kejadian Tbc Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipanas Cianjur. .B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dengan Kejadian Tbc Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipanas Cianjur

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimanakah Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dengan Kejadian Tbc Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipanas Cianjur2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran distribusi penderita tuberculosis anak di Kabupaten Cianjurb. Untuk mengetahui gambaran faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan kejadian TBC anak di wilayah kerja Puskesmas Cipanas Cianjurc. Untuk mengetahui Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dengan Kejadian TBC Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipanas CianjurD. Manfaat Penelitian

1. Bagi penelitiDiharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dengan Kejadian Tbc Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipanas Cianjur2. Bagi Dinas KesehatanDiharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap dinas kesehatan Kabupaten Cianjur Khususnya bidang P2PL dan kesehatan Lingkungan dalam menentukan kebijakan serta program pemberantasan serta pencegahan penyakit tuberculosis anak

3. Bagi Akademisi

Diharapkan penelitian ini da[at memperkaya bahan kepustakaan dan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu khususnya bidang kesehatan masyarakat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis

1. Pengertian

Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang bersifat tahan asam

2. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit tuberculosis adalah basil tuberkulosis termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari family dan termasuk ke dalam ordo Actinomycetales. Mycobacteriumtuberculosismenyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan juga penyebab terjadinya infeksi tersering . (Sanford S, dkk dalam Siti Fatimah, 2008)

3. Karakteristik Kuman Tuberkulosa

Basilbasil tuberculosis di dalam jaringan tampak sebagai mikroorganisme berbentuk batang, dengan panjang berfariasiantara 1 4 mikron dan diameter 0,3 0,6 mikron. Bentuknya sering agak melengkung dan kelihatan seperti manik manik atau bersegmen. Basil tuberculosis dapat bertahan hidup selama beberapa minggu dalam sputum kering, ekskreta lain dan mempunyai resistensi tinggi terhadap antiseptik, tetapi dengan cepat menjadi inaktif oleh cahaya matahari, sinar ultraviolet atau suhu lebih tinggi dari 600C.Mycobacterium tuberculosismasuk ke dalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer. Selanjutnya menyebar ke getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks. Infeksi primer dan primer kompleks dinamakanTB primer, yang dalam perjalanan lebih lanjut sebagian besar akan mengalami penyembuhan. (Miller dalam Siti Fatimah, 2008).4. Patogenesis

Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (1 KGB), diameter 1 cm, konsistensi kenyal, tidak nyeri dan kadang saling melekat atau komfluens.b. Tuberculosis otak dan selaput otak :

1) Meningitis TB : gejala-gejala meningitis dengan seringkali disertai gejala akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena2) Tuberkuloma otak : gejala-gejala adanya lesi desak ruang

c. Tuberculosis system skeletal :

1) Tulang belakang (spondilitis) : penonjolan tulang belakang (gibbus)2) Tulang panggul (koksitis) : pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan di daerah panggul

3) Tulang lutut (gonitis) : pincang dan/ atau bengkak pada lutut tanpa sebab yang jelas

4) Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/ daktilitis)d. Skrofuloderma :

Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus (skin bridge)e. Tuberculosis mata :

1) Konjungtivitis flikternularis (conjunctivitis phlyctenularis)

2) Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)f. Tuberculosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya infeksi TB4. Diagnosis TB pada anak dengan system scoringDiagnosis dengan system scoring dilakukan apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostic yang tersedia. Penilaian/ pembobotan pada system scoring dengan ketentuan sebagai berikut :a. Parameter uji tuberculin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai nilai tertinggi yaitu 3

b. Uji tuberkin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis TB pada anak dengan menggunakan system scoring

c. Pasien dengan jumlah skor 6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT

Setelah dinyatakan sebgai pasien TB anak dan diberikan pengobatan OAT harus dilakukan pemantauan hasil pengobatans ecara cermat terhadap respon klien pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik, maka OAT dapat dilanjutkan sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik maka sebaiknya pasien segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

C. Lingkungan1. Pengertian

Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia (lennihan dan Fletter, 1989). Unsur-unsur lingkungan adalah sebagai berikut:

2. Macam-Macam Lingkungana. Lingkungan FisikLingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang bersifat tidak bernyawa, misalnya air, tanah, kelembaban udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya.

b. Lingkungan BiologisLingkungan biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme.c. Lingkungan SosialLingkungan sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur kehidupan manusia dan usaha-usahanya untuk mempertahankan kehidupan, seperti pendidikan pada tiap individu, rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga, jenis pekerjaan, jumlah penghuni dan keadaan ekonomi.

d. Lingkungan RumahLingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah (Walton, 1991). Lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisisk yaitu ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding serta lingkungan sosial yaitu kepadatan penghuni. Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga da individu.

Lingkungan rumah yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat memberikan tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk bersitirahat serta dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis maupun social (Lubis, 1989). Menurut APHA (American Public Health Assosiation), lingkungan rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Memenuhi kebutuhan fisiologisa) Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar kontruksinya sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak dan agar kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu rendah. Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding, lantai, atap dan permukaan jendela tidak terlalu banyak.

b) Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas ventilasi minimal 10 % dari jumlah luas lantai.

c) Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup untuk prosespergantian udara.d) Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu olehsuara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.e) Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruang makan, ruang tidur, dll.f) Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis kelaminnya. Ukuran ruang tidur anak yang berumur kurang dari lima tahun minimal 4,5 m, artinya dalam satu ruangan anak yang berumur lima tahun ke bawah diberi kebebasan menggunakan volume ruangan 4,5 m (1,5 x 1 x3 m) dan diatas lima tahun menggunakan ruangan 9 m (3 x 1 x 3 m)

2) Perlindungan terhadap penularan penyakita) Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, juga cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan penghuninya.b) Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat, juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.c) Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan,yaitu harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi permukaan sumber air bersih.d) Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan gangguan binatang serangga dan debu.e) Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang biak di dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harusrat proof, fly fight,mosquito fight.f) Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup.g) Luas kamar tidur minimal 8,5 m per orang dan tinggi langit-langit minimal 2.75 meter

3. Lingkungan Rumah Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian TB Pada Anak

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kejadian TB anak yaitu imunisasi BCG, pendidikan, status gizi,, pelayanan kesehatan, kontak dengan penderita TB dewasa, lingkungan rumah/ tempat tinggal dan social ekonomi orang tua. Pada umumnya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi syarat) akan berpengaruh terhadap penyebaran penyakit menular termasuik penyakit TB anak. Berikut adalah beberapa factor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian TB :

a. Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air di dalam udara ( Depkes dalam agus,2010). Kelembaban terdiri dari 2 yaitu kelembaban absolute yaitu berat uap air per unit volume udara dan kelembaban nisbi (relative) yaitu banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperature terhadap banyaknya uap air pada saat udara jenuh dengan uap air pada temperature tersebut.Secara umum penilaian kelembaba dalam rumah dengan menggunakan hygrometer. Menurut indicator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesedatan dalam rumah adalah 40-60% dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 40% atau >60% (depkes dalam agus,2010).Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dalam segi kelembabannya akan membawa dampak terhadap penghuninya karena dapar menjadi media yang baik bagi pertumbuhan nikroorganisme, antara lain bakteri, ricketsia, dan virus. Bakteri mycobacterium tuberculosa seperrti halnya bakteri lain akan tumbuh dengan subur pada lingkungan yang kelembabannya tinggi karena air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri (gould& brooker dalam agus,2010).

b. Ventilasi RumahVentilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia (Lubis, 1989). Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:1) Ventilasi alam.

Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu: daya difusi dari gas-gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara dan kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang angin, maka ventilasi pun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifatporousdinding ruangan, atap dan lantai.2) Ventilasi buatanPada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantarana adalah kipas angin,exhausterdan AC (air conditioner).Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut:

a) Luas lubang ventilasi tetap minimal 5 % dari luas lantai ruangan, sedangkan luaslubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5 % dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.b) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik,knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.c) Aliran udara diusahakancross ventilationdengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barangbarang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain.Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakanRole meter. Menurut indikator pengawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah< 10% luas lantai rumah (Depkes RI, 1989).Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akanmembawa pengaruh bagi penghuninya.Menurut Azwar (1990) dan Notoatmodjo(2003), salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Luas ventilasi rumah yang < 10 % dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis.Selain itu, fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, menurut Lubis (1989), luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan.

c. Suhu RumahSuhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan satuan derajat tertentu. Suhu udara dibedakan menjadi suhu kering, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu ruangan setelah diadaptasikan selama kurang lebih sep uluh menit, umumnya suhu kering antara 24 34 C; 2) Suhu basah, yaitu suhu yang menunjukkanbahwa udara telah jenuh oleh uap air, umumnya lebih rendah daripada suhu kering, yaitu antara 20-25 C.Secara umum, penilaian suhu rumah dengan menggunakan termometer ruangan.Berdasarkan indikator pengawasan perumahan, suhu rumah yang memenuhi syaratkesehatan adalah antara 20-25 C, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 20 C atau > 25 C .Suhu dalam rumah akan membawa pengaruh bagi penguninya. Menurut Walton (1991), suhu berperan penting dalam metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan tekanandarah. Sedangkan Lennihan dan Fletter (1989), mengemukanan bahwa suhu rumahyang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan kehilangan panas tubuh dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu lingkungan melalui proses evaporasi. Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi untuk terkena infeksi terutama infeksi saluran nafas oleh agen yangmenular.Sedangkan menurut Goul & Brooker (2003), bakterimycobacterium tuberculosamemiliki rentang suhu yang disukai, tetapi di dalam rentang ini terdapat suatu suhu optimum saat mereka tumbuh pesat.Mycobacterium tuberculosamerupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-40 C, akan tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C (Depkes RI, 1989; Gould & Brooker, 2003; Girsang, 1999; Salvato dalam Lubis 1989).

d. Pencahayaan RumahPencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber dari sinar matahari (alami), yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari alamiah, misalnya melalui jendela atau genting kaca (Depkes Ri, 1989; Notoatmodjo, 2003).

Cahaya berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Cahaya AlamiahCahaya alamiah yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya kuman TBC (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu, rumah yang cukup sehat seyogyanya harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela), luasnya sekurang-kurangnya 15 % - 20 %. Perlu diperhatikan agar sinar matahari dapat langsung ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain sebagai ventilasi, juga sebagai jalanmasuk cahaya. Selain itu jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.2) Cahaya buatan Cahaya buatan yaitu cahaya yang menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan lain-lain. Kualitas dari cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya (brightness of the source). Pencahayaan buatan bisa terjadi dengan 3 cara, yaitudirect,indirect, semi directataugeneral diffusing.Secara umum pengukuran pencahayaan terhadap sinar matahari adalah denganmenggunakanlux meter, yang diukur ditengah-tengah ruangan, pada tempat setinggi < 84 cm dari lantai, dengan ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan bila < 50 lux atau > 300 lux, dan memenuhi syarat kesehatan bila pencahayaan rumah antara 50-300 lux.Menurut Lubis dan Notoatmodjo (2003), cahaya matahari mempunyai sifat membunuh bakteri, terutama kumanmycobacterium tuberculosa.Menurut Depkes RI (2002), kuman tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung. Oleh sebab itu, rumah dengan standar pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis. Menurut Atmosukarto dan Soeswati (2000), kuman tuberculosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanua, dan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api. Menurut Girsang (1999), kumanmycobacterium tuberculosaakan mati dalam waktu 2 jam oleh sinar matahari; olehtinctura iodiiselama 5 menit dan juga oleh ethanol 80% dalam waktu 2-10 menit serta mati oleh fenol 5% dalam waktu 24 jam. Menurut Atmosukarto & Soeswati (2000), rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita tuberkulosis 3-7 kali dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.

e. Kepadatan Penghuni RumahKepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal (Lubis, 1989). Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m per orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 10 m/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m/orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya.Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuanstandar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperolehdari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni _ 10 m/orang dan kepadatanpenghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni _10 m/orang (Lubis, 1989).Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain (Lubis, 1989; Notoatmodjo, 2003). Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehtan (2000), didapatkan data bahwa :

1) Rumah tangga yang penderita mempunyai kebiasaan tidur dengan balita mempunyai resiko terkena TB 2,8 kalidibanding dengan yang tidur terpisah;2) Tingkat penularan TB di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya; 3) besar resiko terjadinya penularan untuk tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita TB4. Kerangka TeoriKerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Diagram 2.1 Kerangka Teori

Keterangan : tidak diteliti

Diteliti dan menjadi faktor independen

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo dalam Agus, 2011. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel penderita TBC Anak di Puskesmas Cipanas di Kabupaten Cianjur dan pengukuran variable lingkungan yang diperoleh dari data sekunder form inspeksi sanitasi rumah yang diperoleh dari Puskesmas Cipanas Kabupaten CianjurB. PARADIGMA PENELITIAN

Pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian TBC Anak, dimana faktor lingkungan yang menjadi acuan adalah kelembaban udara, ventilasi udara, suhu udara, pencahayaan dan kepadatan hunian, untuk mengetahui variable-variabel tersebut dilakukan dengan cara pengambilan dan pengolahan data sekunder hasil formulir sanitasi rumah yang diperoleh dari Puskesmas Cipanas di Kabupaten Cianjur. Kerangka konsep penelitian akan didukung oleh ebberapa variable yang menurut hemat peneliti dapat dioperasionalkan dalam penelitian ini.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian TBC anak, sedangkan variable independen adalah faktor lingkungan (kelembaban udara, ventilasi udara, suhu udara, pencahayaan dan kepadatan hunian).C. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Kelembaban udara mempengaruhi kejadian TBC anak

2. Ventilasi udara mempengaruhi kejadian TBC anak

3. Suhu udara mempengaruhi kejadian TBC anak

4. Pencahayaan mempengaruhi kejadian TBC anak

5. Kepadatan hunian mempengaruhi kejadian TBC anakD. DEFINISI OPERASIONAL

Table 3.1 Definisi Operasional Penelitian

VariableDefinisi OperasionalAlatHasil UkurCara UkurSkala

Kejadian TBC AnakJumlah penderita TBC anak di wilayah kerja Puskesmas Cipanas Kabupaten Cianjur yang tercatat di Dinas Kesehatan Cianjur dengan menggunakan sistem scoring1. Rekam medik2. Pasien dengan jumlah skor (scoring system) 6 = Positif TBC Anak.3. Pasien dengan jumlah skor (scoring system 0.05 berarti Ho gagal ditolak (P.value >). Uji statistic menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan

Dalam penelitian crossectional, untuk mengetahui faktor risiko dari masing-masing variable independen yang diteliti terhadap variable dependen digunakan prevalence odd rasio (POR). DAFTAR PUSTAKA

Dirjen P2PL ( 2013). Petunjuk Teknis Manajenen TB Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan RIMuhsin AM. 2008. http://beritacianjur.blogspot.com/2008/03/penderita-tbc-capai-1308-orang.html. Diakses pada tanggal 1 November 2014Riyanto, Agus ( 2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Susanto, Agus (2010). Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Tiberculosis Pada Anak Di Puskesmas Payung Rejo Kabupaten Lampung Tengah. Diakses pada tanggal 1 November 2014Heriyani, Farida.2011. Faktor Risiko Kejadian TB Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Banjarbaru. Prodi Pendidikan Dokter FK Universitas Lambung MangkuratIMUNISASI BCG

STATUS PENDIDIKAN

STATUS GIZI

PELAYANAN KESEHATAN

KEJADIAN TBC ANAK

KONTAK DENGAN PENDERITA

SOSIAL EKONOMI

LINGKUNGANFISIK RUMAH

KELEMBABAN UDARA

SUHU UDARA

VENTILASI UDARA

PENCAHAYAAN

KEPADATAN HUNIAN

Faktor lingkungan Fisik

Kejadian TBC anak

kelembaban udara

ventilasi udara

suhu udara

pencahayaan

kepadatan hunian

_1479226529.unknown

_1479227097.unknown

_1479227127.unknown

_1479227166.unknown

_1479227072.unknown

_1479226527.unknown