lapsus dislokasi before print.doc

47
BAB I PRESENTASI KASUS 1.1 Identitas Pasien Nama Pasien : Tn. B Umur : 47 Tahun No. Rekam Medik : 672735 Perawatan Bagian : ICU RSWS (bed 6) 1.2 Anamnesis : Keluhan Utama : Nyeri perut Riwayat Penyakit Sekarang : Dialami kurang lebih 10 jam SMRS pasien merasakan nyeri di panggul kanan post kecelakaan lalu lintas dan nyeri diseluruh lapang perut. Demam (-), Mual (+), Muntah (+), Riwayat operasi sebeumnya (-), Riwayat alergi (-). Riwayat Penyakit Dahulu : - Riwayat Hipertensi (-) - Riwayat DM (-) - Riwayat Jantung (-) - Riwayat Asma (-) 1.3 Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Sakit sedang, gizi baik Kesadaran : Kompos mentis (GCS 15)

Transcript of lapsus dislokasi before print.doc

BAB IPRESENTASI KASUS1.1 Identitas Pasien

Nama Pasien:Tn. B

Umur :47 Tahun

No. Rekam Medik:672735

Perawatan Bagian :ICU RSWS (bed 6)1.2 Anamnesis : Keluhan Utama

: Nyeri perut Riwayat Penyakit Sekarang :

Dialami kurang lebih 10 jam SMRS pasien merasakan nyeri di panggul kanan post kecelakaan lalu lintas dan nyeri diseluruh lapang perut.

Demam (-), Mual (+), Muntah (+), Riwayat operasi sebeumnya (-), Riwayat alergi (-).

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi (-) Riwayat DM (-) Riwayat Jantung (-) Riwayat Asma (-)1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: Sakit sedang, gizi baik Kesadaran

: Kompos mentis (GCS 15)

Tanda Vital: Tekanan darah: 100/70 mmHg Nadi

: 82 x/menit Suhu

: 37 oC

Pernafasan

: 32 x/menit Status Generalis:

Mata : Pucat (-), ikterus (-), Isokor diameter 3,3mm

THT: Epistaksis (-), perdarahan telinga (-), perdarahan gusi (-) Tonsil T1 T1, hiperemis (-) , Faring hiperemis (-), lidah kotor (-)

Leher: JVP R-2 cm H2O, Pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-)

Thorax: Simetris, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Cor : BJ I/II murni, reguler, murmur (-)

Abdomen: Peristaltik normal, distended (-), Ascites: sulit dinilai,

Nyeri tekan (+) Ekstremitas: Hangat, edema pretibial (-), peteki (-), dislokasi (+)Primary SurveyA. Airway: Bebas, trakea di tengah

B. Breathing: Dada simetris, sesak nafas (+), krepitasi (-), suara nafas kanan dan kiri ada dan jelas.C. Circulation:Tensi 100/70 mmHg, Nadi 82x/menit, Suhu 37oC, temperature kulit hangat, gambaran kulit normalD. Disability: AlertInformasi Pre Hospital

Kecelakaan lalu lintas: Sepeda motor x Mobil

Mekanisme kecelakaan: Pengemudi sepeda motor, memakai helm

Tanggal Kejadian

: 19/7/2014, Pukul 21.00 WITA1.4 Pemeriksaan Penunjang

1.4.1 Darah Lengkap dan Kimia Darah

Tabel 1.1. Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia DarahParameterNilai Rujukan

Jam 11:59Jam 1:05Jam 2:28

WBC3.31 x 103/uL3.31 x 103/uL3.41 x 103/uL4,00-10,00 x 103/uL

RBC4.001 x 106/uL4.821 x 106/uL4.65 x 106/uL4,50-6,50 x 106/uL

HGB12,2 mg/dl13,27mg/dl14,2 mg/dl14,0-18,0 mg/ dl

HCT36,0 %42,9,0 %41,40 %40,0-54,0 %

PLT129 x 103/uL179x 103/uL254 x 103/uL150-400 x 103/uL

Ureum46 mg/dl34 mg/dl34 mg/dl10-50 mg/dl

Creatinin1.50mg/dl1.20mg/dl1.20mg/dl< 1,3 mg/dl

GOT/GPT222/67 U/L131/41 U/L< 38U/L / = 1.0301.005 1.035- - -

Protein++ / 100Negatifmg/dl

GlukosaNegatifNegatifmg/dl

Bilirubin+ / 1Negatif- - -

UrobilinogenNormalNormalmg/dl

KetonNegatifNegatifmg/dl

NitritPosNegatifmg/dl

Blood+++ / 200NegatifRBC/ul

Lekosit+ / 70NegatifWBC/ul

Vit CNegatifNegatifmg/dl

Sedimen Lekosit5< 5Lpb

Sedimen Eritrosit30< 5Lplb

Sedimen TorakNegatifLpk

Sedimen KristalNegatifLpk

Sedimen Epitel Sel2Lpk

Sedimen Lain-lain-Ul

1.4.4 Radiologi

Gambar 1.1. Foto Pelvis/Panggul APFoto Pelvis/Panggul AP Alignment pembentuk pelvis berubah, tampak dislokasi ke craniolateroposterior caput femoris kanan, shentons line tidak intak Tampak diskontunitas pada atap acetabulum kanan Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis Mineralisasi tulang baik Kedua SI dan HIP joint kiri baik Jaringan lunak sekitarnya swellingKesan : -Dislokasi caput femoris dextra

-Suspek fraktur atap acetabulum dextra

1.5 Diagnosis

Berdasarkan foto xray pelvis, diagnosis kasus ini adalah dislokasi caput

femoris dextra. Diagnosis Bedah : Posterior dislocation of right hip joint

1.6 TerapiTerapi Bedah: IVFD RL 28 tpm

Ceftriaxone 1 gr/12 jam /IV Ranitidin 50g/8jam/IV Terapi anestesia:

IVFD 80 tm

Ketorolac 30mg/8jam/IV

Ceftriaxone 1gr/12jam/IV

Ranitidin 50mg/8jam/IV Terapi post-op IVFD RL 500cc/24 jam

Triofusin 500cc/24 jam

Kalbamin 500cc/24jam

Ivolip 20% 1000/24 jam

Morfin 1 mg/jam/Sp

Midazolam 2 mg/jam/Sp

Omeprazole 40 mg/12 jam/IV

Curcuma 2 tab/8 jam/NGT

Dobutamin 10 mcg/kg BB

Vuscon 0.25 mcg/kg BB

Novalgia 1 gr/8 jam/IV

Meropenem 1 gr/8 jam/ IV

BAB IIPendahuluanTrauma skeletal adalah salah satu aspek penting dalam radiologi ortopedik karena merupakan kasus terbanyak dalam radiologi sistem muskuloskeletal. Trauma skeletal yang paling sering terjadi adalah fraktur dan dislokasi.

2.1 DefinisiDislokasi adalah terpisahnya permukaan sendi tulang dengan sendinya. Atau keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).3,4,5 Subluksasi (dislokasi parsial) adalah kondisi berubahnya posisi permukaan sendi dari sendinya tetapi masih berhubungan/bersentuhan dengan sendinya.2 Dislokasi caput femur adalah keadaan dimana caput femur keluar dari socketnya pada tulang panggul (pelvis).3,4,5Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, sering diikuti oleh kerusakan

jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persyarafan atau fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang baik secara komplit maupun inkomplit.1,3,4,5 Dalam radiologi, fraktur diidentifikasi sebagai garis linear dalam tulang dan adanya gangguan atau kerusakan pada korteks tulang yang berdekatan disertai berbagai derajat pergeseran dari fragmen yang mengalami fraktur. Benturan dan tumpang tindih dari fragmen yang mengalami fraktur menghasilkan gambaran radiologi berupa peningkatan densitas tulang, batas tegas dan linear dengan gambaran tumpang tindih (overlap) dan seperti pita (band-like) dan sedikit batas jelas pada bagian yang mengalami benturan (impacted). Gambaran pembengkakkan jaringan biasanya terlihat di sekitar bagian yang mengalami fraktur akut.62.2 InsidenInsiden dislokasi femur di USA terjadi 341.000 orang per tahun danmeningkat seiring dengan bertambah usia. Insiden dislokasi femur paling tinggi terjadi di Amerika di ikuti oleh Eropa dan New Zealand. Sedangkan insiden terendah terjadi di Afrika Selatan dan Asia Timur. Di Amerika insiden dislokasi femur 70% disebabkan oleh kecelakaan bermotor. Fraktur pelvis pada orang dewasa mengakibatkan 24% mengalami fraktur acetabulum.3,4 Di Indonesia penyebab cedera akibat kecelakaan bermotor paling tinggi terjadi di Bengkulu dengan prevalensi 56,4% dan paling rendah di Papua dengan prevalensi 19,4%.72.3 EtiologiDislokasi caput femur dan fraktur acetabulum disebabkan oleh trauma dengan gaya dan tekanan yang besar seperti kecelakaan kendaraan bermotor ataupun jatuh dari ketinggian.3,4,5 Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang untuk menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur komunitif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti tumor, dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Menurut WHO penyebab dislokasi caput femur dan fraktur acetabulum terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas.8Fraktur dapat disebabkan oleh beragam hal. Paling sering disebabkan oleh

aktivitas yang keras dan kuat yang dilakukan secara tiba-tiba pada tulang normal dan merusak bentuk tulang normal. Cedera pada tulang dapat menyebabkan fraktur patologik. Penyakit metastase pada tulang juga menjadi penyebab terjadinya fraktur. Fraktur patologik yang disebabkan oleh tumor jinak seperti enchondroma atau kista tulang soliter (Solitary bone cyst) jarang terjadi dan sering diawali dengan lesi yang tidak dicurigai sebelumnya. Rapuhnya tulang yang disebabkan oleh penyakit Paget, osteodistrofi renal, osteogenesis imperfect dapat menyebabkan terjadinya fraktur patologik. Fraktur patologik cenderung memberikan gambaran fraktur transversal pada tulang panjang atau biasa disebut banana fracture.62.4 Anatomi Secara umum anatomi tubuh manusia terbagi menjadi beberapa bagian yaitu

kepala (capitis), leher (collum), trunkus (thoraks, abdomen, pelvis/perineum dan punggung), dan sepasang ekstremitas atas dan bawah. Anatomi tubuh manusia ini membentuk sistem anatomi yang terdiri dari sistem integument (dermatologi), sistem skeletal (osteology), sistem articular (arthrology), sistem muskular (miology), sistem saraf (neurology), sistem sirkulasi (angiology) yang terdiri dari sistem kardiovaskular dan sistem limfatik, sistem digestive (gastroenterology), sistem respirasi (pulmonology), sistem urinarius (urology), sistem reproduksi (gynecology dan andrology), dan sistem endokrin (endocrinology).

Gambar 2.1. Gross anatomi sistem skeletal.9Ektremitas Bawah (Lower Limb)Ektremitas bawah berfungsi dalam pergerakan, menopang berat badan dan

menjaga keseimbangan tubuh. Ekstremitas bawah dihubungkan dengan trunkus oleh pelvis yang merupakan tulang berbentuk cincin yang dibentuk oleh vertebra sakralis dan coccygeus serta os coxae dextra et sinistra yang berhubungan dengan simphisis pubis anterior. Ekstremitas bawah terdiri dari 6 bagian utama atau region yaitu :

Regio gluteal

Regio femoralis

Regio Genu

Regio kruris

Regio Talokruralis

Regio Pedis

Gambar 2.2. Ekstremitas Bawah (Lower Limb) 9Tulang-tulang pada Ekstremitas Bawah (Lower Limb)

Berat badan ditransfer dari columna vertebra melewati articulatio sacroiliaca

ke pelvis dan dari pelvis melewati articulatio coxae ke femur. Lalu berat badan ditransfer dari articulatio genu menuju articulation talocruralis oleh os tibia. Os fibula tidak membentuk sendi dengan femur dan tidak mampu menahan berat badan. Selanjutnya berat badan ditransfer ke os talus. Os talus memiliki arkus longitudinal yang dibentuk oleh tulang tarsal dan metatarsal, arkus pedis mendistribusikan berat badan sama rata antara bagian tumit dan bagian depan kaki ketika berdiri.Tulang-tulang pada ekstremitas yang dibahas berikut hanya os coxae, pelvis

dan femur beserta vaskularisasi dan persarafannya.Os Coxae (Hip Bone)

Setiap os coxae yang matur dibentuk oleh gabungan 3 tulang primer yaitu os

ilium, ischium dan pubis. Pada masa pubertas, tulang-tulang ini masih terpisah oleh kartilago. Lalu pada usia 15 sampai 17 tahun kartilago menghilang dan tulang bergabung, penggabungan tulang (fusion) komplit antara usia 20 dan 25 tahun.

Os ilium merupakan bagian superior dan terbesar dari os coxae berperan

dalam membentuk bagian superior dari acetabulum. Os ischium membentuk bagian posteroinferior dari acetabulum dan os coxae. Os pubis membentuk bagian anterior dari acetabulum dan anteromedial dari os coxae. Os pubis mempunyai 2 ramus, yaitu ramus superior dan inferior.

Gambar 2.3. Os Coxae (Tulang pelvis) Anterior View 9Pelvis

Batas superior dari rongga pelvis adalah pintu atas panggul. Pelvis bagian

inferior dibatasi oleh pintu bawah panggul dan bagian anterior dibatasi oleh simphisis pubis sedangkan bagian posterior dibatasi oleh os coccygeus. Pintu atas panggul dibatasi oleh linea terminalis pelvis yang dibentuk oleh :

Margin superior simphisis pubis anterior Tepi posterior crista pubis

Pecten pubis (bagian lanjutan dari ramus pubis superior/linea pectineal pubis).

Linea arcuata ilium

Tepi anterior ala sacrum

Promontorium

Pintu bawah panggul dibentuk oleh :

Margin inferior simphisis pubis anterior

Ramus inferior pubis dan tuberositas ischial anterolateral

Ligamentum sakrotuberous posterolateral

Ujung dari coccygeus posterior

Gambar 2.4. Pelvis : Lateral view (kiri) dan Medial view (kanan) 9Cincin Pelvis (Pelvic Girdle)

Cincin pelvis adalah celah berbentuk cincin yang menghubungkan columna

vertebra dengan os femur. Fungsi utama dari cincin pelvis adalah untuk mentransfer berat badan atas dari aksial ke tulang ektremitas bagian bawah saat berdiri dan berjalan dan untuk menahan kompresi dan daya/tenaga lain yang dihasilkan oleh berat badan.

Tulang pelvis dibentuk oleh 3 tulang yaitu 2 (dua) os coxae, dan 1 os sacrum.

Tulang pelvis dibagi menjadi pelvis major (false pelvis) dan pelvis minor (true pelvis) oleh garis oblik pada pintu atas panggul.

Pelvis Major adalah bagian superior dari pintu atas panggul, dibatasi oleh

dinding anterior abdomen, ala iliac lateral, dan L5 & S1 vertebrae posterior. Pelvis Minor adalah bagian pelvis yang terletak antara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul, dibatasi oleh permukaan os coxae, sacrum dan coccygeus pelvis. Bagian inferior dibatasi oleh diafragma pelvis musculofascial (M.Levator ani).

Articulatio (sendi) dan Ligamentum pada Cincin Pelvis (Pelvic girdle)

Articulatio utama pada pelvis adalah articulatio sacroiliaca dan simphisis

pubis karena keduanya menghubungkan trunkus dan ekstremitas bawah. Articulatio lumbosakral dan sacrococcygeal secara langsung berhubungan dengan cincin pelvis. Ligamentum yang mendukung dan memperkuat sendi memiliki nama yang sama dengan sendinya.

Gambar 2.5. Articulatio dan Ligamentum pada Pelvis 9Persarafan pada Pelvis

Pelvis diinervasi utama oleh nervus S1-S4 dan nervus spinal coccygeal serta

sistem saraf autonom. Muskulus piriformis dan coccygeus membentuk tempat bagi pleksus saraf coccygeal dan sacral. Ramus anterior nervus S2 dan S3 muncul diantara kedua otot ini.

Gambar 2.6. Persarafan pada Pelvis 9

Gambar 2.7. Sistem saraf Autonom Pada Pelvis 9Vaskularisasi Pelvis

Terdapat 4 (empat) arteri utama yang masuk ke dalam pelvis minor (true

pelvis) pada wanita dan 3 (tiga) pada pria :

Sepasang arteri iliaka interna yang mensuplai darah paling banyak ke pelvis minor. Arteri ini bercabang menjadi ramus anterior dan posterior.

Sepasang arteri ovarian

Arteri sacralis media

Arteri rectal superior

Vena pada pelvis antara lain :

Utama oleh vena iliaka interna dan cabang-cabangnya

Vena rectalis superior

Vena sakralis media

Vena gonadal

Pleksus venous vertebral interna

Gambar 2.8. Vaskularisasi Pada Pelvis 10Femur

Femur adalah tulang terpanjang dan terberat dari tubuh. Femur terdiri dari

bagian proksimal, corpus dan distal. Bagian proksimal femur terdiri dari caput, collum/cervikal dan 2(dua) trochanter (major dan minor). Caput femur dilapisi oleh kartilago articular kecuali bagian medial yang diganti dengan cekungan/fovea untuk tempat caput ligamentum. Collum femur berbentuk trapezoidal. Diantara trochanter major dan minor terdapat linea intertrochanterica. Bagian distal femur terbagi menjadi dua oleh lengkungan spiral menjadi condylus medial dan lateral. Condilus femoral ini membentuk sendi dengan condilus tibia dan disebut articulation genu.

Gambar 2.9. Os Femur Anterior view (atas) dan Posterior View (bawah) 9

Gambar 2.10. Vaskularisasi Pada Femur 9Gambar Radiologis Pelvis normal

Gambar 2.11. Gambar Foto Pelvis Posisi AP normal 112.5 Dislokasi Panggul

Klasifikasi 17AO / Orthopaedic Trauma Association klasifikasi untuk dislokasi panggul (suplemen JOT, November/ Desember 2007). Fraktur terkait dikodekan secara terpisah. Gambar 2.12 171 - Anterior (30-A1) 2 - Posterior (30-A2) 3 - Medial atau sentral (fraktur melalui acetabulum) (30-A3)

4 - Obturator (30-A4)

5 Lainnya (30-A5)Sebuah dislokasi terkait dengan fraktur dinding acetabulum harus dikodekan dengan kode fraktur (62) dan kode dislokasi 30-A.

2.5.1 Dislokasi panggul traumatik 5,12,15Karakteristik

Mekanisme cedera biasanya melibatkan kekuatan besar yang ditransmisikan sepanjang batang femur, misalnya cedera dashboard dalam kecelakaan lalu lintas atau cedera punggung pada seseorang yang sedang berlutut.

Gambar 2.13 Disloksi Panggul 20 Dislokasi posterior (paling umum) cenderung terjadi dengan panggul tertekuk dan adduksi pada waktu cedera. Dengan abduksi, dislokasi anterior dapat terjadi. Dislokasi sentral terjadi dengan perpindahan medial caput femoris melalui atau sebagian melalui acetabulum yang terfragmentasi.

Sering terkait dengan luka lain, seperti fraktur patella atau patah tulang panggul acetabulum posterior.

Gambaran klinis Secara klasik dislokasi panggul posterior dalam posisi fleksi, adanya pemendekan anggota gerak bawah, adduksi dan rotasi internal (dibandingkan dengan patah tulang leher femur). Nyeri cenderung menyiksa. Mungkin secara spontan berkurang jika dihubungkan dengan fraktur acetabulum.

Jika ada asosiasi fraktur pada batang femur maka dapat menutupi deformitas klasik.

Cedera saraf umunya saraf siatik (traksi dan kompresi)Gambaran Radiologi Abnormalitas biasanya jelas pada tampilan AP. Tampilan lateral direkomendasikan dalam semua kasus untuk membantu dalam menentukan dislokasi posterior atau anterior dan untuk menggambarkan dislokasi yang sulit. Pada dislokasi posterior, caput femoris muncul lebih kecil dari sisi yang terpengaruh pada tampilan AP dan sebaliknya dengan anterior tampak lebih besar (yang berhubungan dengan pembesaran dengan cara yang sama jantung tampak lebih besar pada film AP). Anteroposterior caput femoris terlihat di luar mangkuknya dan di atas acetabulum. Foto oblik berguna untuk menunjukan ukuran fragmen jika terjadi patah atau pergeseran. Lihat trokanter minor pada dislokasi posterior, trokanter minor terletak di atas batang femur. Lihat keterlibatan acetabulum karena ini akan mempengaruhi kemungkinan kerusakan saraf siatik, stabilitas dan hasil fungsional jangka panjang. Selalu nilai cincin panggul sepenuhnya sebagai patah tulang yang terkait / gangguan yang umum.2.6 Fraktur acetabulumFraktur Acetabulum (Klasifikasi AO) 8Sistem AO menggabungkan konsep klasifikasi Letournel.Jenis A. Artikular parsial satu kolom A1. Dinding posterior A2. Kolom posterior A3. Dinding anterior dan / atau kolom Jenis B. Fraktur berorientasi artikular parsial; Jenis transverse (melintang) dengan bagian atapnya melekat utuh pada ilium

B1. Transverse dan dinding posterior

B2. Bentuk-T

B3. Anterior dan Posterior hemitransverse

Jenis C. Artrikular lengkap, fraktur kedua kolom; Kedua kolom retak dan segmen artikular, termasuk akar, terpisah dari segmen yang tersisa dari ilium yang intak, "Acetabulum mengambang"

C1. Kedua kolom- fraktur kolom anterior meluas ke krista iliak (ragam tinggi)

C2. Kedua kolom fraktur kolom anterior meluas ke perbatasan anterior (ragam rendah)

C3. Kedua kolom- fraktur anterior memasuki sendi-sendi sakroiliak

Gambar 2.14 Klasifikasi fraktur acetabulum dasar dan kompleks. 8Grup dasar: (a) dinding posterior; (b) dinding anterior; (c) kolom posterior; (d) kolom anterior; (e) transverse (melintang). Grup kompleks: (f) kolom dan dinding posterior; (g) kedua kolom; (h) dinding transverse dan posterior; (i) bentuk-T; (j) kolom anterior dan posterior hemi-transverse.Karakteristik 16 Fraktur anterior meliputi fraktur dinding anterior dan kolom anterior.

Mereka sering dikaitkan dengan fraktur panggul, dan dengan demikian, dianggap sebagai fraktur cincin panggul bukan fraktur acetabulum. Cedera ini disebabkan oleh pukulan pada trokanter mayor lateral apabila kaki dalam posisi rotasi eksternal. Dislokasi panggul anterior jarang terkait, bila dibandingkan dengan jenis fraktur posterior, dan hampir selalu berhubungan dengan dislokasi panggul posterior. Fraktur dinding anterior biasanya dimulai pada anterior-inferior spina iliak dan melewati bawah melalui fossa cotyloid, hingga persimpangan kubah artikular dan superior ramus. Fraktur kolom anterior ditandai dengan garis fraktur yang meluas dari tengah ramus pubis ke setiap titik di atas segmen anterior krista iliak.

Fraktur posterior termasuk fraktur dinding posterior dan kolom posterior.

Fraktur posterior biasanya disebabkan oleh pukulan ke lutut yang menekuk (juga disebut cedera dashboard). Dislokasi panggul posterior sering dan hampir selalu ada ketika dinding posterior retak. Fraktur dinding posterior diidentifikasi dengan adanya gangguan dari batas posterior, yang terbaik dilihat pada tampilan oblik dari obturator. Fraktur kolom posterior benar-benar terpisah, karena biasanya berasal dari greater sciatic notch dan melintasi kubah dan foramen obturator.

Fraktur transverse dan bentuk-T umumnya disebabkan oleh kekuatan geser

energi tinggi. Mereka tampak sederhana namun sering memiliki prognosis terburuk.

2.7 PrognosisHasil akhir dari dislokasi panggul bervariasi, berkisar dari normal sampai sangat menyakitkan dan degenerasi sendi.

Asosiasi yang signifikan dengan reduksi yang buruk termasuk pola fraktur, usia, operasi tertunda, kehilangan ruang sendi dan nilai fungsional yang cukup/buruk.

Sebagian besar penulis melaporkan 70% sampai 80% hasil yang baik atau sangat baik dalam dislokasi posterior sederhana. Ketika dislokasi posterior berkaitan dengan caput femur atau fraktur acetabulum, bagaimanapun, patah tulang yang terkait umumnya mendikte hasilnya.

Dislokasi pinggul anterior tercatat memiliki insiden yang lebih tinggi terkait cedera caput femur (transkondral atau tipe indentasi). Satu-satunya pasien dengan hasil yang sangat baik adalah mereka yang tanpa cedera caput femur terkait. Hilangnya ruang sendi yang menyeluruh secara bermakna dikaitkan dengan nilai fungsional yang cukup/buruk.

Prognosis jangka panjang memburuk jika reduksi (tertutup atau terbuka) tertunda lebih dari 12 jam. Acetabular atau fraktur caput femur dapat diobati dalam fase subakut.2.8 Komplikasi 12 Osteonekrosis (avascular nekrosis): ini diamati pada 5% sampai 40% dari

cedera, dengan peningkatan risiko yang terkait dengan peningkatan waktu sampai reduksi ( > 6 sampai 24 jam); Namun, beberapa penulis menyarankan bahwa osteonekrosis mungkin timbul dari cedera awal, bukan dari dislokasi berkepanjangan. Osteonekrosis dapat menjadi klinis jelas setelah beberapa tahun cedera. Upaya reduksi berulang juga dapat meningkatkan insiden.

Gambar 2.15 Osteonekrosis (avascular nekrosis) 21 Osteoarthritis Post-traumatik: ini adalah komplikasi jangka panjang yang

paling sering pada dislokasi panggul; kejadian ini jauh lebih tinggi ketika dislokasi berhubungan dengan fraktur atau patah tulang acetabular transkondral dari caput femoris.

Gambar 2.15 Osteoarthritis Post-traumatik 22 Dislokasi rekuren: Ini jarang terjadi (< 2%), meskipun pasien dengan

reduksi anteversion femoralis mungkin akan mengalami dislokasi posterior berulang, sedangkan mereka dengan peningkatan anteversion femoralis mungkin rentan terhadap dislokasi anterior berulang.

Cedera neurovaskular: cedera saraf siatik terjadi pada 10% sampai 20%

dari dislokasi panggul. Hal ini biasanya disebabkan oleh peregangan saraf dari kepala dislokasi posterior atau dari fraktur fragmen yang terpindah. Prognosis tidak dapat diprediksi, tetapi kebanyakan penulis melaporkan 40% sampai 50% pemulihan penuh. Studi elektromiografi ditunjukkan pada 3 sampai 4 minggu untuk informasi dasar dan bimbingan prognostik. Jika tidak ada perbaikan klinis atau elektrik terlihat setelah 1 tahun, intervensi bedah dapat dipertimbangkan. Jika cedera saraf siatik terjadi setelah reduksi tertutup dilakukan, maka penjeratan saraf mungkin dan eksplorasi bedah diindikasikan. Cedera pada struktur pembuluh darah dan saraf dan femur telah dilaporkan dengan dislokasi anterior.

Gambar 2.16 Cedera Saraf Siatik 23 Patah tulang caput femoris: ini terjadi pada 10% dari dislokasi posterior

(fraktur geser) dan 25% sampai 75% dari dislokasi anterior (lekukan patah tulang).BAB III DISKUSI KASUS

Gambar 3.1 Foto Pelvis/Panggul APFoto Pelvis/Panggul AP Alignment pembentuk pelvis berubah, tampak dislokasi ke craniolateroposterior caput femoris kanan, shentons line tidak intak. Shentons line adalah garis imajiner yang ditarik sepanjang perbatasan inferior ramus pubis superior (perbatasan superior foramen obturatum) dan sepanjang perbatasan inferomedial dari leher femur. Garis ini harus terus menerus dan halus.18 Pada dislokasi panggul maupun pada fraktur pada leher femur, shentons line tidak intak. Pada tampilan foto xray ini, tampak shentons line tidak intak dan caput femoris dislokasi ke craniolateroposterior dan berada di atas acetabulum. Tampak diskontunitas pada atap acetabulum kanan Diskontinuitas pada atap acetabulum bisa menandakan adanya fraktur. Jika fragmen fraktur overlap bisa terlihat suatu garis dengan densitas tinggi. Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis Apabila ditemukan adanya tanda-tanda osteomyelitis, perubahan paling awal terlihat pada jaringan lunak yang berdekatan dengan ada atau tidak adanya garis bentuk otot. Adanya swelling dan lemak yang terlihat kabur atau menghilang. Sebuah efusi dapat dilihat dalam sendi yang berdekatan.

Secara umum, osteomyelitis harus meluas setidaknya 1 cm dan mempengaruhi 30 sampai 50% dari kandungan mineral tulang untuk menghasilkan perubahan nyata dalam foto polos. Temuan awal mungkin halus, dan perubahan mungkin tidak jelas sampai 5-7 hari pada anak-anak dan 10-14 hari pada orang dewasa. Setelah waktu ini sejumlah perubahan dapat dicatat:

osteopaenia regional Reaksi periosteal / penebalan periosteal - variabel, dan mungkin muncul termasuk pembentukan agresif dari Codman triangle

focal lisis tulang

endosteal scalloping hilangnya arsitektur trabekuler tulang

aposisi tulang baru

sklerosis perifer

Dalam kasus-kasus kronis atau tidak diobati akhirnya pembentukan dari involucrum (reaksi periosteal dengan spikul yang tebentuk setelah 20 hari), sequestrum (nekrosis tulang kortikal yang terpisah yang terbentuk setelah 30 hari), atau kloaka (rongga pada tulang yang mati) dapat dilihat. 19 Mineralisasi tulang baik Mineralisasi dikatakan berkurang apabila adanya peningkatan radiolusensi pada tulang.

Kedua SI dan HIP joint kiri baik Jaringan lunak sekitarnya swelling Pembengkakan/swelling pada jaringan lunak harus sesuai dengan bidang jaringan lunak atau tulang yang terkena cedera. Pembengkakan yang terlihat pada daerah yang tidak terkait dengan fraktur yang diamati harus membuat pemeriksa memulai pencarian untuk kelaian tambahan untuk menjelaskan pembengkakan.Dari foto pelvis ini didapati kesan dislokasi caput femoris dextra dan suspek fraktur atap acetabulum dextra.Usul:

Computed tomography (CT) scan dapat diperoleh setelah reduksi tertutup pada dislokasi pinggul. Jika reduksi tertutup tidak mungkin dan reduksi terbuka direncanakan, CT scan harus diperoleh untuk mendeteksi keberadaan fragmen intra-artikular dan untuk menyingkirkan fraktur caput femoris dan acetabulum yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA1. Young Jeremy W.R. Skeletal Trauma : General Consideration. Textbook of Radiology and Imaging David Sutton Vol.2.Seventh Edition. Churchill Livingstone.2003.Chap.43:1371.

2. Harry S., Schultz M. Orthopedic Fractures and Dislocations. Current Clinical Strategies: Surgery. 6th edition. The University of California, Irvine, Manual of Surgery. Copyright 2006 Current Clinical Strategies Publishing:82. (www.ccspublishing.com/ccs/surg.htm).

3. Thacker Mihir M, MBBS, MS(Orth). Epidemiology and Etiology: Acetabulum Fracture.(http://emedicine.medscape.com/article/1246057-overview). Updated: Feb 10, 2012. Diakses tanggal 30 Juli 2014.

4. Gammons Matthew, MD. Epidemiology and Causes: Hip Dislocation. (http://emedicine.medscape.com/article/86930-overview). Updated: Mar 27, 2014. Diakses tanggal 30 Juli 2014.5. Holmes J. Erskine. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University Press. Cambridge, 2004: p152-54.

6. Rogers Lee F.,Taljanovic Mihra S.,Boles Carol A. General considerations 0f Skeletal Trauma. Adam: Grainger & Allison's Diagnostic Radiology, 5th ed. Copyright 2008 Churchill Livingstone, An Imprint of Elsevier. Chap.46:1-3.

7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 2013:101.8. Baert A. L, Imaging of the Hip and Bony Pelvis. Medical Radiology. Department of Clinical Radiology Manchester Royal Infirmary, Manchester. 2006: p217-235.9. Moore Keith L,; Agur, Anne M. R. Introduction to Clinical Anatomy : Pelvis and Perineum, Lower Limb. Essential Clinical Anatomy, 3rd Edition. Copyright 2007 Lippincott Williams & Wilkins. Chap.3, 5.10. Putz R., Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobbota Jilid 2 : Batang Badan, Panggul, Ekstremitas Bawah. Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran:EGC.224,7511. Rogers Lee F.,Taljanovic Mihra S.,Boles Carol A. The Pelvis. Adam: Grainger & Allison's Diagnostic Radiology, 5th ed. Copyright 2008 Churchill Livingstone, An Imprint of Elsevier. Chap.46.12. Egol K, Koval K, Zuckerman J. Handbook of Fractures. Fourth Edition.Lippincott Williams and Wilkins, 2010.13. Holmes E, Misra R. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University Press 2004. 138-139.14. Rockwood C,Bucholz R,Court-Brown C, Heckman J,Tornetta P. Hip Dislocation and Fractures of the Femoral Head. Rockwood & Greens Fractures in Adults 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006. 15. Sanders S, Tejwani N, Egol K. Traumatic Hip Dislocation. A Review. Bulletin of the NYU Hospital for Joint Diseases. 2010;68(2):91-616. Marincek B, Dondelinger R F, Pelvic Fracture. Emergency Radiology- Imaging and Intervention. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2007. p.245-24617. Marsh, J. L, et al. Dislocations. Journal of Orthopaedic Trauma.Volume 21, Number 10 Supplement, Lippincott Williams & Wilkins. November/December 2007.18. http://radiopaedia.org/articles/shenton-s-line-1. Diakses tanggal 24 Juli 2014.19. http://radiopaedia.org/articles/osteomyelitis. Diakses tanggal 24 Juli 2014.20. Gambar dislokasi panggul. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19098.htm. Diakses tanggal 24 Juli 2014.21. Gambar osteonekrosis. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00216. Diakses tanggal 24 Juli 2014.22. Gambar osteoarthritis post-traumatik. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00208. Diakses tanggal 24 Juli 2014.23. Gambar cedera saraf siatik. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9765.htm. Diakses tanggal 24 Juli 2014.

25