MAKALAH PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL.doc
-
Upload
noi-notnot -
Category
Documents
-
view
99 -
download
17
Transcript of MAKALAH PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL.doc
MAKALAH PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL
TETES MATA KLORAMPENIKOL
DISUSUN OLEH :
NAMA : NONIK WIDHIE HASTUTIE
NIM : 123042
DOSEN : Nurul Hidayati, S.Farm., Apt
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2014/2015
1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan steril tetes mata
Kloramfenikol.
2. Dapat membuat sediaan steril tetes mata Kloramfenikol skala laboratorium sesuai
dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan.
1.2 Dasar Teori
Obat tetes mata biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya, dimana yang paling sering dipakai
adalah larutan dalam air. Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan
terbatas, pada umumnya obat mata diberikan pada volume yang kecil. Volume sediaan cair
yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan atau mencuci mata (Ansel, 1989).
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata (Anonim, 1995).
Sedangkan menurut Ansel, tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau
suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat
mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti
kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat
(Ansel, 1989).
Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik dimana
penggunaan air yang sempurna serta material wadah dan penutup yang diproses dulu dengan
anti bakterial menjadi sangat penting artinya (Voight, 1995).
Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol. Mengandung
kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% dar
jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995). Tetes mata Kloramfenikol merupakan
larutan steril kloramfenikol dalam air murni, mengandung larutan dapar yang cocok, dapat
pula ditambahkan bahan pengawetyang cocok. Tetes mata kloramfenikol mempunyai pH
optimal 7,0 – 7,5 (British Pharmacopoeia, 2001). Serbuk kloramfenikol dapat larut dalam 400
bagian air, memiliki stabilitas yang sangat baik pada suhu kamar dan kisaran pH yang lebar
yaitu 2,0 – 7,0 (Connors, 1992).
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari
sediaan;
3. Isotonisitas dari larutan;
4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum
(Akbar, 2010)
Sediaan mata sama dengan sediaan steril lainnya yaitu harus steril dan bebas dari
bahan partikulat. Dengan pengecualian jumlah tertentu dari injeksi mata, sediaan untuk mata
adalah bentuk sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal dan karena itu tidak perlu
untuk bebas pirogen. Syarat-syarat harus dipertimbangkan dalam pembuatan dan kontrol
terhadap produk optalmik yaitu sterilitas pengawet, kejernihan bahan aktif, buffer viskositas,
pH stabilitas, dan isotonisitas (Rgmaisyah, 2009).
Keuntungan sediaan tetes mata antara lain secara umum larutan berair lebih stabil
daripada salep dan tidak menganggu penglihatan ketika digunakan. Sedangkan kerugian
sediaan tetes mata yaitu waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang
terabsorsi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tetes mata yaitu:
1. Cuci tangan
2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke
dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes.
4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah
sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.
5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip
paling kurang 30 detik
6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat
7. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke
bawah
8. Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun
9. Jangan mencuci penetes
10. Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika
dipindahkan
11. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi
untuk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi
12. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna
13. Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol
saja
14. Jika menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu beberapa
menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain
15. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin
16. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip
lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat kerjanya.
(Rgmaisyah, 2009)
Sifat-sifat fitokimia yang harus diperhatikan dalam memilih garam untuk formulasi larutan
optalmik yaitu :
1. Kelarutan
2. Stabilitas
3. Ph stabilitan dan kapasitas dapar
4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula
Tetes mata Klorampenikol di indikasikan untuk terapi infeksi superficial pada mata
dan otitis eksterna yang disebabkan oleh bakteri, blepharitis, katarak, konjungtifitis bernanah,
traumatik karatitis, trakhoma dan ulcerative keratitis. Kontraindikasi, Pada pasien yang
hipersensitif terhadap kloramfenikol. Yang mana mekanisme kerjanya, menghambat sintesis
protein pada mikroorganisme dengan berikatan pada pada subunit ribosom 50 S, sehingga
menghambat pembentukan ikatan peptide. Efek samping dari tetes mata Klorampenikol
adalah rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada mata. Reaksi
hipersensitivitas dan inflamasi termasuk konjunctivitis, terbakar, angioneuro edema, urtikaria
vesicular/maculopapular dermatitis (jarang terjadi) (McEvoy, 2002).
Dosis,efektif dari pengobatan yang dilaksanakan pada mata dapat berbeda-beda
dengan kekuatan obat yang diberikan; volume yang dipakai, lamanya pengobatan yang
berhubungan dengan permukaan mata dan frekuensi pemberian. Maka dari itu tetes mata
kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam sediaan (Ansel, 1989). Penyimapanan pada
suhu dibawah 30oC (Anonim, 2010).
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik spektrum luas yang berasal dari beberapa
jenis Streptomyces misalnya S. venezuelae, S. phaeochromogenes var. chloromyceticus, dan
S.omiyamensis. Setelah para ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka sejak tahun 1950,
kloramfenikol sudah dapat disintesis secara total. S. venezuelae pertama kali diisolasi oleh
Burkholder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang diambil dari Venezuela. Filtrat kultur
cair organisme menunjukkan aktivitas terhadap beberapa bakteri Gram negatif dan riketsia.
Bentuk kristal antibiotik ini diisolasi oleh Bartz pada tahun 1948 dan dinamakan kloromisetin
karena adanya ion klorida dan didapat dari aktinomisetes. Kloramfenikol mempunyai rumus
kimia yang cukup sederhana yaitu 1-(pnitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol.
Gambar 2.1 Struktur kloramfenikol
Antibiotik ini bersifat unik diantara senyawa alam karena adanya gugus nitrobenzen
dan antibiotik ini merupakan turunan asam dikloroasetat. Bentuk yang aktif secara biologis
yaitu bentuk levonya. Zat ini larut sedikit dalam air (1:400) dan relatif stabil. Kloramfenikol
diinaktivasi oleh enzim yang ada dalam bakteri tertentu. Disini terjadi reduksi gugus nitro dan
hidrolisis ikatan amida; juga terjadi asetilasi.
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil
dalam segala pemakaian. Kloramfenikol memiliki stabilitas yang sangat baik pada suhu
kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH 6. Pada suhu
25°C dan pH 6, memiliki waktu paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi penyebab utama
terjadinya degradasi kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrolitik pada
lingkaran amida. Laju reaksinya berlangsung di bawah orde pertama dan tidak tergantung
pada kekuatan ionik media (Connors, 1992).
Kelarutan
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sedikit larut dalam CHCl3, mudah
larut dalam propilen glikol, dalam aseton, dan dalam etil asetat (Anonim, 1995).
Stabilitas
Terhadap cahaya : tidak stabil, simpan pada tempat yang terlindung cahaya
(Reynolds, 1982).
Terhadap suhu : stabil selama 2 tahun, jika disimpan pada suhu 20-250 C
(Reynolds, 1982).
Terhadap pH : pKa 5,5 (McEvoy, 2002)
Terhadap oksigen : tidak stabil, simpan dalam wadah yang kedap udara
(Reynolds,1982).
Titik Lebur
149-1530 C (Reynolds, 1982)
Inkompatibilitas
Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium chloride, Carbenicillin sodium,
Chlorpromazine HCl, Erythromycin salts, Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium
succinate, Hydroxyzine HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate,
Nitrofurantoin sodium, Novobiocin sodium, Oxytetracycline, Phenytoin sodium,
Polymixin B sulphate, Prochlorperazine salts, Promazine HCl, Prometazine HCl,
Vancomycin HCl, Vitamin B complex (Lund, 1994).
Uji Kontrol kualitas tetes mata Klorampenikol meliputi :
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis terhadap sediaan dilakukan dengan peninjauan dari segi warna dan
bau yang ditimbulkan oleh cairan tetes mata. Diamati warna cairan dan ada tidaknya
aroma yang ditimbulkan. Selain itu juga dilakukan uji tetesan dengan melihat
konsistensi cairan yang dihasilkan dan apakah dapat menetes bila dituang.
2. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH stick. Sejumlah cairan tetes mata
diletakkan di dalam beaker glass. pH stick dicelupkan ke dalam cairan tetes mata,
setelah beberapa saat dicek warna yang terbentuk pada pH stick. Warna yang
terbentuk pada pH stick kemudian dicocokan dengan rentang warna yang terdapat
pada kemasan pH stick untuk mengetahui pH dari sediaan.
3. Uji Kejernihan
Uji kejernihan terhadap sediaan dilakukan dengan meletakkan wadah sediaan
yang berisi cairan tetes mata di dalam kotak dengan latar hitam dan putih yang
didalamnya terdapat lampu yang menyinari wadah dari arah samping. Pertama wadah
didekatkan pada lampu pada sisi dengan latar putih, amati kejernihan cairan dengan
melihat ada atau tidak kotoran berwarna gelap. Selanjutnya wadah didekatkan pada
lampu pada sisi dengan latar hitam, amati kejernihan kembali dengan melihat ada atau
tidak kotoran yang berwarna muda kemudian bandingkan dengan perlakuan pertama
pada latar putih.
Pernyataan kejernihan suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan.
4. Uji Kebocoran
Uji kebocoran dilakukan dengan membalikkan botol sediaan tetes mata
dengan mulut botol menghadap ke bawah . Diamati ada tidaknya cairan yang keluar
menetes dari botol.
1.3 Formulasi
Tiap 10ml mengandung :
Chloramphenicolum 50mg
Acidum Boricum 150mg
Natrii Tetraborat 30mg
Phenylhydrargyri Nitras 200µg
Aqua Destilata ad 10mg