Makalah Pleno SL

20
Keanggotaan Kelompok A5 Ketua : Indri Hardiyanti Gunawan Wakil : Celine Citra Surya Seketaris : 1. Evita Jodjana 2. Gabriel Cahyani Harefa Bendahara : Thobias Andrew Yudishtira Seksi Perlengkapan : 1. Angela Mitchele Nyangan anak Prie 2. Inggrid Riama Tiopina Hasibuan Seksi Dokumentasi : 1. Yono Suhendro : Photo dan Video 2. Yuvian Naufal : Photo 3. Manggala Senapati : Photo Tempat Kunjungan Hari dan Tanggal Kunjungan : Jumat, 4 Oktober 2013 Pukul : 13.00-15.00 Tempat : Panti Werdha Berea Alamat Kunjungan : Jl. Setia No. 12 RT.001/03 Kedoya Selatan, Jakarta- Barat 11520 Telepon : (021) 582 1864 Page | 1

description

blok 2

Transcript of Makalah Pleno SL

Page 1: Makalah Pleno SL

Keanggotaan Kelompok A5

Ketua : Indri Hardiyanti Gunawan

Wakil : Celine Citra Surya

Seketaris : 1. Evita Jodjana

2. Gabriel Cahyani Harefa

Bendahara : Thobias Andrew Yudishtira

Seksi Perlengkapan : 1. Angela Mitchele Nyangan anak Prie

2. Inggrid Riama Tiopina Hasibuan

Seksi Dokumentasi : 1. Yono Suhendro : Photo dan Video

2. Yuvian Naufal : Photo

3. Manggala Senapati : Photo

Tempat Kunjungan

Hari dan Tanggal Kunjungan : Jumat, 4 Oktober 2013

Pukul : 13.00-15.00

Tempat : Panti Werdha Berea

Alamat Kunjungan : Jl. Setia No. 12 RT.001/03 Kedoya Selatan, Jakarta-

Barat 11520

Telepon : (021) 582 1864

Page | 1

Page 2: Makalah Pleno SL

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi bagaikan jantung dalam tubuh manusia, karena komunikasi

merupakan salah satu hal yang tidak dapat terlepas dari manusia. Komunikasi

sangatlah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Sejak dalam

kandungan pun, komunikasi sebenarnya telah terjadi dan sejak saat itulah komunikasi

akan terus-menerus berlangsung selama proses kehidupan. Melalui komunikasi,

seseorang dapat menyampaikan apa yang ada dalam benak pikiran kepada orang lain

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Komunikasi dapat dilakukan dengan verbal(suara) dan juga non verbal

(gerakan). Dalam berkomuniasi dengan siapapun untuk maksud-tujuan tertentu,

interpersonal atau dalam kelompok, baik dengan ibu, ayah, suami/isteri, anak, nenek,

guru /dosen, sahabat, teman, atasan, maupun bawahan, perlu penyesuaian bersikap

agar komunikasi menjadi lebih efektif. Penyesuaian ini biasanya kita sebut sebagai

empati. Empati ini merupakan kunci dari komunikasi. Berempati berarti bagaimana

kita melakukan upaya untuk memahami, mengahayati dan juga menempatkan diri kita

sesuai dengan orang tersebut.

Oleh sebab itu, kelompok kami memilih sebuah panti jompo untuk penerapan

komunikasi dan empati. Dimana kita melakukan penyesuaian diri kita terhadap

penghuni panti dengan perbedaan umur dan pola pikir yang jauh. Dan juga bagaimana

kita berkomunikasi dan berempati terhadap mereka yang sudah mengalami masalah

dengan kondisi fisik dan mental mereka.

1.2 Tujuan

Agar kita sebagai mahasiswa dapat melakukan komunikasi yang efektif dan

menerapkan sikap empati dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Profil Panti

Nama Panti : Panti Werdha Berea

Pengelola : Oleh lingkup Majelis Umum GPdi Ketapang

Lokasi : Jl. Setia No. 12 RT.001/03 Kedoya Selatan, Jakarta-Barat

Telepon : 021-5821864

Jumlah penghuni : 22 orang (semua wanita)

Page | 2

Page 3: Makalah Pleno SL

Jumlah petugas : 8 orang

Pengurus Panti : Ibu Eva Ang

Usia penghuni : 60-90 tahun

Fasilitas Panti : Terdapat 20 kamar (1 kamar berisikan 2 orang), ruang makan,

ruang bersantai/ruang tamu, gedung ibadat, taman, tempat mencuci piring, dan 4

kamar mandi.

Panti Werdha Berea  adalah salah satu wadah pelayanan dalam lingkup Majelis

Jemaat GPdI Ketapang. Panti Werdha yang terletak di Jl. Setia, Kedoya, Jakarta Barat

ini didirikan pada tahun 1990 dan semula berada di bawah naungan Yayasan Berea.

Namun pada tahun 2009 yang lalu, kepengurusan Panti Werdha Berea dialihkan

kepada pihak Majelis Jemaat berhubung Yayasan Berea lebih memusatkan pelayanan

pada bidang lainnya.

Sesuai dengan namanya, Panti Werdha ini menampung orang-orang yang

sudah lanjut usia dan pada umumnya mereka tidak memilikikeluarga atau tidak

mampu diurus oleh keluarganya yang ada karena berbagai macam sebab. Penghuni

Panti Werdha ini seluruhnya adalah wanita dan pada umumnya adalah ibu-ibu janda

yang sudah lanjut usia.

Panti Werdha Berea dapat menampung maksimal 30 orang, dan pada saat ini

dihuni oleh 22 orang, ditambah dengan Pengurus lapangan sebanyak 2 orang dan

ditunjang oleh empat orang pembantu yang merawat para penghuni Panti dan 2 orang

petugas yang merawat kebun. Para penghuni Panti sendiri, tidak seluruhnya berasal

dari kalangan jemaat GPdI Ketapang, walaupun tentunya diberi kesempatan terlebih

dahulu kepada kalangan jemaat sendiri. Ada beberapa orang penghuni yang berasal

dari gereja GPdI lainnya atau non GPdI tetapi diterima dengan pertimbangan tertentu.

Bagi mereka yang menjadi penghuni Panti,  mereka diharuskan memenuhi

beberapa persyaratan, antara lain harus berusia minimal 60 tahun, sehat jasmani dan

rohani, bersedia mengikuti ibadah di GPdI Ketapang serta tentunya harus membayar

iuran bulanan sebesar Rp.1.000.000,-/bln.

Dalam membina kerohanian penghuni Panti, setiap hari Kamis pagi diadakan

Kebaktian di Aula Panti Werdha yang dilayani oleh para Hamba Tuhan dalam

lingkungan jemaat GPdI Ketapang. Selain itu, Kadang kala ada juga tamu-tamu yang

datang berkunjung dari luar GPdI Ketapang dan meminta untuk diadakan acara

kebaktian maupun acara kebersamaan dengan para penghuni Panti.

Page | 3

Page 4: Makalah Pleno SL

Setiap hari Minggu para penghuni Panti diajak untuk berbakti di GPdI

Ketapang. Pada waktu tertentu, para penghuni Panti juga diajak rekreasi ke beberapa

tempat wisata di sekitar Jabodetabek, agar mereka juga dapat menikmati rekreasi

bersama teman-teman dan para tamu yang membawa mereka berliburan. Kepada

mereka juga diberikan pelatihan ketrampilan wanita seperti membuat manik-manik,

menyulam dan lainnya dimana hasil karya mereka untuk dijual kepada para tamu yang

berkunjung kesana. Hasil penjualan barang kerajinan tangan buatan mereka digunakan

untuk membantu keperluan operasional Panti Werdha Berea.

Sedangkan untuk menjaga kesehatan para penghuni, maka setiap minggu

sekali diadakan pemeriksaan kesehatan oleh Dr. Jaya dari Team Pelayanan Kesehatan

Jemaat GPdI Ketapang. Dalam memenuhi kebutuhan pengobatan mereka, pada

umumnya para penghuni membeli obat-obatan itu dengan biaya sendiri. Namun ada

juga penghuni yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli obat-obatan sendiri

dan mereka mendapat pemberian obat secara gratis dari gereja. Untuk memenuhi

kebutuhan pengobatan mereka, saudara yang terbeban untuk membantu dapat

menghubungi Dr. Jaya di Gereja GPdI Ketapang setiap hari Minggu pagi.

1.4 Rincian Kegiatan

Kegiatan kami dimulai pada hari Kamis 3 Oktober 2013 pukul 11.00. Kami

berencana untuk mensurvey panti jompo di . Sebelumnya kami membagi tugas, 5

orang untuk mensurvey dan 5 orangnya lagi untuk membeli sumbangan yang akan

diberikan kepada panti jompo. Tapi sayangnya panti jompo yang disurvey menolak

untuk menerima kami dengan alasan penghuni yang berada di panti werdha itu sudah

capek dan ingin beristirahat. Kami pun mencoba untuk meminta izin untuk

mewawancara pada hari berikutnya atau lusa tapi kata pengurus pantinya mengatakan

sudah ada janji dengan orang lain sehingga kami tidak bisa untuk melakukan

mewawancaranya. Mendengar itu kami berpikir lagi untuk mencari panti jompo yang

lain. Dan akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke panti werdha berea yang berada

di Jl. Setia, Kedoya, Jakarta Barat. Sebelumnya salah satu teman kami sudah pergi ke

sana untuk mensuvery. Dan dari pengurus panti wedha itu yaitu Ibu Eva menerima

kami dan mengatakan bahwa kami boleh untuk mewawancarai penghuni panti werdha.

Rencananya kami ingin pergi pada hari itu juga tapi Ibu Eva mengatakan kepada kami

untuk datang pada hari berikutnya yaitu Jumat 4 Oktober 2013 pada pukul 13.00.

Page | 4

Page 5: Makalah Pleno SL

Karena itu, kami memutuskan untuk membeli biscuit sebanyak 2 kaleng untuk

dibawa ke panti werdha besok. Dan pada pukul 14.00 kami kembali ke rumah masing-

masing. Besoknya setelah selesai kuliah pada pukul 11.00 kami berkumpul di kantin

untuk berdiskuasi lagi karena kami mendapat kabar dari pengurus panti bahwa akan

oma yang akan berulang tahun. Karena itu kami memutuskan untuk membeli sebuah

kue. Dan salah teman kami yang pergi untuk membeli kue. Akhirnya kami berpisah

karena pada saat itu ada beberapa teman kami yang mengikuti pertemuan KMK dan

ada juga yang mengikuti rapat BEM. Kemudian pada pukul 12.00 kami berkumpul

lagi di tempat parkir kampus FK UKRIDA dan setelah itu kami langsung berangkat

menuju panti werdah berea bersama dengan kelompok-kelompok lain. Begitu kami

sampai di tempat yang kami tuju, kami melihat bahwa tempatnya itu sangat tenang

dan bersih. Kami pun masuk ke dalam ruang tamunya, disitu kami melihat para oma-

oma yang sedang bersantai sambil menonton tv. Kami mengucapkan salam pada

mereka. Selanjutnya kami dipersilahkan oleh ibu Eva, pengurus pantinya untuk

mewawancarai. Dan ternyata orang yang diwawancarai sudah disiapkan bu Eva di

ruang makan. Kami pun langsung menuju ruang makan. Di ruang makan terdapat 4

oma yang sudah siap untuk diwawancarai. Kami mewawancarai dua oma yaitu oma

Subagio dan oma Lidya. 5 orang mewawancarai oma Subagio dan 5 orangnya lagi

mewawancarai oma Lidya.

Sesi wawancara berlangsung hampir sekitar 1 jam. Kami banyak berbincang-

bincang dengan oma-oma tersebut. Selain itu kami juga banyak mendapat nasihat-

nasihat dari oma-oma itu. Setelah itu kami membuat kejutan untuk oma Subagio

dengan membawakan kue karena ia berulang tahun. Selanjutnya kami pun berkeliling

di panti werdha tersebut dan pada akhirnya kami melakukan sesi foto-foto dengan para

oma-oma disana. Sekitar pukul 14.00 kami memutuskan untuk berpamitan pulang.

Sebelum pulang kami memberikan 2 kaleng biscuit dan 1 bingkisan berisikan minyak

telon sebanyak 6 pack kepada pengurus panti werdha. Tidak lupa kami mengucapkan

terima kasih kepada pengurus panti yaitu Ibu Eva dan para oma-oma yang disana

karena sudah mengizinkan kami untuk datang berkunjung dan melakukan wawancara

dengan mereka. Demikian rincian perjalanan kami mengunjungi panti Werdha Berea.

Page | 5

Page 6: Makalah Pleno SL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi

Secara umum, definisi komunikasi adalah “Sebuah proses penyampaian

pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara

tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh

penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt

& Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988). Komunikasi merupakan interaksi antara

dua orang atau lebih.

Komunikasi dibedakan atas dua yaitu komunikasi verbal dan non verbal.

Kedua komunikasi ini berlangsung secara bersamaan. Berikut adalah penjelasan

mengenai komunikasi verbal dan non verbal:

A. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan sebuah komunikasi yang menggunakan kata-

kata baik lisan ataupun tertulis. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan,

emosi, pemikiran, gagasan atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan

informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling

berdebat dan bertengkar.

Dalam komunikasi verbal juga, kita perlu mendengar secara aktif, trampil

dalam berdialog, menggunakan komunikasi satu atau dua arah, merefleksikan apa

yang di dengar, menghargai orang lain yang sedang berbicara, membujuk atau

menanam kepercayaan dari orang lain, memahami perasaan orang lain, mengendalikan

emosi, dan berempati.

Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa :

1. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata)

Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak

dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.

2. Racing (kecepatan)

Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur

dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

3. Humor

Page | 6

Page 7: Makalah Pleno SL

Dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan

bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa

mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah

merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

4. Intonasi suara

Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan

menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi

suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

5. Singkat dan jelas

Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada

pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

6. Timing (waktu yang tepat)

Adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila

seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk

mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

B. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata.

Definisi ini mencakup perilaku yang disengaja dan tidak disengaja sebagai bagian dari

peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita banyak mengirim banyak pesan non

verbal tanpa menyadari bahwa pesan – pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan

mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang,

benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Komunikasi non verbal itu

dapat berupa:

1. Ekspresi wajah  

Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah

cerminan suasana emosi seseorang.

2. Kontak mata

Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata

selama berinterakasi  atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan

menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan

sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan kesempatan pada

orang lain untuk mengobservasi yang lainnya

Page | 7

Page 8: Makalah Pleno SL

3. Sentuhan 

Adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari

pada komunikasi verbal. Beberapa pesan  seperti perhatian yang sungguh-sungguh,

dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.

4. Postur tubuh dan gaya berjalan

Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi

dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan

tingkat kesehatannya.

5. Sound (Suara)

Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan  perasaan  dan

pikiran  seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan

semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat

menjadi pesan yang sangat  jelas.

6. Gerak isyarat

Adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai

bagian total dari komunikasi  seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan

tangan  selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung

atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

7. Tanda

Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya bendera, rambu-

rambu lalu lintas darat, laut dan udara; aba-aba dalam olahraga.

8. Tindakan/perbuatan

Tindakan/perbuatan sebetulnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kta,

tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam

pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah,

menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri.

9. Objek

Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat

menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot

rumah, harta benda, kendaraan,dll.

Page | 8

Page 9: Makalah Pleno SL

2.2 Empati

Empati adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan

menempatkan diri seseorang di tempat orang lain sesuai dengan identitas, pikiran,

perasaan, keinginan, dan perilaku seseorang. Berempati bukan hanya sekedar berbasa-

basi atau bermanis mulut kepada pasien, tetapi juga dituntut untuk memiliki

keterampilan-keterampilan seperti berikut ini; mendengarkan aktif, responsif terhadap

kebutuhan pasien, responsif terhadap kepentingan pasien, adanya usaha untuk

memberikan pertolongan pada pasien, dan dimulai dari diri sendiri.

Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic

Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa

pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam berempati, diperlukan upaya dan

kemampuan yaitu:

1. Kemampuan kognitif : kemampuan untuk mengerti kebutuhan pasien.

2. Kemampuan afektif : kemampuan untuk peka akan perasaan pasien.

3. Kemampuan psikomotor/perilaku : kemampuan untuk memperlihatkan /

menyampaikan empati kepada orang lain.

Karena kemampuan empati terutama melibatkan kemampuan seseorang untuk

membaca perasaan lewat pemahaman terhadap isyarat-isyarat nonverbal orang lain.

Pemahaman seperti ini membuat hubungan antar individu terjalin dengan baik. Itulah

sebabnya empati merupakan kunci bagaimana komunikasi itu bisa berjalan secara

efektif.

2.3 Penerapan Komunikasi dan Empati dalam Melakukan Wawancara

Komunikasi dan Empati bukan hanya sekedar teori yang harus dipelajari,

melainkan suatu teori yang harus dipraktikan. Untuk interaksi dalam berkomunikasi

dengan dengan para lansia secara baik, kelompok kami perlu memahami tentang

kondisi fisik, mental dan sosial seorang lansia.

Dalam penerapan komunikasi efektif dan dan empati kali ini, yang menjadi

komunikator adalah Oma Subagia yang berumur 77 tahun. Dilihat dari kondisi fisik,

mental dan sosial oma Subagio sangatlah menurun. Kaki oma Subagio mengalami

pembengkakan oleh karena itu oma Subagio mengalami kesulitan untuk berjalan

sehingga memerlukan alat bantu. Dan lagi penghilatan oma Subagio juga sudah

menurun karena adanya katarak di sebelah mata kanannya. Melihat itu, kami

Page | 9

Page 10: Makalah Pleno SL

membantu menuntun oma Subagio dengan memegang kedua tangannya ketika sedang

berjalan menuju ruang makan.

Selain itu ketika sedang melakukan wawancara dapat terlihat bahwa

pendengaran oma Subagio sudah berkurang. Dan kami memahaminya jadi ketika

melakukan wawancara kami mencoba untuk melakukan komunikasi verbal dan

nonverbal. Dan juga volume suara yang digunakan juga dibesarkan agar tidak terjadi

miss communacation. Dari sesi wawancara itu juga diketahui bahwa kondisi mental

oma Subagio juga menurun. Oma Subagio sudah pelupa , terbukti dengan kata-kata

yang dikatan oma Subagio secara berulang-ulang kali. Dan kami memahami itu, kami

bersabar dengan mendengarkannya.

Kami juga memberikan pertanyaan seperti biasa tidak seperti sedan

mengintrogasi. Kami pun mencoba memahami perasaan yang dirasakan oleh oma

Subagio. Selain itu juga mengkondisikan suasana wawancara yang aktif dan tidak

mendominasi pembicaraan. Misalnya kami memulai kontak dengan saling

memperkenalkan nama, bercanda , dan menyanyi bersama oma Subagio.

2.4 Hasil Wawancara dengan Oma Subagio

Nama : Subagio

Asal : Solo

Tanggal lahir : 10 Oktober 1935

Lama di panti : baru sebulan

Alasan berada di panti : kemauan diri sendiri

Kondisi fisik : katarak di sebelah mata kanan, asam urat, stroke

ringan, jantung dan pendengaran yang sudah berkurang.

Keluarga : 4 suami (alm) dan 4 anak (semuanya perempuan)

Agama : Islam

Hobby : Menyanyi dan menari

Menguasai bahasa : Jepang, Belanda, English, Jerman dan Indonesia

Status Sosial : Ningrat

Riwayat Hidup :

Oma Subagio dulunya adalah seorang keturunan ningrat. Oleh karena itu

sering dipanggil sebagai ndoro putri / ibu sepuh. Dulu oma Subagio bekerja sebagai

renternir yang terkenal jahat. Tidak pernah peduli dengan orang, selalu memeras. Dan

selalu memberi bunga sebesar 30% bagi orang yang meminjam uang. Oma subagio

Page | 10

Page 11: Makalah Pleno SL

sewaktu masih muda memilki bentuk tubuh yang slim. Dia sangat hebat dalam menari,

bisa menarikan tarian rumba. Selain menari , juga sangat hebat dalam menyanyi.

Oma Subagio dulunya adalah orang yang sombong , suka hura-hura, jahat,

nakal dan keras. Dan juga agamnya cuman Islam KTP. Selain itu dia juga sangat

pencemburu. Karena sangat cemburuan , oma Subagio menikah 4 kali. Dia janda

sekarang, Suaminya yang terakhir adalah orang Amerika. Karena dulu untuk menikah

dengan orang yang berasal dari luar negeri sangat susah , oleh karena itu suaminya

kembali ke Amerika dengan membawa satu anak dan satunya lagi dirawat oleh oma

Subagio. Oma Subagio ini memiliki 4 anak , semuanya perempuan. Anak pertama

bernama dince. Suaminya seorang pilot dan sekarang tinggal di palembang. Anak

kedua bernama Ruth Susi Handayani bekerji di PT. Freeport. Dulu sempat menikah

akan tetapi suaminya diambil oleh orang lain. Akibatnya dia tidak menikah sampai

sekarang. Anak ketiga bernama Weni Runtuh dan bekerja di manadi. Dan anak yang

terakhir bekerja di STTC (Sekolah Tinggi Tekhnolog).

Oma Subagio masuk ke panti ini atas kemauan sendiri. Dia ingin berubah.

Sekarang ia benar-benar sudah berubah. Dia tidak lagi menjadi orang yang sembong

dan tidak peduli. Sekarang dia menjadi orang yang suka berbagi walaupun ia

terkadang tidak memiliki uang yang cukup. Dan juga sekarang menjadi orang yang

sabar dan suka berdoa. Dia sudah buka orang yang beragama Islam KTP lagi. Hobiny

juga sekarang hanya menyanyi dan berdoa. Kata oma Subagio, jika ia sudah bisa

keluar dari panti itu ia ingin mejadi saksi kehidupan bagi semua orang. Agar mereka

tidak seperti dia lagi. Selain ingin berubah, dia juga ingin menjadi orang yang disiplin.

Karena biasanya selama di rumah. Ia tidak pernah disiplin. Tidur sesuka hati

begitupula dengan makan. Tapi semenjak di panti in, kegiatannya menjadi lebih

teratur dan ia menjadi lebih disiplin.

Dari hasil wawancara itu , kami memahami perasaan oma Subagio yang

merasa kesepian. Dia ingin sekali kembali ke rumah dan berkumpul dengan anak-

anaknya. Dan lagi dari cerita pengalamannya itu, kami menanggapi bahwa oma

Subagio sangat tidak ingin kita sebagai generasi yang masih muda ini menjadi seperti

dia yang dulunya sangat nakal, sombong dan suka berhura-hura.

Page | 11

Page 12: Makalah Pleno SL

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesan dan Pesan

Setelah berkunjung dan melakukan wawancara dengan penghuni di panti

Werdha Berea. Kami mendapatkan banyak pelajaran. Yaitu bagaimana kita

berkomunikasi dengan yang lebih tua dengan kita dan bagaimana kita berempati

yaitu memahami, mengahayati perasaan mereka dan menyesuaikan diri kita dengan

dia. Dan kita juga belajar untuk bersikap dengan sopan selama berada di panti

Werdha Berea. Kita juga sangat bersyukur dan berterima kasih dengan panti Werdha

Berea karena sudah mau menerima kami dengan tangan terbuka.

Selain belajar bagaimana menerapkan komunikasi dan empati , kami juga

mendapat pelajaran dari mewawancarai oma Subagio. Kami belajar untuk menjadi

orang yang sabar, tidak sombong dan tidak cemburuan. Kami juga diajarkan di masa

muda ini akan ada banyak godaan jadi kita harus bisa menahan diri kita dan terus

berdoa jangan hanya menjadi agama Cuma di KTP saja. Tapi kita harus benar-benar

beriman. Karena dengan beriman, kita bisa menjadi lebih kuat dengan goda-godaan

yang ada di masa muda ini.

3.2 Kesimpulan

Komunikasi itu sangat penting dalam menjalin hubungan dengan seseorang.

Melalui berkomunikasi kita bisa mengetahui apa yang dirasakan dari seseorang dan

juga keinginannya. Dan lagi komunikasi tidak akan berjaalan efektif jika tidak adanya

empati. Empati sangat dibutuhkan karena dengan berempati berarti kita akan bisa

memahami, menghayati perasaan seseorang dan juga berarti kita melakukan

penyesuaian diri kita dengan orang yang lebih tua, lebih muda atau yang setara dengan

kita. Penyesuaian ini sangat penting karena dengan penyesuaian, dalam komunikasi

tidak akan terjadi miss communication.

Page | 12

Page 13: Makalah Pleno SL

Page | 13