makalah PKN

18

Click here to load reader

Transcript of makalah PKN

Page 1: makalah PKN

MAKALAH PKn

“Pengaruh Keterbukaan Terhadap Kehidupan Politik”

Oleh :

Elfina Marchantia Karima

Feranti Puji Lestari

Harashta Tatimma Larasati

Larasati Aisyah Retno Anjani

Zharifah Raihanah Shiddiq

Kelas :

XI IPA 4

SMA NEGERI 3 BANDUNG

2010

Page 2: makalah PKN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adanya keterbukaan tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi. Dengan perkembangan teknologi dan komunikasi sulit bahkan tidak mungkin

untuk menepis dan mengendalikan setiap informasi yang masuk. Dengan demikian, era

keterbukaan secara tidak langsung akan mengakibatkan mengecilnya ruang dan waktu.

Negara dituntut untuk lebih aktif dalam rangka menyaring dan mengendalikan setiap

informasi yang masuk.

Keterbukaan adalah keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang dapat

diberikan dan didapat oleh masyarakat luas. Keterbukan merupakan kondisi yang

memungkinkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara.

Di samping itu, keterbukaan juga akan mengakibatkan batas-batas teritorial suatu negara

menjadi kabur. Kecanggihan teknologi dan informasi membuat batas-batas teritorial suatu

negara menjadi tidak berarti. Seseorang akan dengan mudah memberikan dan menerima

informasi sesuai dengan keinginannya. Pada akhirnya keterbukaan akan mengakibatkan

hilangnya diferensiasi (perbedaan) sosial.

Akan tetapi, keterbukaan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di suatu negara.

Di lihat dari aspek sosial budaya, keterbukaan akan memberikan ruang gerak bagi masuknya

budaya-budaya barat yang sama sekali berbeda dengan budaya masyarakat Indonesia. Dilihat

dari aspek ideologi, keterbukaan akan memberikan ruang bagi tumbuh dan berkembangnya

ideologi-ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan kepribadian suatu bangsa Indonesia.

Munculnya era keterbukaan akan membawa dampak yang sangat buruk apabila kita tidak

dapat mempersiapkan diri.

Dalam makalah ini, kami membahas tentang pengaruh keterbukaan dari aspek politik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua.

Bandung, 23 September 2010

Page 3: makalah PKN

BAB II

ISI

A. PENGERTIAN KETERBUKAAN TERHADAP KEHIDUPAN POLITIK

Keterbukaan merupakan sifat jujur, rendah hati, dan adil menerima pendapat orang

lain. Keterbukaan juga merupakan keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi

yang dapat diberikan dan didapat oleh masyarakat luas. Keterbukan merupakan kondisi

yang memungkinkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara.

Keterbukaan terhadap kehidupan politik merupakan sifat jujur, rendah hati, dan adil

menerima pendapat orang lain dalam kehidupan berpolitik. Dalam kehidupan politik

bernergara yang dilaksanakan Indonesia sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945

diperlukan sikap keterbukaan. Kehidupan politik nasional yang dijalankan harus benar-

benar transparan dan diusahakan untuk menyuarakan dan mewujudkan kepentingan

seluruh rakyat Indonesia dan bukan kepentingan perseorangan ataupun kelompok.

B. CIRI-CIRI KETERBUKAAN

Sikap keterbukaan, merupakan prasyarat dalam menciptakan pemerintahan yang bersih

dan transparan. Keterbukaan juga merupakan sikap yang dibutuhkan dalam harmonisasi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan penjelasan tersebut,

maka dapat dilihat tentang ciri-ciri keterbukaan sebagai berikut.

1) Terbuka (transparan) dalam proses maupun pelaksanaan kebijakan publik.

2) Menjadi dasar atau pedoman dalam dialog maupun berkomunikasi.

3) Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun yang dilakukan

orang lain.

4) Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain.

5) Bersikap hati-hati dan selektif (check and recheck) dalam menerima dan mengolah

informasi dari manapun sumbernya.

6) Toleransi dan tenggang rasa terhadap orang lain.

7) Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya atas segala yang dilakukan.

8) Sangat menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan.

Page 4: makalah PKN

9) Mau bekerja sama dan menghargai orang lain.

10) Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan yang terjadi.

C. PENTINGNYA KETERBUKAAN TERHADAP KEHIDUPAN POLITIK

Kehidupan politik harus dijalankan dengan penuh keterbukaan karena keterbukaan adalah

kunci dari kehidupan politik yang baik dan beradab. Dengan adanya keterbukaan dalam

kehidupan berpolitik, masyarakat dapat mengawasi jalannya pemerintahan. Masyarakat

dapat memberikan masukan dan usul yang tepat untuk perkembangan bangsa Indonesia.

Selain itu, masyarakat dapat dengan jelas dan senang hati mengikuti perkembangan

politik dan pemerintahan, tidak seperti sekarang yang sebagian besar sudah acuh tak acuh

dan bersikap masa bodoh terhadap masalah yang sedang terjadi di Indonesia karena

saking buruknya keterbukaan dalam kehidupan berpolitik di Indonesia.

Kehidupan politik Indonesia, seperti yang kita lihat di berbagai media masa, penuh

dengan intrik, black campaign seperti yang terjadi pada pemilukada di kabupaten

Bandung, dan hal-hal yang janggal sehingga membuat bingung masyarakat dan berakhir

pada ketidakpedulian dan ketidakmauan untuk ikut serta dalam kehidupan politik di

Indonesia.

Adanya keterbukaan dalam kehidupan berpolitik adalah salah satu ciri negara yang

beradab. Untuk itu, kita maupun pemerintah harus terus berupaya mewujudkan hal

tersebut agar masyarakat tak lagi merasa takut untuk terjun dalam kehidupan politik

Indonesia.

Keterbukaan adalah salah satu prinsip dari Good Governance, dan banyak negara

demokratis yang ingin berusaha mewujudkan praktik penyelenggaraan pemerintahan

yang terbuka seperti dalam prinsip good governance.

Page 5: makalah PKN

D. PENGARUH KETERBUKAAN TERHADAP KEHIDUPAN POLITIK

Pemerintahan yang tidak transparan dalam berpolitik akan berpengaruh buruk

terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pemerintahan yang Tertutup

a. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam

berpolitik. Hal itu kemudian berujung terhadap krisi akhlak dan moral berupa

ketidakadilan, pelanggaran hukum, serta pelanggaran hak asasi manusia.

b. Pancasila sebagai ideologi negara ditafsirkan secara sepihak oleh penguasa dan telah

disalahgunakan untuk mempertahankan kekuasaan.

c. Konflik sosial telah terjadi karena kemajemukan suku, budaya, dan agama yang tidak

dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah serta masyarakat.

d. Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya telah diselewengkan

sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan.

e. Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme

serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar.

f. Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang mampu

menyerap aspirasi dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.

g. Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah, dendam

antar kelompok masyarakat.

h. Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi

menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politikya sehingga terjadi

gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut kebebasan,

kesetaraan, dan keadilan.

i. Pemerintahan yang sentralistis telah menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga timbuk konflik vertical dan

tuntutan memisahkan diri dari NKRI.

j. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh

internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya pengawasan

oleh masyarakat dan media massa.

k. Pelaksanaa peran sosial politik TNI disalahgunakan sebagai alat kekuasaan.

Page 6: makalah PKN

l. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat memberikan

keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai dapat memberi

dampak negatif terhadap kehidupan politik.

2. Dampak Pemerintahan yang Transparan

Suatu pemerintahan atau kepemerintahan dikatakan transparan (terbuka), yaitu apabila

dalam penyelenggaraan kepemerintahannya terdapat kebebasan aliran informasi dalam

berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan.

Berbagai informasi telah disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga

dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi. Pada kepemerintahan yang tidak

transparan, cepat atau lambat cenderung akan menuju ke pemerintahan yang korup,

otoriter, atau diktator.

Dalam penyelenggaraan negara, pemerintah dituntut bersikap terbuka terhadap

kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, termasuk anggaran yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut. Sehingga mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga

evaluasi terhadap kebijakan tersebut pemerintah dituntut bersikap terbuka dalam rangka

“Akuntabilitas publik”. Realisasinya kadang kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal

pelaksanaannya kurang bersikap transparan, sehingga berdampak pada rendahnya

kepercayaan masyakarat terhadap setiap kebijakan yang dibuat pemerintah. Sebagai

contoh, setiap kenaikan harga BBM selalu diikuti oleh demonstrasi “penolakan”

kenaikan tersebut. Padahal pemerintah berasumsi kenaikan BBM dapat mensubsidi

sektor lain untuk rakyat kecil “miskin”, seperti pemberian fasilitas kesehatan yang

memadai, peningkatan sektor pendidikan dan pengadaan beras miskin (raskin). Akan

tetapi karena kebijakan tersebut pengelolaannya tidak transparan bahkan sering

menimbulkan kebocoran (korupsi), maka rakyat tidak mempercayai kebijakan serupa di

kemudian hari.

Dampak pemerintahan yang tidak transparan dapat disimpulkan dalam beberapa poin,

diantaranya :

1. Sistem politik yang tertutup,

2. Sumber daya manusianya bersifat feodal, opportunis “aji mumpung”

3. Pendekatan “ingin dilayani” sbg aparatur pemerintah.

Page 7: makalah PKN

4. Rendahnya atau bahkan tidak adanya kepercayaan warga negara terhadap

pemerintah.

5. Rendahnya partisipasi warga negara terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat

pemerintah.

6. Sikap Apatis warga negara dalam mengambil inisiatif dan peran yang berkaitan

dengan kebijakan publik.

7. Jika warga negara apatis, di tunjang dengan rejim yang berkuasa sangat kuat dan

lemahnya fungsi legislatif, maka KKN merajalela dan menjadi budaya yang

mendarah daging (nilai dominan).

8. Krisis moral dan akhlak yang berdampak pada ketidakadilan, pelanggaran hukum

dan hak asasi manusia.

Jika penyelenggaraan pemerintahan dilakukan dengan tertutup dan tidak transparan,

maka secara umum akan berdampak pada tidak tercapainya kesejahteraan masyarakat

atau warga negara, sebagaimana tercantum dalam konstitusi negara, yaitu pencapaian

masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan secara khusus penyelenggaraan

pemerintahan yang tidak transparan akan berdampak pada rendahnya atau bahkan tidak

adanya kepercayaan warga negara terhadap pemerintah, rendahnya partisipasi warga

negara terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah, sikap Apatis warga negara

dalam mengambil inisiatif dan peran yang berkaitan dengan kebijakan publik, jika warga

negara apatis, di tunjang dengan rejim yang berkuasa sangat kuat dan lemahnya fungsi

legislatif, maka KKN merajalela dan menjadi budaya yang mendarah daging (nilai

dominan), krisis moral dan akhlak yang berdampak pada ketidakadilan, pelanggaran

hukum dan hak asasi manusia.

Dampak yang paling besar terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang tidak

transparan adalah korupsi. Istilah “korupsi” dapat dinyatakan sebagai suatu perbuatan

tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam

praktiknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan

jabatan tanpa ada catatan administratif. Menurut MTI (Masyarakat Transparansi

Internasional), bahwa “korupsi merupakan perilaku pejabat, baik politisi maupun

pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau

memperkaya mereka yang dekat dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik

yang dipercayakan kepada mereka.” Korupsi akan tumbuh subur, terutama pada negara-

Page 8: makalah PKN

negara yang menerapkan sistem politik cenderung tertutup, seperti absolut, diktator,

totaliter dan otoriter. Hal ini sejalan dengan pandangan Lord Acton, bahwa “the power

tends to corrupt....” (kekuasaan cenderung untuk menyimpang) dan “... absolute power

corrupts absolutely” (semakin lama seseorang berkuasa, penyimpangan yang

dilakukannya akan semakin menjadi-jadi....). Pada pemerintahan yang tertutup jauh dari

sikap terbuka/transparan kepada rakyatnya, sehingga segala perencanaan dan kebijakan

pemeritnah lebih banyak untuk kepentingan “melanggengkan kekuasaan” dari pada

untuk kesejahteraan rakyatnya.

Di Indonesia, rezim pemerintahan yang dianggap paling korup adalah semasa orde baru

berkuasa. Berdasarkan laporan Wold Economic Forum, dalam “The global

Competitiveness Report 1999”, kondisi Indonesia termasuk yang terburuk di antara 59

negara yang diteliti. Bahkan pada tahun 2002, menurut laporan Lembaga Konsultasi

Politik dan Resiko yang berdomisili di Hongkong, yaitu “Political and Risk Consultancy

(PERC), Indonesia “berhasil mengukir prestasi” sebagai negara yang paling korup di

Asia. Nampaknya tidak salah lagi, bahwa di bawah rezim orde baru yang berkuasa

kurang lebih selama 32 (tiga puluh dua) tahun telah membawa Indonesia ke jurang

kehancuran krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dampak semua ini adalah merupakan

akumulasi dari pemerintahan yang dikelola dengan tidak transparan, sehingga masalah

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) telah meracuni semua aspek kehidupan dan

mencakup hampir semua institusi formal maupun non formal. Pada saat itu, bukan hal

rahasia karena sering muncul di mass media antara lain adanya “mafia peradilan”

sehingga vonis hakim dapat dibeli, pemilihan kepala daerah atau pejabat yang diwarnai

“politik uang” sehingga berakibat setelah terpilih bagaiamana mengembalikan “modal”

dengan berbagai cara, dan sebagainya.

Sebagai patok banding (benchmarking) tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik

yaitu berdasarkan prinsip-prinsip atau karakteristik yang telah dikemukakan UNDP

tahun 1997. Dengan demikian, dapat dilihat beberapa indikator tentang penyelenggaraan

pemerintahan yang tidak transparan beserta akibat-akibatnya.

Page 9: makalah PKN

No Karakteristik Indikator Penyelenggaraan Keterangan / Akibat

1. Partisipasi o Warga masyarakat dibatasi/ tidak

memiliki hak suara.

o Informasi sefihak (top down) dan lebih

bersifat instruktif.

o Lembaga perwakilan tidak bebas

berpolitik.

o Kebebasan berpendapat dan pers sangat

dibatasi.

Warga masyarakat dan pers cenderung pasif, tidak ada kritik (unjuk rasa), tidak berdaya dan terkekang dengan berbagai aturan dan doktrin.

2. Aturan Hukum

o Hukum lebih berpihak kepada penguasa.

o Penegakkan hukum tidak adil.

o Hak-hak Asasi Manusia terabaikan.

Penguasa menjadi otoriter, posisi tawar masyarakat lemah, masyarakat banyak ketakutan

3. Transparan Informasi yang diperoleh satu arah, yaitu hanya dari pemerintah.

Masyarakat sangat dibatasi dalam memperoleh informasi.

Sulit bagi masyarakat untuk mengevaluasi pemerintahan.

Pemerintah sangat tertutup dan masyarakat tidak banyak tahu apa yang terjadi pada negaranya.

4. Daya Tanggap

Proses pelayanan sentralistik.

Banyak pejabat memposisikan diri sebagai penguasa.

Layanan kepada masyarakat diskriminatif dan konvensional

Layanan kepada masyarakat sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.

5. Berorientasi Konsensus

Pemerintah banyak bertindak sebagai alat kekuasaan negara.

Lebih banyak bersifat komando dan instruksi dan segala bentuk prosedur lebih bersifat formalitas.

Pemerintah cenderung otoriter karena menu-tup jalan bagi dilaksa-nakannya konsensus dan musyawarah.

Page 10: makalah PKN

Tidak ada peluang untuk mengadakan musyawarah.

6. Berkeadilan Adanya diskriminasi gender,

Menutup peluang bagi dibentuknya LSM

Banyak peraturan yang masih berpihak pada gender tertentu.

Arogansi kekuasaan sangat dominan dalam menentukan penye-lenggaraan pem.

7. Efektivitas dan Efisiensi

Manajemen penyelenggaraan negara terpusat (top down).

Banyak acara-acara seremonial.

Pemanfaatan SDA dan SDM tidak berdasarkan kebutuhan.

Negara cenderung salah urus dalam mengelola SDA dan sumber daya manusianya

8. Akuntabi-litas

Pengambil keputusan didominasi oleh pemerintah.

Swasta dan masyarakat memiliki peran yang sangat kecil.

Pemerintah memonopoli berbagai alat produksi strategis.

Masyarakat dan pers tidak diberi ruang menilai pemerintahan.

Dominannya pemerintah dalam semua lini kehidupan.

9. Bervisi Strategis

Pemerintah lebih puas dengan kemapanan yang telah dicapai.

Sulit menerima perubahan mslh politik, hukum dan ekonomi.

Kurang mau memahami aspek-aspek kultural, historis dan kompleksitas masyarakatnya.

Penyelenggaraan pemerintahan statis dan tidak memiliki jangkauan jangka panjang.

Banyaknya penguasa yang pro status quo dan kemapanan sehingga tidak memperdulikan terjadinya perubahan.

10. Saling Keterkaitan

Penguasa mengabaikan peran swasta atau Para pejabat peme-rintah

Page 11: makalah PKN

masyarakat.

Pemerintah merasa yang paling benar dan paling pintar.

Masukan atau kritik dianggap provokator anti stabilitas.

Swasta dan masyarakat tidak diberi kesempatan bersinergi.

sering dianggap lebih tahu dalam segala hal, sehingga masyara-kat tidak tidak punya keinginan untuk bersinergi.

3. Upaya Pencegahan Politik yang Tertutup

Untuk mencegah terjadinya politik yang tertutup, Indonesia telah memiliki UU

No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi,

kolusi, dan nepotisme.Untuk mencegah terjadinya politik yang tertutup, para

penyelenggara negara haruslah memiliki sikap keterbukaan dalam berbangsa, bernegara

dan berpolitik.

1. Sikap Positif dalam Kehidupan Politik

a. Kondisi yang Diperlukan dalam Kehidupan Politik

Segala permasalahan dapat diatasi melalui keterbukaan. Kondisi yang

diperlukan dalan kehidupan berpolitik :

1) Terwujudnya nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa

2) Terwujudnya sila Persatuan Indonesia sebagai landasan persatuan Negara

3) Terwujudnya pengelolaan negara yang baik dan bertanggung jawab

4) Terwujudnya demokrasi dalam berpolitik

5) Terselenggaranya otonomi daerah yang adil

6) Adanya kepercayaan antar masyarakat ataupun terhadap pemerintah

7) Terbentunya sumber daya manusia yang berkualitas

b. Arah Kebijakan Nasional yang Transparan

Konsep arah kebijakan nasional menuju masyarakat adil dan makmur

dengan pemerintahan yang transparan diantaranya:

1) Menjadikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai sumber

etika kehidupan berpolitik dalam rangka memperkuat akhlak dan moral

politisi

Page 12: makalah PKN

2) Menegakkan supremasi hukum dan peraturan perundang-undangan secara

konsisten dan bertanggung jawab

3) Mengatur peralihan kekuasaan secara tertib, damai dan demokratis sesuai

hukum dan peundang-undangan

4) Menata kehidupan politik agar distribusi kekuasaan dalam berbagai tingkat

struktur politik dan hubungan kekuasaan dapat berlangsung dengan seimbang

5) Memberlakukan kebijakan otonomi daerah

6) Meningkatkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab dalam

penyelenggaraan Negara serta memberdayakan masyarakat untuk melakukan

kontrol sosial secara konstruktif dan efektif

Oleh karena itu, sikap keterbukaan dalam berpolitik dapat dikatakan sebagai ujung

tombak dalam penyelenggaraan negara. Tiadanya sikap keterbukaan politik akan

menyebabkan munculnya ancaman terhadap stabilitas dan keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.