Makalah PJB.docx
-
Upload
fadil-atwosn -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of Makalah PJB.docx
Tugas kelompok Kep Anak III
Sistem Kardiovaskuler PJBASD (Atrial Septal Defect)
OLEH
Kelompok 4
NURHIKMAH
NURKHALISAH
ST. AISYAH. B
AGUSTINA UGE
LA ODE FARDIANSYAH
RISAL AHMAD
MENTARI YUNARNI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2013
By La Ode Fardiansyah 1.
Kata Pengantar
ح�يم ر�� اا ح ر ح� �� ر اهللاحال حم ح�ــــــــــــــــ ح�Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subbhana Wa
Ta’ala karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Keperawatan Anak III tentang Sistem Kardiovaskuler PJB/ASD (Atrial Septal Defect)”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari teman-teman kelompok tantangan itu bisa teratasi. Oleh dari itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalh ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Subbhana Wa Ta’ala.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik Konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyusunan selanjutnya.
Akhir kata semoga makalh ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Makassar, 23 September 2013
Kelompok IV
By La Ode Fardiansyah 2.
Daftar IsiHal.
Kata pengantar........................................................................ i.Daftar Isi.................................................................................. ii.
Bab IPendahuluan
A. Latar Belakang.......................................................... 1.
Bab IITinjauan Teori
A. Defenisi..................................................................... 5.B. Epidemiologi.............................................................. 6.C. Etiologi....................................................................... 7.D. Patofisiologi............................................................... 7.E. Klasifikasi................................................................... 9.F. Manifestasi Klinis....................................................... 9.G. Komplikasi................................................................. 10.H. Pemeriksaan Penunjang............................................ 10.I. Penatalaksanaan ...................................................... 12.J. Prognosis .................................................................. 12.
Bab IIKonsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada ASD
A. Pengkajian................................................................. 14.B. Diagnosa.................................................................... 18.C. Intervensi................................................................... 18.D. Implementasi............................................................. 24.E. Evaluasi .................................................................... 24.
Bab IIIPenutup
A. Kesimpulan............................................................... 24.
Daftar Pustaka......................................................................... iii.
By La Ode Fardiansyah 3.
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan ialah kelainan ”susunan”
jantung, “mungkin” sudah terdapat sejak lahir. Perkataan
“susunan” berarti menyingkirkan aritmia jantung, sedangkan
“mungkin” sudah terdapat sejak lahir berarti tidak selalu
dapat ditemukan selama beberapa minggu/bulan setelah
lahir.
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease
adalah suatu kelainan formasi dari jantung atau pembuluh
besar dekat jantung. "congenital" hanya berbicara tentang
waktu tapi bukan penyebabnya. Itu artinya "lahir dengan"
atau "hadir pada kelahiran".
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung
bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi
lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi
kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala
segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru
ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau
bahkan beberapa tahun
ASD (Atrial Septal Defect) / Sekat Serambi Jantung
BerlubangAtrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya
lubang di antara dua serambi jantung atau terdapat
hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak
ditutup oleh katup. ASD adalah adanya lubang atau defek
pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Lubang
ini menimbulkan masalah yang sama dengan VSD, yaitu
By La Ode Fardiansyah 4.
mengalirkan darah kaya oksigen kembali ke paru-paru. ASD
terjadi pada 5-7% kasus dan lebih banyak terjadi pada bayi
perempuan dibandingkan bayi laki-laki.
Anatomi Jantung
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut
sebagai mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum
ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam kantong
fibrosa tipis yang disebut perikardium. Perikardium
melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan
baik. Ruangan antara permukaan jantung dan lapisan dalam
perikardium berisi sejumlah kecil cairan, yang melumasi
permukaan dan mengurangi gesekan selama kontraksi otot
jantung.
Kamar jantung. Sisi kanan dan kiri jantung, masing-
masing tersusun atas dua kamar, atrium dan ventrikel.
Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kamar kiri
disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan
darah ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah
yang datang dari vena dan bertindak sebagai tempat
penimbunan sementara sebelum darah kemudian
dikosongkan ke ventrikel. Dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
By La Ode Fardiansyah 5.
Katup jantung. katup jantung memungkinkan darah
mengalir hanya satu arah dalam jantung. katup, yang
tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan
menutup secara pasif sebagai respon terhadap perubahan
tekanan darahdan aliran darah. Ada dua jenis katup :
Atrioventrikularis dan semilunaris.
Katup Atrioventrikularis. Katup yang memisahkan atrium
dan ventrikel disebut sebagai katup atrioventrikularis. Katup
trikuspidalis, dinamakan demikian karena tersusun atas tiga
kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel
kanan. Katup mitral atau bikuspidalis ( dua kuspis ) terletak
diantara atrium dan ventrikel kiri.
Katup semilunaris. Katup semilunaris terletak diantara
tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan. Katup anatara
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup
pulmonalis; katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut
katup aorta. Katup semilunaris normalnya tersusun atas tiga
kuspis, yang berfungsi dengan baik tanpa otot papilaris dan
korda tendinea.
By La Ode Fardiansyah 6.
Arteri Koronaria. Arteri koronaria adalah pembuluh yang
menyuplai otot jantung., yang mempunyai kebutuhan
metabolisme tinggi terhadap okesigen dan nutrisi. Jantung
menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan
melalui; arteri koronaria; sebagai organ perbandingan, organ
lain hanya menggunakan rata-rata seperempat oksigen yang
dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya
di ventrikel kiri. Dinding disisi kiri jantung disuplai dengan
bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri,
yang kemudian terpecah menjadi dua cabang besar ke
bawah (arteri desendens anterior sinistra )dan melintang
( arteri sirkumfleksa ) sisi kiri jantung.
Otot Jantung. jaringan otot khusus yang menyusun
dinding jantung dinamakan otot jantung. secara mikroskopis,
otot jantung mirip otot serat lurik ( skelet ), yang berada
dibawah kontrol kesadaran. Namun secara fungsional, otot
jantung menyerupai otot polos karena sifatnya folunter.
By La Ode Fardiansyah 7.
Bab II
Tinjauan Teori
A. Definisi
Jantung adalah organ berongga dan berotot yang
terletak ditengah thoraks, dan ia menepati rongga ditengah
paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g ( 10,6 oz ),
meskipun berat dan ukuran dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik
dan penyakit jantung.
Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan,
menyuplai O2 dan zat nutrisi lain sambil mengangkut CO2 dan
sampah hasil metabolisme. Sebenarnya terdapat dua pompa
jantung, yang terletak disebelah kanan dan kiri. Kerja pompa
jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmit dinding
otot. Selama kontraksi otot ( sistolik ), kamar jantung menjadi
lebih kecil karena darah disemburkan ke luar. Selama
relaksasi otot dinding jantung (diastolik ) , kamar jantung
akan terisi darah sebagai persiapan untuk penyemburan
berikutnya.
By La Ode Fardiansyah 8.
Jantung dewasa normal akan berdetak sekitar 60 – 80
kali/menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua
ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5
L/menit.
Penyakit jantung bawaan ialah kelainan ”susunan”
jantung, “mungkin” sudah terdapat sejak lahir. Perkataan
“susunan” berarti menyingkirkan aritmia jantung, sedangkan
“mungkin” sudah terdapat sejak lahir berarti tidak selalu
dapat ditemukan selama beberapa minggu/bulan setelah
lahir.
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan
antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup
oleh katup ( Markum, 1991).
ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium
kiri dan kanan. (Sudigdo Sastroasmoro, 1994).
Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung
bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial
yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatrial
semasa janin. ( id. Wikipedia.org).
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang)
abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan
atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan
pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium.
Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara
serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena
kegagalan pembentukan sekat.
(http://askep.blogspot.com/ 2008/04/ asuhan-
keperawatan-pada-anak-dengan.html )
By La Ode Fardiansyah 9.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
dirumuskan bahwa Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit
jantung bawaan dimana terdapat lubang ( defek ) pada sekat
atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan
kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial
semasa janin.
B. Epidemiologi
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital
anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB)
merupakan kelainan yang paling sering ditemukan. Di
Amerika Serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8-
10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya
bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama
kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama
kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di Indonesia,
dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran
hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita PJB.
C. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB.
By La Ode Fardiansyah 10.
b. Ayah atau ibu menderita PJB.
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down. Lahir
dengan kelainan bawaan lain.
D. Patofisiologi
Penyakit dari penyakit jantung kongentinal ASD ini
belum dapat dipastikan banyak kasus mungkin terjadi akibat
aksi trotogen yang tidak diketahui dalam trisemester pertama
kehamilan saat terjadi perkembangan jantung janin. Pertama
kehidupan status, saat struktur kardiovaskuler terbentuk
kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal untuk
status yang harus menututp dalam beberapa hari pertama.
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium
kanan melalui defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena
perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu
besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium
kanan 5 mmHg) . Adanya aliran darah menyebabkan
penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis,
kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka
volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali
dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Maka tekanan pada
alat–alat tersebut naik., dengan adanya kenaikan tekanan,
maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya
perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya
perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi
bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relatif
katup pulmonal ). Pada valvula trikuspidalis juga ada
perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi stenosis
relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik.
By La Ode Fardiansyah 11.
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus
pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi
kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya akan
terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen.
Tapi kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I
sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek pada
katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah dari
ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium
kiri dan atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak
pernah terjadi pada ASD II.
Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri
sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah
yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan
sianosis.
( Pathway terlampir )
E. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk anatomisnya Atrial Septal Defect
dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
Defek Sinus Venosus, yaitu defek yang terletak di bagian
superior dan posterior sekat, sangat dekat dengan vena
kava superior dan juga dekat dengan salah satu muara
vena pulmonalis.
Defek Sekat Sekundum, yaitu defek ini terletak di tengah
sekat atrium. Defek ini juga terletak pada foramen ovale.
Defek Sekat Primum, yaitu defek ini terletak dibagian
bawah sekat primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh
sekat ventrikel, dan terjadi karena gagal pertumbuhan
sekat primum. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I,
Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal
dengan ASD II.
By La Ode Fardiansyah 12.
F. Manifestasi Klinis
a. Bayi
Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan
lidah, kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi, dispnea,
khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis
dan mengejan.
Keletihan.
Pertumbuhan dan perkembangan buruk.
Kadang-kadang mengalami infeksi saluran pernafasan.
Kesulitan makan.
Diastolik meningkat.
Sistolik Rendah.
Bising jantung tak normal.
Palpitasi.
b. Anak – anak
Kerusakan pertumbuhan dan perkembangan.
Tubuh lemah, keletihan.
Nafas tersengal – tersengal dan dipsnea saat aktivitas.
Kardiomegali.
Diastolik meningkat.
Sistolik Rendah.
Bising jantung tak normal.
Palpitasi.
G. Komplikasi
1)Gagal jantung.
2)Penyakit pembuluh darah paru.
3)Endokardititis.
4)Aritmia.
By La Ode Fardiansyah 13.
H. Pemeriksaan Penunjang
1)Foto torak :
Terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan
ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan
vaskularisasi paru meningkat (pletora). Pada kasus lanjut
dengan hipertensi pulmonal, gambaran vaskularisasi paru
mengurang di daerah tepi (pruned tree). Dan menunjukan
adanya komplikasi atau tidak.
2)Ekokardiogram:
Ekokardiogram M-mode memperlihatkan dilatasi ventrikel
kanan dan septum interventrikular yang bergerak
paradoks. Ekokardiogram 2 dimensi dapat memperlihatkan
lokasi dan besarnya defek interatrial (pandangan subsifoid
yang paling terpercaya). Prolaps katup mitral dan
regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium yang
besar. Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada
defek septum atrium primum dan bila ada celah pada
katup mitral juga dapat terlihat. Ekokardiogram
menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan gradien
aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal,
gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan
katup aorta atau trikuspid serta kelainan lain.
Ekokardiografi Doppler memperlihatkan aliran interatrial
yang terekam sampai di dinding atrium kanan. Rasio aliran
pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung.
Ekokardiografi kontras dikerjakan bila Doppler tak mampu
memperlihatkan adanya aliran interatrial.
3)Angiogram ventrikel kiri pada defek septum atrium
sekundum tampak normal, tapi mungkin terlihat prolaps
By La Ode Fardiansyah 14.
katup mitral yang disertai regurgitasi. Pada defek septum
atrium primum, terlihat gambaran leher angsa (goose-neck
appearance) akibat posisi katup mitral yang abnormal.
Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat
terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas
dapat memperlihatkan besarnya defek septum atrium.
4)EKG :
deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke
kanan pada ASD secundum, RBBB, RVH.
5)Kateterisasi jantung :
prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque dimasukan
kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer,
diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi
pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sampel darah
memberikan sumber-sumber informasi tambahan.
Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada
ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila terdapat
hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat
peningkatan saluran oksigen di atrium kanan dengan
peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru,
tekanan arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu
dilakukan tes dengan pemberian oksigen 100% untuk
menilai reversibilitas vaskuler paru.
I. Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien ASD tidak menunjukkan keluhan.
Pada bayi sebelum usia 3 bulan, defek berukuran < 3 mm
umumnya akan menutup spontan. Bagaimanapun juga
apabila lubang tersebut besar maka operasi untuk menutup
By La Ode Fardiansyah 15.
lubang tersebut dianjurkan guna mencegah terjadinya gagal
jantung atau kelainan pembuluh darah pulmonal. Pengobatan
pencegahan dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali
sebelum penderita menjalani tindakan pencabutan gigi untuk
mengurangi resiko terjadinya endokarditis infektif.
J. Prognosis
Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat
ditangani dengan operasi bedah jantung terbuka. Operasi
penutupan ASD baik dengan jahitan langsung ataupun
menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun.
Pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11
tahun menunjukkan ketahanan hidup pasca operasi mencapai
98%. Semakin tua usia saat dioperasi maka ketahanan hidup
akan semakin menurun, berkaitan dengan sudah terjadinya
komplikasi seperti peningkatan tekanan pada pembuluh
darah paru.
Namun demikian, tindakan operasi tetap memerlukan
masa pemulihan dan perawatan di rumah sakit yang cukup
lama, dengan trauma bedah (luka operasi) dan trauma psikis
serta relatif kurang nyaman bagi penderita maupun
keluarganya. Hal ini memacu para ilmuwan untuk
menemukan alternatif baru penutupan ASD dengan tindakan
intervensi non bedah (tanpa bedah jantung terbuka), yaitu
dengan pemasangan alat Amplatzer Septal Occluder (ASO).
By La Ode Fardiansyah 16.
Bab III
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada ASD
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk menemukan data yang
dapat mendukung data yang diperoleh dari riwayat
kesehatan. Informasi dasar diperoleh pada saat pasien baru
datang. Bagi pasien jantug akut, pemeriksaan dapat dimulai
dengan pengukuran tanda – tanda vital secara rutin. Selain
hal tersebut, pengkajian jantung juga harus pula berisi
evaluasi sebagai berikut :
Efektivitas jantung sebagai pompa.
Volume dan tekanan pengisian.
Curah jantung.
Mekanisme kompensasi
Faktor yang menunjukan bahwa jantung tidak mampu
berkontraksi secara memadai atau berfungsi secara efektif
sebagai pompa adalah penurunan serta tekanan darah, nadi,
pembesaran jantung, adanya murmur dan adanya irama
By La Ode Fardiansyah 17.
galop ( bunyi jantung abnormal ). Jumlah darah yang mengisi
atrium dan ventrikel serta tekanan yang terjadi dapat
diperkirakan dengan derajat distensi vena jugularis dan ada
atau tidaknya kongesti paru, edema perifer dan perubahan
tekanan darah postural yang terjadi saat bangun atau berdiri.
Curah jantung dicerminkan oleh frekuensi jantung, dan
lain – lain. Hal yang harus diperiksa atau diperhatikan saat
pengkajian pada pasien dengan gangguan pada
kardiovaskulernya adalah :
a. Keadaan umum : Observasi tingkat distress pasien.
Tingkat kesadaran harus dicatat dan dijelaskan. Evaluasi
terhadap kemampuan pasien untuk berpikir secara logis
sangat penting dilakukan karena merupakan cara untuk
menentukan apakah oksigen mampu mencapai otak.
b. Pemeriksaan tekanan darah : Sebagai indikator adanya
penurunan curah jantung, ketegangan arteri, volume, laju
serta kekentalan.
c. Pemeriksaan nadi : mencerminkan volume sekuncup dan
tahanan vaskuler sistemik. Tekanan nadi dapat dijadikan
sebagai indikator non invansif kemampuan pasien
mempertahankan curah jantung. Bila tekanan nadi pada
pasie jantung turun sampai dibawah 30 mmHg maka
perlu dilakukan pnegkajian kardiovaskuler lebih lanjut.
d. Tangan : Pada pasien jantung, yang berikut merupakan
temuan yang paling penting untuk diperhatikan saat
memeriksa ekstremitas atas :
1) Sianosis perifer : dimana kulit tampak kebiruan,
menunjukan penurunan kecepatan aliran darah ke
By La Ode Fardiansyah 18.
perifer, sehingga perlu waktu yang lama bagi
hemoglobin untuk desaturasi.
2) Pucat : dapat menandakan anemia atau peningkatan
tahanan vaskuler sistemik.
3) Waktu pengisian kapiler : dilakukan dengan menekan
ujung jari dengan kuat dan lepaskan dengan cepat.
Repurfusi yang melambat dapat menunjukan
kecepatan aliran darah perifer yang melambat.
4) Temperatur dan kelembaban tangan : Pada keadaan
stress, akan terasa dingin dan lembaPada syok
jantung, tangan sangat dingin dan basah akibat
stimulus sistem saraf simpatis dan mengakibatkan
vasokontriksi.
5) Edema : meregangkan kulit dan membuatnya susah
dilipat.
6) Penurunan turgor kulit : terjadi pada dehidrasi dan
penuaan.
7) Penggadaan ( clubbing ) jari tangan : menunjukan
desaturasi hemoglobin kronis pada penyakit jantung
kongeniital.
e. Kepala dan leher : difokuskan pada pengkajian bibir dan
cuping telinga untuk mengetahui adanya sianosis perifer
atau kebiruan. Selain itu juga dlakukan pengkajian pada
vena jugularis apakah ada distensi atau tidak.
f. Jantung : jantung diperiksa langsung dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi dinding dada. Pendekatan
sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama.
Pemeriksaan dinding dada dilakukan pada pada enam
daerah di bawah ini :
By La Ode Fardiansyah 19.
1) Daerah aorta – ruang interkostal kedua pada sternum
kanan.
2) Daerah pulmonal – ruang interkostal kedua pada
sternum kiri.
3) Titik Erb – ruang interkostak ketiga pada sternum kiri.
4) Daerah trikuspid atau ventrikel kanan–ruang
interkostal empat dan lima pada sternum kiri.
5) Daerah apeks atau ventrikel kiri – ruang interkostal
kelima pada sternum.
6) Daerah epigastrik – di bawah prosesus xifoideus.
Pemeriksaan pada jantung meliputi :
1) Inspeksi dan palpasi
Dengan cara sistemis, setiap daerah perikardium
diinspeksi dan dipalpasi. Pada saat diinspeksi akan
ditemukan deformitas dinding dada. Pencahayaan dari
samping dapat membantu pemeriksa memeriksa
pulsasi yang kecil. Terdapat impuls normal yang jelas
dan terletak tepat di atas apeks jantung. Murmur, bila
sangat keras dapat dipalpasi dan teraba oleh tangan
pemeriksa sebagai sensasi “ mendengkur “. Fenomena
ini dinamakan thrill dan pasti menunjukan adanya
patologi yang bermakna pada jantung. Thrill juga
dapat dipalpasi di atas pembuluh darah bila ada
obstruksi aliran darah yang bermakna, dan akan
terjadi di atas arteri karotis bila ada penyempitan
katup aorta.
2) Perkusi
By La Ode Fardiansyah 20.
Secara normal hanya batas jantung kiri yang dapat
dideteksi pada perkusi. Batas kanan terletak di bawah
batas batas kanan sternum dan tidak dapat
dideteksi.Perkusi boleh tidak dilakukan kecuali bila
pemeriksa menemukan pergeseran impuls apikal dan
mencurigai pembesaran jantung.
3) Auskultasi
Untuk menentukan bunyi jantung abnormal atau tidak.
Daerah yang harus di auskultasi antar lain daerah
aorta, daerah pulmonal, titik Erb, daerah trikuspidalis,
dan daerah apeks.
g. Kaki dan tungkai : kebanyakan pada pasien yang
mengalami gangguan pada jatungnya akan mengalami
penyakit vaskuler perifer atau edema perifer akibat gagl
ventrikel kanan. Maka harus dikaji dikaji sirkulasi arteri
perifer dan aliran balik vena.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan volume sekuncup jantung.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi, deformitas dada yang ditandai dengan
dispnea ( sesak nafas ), penyimpangan dada.
3. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Cemas keluarga berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
By La Ode Fardiansyah 21.
C. Intervensi Keperawatan
Dx 1 :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Melaporkan pemnurunan episode dipsnea.
Tidak terjadi aritmia.
Denyut dan irama jantung teratur.
Intervensi Keperawatan.
a. Pantau tanda dan gejala penurunan curah jantung seperti:
Peningkatan/ ketidakteraturan frekuensi nadi
Peningkatan frekuensi pernafasan.
Penurunan tekanan darah.
Bunyi abnormal dari jantung dan paru-paru.
Perubahan tingkat kesadaran.
Kulit dingin lembab sianosis atau berbercak-bercak.
Penurunan SaO2.
Nadi perifer lemah.
Tekanan arteri pulmonal yang abnormal.
Perubahan EKG.
Rasional: penurunan curah jantung dapat
menyebabkan ketidak cukupan suplai oksigen dalam
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. Penurunan volume sirkulasi dapaat
meyebabkan menurunnya perfusi dari ginjal dan
menyebabkan penurunan perfusi jaringan dengan
respon kompensasi tubuh berupa penurunan jumlah
sirkulasi pada ekstremitas dan peningkatan nadi serta
frekuensi pernafasan. Perubahan tingkat kesadaran
By La Ode Fardiansyah 22.
kemungkinan disebabkan perfusi yang rendah pada
otak.
b. Kaji perubahan pada sensoris, contoh letargi, cemas dan
depresi.
Rasional : penurunan curah jantung dapat mengakibatkan
tidak efektifnya perfusi serebral.
c. Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau
kursi.
Rasional : Istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal
jantung kongestif akut atau refraktori untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan
atau konsumsi oksigen miokardium dan aktivitas
berlebihan.
d. Berikan cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan
indikasi, hindari cairan garam.
Rasional : karena adanya peningkatan tekanan ventrikel
kiri klien tidak dapat mentoleransi peningkatan beban
awal (preload). Klien juga mengeluarkan sedikit natrium
yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan
kerja miokardium.
DX 2:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas
kembali efektif dengan kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami sesak
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi keperawatan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan
terjadi peningkatan kerja nafas.
By La Ode Fardiansyah 23.
b. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi (posisi semi
fowler).
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan.
c. Tindakan kolaborasi dengan memberikan oksigen
tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan/mencegah iskemia.
d. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol
diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan
dalam.
Rasional : Membantu klien mengalami efek fisiologi
hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.
e. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus
adanya sesak.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
DX 3 :
Tidak merasa kelelahan, kelemahan.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji toleransi klien terhadap aktivitas menggunakan
parameter berikut : frekuensi nadi 20 x/mnt diatas
frekuensi istirahat; catat peningkatan TD;
Rasional : Parameter menunjukkan respon fisiologis klien
terhadap stress aktivitas dan indikator derajat pengaruh
kelebihan kerja/jantung.Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien dapat beraktivitas dalam
By La Ode Fardiansyah 24.
batas kemampuannya dispnea; nyeri dada; kelelahan
berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan.
dengan kriteria hasil :
• Pasien
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas.
Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
menunjukkan tingkat aktivitas individual.
c. Dorong klien dalam berpartisipasi dalam memilih periode
aktivitas.
Rasional : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
d. Bantu klien untuk memilih aktivitas sesuai usia, kondisi
dan kemampuan.
Rasional : Melatih klien agar dapat bertoleransi terhadap
aktivitas.
e. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktivitas
Rasional : Mencegah kelelahan berkepanjangan.
DX 4:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang sesuai dengan usia dengan kriteria hasil :
Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
Anak melakukan aktivitas sesuai usia.
Anak tidak mengalami isolasi sosial.
Intervensi Keperawatan :
a. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang.
Rasional: diharapkan dengan konsumsi diet tinggi nutrisi
pertumbuhan yang adekuat tercapai.
By La Ode Fardiansyah 25.
b. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik
pertumbuhan
Rasional: untuk menentukan kecenderungan
pertumbuhan.
c. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
Rasional: melalui aktivitas yang sesuai misalnya bermain,
diharapkan klien dapat tumbuh dan berkembang
semampunya.
d. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama
terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
Rasional: sosialisasi merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
e. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan
aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
Rasional: Memberikan kesempatan anak berkreativitas
dalam melakukan aktivitas sesuai usia.
DX 5 :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
kecemasan hilang/ berkurang, dengan kriteria hasil:
Keluarga mampu memahami perasaannya, menyatakan
cemas berkurang.
Keluarga memahami mengenai prosedur tindakan yang
diberikan.
Intervensi Keperawatan :
a. Bantu keluarga mengekspresikan perasaan marah,
kehilangan ataupun cemas.
Rasional : Cemas berkelanjutan mempengaruhi kesehatan
anak.
b. Observasi tanda verbal dan nonverbal kecemasan,
berikan penjelasan kepada keluarga bahwa kecemasan
By La Ode Fardiansyah 26.
yang ditunjukkan kepada anak akan mempengaruhi
psikologi anak.
Rasional : Reaksi verbal/ nonverbal dapat menunjukkan
rasa agitasi, marah, dan gelisah.
c. Hindari konfrontasi.
Rasional : Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat
penyembuhan.
d. Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan.
Berikan lingkungan yang tenang dan suasana penuh
istirahat.
Rasional : Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
perlu.
e. Orientasikan keluarga terhadap prosedur rutin dan
aktivitas yang diharapkan. Berikan informasi yang akurat
mengenai penyakit serta tindakan yang pengobatan yang
dilakukan.
Rasional: Orientasi informasi dapat menurunkan
kecemasan.
D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
intervensi yang telah disusun.
E. Evaluasi
Jika tujuan telah tercapai tindakan dapat dihentikan.
Apabila tujuan belum tercapai tindakan dapat dilanjutkan
kembali.
DX 1 :
Melaporkan pemnurunan episode dipsnea.
Tidak terjadi aritmia.
By La Ode Fardiansyah 27.
Denyut dan irama jantung teratur.
DX 2 :
Pasien tidak mengalami sesak.
DX 3 :
Pasien tidak merasa kelelahan, kelemahan.
DX 4 :
Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
Anak melakukan aktivitas sesuai usia.
Anak tidak mengalami isolasi sosial
DX 5 :
Keluarga mampu memahami perasaannya, menyatakan
cemas berkurang.
Keluarga memahami mengenai prosedur tindakan yang
diberikan.
By La Ode Fardiansyah 28.
Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
Atrial Septal Defect (ASD) penyakit jantung bawaan
dimana terdapat lubang (defek) pada sekat atau septum
interatrial yang memisahkan atrium kiri dan kanan yang
terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa janin.
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian ASD.Adapun faktor yang
menyebabkan ASD adalah faktor prenatal dan faktor genetik.
Secara umum ASD dapat dklasifikasikan menjadi 3 yaitu
Defek Sinus Venosus, Defek Sekat Sekundum, Defek Sekat
Prinum.
By La Ode Fardiansyah 29.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous . (2008 ). Asuhan Keperawatan pada Anak, Retreived
Selasa, 6 April 2010 from:Http://askep.blogspot.com/2008/
04/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html
Anonymous. (2010 ). Atrial Septal Defect, Retreived Selasa 6
April 2010 from: http://Id.Wikipedia.Org
Carpenito, Lynda Juall.1998.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada
Praktik Klinis. Jakarta: EGC
Doengoes, E.M,dkk.2002.Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Mutaqin, Arief. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C dan Bare , Brenda. G.2001. Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8. Vol.3. Jakarta :EGC
By La Ode Fardiansyah 30.