Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga (Sloane, 2004). Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006). Hati merupakan organ terbesar dan memiliki banyak fungsi termasuk produksi empedu dan protein, lemak dan metabolisme karbohidrat. Hati ini penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungsi lain antara lain : 1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan. 2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya. 3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol. 4. Penyimpana n glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin. 5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal 1

Transcript of Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Page 1: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga (Sloane, 2004).

Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah

diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma

dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah

kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006).

Hati merupakan organ terbesar dan memiliki banyak fungsi termasuk produksi empedu

dan protein, lemak dan metabolisme karbohidrat. Hati ini penting untuk sekresi empedu, namun

juga memiliki fungsi lain antara lain :

1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan.

2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya.

3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk

mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.

4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.

5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal

6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak

7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.

Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagi lobulus yaitu susunan

heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral.

1

Page 2: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Fisiologi Hati?

2. Apa Fungsi Hati?

3. Apa saja yang ada di dalam Hepar?

4. Bagaimana Histologi Hepar?

5. Apa saja Hormon yang di hasilkan hepar?

6. Bagaimana Fagositosis Imunitas di Hepar?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Fisiologi Hati

2. Untuk mengetahui apa saja fungsi hati

3. Untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam hepar

4. Untuk mengetahui Histologi Hepar

5. Untuk mengetahui Hormon yang di hasilkan hepar

7. Untuk mengetahui Fagositosis Imunitas di Hepar

2

Page 3: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Hepar

Struktur Hati

Hati (hepar) merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh mamalia dan vertebrata

karena menyediakan fungsi esensial bagi kehidupan. Ini adalah organ terbesar dan memiliki

banyak fungsi termasuk produksi empedu dan protein, lemak dan metabolisme karbohidrat.

Selama perkembangan janin, hati memiliki fungsi haemopoetic penting, memproduksi sel-sel

darah merah dan putih dari jaringan antara sel-sel hati dan dinding pembuluh.

Ukuran hati bervariasi karena perannya dalam metabolisme. Dalam karnivora hati

beratnya sekitar 3-5% dari berat badan, di omnivora 2-3% dan di herbivora 1,5%. hati jauh lebih

berat pada hewan muda dari hewan yang lebih tua karena atropies dengan usia.

Hati berasal dari pemasukan kantong dari endoderm epitel pada duodenum ventral dari

bagian ekor dari foregut. Sambungan ke usus menyempit menjadi saluran empedu. Parenkim

jaringan hati terbentuk dari proliferasi cords epitel atau untaian yang mengintegrasikan dengan

sinus darah vena umbilikalis dan vitelline. Mesoderm dari transversum septum membentuk

sinosoids vena dan jaringan ikat pada hati.

STRUKTUR

Hati terletak di bagian cranial dari abdomen. Berada pada caudal diafragma dan cranial

dari lambung dan intestine. Umumnya sebagian besar hati terletak pada sebelah kanan midline,

dan terbagi menjadi beberapa lobus oleh fissure. Cranial dari hati yang cembung, disebut dengan

permukaan diafragma dan caudal hati yang cekung disebut permukaan visceral.

PEMBAGIAN HATI

Hati dibagi menjadi lobus, lobules, hepatosit dan sinusoid. Lobusa dari liver diantaranya

dalah lateral, medial kiri kiri, kanan lateral, medial kanan, quadrate, caudatus dan papiler.

3

Page 4: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

SPESIES DIFFERENT

Anjing dan Kucing

Baik kiri maupun lobus kanan terbagi. Adanya complete obstruction dari arteri hepatic

dapat berakibat fatal. Hati hampir seluruhnya berada di intra thorax

Kuda

Hati berada seluruhnya pada tulang costae, tepatnya pada sebelah kanan midline. Hati

kuda kurang berlobus. Tidak ada kansung empedu dan lobus kiri dibagi. Tidak ada lobus papiler.

Pada anak kuda, hati lebih besar dan lebih simetris. Saluran empedu terbuka kea rah duodenum

pada papilla yang sama dengan saluran pancreas utama. Empedu terus disekresikan.

Babi

Hati memiliki celah interlobular yang dalam dan sejumlah besar jaringan ikat interlobular.

Memiliki penampilan yang berbintik-bintik. Sebuah interlobular fisura yang dalam membagi hati

menjadi 4 lobes- kiri, kanan, medial dan lateral. Ada lobus caudatus kecil (yang tidak ber-kontak

dengan ginjal sehingga tidak ada impresi ginjal). Hati sebagian besar berada di sebelah kanan

midline dan tidak memiliki lobus papiler.

Ruminan

Hati seluruhnya berada di sebelah kanan dari midline dan telah terjadi penyatuan lobus.

Domba kecil memiliki umbilical fissure lebih dalam dari sapi dan juga memiliki lobus caudatus

yang lebih kecil dan memiliki 2 papiler.

4

Page 5: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

2.2 Histologi Hepar

Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag

yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Sel hepatosit berderet

secara radier dalam lobulus hati dan membentuk lapisan sebesar 1-2 sel serupa dengan

susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan beranastomosis

secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara lempeng-lempeng

ini mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera et al., 2007).

Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar, diameternya tidak

teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel,

yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti pipih gelap, sel kupffer yang fagositik dengan inti

ovoid, dan sel stelat atau sel Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan

vitamin A dan memproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid berasal

dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari

saluran pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung (Eroschenko, 2010; Junqueira et al.,

2007).

Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal

dari vena portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis. Traktus portal terdiri dari 3

struktur utama yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal

terminal yang dibatasi oleh sel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding

yang tebal yang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan yang ketiga adalah

duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan juga limfatik

(Junqueira et al., 2007).

5

Page 6: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

A. Vena Sentralis

B. Sel Hepatosit

2.3 Fungsi Hepar

2.3.1 Penghasil Empedu

Hati berfungsi sebagi penghasil empedu. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa

pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam

kantong empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral,

garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak,

mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut

dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu

masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan (Muhamaroh, 2004).

Proses pembentukan empedu

Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari

pencernaan. Garam-garam empedu termasuk kedalam kelompok garam natrium dan kalium dari

asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan dari sistin,

mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak

menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1 mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari

system pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan

6

Page 7: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

membentuk Micelles, kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap

dalam system pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga

mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pancreas yang penting

dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu karena

danmya garam-garam empedu dan lesitin (Guyton, 2000)

Komposisi Getah Empedu

Getah empedu adalah suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati. Sekresinya

berjalan terus menerus, jumlah prouksi meningkat sewaktu mencerna lemak. Empedu berwarna

kuning kehijauan \yang terdiri dari 97 % air, pigmen empedu dan garam-garam empedu.

a. Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin. Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin

yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang

memberikan warna kuning pada urine dan feses. Warna kekuningan pada jaringan (jaundice)

merupakan akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah dan ini merupakan indikasi

kerusakan fungsi hati, peningkatan destruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus empedu

oleh batu empedu.

b. Garam-garam empedu, yang terbentuk dari asam empedu yang berkaitan dengan kolesterol

dan asam amino. Setelah diekskresi kedalam usus garam tersebut direabsorbsi dari ileum

bagian bawah kembali kehati dan didaur ulang kembali, peristiwa ini disebut sebagai

sirkulasi enterohepatika garam empedu.

Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah (Guton, 2000) :

-    Emulsikan lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus g

kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas

untuk kerja enzim.

-    Absorbsi lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan

cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel

-    Pengeluaran kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan

lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang melalui

feses.

7

Page 8: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

2.3.2 Detoksifikasi Hepar

Hati adalah organ utama detoksifikasi yang memiliki 2 fungsi yaitu menyaring racun dari

aliran darah dan mengubah racun agar dapat dengan mudah dibuang dari tubuh, fungsi ini disebut

konjugasi. Hati akan menggunakan enzim tertentu untuk menetralkan racun menjadi suatu bentuk

yang dapat dikeluarkan tubuh, misalnya banyak racun yang bisa dihancurkan dengan lemak,

artinya dapat dengan mudah larut dalam lemak. Makanan diproses dalam lambung dan usus kecil,

produk-produk yang berguna akan diserap, dimetabolisme, dan sampahnya dibuang melalui

sistem detoksifikasi: 75% melalui hati. Toksin berbahaya yang tidak larut dalam air akan

dipecahkan dengan enzim tertentu, sehingga dapat larut dalam air lalu disalurkan ke ginjal dan

usus besar. Proses alami tubuh untuk menetralkan dan mengubah bentuk racun (toksin) dalam

tubuh agar racun tersebut dapat dibuang ke luar tubuh, hal ini yang disebut dengan proses

detoksifikasi

Hati memiliki mekanisme detoksifikasi dengan cara mengeluarkan racun-racun dari dalam

tubuh setiap hari. Detoksifikasi itu sendiri adalah sebuah usaha untuk membersihkan tubuh

dengan cara menghilangkan racun didalam tubuh. Racun didalam tubuh merupakan hasil olahan

dari fungsi tubuh, sedangkan racun yang berasal dari luar tubuh masuk kedalam tubuh melalui

makanan, minuman dan udara yang masuk ke dalam tubuh melalui kebiasaan mengonsumsi

makanan olahan yang banyak mengandung zat-zat artifisial, pengawet, penstabil, pewarna, perasa,

lemak trans dll. Bila racun-racun ini didiamkan begitu saja, lambat laun, sedikit demi sedikit akan

terjadilah pengendapan dan sangat membahayakan kesehatan tubuh. Racun yang menumpuk di

dalam tubuh dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, mudah sakit, dan kulit menjadi kusam.

Pada dasarnya sel-sel hati memiliki 2 cara utama didalam melakukan detoksifikasi yang

dikenal dengan jalur detoksifikasi fase-1 dan fase-2 yaitu :

1. Jalur Detoksifikasi Fase-1

Dengan bantuan enzim Cytochrome P-450 zat racun dalam tubuh dirubah menjadi zat

yang tidak berbahaya. Selama proses ini, dihasilkanlah suatu sampah yang berupa radikal bebas,

dimana bila jumlahnya berlebihan akan dapat merusak sel-sel hati. Oleh karena itu sangatlah

diperlukan zat antioksidan (vitamin C, E , beta karotin, dll) untuk mengurangi kerusakan akibat

radikal bebas tersebut. Vitamin seperti riboflavin, niacin, dan mineral seperti magnesium, besi dan

seng juga dapat mendukung aktifitas sistem enzim Cytochrome P-450 pada phase ini. Sistem

enzim ini juga dapat rusak bila racun yang masuk kedalam tubuh sangat banyak, sehingga

melebihi kemampuan bekerjanya enzim ini.

8

Page 9: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

2. Jalur Detoksifikasi Fase-2.

Kedalam zat-zat beracun, hati akan menambahkan zat-zat lain seperti (cysteine, glycine

atau molekul sulfur) untuk dirubah menjadi zat yang tidak berbahaya dan agar zat-zat tersebut

dapat larut didalam air dan dengan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui cairan seperti

cairan empedu atau urin. Asam amino seperti taurine dan cysteine, glycine, glutamine, dan

vitamin seperti choline dan inositol dibutuhkan untuk meningkatkan daya detoksifikasi. Glutation

sebagai antioksidan dan pelindung hati juga dibutuhkan untuk mendukung sistem enzim yang

diperlukan dalam phase ini. Apabila racun sudah sangat banyak, sehingga jalur detoksifikasi

phase 1 dan phase 2 menjadi terbebani, maka toksin akan menumpuk di dalam tubuh. Kebanyakan

dari toksin ini adalah larut dalam lemak dan dapat tersimpan selama bertahun-tahun atau bahkan

selamanya.

2.3.3 Hemodinamik Hati

Fungsi hati sebagai hemodinamik, hati merupakan organ yang penting untuk

mempertahankan aliran darah, hati menerima 25% darah dari cardiac output. (Burt & Day, 2002).

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik

fisiologis vaskular perifer (Jevon dan Ewens, 2009). Pemantauan Hemodinamik dapat

dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk

menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respons

terhadap terapi yang diberikan (Jevon dan Ewens, 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama

dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang

tepat terhadap bantuan sirkulasi (Jevon dan Ewens, 2009).

Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan

fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi

keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi

hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan

penilaian klinis pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari pemantauan

hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen

dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi

sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh

yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel

(Erniody, 2008).

9

Page 10: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

2.3.4 Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat berperan penting untuk makhluk hidup sebagai bahan nutrisi utama dan

sebagai struktur dasar makhluk hidup. Tanaman menghasilkan karbohidrat (fotosintesis)

kemudian hewan/manusia konsumsi karbohidrat untuk menghasilkan energi. Karbohidrat

Terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida terdiri dari Glukosa,

fruktosa, galaktosa. Disakarida terdiri dari sukrosa (glukosa dan fruktosa), maltosa (glukosa

dan glukosa), dan laktosa (glukosa dan galaktosa). Polisakarida terdiri dari amilum, glikogen,

dan selulosa. Fungsi karbohidrat adalah menyediakan energi, mengatur metabolisme lemak

dan protein, serta sumber energi khusus untuk sistem syaraf pusat. Glukosa merupakan

karbohidrat utama (fleksibel untuk sintesis berbagai bahan yang dibutuhkan tubuh.

Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi oleh fungsi hepar, pankreas, adenohipofisis

dan adrenal. Selain itu, fungsi tiroid, kerja fisik, faktor imunologik dan genetik juga dapat

berpengaruh pada kadar glukosa darah. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan di

intestine dialirkan ke hepar melalui vena porta (memasukkan darah yang telah melalui kapiler-

kapiler dari limpa dan saluran cerna). Sebagian glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen.

Pada saat ini kadar glukosa dalam di vena porta lebih tinggi dari di vena hepatika. Setelah

absorpsi selesai glikogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena

10

Page 11: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

hepatika lebih tinggi dari vena porta. Jadi, hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan

normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari,

tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia.

Fungsi hati menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah.

Misalnya, pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam

darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu pada saat

kadar gula darah menurun, maka cadangan glikogen  di hati atau asam amino dapat diubah

menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar

gula darah dipertahankan untuk tetap normal. Hal ini dapat terjadi di hati karena hati memiliki

kedua enzim yang berperan dalam katabolisme maupun anabolisme karbohidrat. Glukagon

berperan merangsang proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Hati juga dapat membantu

pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa menjadi lemak.

2.3.5 Metabolisme Protein

Metabolisme protein terjadi pada lambung, pankreas, dan yang terjadi pada hati adalah

metabolisme yang telah menjadi asam amino bebas ditransport melewati sel epitel usus halus

kemudian masuk kapiler darah dan ditranspor ke hati. Pada umumnya, degradasi asam amino

dimulai dengan pelepasan gugus amino kemudian menghasilkan kerangka C dan diubah

menjadi senyawa antara metabolisme utama tubuh. Kelebihan asam amino di luar liver,

dibawa ke hati dan diekskresikan menjadi ammonia (Poedjiadi, 2007).

Ammonia bersifat toksik bagi jaringan hewan pengubahan ammonia menjadi urea terjadi

di dalam hati. Amonia digunakan kembali utk proses biosintesis. Amonia diekskresi secara

langsung atau diubah terlebih dahulu menjadi asam urat / urea. Pada vertebrata terestrial yang

terbentuk urea (ureotelic), pada burung dan reptil yang terbentuk asam urat (uricotelic),

sedangkan binatang di air yang terbentuk ammonia (Poedjiadi, 2007).

11

Page 12: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Ammonia diubah menjadi glutamin kemudian di transport ke hati. Glutamin tidak toksik,

bersifat netral dan dapat lewat melalui sel membran secara langsung. Glutamin merupakan bentuk

utama untuk transpor ammonia sehingga terdapat di dalam darah lebih tinggi dari asam amino yg

lain. Glutamin juga berfungsi untuk sumber gugus amino pada berbagai reaksi biosintesis

(Poedjiadi, 2007).

12

Page 13: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino untuk dijadikan

energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati

dengan proses deaminasi dan transaminasi (Poedjiadi, 2007).

1.Transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam keto. Reaksi adalah sebagai

berikut. Alanin + alfa-ketogutarat → piruvat + glutamat

2.Deaminasi adalah proses pembuangan gugus amino dari asam amino. Reaksi adalah sebagai

berikut: Asam amino + NAD + → asam keto + NH3

3. Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein menjadi zat yang dapat

masuk kedalam siklus krebs. Zat hasil deaminasi atau transaminasi yang dapat masuk siklus krebs

adalah: alfa ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat. Pembokaran protein menjadi

asam amino memerlukan bantuan dari enzim-enzim protease dan air untuk mengadakan proses

hidrolisasi pada ikatan-ikatan peptida. Hidrolisis ini juga dapat terjadi, jika protein di panasi, di

beri basa, atau diberi asam (Poedjiadi, 2007).

2.3.6 Metabolisme Lemak

Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan

hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi

(Guyton, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,

trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak

ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah.

Lemak tidak larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar

lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan

berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air.

Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut lipoprotein.

Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron,

very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein

(HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan

cara yang sedikit berbeda. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur

eksogen dan jalur endogen (Adam, 2009).

13

Page 14: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Gambar 1. Metabolisme lipoprotein (Adam, 2009)

a Jalur Eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolestrol. Trigliserida &

kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan

diserap sebagai asam lemak bebas sedangkan kolestrol, sebagai kolestrol. Di dalam usus halus

asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolestrol mengalami

esterifikasi menjadi kolestrol ester. Keduanya bersama fosfolipid dan apolipoprotein akan

membentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan

membawanya ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami penguraian

oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel, sehingga terbentuk asam lemak bebas

(free fatty acid) dan kilomikron remnant (Adam, 2009).

Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak

(adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi

bahan untuk pembentukan trigiserid hati. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari

lemak, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-

sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis.

14

Page 15: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut

sebagai asam lemak bebas (Adam, 2009).

Kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol

bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan

dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen & membantu proses penyerapan lemak dari

makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme

menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh

lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah

diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati. Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan

bantuan enzim yang disebut HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran

darah (Adam, 2009).

b. Jalur Endogen

Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam

bentuk VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga

menghidrolisis kilomikron menjadi IDL(Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL

kemudian diambil oleh hati dan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu

LDL.LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme.LDL ini bertugas

menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis

kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Ester kolesterol

ini akan mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan demikian

terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas ini mungkin berperan

sebagai sifat antiterogenik (Adam, 2009).

c. Jalur Reverse Cholesterol Transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolestrol yang mengandung apolipoprotein

(apo) A, C, E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati,

mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati

makrofag untuk mengambil kolestrol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil 18

kolestrol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbetuk bulat. Agar

dapat diambil oleh HDL nascent, kolestrol di bagian dalam makrofag harus dibawa ke permukaan

membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate binding

15

Page 16: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

cassette transporter 1 atau ABC 1. Setelah mengambil kolestrol bebas dari sel makrofag, kolestrol

bebas akan diesterifikasi menjadi kolestrol ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase

(LCAT). Selanjutnya sebagian kolestrol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur.

Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type I dikenal dengan

SR-B1. Jalur kedua adalah kolestrol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari

VLDL dan IDL dengan bantuan cholestrol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian

fungsi HDL sebagai penyerap kolestrol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati

dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolestrol kembali ke hati

(Adam, 2009).

2.3.7 Metabolisme Vitamin

Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh,

melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B kompleks

dan C, tidak disimpan, melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh. Akibatnya,

selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari. Vitamin yang alami bisa didapat dari

sayur, buah dan produk hewani. Seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau

minuman tidak berada dalam keadaan bebas, melainkan terikat, baik secara fisik maupun kimia.

Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus akan membantu

melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap di

dalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi.

Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat

perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air.

Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus

digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik, baru

kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin

larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Proses dan

mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada Tabel 1.

16

Page 17: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Tabel 1. Proses dan Mekanisme Penyerapan Vitamin dalam Usus Halus

Jenis Vitamin Mekanisme Penyerapan

Vitamin A, D, E, K dan

beta-karoten

Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan

dengan kilomikron, diserap melalui saluran

limfatik.

Vitamin C Difusi pasif (lambat) atau menggunakan Na+

(cepat)

Vitamin B1 (Tiamin) Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam lumen

usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila

jumlahnya dalam lumen usus banyak).

Vitamin B2 (Riboflavin) Difusi pasif

Niasin Difusi pasif (menggunakan Na+)

Vitamin B6 (Piridoksin) Difusi pasif

Folasin (Asam Folat) Menggunakan Na+

Vitamin B12 Menggunakan bantuan faktor intrinsik (IF) dari

lambung.

Vitamin larut lemak

Setiap vitamin larut lemak A, D, E, dan K mempunyai peranan faali tertentu dalam tubuh.

Sebagian vitamin lipida larut lemak diabsorsi bersama lipida lain. Absorsi membutuhkan cairan

empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai bagian

dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.

Vitamin yang larut dalam lemak memiliki sifat-sifat umum, antara lain :

1.        Tidak terdapat di semua jaringan

2.        Terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen

3.        Memiliki bentuk prekusor atau provitamin

4.        Menyusun struktur jaringan tubuh

17

Page 18: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

5.        Diserap bersama lemak

6.        Disimpan bersama lemak dalam tubuh

7.        Diekskresi melalui feses

8. Kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain

sebagainya.

a)  Vitamin A (retinol)

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A

merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoiddan prekursor atau provitamin A atau

karotenoid yang mempunyai aktivitas bilogik sebagai retinol. Vitamin A esensial untuk

pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Disamping itu kekurangan vitamin A

meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,

meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.

Vitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk eter esensial retinil,

bersama karotenoid bersama lipida lain dalam lambung. Dalam sel-sel mukosa usus halus, ester

retinil dihiddrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efesien

diabsorsi daripada ester retinil. Sebagian karetonoid, terutama beta karoten di dalam sitoplasma

sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol.

Dalam usus halus retinol bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan

bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh

kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati merupakan tempat

penyimpanan terbesar vitamin A dalam tubuh.

Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut

oleh Retinol Binding-Protein (RBD) yang disentesis oleh hati. Pengambilan retinol oleh berbagai

sel tubuh bergantung pada resepton permukaan membran yang spesifik oleh RBP. Retinol

kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Celluler Retinol

Binding-Protein (CRBD) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi

sebagai retinal dan dalam sel epitel sebagai asam retinoat.

18

Page 19: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

b)  Vitamin D (colecalciferol)

Vitamin D adalah nama generik dari dau molekul, yaitu ergokalsiferol (vitamin D2) dan

kolekalsiferol (vitamin D3). Vitamin D mencegahdan menyembuhkan riketsia, yaitu dimana

penyaklit penyakit tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh

dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh cukup mendapat matahari konsumsi makanan tidak

dibutuhkan. Karena dapat disintesis dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi

suatu prohormon. Bila tubuh tidak tidak cukup mendapat sinar matahari, vitamin perlu dipenuhi

melalui makanan.

Vitamin D diabsorsi dalam usus halus bersama lipida denagn bantuan cairan empedu.

Vitamin D dari bagian atas usus halus diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-

tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain. Vitamin D3 (kolekalsiferof)

dibentuk didalam kulit sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Vitamin D3 didalam hati diubah

menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolikasiferol {25(OH)D3} yang lima kali lebih aktif dari pada

vitamin D3. Bentuk {25(OH)D3} adalah bentuk vitamin D yang banyak di dalam  darah dan

banyaknya bergantung konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif

adalah kolsitriol  atau 1,25-dihidroksi kolekalsiferol {1,25(OH)2D3} yang 10 kali  lebih aktif dari

vitamin D3. Bentuk aktif ini dibuat oleh gnjal. Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi

kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya.

Sintesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor didalam serum. Hormon paratiroid

(PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum rendah, tampaknya merupakan perantara yang

merangsang produksi {1,25(OH)2D3} oleh ginjal. Jadi tarf konsumsi kalsium yang rendah

tercermin dalam taraf  kalsium serum yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi sekresi PTH dan

peningkatan sintesis kalsitriol oleh gnjal. Taraf fosfat dari makanan mempunyai pengaruh yang

sama, tetapi tidak membutuhkan PTH.

c)   Vitamin E (tokoferol)

Pada tahun 1922, diketemukan suatu zat larut lemak yang dapat menegah keguguran dan

sterilitas pada tikus. Vitsmin E kemudian pada tahun 1936 dapat diisolasi dari minyak gndum dan

dinamakan tokoferol. Semarang dikenal beberapa bentuk tokoferol dan vitamin E biasa digunakan

untuk menyatakan setiap campuran tokoferol yang aktif secara biologik.

19

Page 20: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Fungsi vitamin E:

1. Sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan larut dalam hidrogen dari gugus hidroksil.

2. Melindungi asam lemak jenuh ganda komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas

3. Sebanyak 20-80 % tokoferol diabsorsi di bagian atas usus halus dalam bentuk misel. Absorsi

tokoferol dibantu trigliserida rantai sedang dan dihambat asam lemak rantai panjang tidak jenuh

ganda. Transprortasi dari mukosa usus halus kedalam sistem limfe dilakukan oleh kilo micrón

untuk dibawa ke hati. Dari hati bentuk alfa-tokofeol diangkut oleh very low-density

lipoprotein/VLDL masuk kedalam plasma, sedangkan sebagian besar gama-tokoferol dikeluarkan

melalui empedu. Tokoferol di dalam plasma kemudian diterima oleh reseptor sel-sel perifer low-

density lipoprotein/LDL dan masuk ke membran sel. Tokoferol menumpuk di bagian-bagian sel

dimana produksi radikal bebas paling banyak terbentuk, yaitu di mitokondria dan retikulum

endoplasma.

d) Vitamin K (fitomenadion)

Vitamin K ialah 2-methyl, 1,4-naphthoquinone. Semarang terdapat sejumlah derivat yang

semuanya mempunyai bioaktivitas vitamin K. Bentuk induk dari vitamin K disebut Menadion

oleh IUPAC dan Menaquion oleh IUNS. Vitamin K cukup tahan terhadap panastetapi tidak tahan

terhadap alcali dan cahaya.

Vitamin K tidak dapat disintesa oleh tubuh, tetapi suplai vitamin K bagi tubuh berasal dari

bahan makanan dan dari sintesa oleh mikroflora usus yang menghasilkan menaquinone. Untuk

penyerapan vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak didalam hidangan. Garam empedu

dan lemak dicerna membentuk misel (misell) yang berfungsi sebagai transport carrier bagi

vitamin K tersebut.

Vitamin larut air

Vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain :

1.      Tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen

2.      Tidak memiliki provitamin

3.      Terdapat di semua jaringan

20

Page 21: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

4.      Sebagai prekusor enzim-enzim

5.      Diserap dengan proses difusi biasa

6.      Tidak disimpan secara khusus dalam tubuh

7.      Diekskresi melalui urin

8.      Relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan.

a) Vitamin C (asam askorbat)

Vitamin C adalah cristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin

C cukup stabil tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan

udara terutama bila terkena panas.

Vitamin C mudah diabsorsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas

usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorsi adalah 90% untuk

konsumsi diantara 20 dan 129 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram pada absorsi sebanyak

16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah dalam

jeringan adrenal, pituitari, dan retina.

b)  Vitamin B1 (Tiamin)

Vitamin B1 merupakan anggota pertama dari suatu kelompok vitamin-vitamin yang

disebut B-kompleks. Vitamin B1 larut dalam air, tidak larut dalam minyak dan dalam zat-zat

pelarut lemak, stabil terhadap pemanasan pH asam, tetapi terurai pada suasana biasa atau netral.

Tiamin mudah larut dalam air, sehingga di dalam usus halus mudah diserap kedalam

mukosa. Didalam sel epitel mukosa usus thiamin difosforilasikan dengan pertolongan ATP dan

sebagai TPP dialirkan oleh vena portae ke hati. Thiamin dieskresikan di dalam urine pada keadaan

normal, eskresi ini paralel terhadap tingkat konsumsi, tetapi pada kondisi defisien hubungan

paralel ini tidak lagi berlaku.

c) Vitamin B2 (Riboflavin)

Vitamin ini tidak larut dalam minyak atau zat-zat pelarut lemak, stabil dalam pemanasan

dalam larutan asam mineral dan tahan terhadap pengaruh oksidasi, tetapi sensitif terhadap larutan

21

Page 22: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

alkali, dimana ia terurai irreversibel oleh sinar ultraviolet maupun oleh cahaya biasa. Vitamin ini

diketemukan sebagai pigmen kuning kehijauan yang bersifat fluoresen (mengeluarkan cahaya)

dalam susu. Dalam bentuk murni adalah kristal kuning, larut air, tahan panas, oksidasi dan asam

tetapi tidak tahan dengan alkali dan cahaya terutama sinar ultraviolet.

Riboflavin bebas terdapat di dalam bahan makanan dan larut di dalam air sehingga mudah

diserap dari rongga usus ke dalam mukosa. Didalam sel epithel mukosa usus, riboflavin bebas

mengalami fosforilasi dengan pertolongan ATP dan sebagai FMN (Flavin Mononukleotida)

dialirkan melalui vena portale ke hati.

d) Vitamin B3 (Niasin)

Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi,

metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam

menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai

jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah

satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging

unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung

vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini

dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan,

muntah-muntah, dan mual.

e) Vitamin B5 (asam pantotenat)

Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal

ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam

reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga

komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam lemak,

sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis

variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti

sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat

menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah

keram otot serta kesulitan untuk tidur.

22

Page 23: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

f) Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)

Vitamin B6 merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini

berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan

energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini

juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme

pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin ini

merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di

beras, jagung, kacang-kacangan, hati, ikan, daging  dan sayuran. Vitamin ini merupakan bagian

dari gugusan prostetik dari enxim dekarboksilase dan transaminase tertentu.

Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat.

Fungsi vitamin B6:

1.    Sebagai koenzim terutama dalam transaminasi

2.    Dekarboksilasi

3.    Reaksi lain yang berkaitan dengan metabolisme protein

4.    PLP mengatur sintesis pengantar syaraf asam gama-amino butirat (gamma-amino-butiric-

acid/GABA).

Kekurangan vitamin B6 menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan

metabolisme protein, seperti lemah dan sukar tidur. Jika lebih lanjut mengakibatkan kejang,

anemia, penurunan pembentukan antibodi, peradangan lidah, serta luka pada bibir, sudut-sudut

mulut dan kulit dan dapat mengakibatkan kerusakan sistem syaraf. Sedangkan jika kelebihan akan

mengakibatkan kram.

g)  Vitamin B12 (Kobalamin)

Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi

oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami

gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin B12 merupakan satu-satunya

vitamin yang belum sanggup dibuat secara sintetis total, tetapi selalu diekstraksi dari media

23

Page 24: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

tempat tumbuh mikroba, sebagai hasil fermentasi. Struktur vitamin B12 adalah yang sangat

kompleks dari struktur semua vitamin yang diketahui sampai sekarang.

Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga

termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf,

pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah.[6] Telur, hati, dan daging

merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12.

Anemia Persiosa adalah penyakit gangguan gizi yang dapat disembuhkan dengan

pemberian makanan yang mengandung 100-200 gram hati sapi. Bentuk utama vitamin ini dalam

makanan adalah 5-doeksiadenolsilkobalamin, metilkobalamin, dan hidroksobalamin.

Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dan karena itu diproduksi secara komersial dari

fermentasi bakteri.

Absorpsi vitamin B12 mempunyai mekanisme sangat rumit dan unik. Di dalam sekresi

gaster terdapat enzim transferase yang disebut Faktor Intrinsik (FI). Faktor Intrinsik mengikat

vitamin B12 yang membuat vitamin ini resistan terhadap serangan mikroba yang menghuni

rongga usus. Pada manusia, FI dihasilkan oleh sel-sel cardia ventriculi.

2.4 Produksi Enzim

SGPT

SGPT adalah enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel

hati rusak, misalnya pada hepatitis atau sirosis, kadar enzim ini meningkat. Karena itu, SGPT ini

bisa memberi gambaran adanya gangguan hati. SGPT, alanin transaminase juga merupakan enzim

sitosol yang juga ada dalam hati walaupun jumlah absolut kurang dari SGOT. Namun bagian lebih

besar berada didalam hati dibanding dengan otot rangka dan jantung, sehingga peningkatan serum

ini lebih spesifik untuk kerusakan hati dari pada SGOT.

Transaminase merupakan enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses

pemindahan gugus alpha amino alanin untuk menjadi asam glutamat dan asam pyruvat. Enzim ini

didapat pada sel hati dalam kadar yang jauh lebih tinggi dari pada dalam sel jantung dan otot,

untuk keperluan dalam klinik test SGPT lebih peka bagi pemeriksaan dengan dugaan kerusakan

hati akut. Pemeriksaan SGPT mempunyai nilai diagnostic yang baik dalam menentukan

kemungkinan kerusakan sel hati. (Syaharudin, 2013)

24

Page 25: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

SGOT

AST/aspartat aminotransferase (SGOT/Serum Glutamat Oksaloastat Transaminase)

merupakan enzim hati yang berada dalam sel parenkim hati, sel darah, sel jantung dan sel

otot. Oleh karena itu, peningkatan pada AST tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel

hati. ALT/alanin aminotransferase (SGPT/Serum Glutamat Piruvat Transaminase) merupakan

enzim dalam sel hati. Jika terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati menuju

sirkulasi darah. Kadar normal AST darah 5–40 U/L dan kadar normal ALT darah 5–35 U/L. ALT

terletak di dalam sitoplasma, sedangkan AST terletak di dalam sitoplasma dan mitokondria.

ALT lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati. Aktivitas enzim ALT yang normal pada

tikus putih yaitu 17,5–30,2 U/L. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar

enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH ( lactat dehydrogenase). Pada penyakit

hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.

SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis

menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry

analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST pada anjing (Canis familiaris) pada umur 3 bulan 56,30

IU/L dan pada umur 6 bulan 35,83 IU/L. (Husada, 1996)

Alkali Fosfatase (AP)

Alkali Fosfatase terikat pada membrane kanalikuli hati. Enzim ini sensitif

untuk mendeteksi adanya obstruksi saluran empedu. Peningkatan alkali fosfatase serum biasanya

lebih disebabkan oleh sintesis oleh hepar yang meningkat sebagai respon terhadap adanya

obstruksi biliaris. Adanya peningkatan alkali fosfatase saja bisa mengindikasikan adanya penyakit

hepar infiltratif, misalnya tumor, abses, granuloma, dan amyloidosis. Bila alkali fosfatase

meningkat sampai kadar yang sangat tinggi, hal ini sering berhubungan dengan keadaan obstruksi

biliaris, sklerosing kolangitis, dan sirosis biliaris primer.

Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada sirosis

biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-penyakit

radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar sampai 10 x

lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun

obstruksi hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit

hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.

25

Page 26: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik

(pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar

ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena

pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP hepar

atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1

menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.

Jika gambaran klinis tidak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-

isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan

pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT), leusine aminopeptidase

(LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena itu GGT sering

digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada untuk pengamatan penyakit

obstruksi saluran empedu.

Metode pengukuran kadar ALP umumnya adalah kolorimetri dengan menggunakan alat

(mis. fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis. Elektroforesis

isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan pemeriksaan yang

digunakan berupa serum atau plasma heparin.

Laktat Dehidrogenase (Ldh)

Merupakan enzim yeng terdapat pada semua jaringan tubuh. Enzim ini mempunyai 5

isoenzim yaitu LDH1-5. Enzim LDH bukan merupakan indikator yang sensitif dan spesifik untuk

kerusakan hepatosit, kecuali iso enzim LDH-5. Enzim ini juga meningkat pada kerusakan

organ lain yaitu jantung dan ginjal, keganasan dan hemolisis. Aktifitas Ldh dalam serum lebih

besar pada anjing-anjing muda dibandingkan dengan anjing-anjing dewasa. (Syaharuddin.2013)

Gamma glutamyltranspeptidase (γ GT)

Enzim ini terdapat pada jaringan hati, sistem bilier dan ginjal (epitel tubuli ginjal) dan

tidak terdapat pada tulang. Merupakan indikator yang sensitif untuk penyakit hepatobiliair,

terutama bila ada kolestasis. Jika tes-tes lain untuk kerusakan sel hati normal maka peningkatan

yang tinggi enzim ini mencurigakan penyakit hati. Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit

hati karena kadarnya juga meningkat pada penyakit neurologis, post infark miokard juga

pada pemakaian obat yang dapat menginduksi sintesis γGT yaitu antikonvulsan,barbiturat dan

alkohol. (Syaharuddin.2013)

26

Page 27: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

2.5 Produksi Hormon

Hubungan antara hati dan hormon adalah salah satu yang menarik. Hati tidak membuat

hormon itu sendiri, karena ini dibuat dalam banyak kelenjar yang berbeda dalam tubuh. Yang

benar adalah hati memainkan peran penting dalam ketidakseimbangan hormon karena hati yang

rusak atau memetabolisme hormone (Price,2003).

Hati memecah kelompok hormon yang dikenal sebagai hormon steroid yang meliputi

(Price,2003):

Aldosteron yang mengontrol keseimbangan natrium dan kalium mineral dan tingkat cairan

dalam tubuh

Hormon reproduksi

Kortisol yang mengontrol sistem kekebalan tubuh

Jika hati tidak efisien dalam memecah hormon ini, mereka dapat terakumulasi dalam tubuh

dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon.

Hormon yang di sintesis di hati (Price,2003):

1. Angiotensinogen : Hati mensintesis angiotensinogen, hormon yang bertanggung

jawab untuk meningkatkan tekanan darah ketika diaktifkan oleh renin, enzim yang dilepaskan

ketika ginjal indra tekanan darah rendah.

2. Thrombopoietin : Hati adalah tempat utama produksi thrombopoietin,

Thrombopoietin adalah hormon glikoprotein yang mengatur produksi trombosit oleh sumsum

tulang

3. Hepcidin : Hormon hepcidin adalah sebuah peptida atau protein kecil yang

dihasilkan di hati dan mengatur kadar zat besi dalam tubuh. Hepcidin mencegah tubuh menyerap 

zat  besi  berasal dari makanan atau suplemen lebih dari yang diperlukan

dan menahan pengambilan zat besi dari sel-sel.

4. Betatrophin: Betatrophin adalah protein dari 193 asam amino yang merangsang

proliferasi sel beta penghasil insulin yang mensekresi pankreas. suntikan betatrophin , dibuat oleh

teknologi DNA rekombinan, dapat berubah menjadi pengobatan yang bermanfaat untuk diabetes

mellitus .

27

Page 28: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

2.6 Pembekuan Darah

Adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu partikel

koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan dan membentuk trombus. Koagulasi adalah

bagian penting dari hemostasis, yaitu saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak

oleh keping darah dan faktor koagulasi untuk menghentikan pendarahan serta memulai proses

perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko pendarahan atau trombosis.

Proses pembekuan darah:

Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh darah. Trombosit ikut keluar juga

bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar dan menyebabkan trombosit

pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim) yang disebut trombokinase.

Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah protrombin

menjadi enzim aktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut dipengaruhi ion kalsium di dalam

plasma darah. Protrombin adalah senyawa protein yang larut dalam darah yang mengandung

globulin. Zat ini merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya

dibantu oleh vitamin K.

Trombin yang terbentuk akan mengubah firbrinogen menjadi benang-benang fibrin.

Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup sehingga darah tidak

mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah sejenis protein yang larut dalam darah.

Proses  pembekuan darah ( hemostasis ) dalam cedera meliputi 4 proses  yaitu :

Kontriksi pembuluh darah.

Sumbatan platelet ( trombosit ).

Proses koagulasi ( pembekuan ) darah

Pertumbuhan jaringan fibrosa untuk menutupi luka.

Dari keempat proses ini akan di bagi menjadi 2 tahapan besar, yaitu :

Hemostasis primer 

28

Page 29: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Hemostasis primer merupakan proses yang terjadi pertama kali aktivasi hemostasis sampai

pada sumbatan trombosit. Dalam tahapan pembekuan darah ( hemostasis ) primer ini terdapat  4

proses penting, yaitu :

Terjadinya kontriksi pembuluh darah

Trombosit atau platelet akan melakukan penempelan ( adhesi ) kepada serat kolagen yang

terbuka.

Terjadi diantara sel endotel pembuluh darah.

Adhesi akan diikuti dengan penumpukan ( agregasi ) trombosit di dalam pembuluh darah,

yang akan di jelaskan lebih lengkap pada “ mekanisme sumbatan trombosit “.

Hemostasis sekunder

Hemostasis sekunder merupakan proses yang dimulai sejak terbentuknya sumbatan

trombosit hingga terbentuknya sumbatan hemostasis ( sumbatan trombosit yang di stabilkan oleh

benang – benang fibrin ).

Dalam hemostasis sekunder terdapat 2 proses penting yaitu :

Aktivasi enzimatik protein prokoagulasi akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin.

Fibrin ( benang ) akan menstabilkan sumbatan trombosit yang terbentuk pada hemostasis

primer menjadi sumbatan hemostasis.

2.7 Fagositosis Imunitas

Hepar memiliki fungsional imunitas bagi tubuh yakni dengan mendegradasi setiap

antigen, baik berupa debris hingga mikroorganisme yang terdapat dalam darah. 30% darah yang

terapat di dalam tubuh mengalir melalui hepar dan mengalami detoksifikasi. Sistem imunitas yang

berada di hepar cenderung terpusat di area sinusoid. Sinusoid merupakan struktur yang

menyerupai pembuluh darah dengan lapian monolayer entoelial yang memiliki ciri khas morfologi

seperti “penyaring”. Sinusoid sendiri memiliki diameter yang kecil sehingga tekanannya

meningkat dan terkadang dapat terjadi stasis aliran darah yang melewatinya. Hal ini dapat menjadi

sebuah keadaan yang sempurnah karena akibat adanya stasis, sel-sel fagosit seperti sel Kuppfer

akan semakin sering melakukan kontak dengan antigen-antigen yang dibawa darah, berkaitan

dengan semakin meningkat pula aktivitas fagiositosis yang dilakukannya. Berikutnya dengan

29

Page 30: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

adanya stasis sel Kuppfer juga semakin sering menjalin kontak dengan sel-sel limfosit sehingga

antigen dapat dipresentasikan secara optimal, sehingga frekuansi sel-sel memori imunitas juga

semakin meningkat (Recanelli dan Rehermann, 2006).

Berikut merupakan pembagian populasi sel-sel yang terdapat di organ hati.

Berikut merupakan mekanisme imunitas yang terjadi di dalam sinusoid hepar.

30

Page 31: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

31

Page 32: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Hati merupakan organ terbesar dan memiliki

banyak fungsi termasuk produksi empedu dan protein, lemak dan metabolisme karbohidrat. Sel–

sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang disebut

sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Hati juga memiliki beberapa fungsi di

antaranya sebagai hemodinamik,penghasil empedu,metabolism karbohidrat,metabolism

protein,metabolism lemak dan detoksifikasi hati,Hati juga menghasilkan enzim diantaranya

SGPT,SGOP,Alkali Fosfat (AP),LDH,Gamma glutamyltranspeptidase dan juga pengaktifan

vitamin. Hepar juga memiliki fungsional imunitas bagi tubuh yakni dengan mendegradasi setiap

antigen, baik berupa debris hingga mikroorganisme yang terdapat dalam darah. 30% darah yang

terapat di dalam tubuh mengalir melalui hepar dan mengalami detoksifikasi

3.2 Saran

Diharapkan Penulis dapat mencari referensi demi menunjang kelengkapan isi dari makalah

yang telah dibuat

32

Page 33: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF, 2009. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK,

Setiati S, (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi ke-5 Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing,

1987

Baret, J.M., Peter Abramoff, Kumaran, A.K., and Millington, W.F. 1986. Biology. New Jersey:

Prentice Hall.

Burt, A. D. dan Day, C. P. 2002. Pathophysiology of The Liver. In Pathology of The Liver (R.

N.M. MacSween, A. D. Burt, B. C. Portmann, K. G. Ishak, P. J. Scheuer dan P. P. Anthony, eds.).

Churchill Livingstone. New York. hal. 67-105

Combs, Gerald F. 1991. The Vitamins : Fundamental Aspect in Nutrition and Health. New York :

Cambridge University Press

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :

Badan Penerbit FK UI.

Dwi, Imbang. Drh. Klasifikasi, fungsi dan etabolism vitamin. Fakultas Pertanian-Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang

Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 11 EGC.

Jakarta.

Furie B, Furie BC (2005). "Thrombus formation in vivo". J. Clin. Invest. 115 (12): 3355–62

Guyton, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). 11 ed. Rachman RY, Hartanto H,

Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2007. P. 423-35

Husadha, Y.1996. Fisiologi dan pemeriksaan hati, Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

I. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Hal:224-226.

Jevon. P. Dan Ewens. B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis edisi kedua. Ciracas. EMS : Jakarta

Jewell SA, Bellomo G, Thor, Orrenius S, Smith MT. 2001. Blebs formation in hepatocytes during

frug metabolisme is caused by distrubances in thiol and calcium inon homeotasis. Science, 217:

1257-1259

33

Page 34: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-5. Tambayang J.,

penerjemah. Terjemahan dari Basic Histology. EGC. Jakarta.

Kumar, Vinay, Abul K. Abbas, and Nelson Fausto, eds. Robbins and Cotran Pathologic Basis of

Disease. 7th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders, 2005.

Lehningher, Albert L. 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama

MacSween, R., et al. Pathology of the Liver, 4th ed. Philadelphia, PA: Elsevier, 2002.

Michael W. King Biochemistry page - Blood coagulation". Diakses 2010-02-15.

Muhamaroh, Yani. 2004. Sains biologi. Solo: PT. Tiga serangkai pustaka mandiri

Linder MC. 1997. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis.UI Press.

Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar; Asal, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi ke Dua.

Jakarta : UI Press

Price, S.A. RN. PhD. 2003. Gangguan hati, Kandung Empedu, dan Pankreas Patofisiolegi.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta

Recanelli, Vito dan Rehermann, Barbara. 2006. The Liver as an Immunological Organ.

Hepatology, Vol. 43, No. 2, Suppl.

Syaharuddin.2013 Penentuan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT pada hewan uji kelinci yang telah

diberikan ekstrak tiram Crassotea iredelai asal pantai Takalasar Sulawesi Selatan. Fakultas

Farmasi. Universitas Hassanudin: Makasar.

Zimmerman, H.J. 1978. Hepatotoxicity. New York : Apleton, Century Crofts.

34

Page 35: Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx

35