Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx
-
Upload
ajeng-febriannix -
Category
Documents
-
view
41 -
download
2
Transcript of Makalah-PIGM-Fisiologi-Hati.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga (Sloane, 2004).
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma
dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah
kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006).
Hati merupakan organ terbesar dan memiliki banyak fungsi termasuk produksi empedu
dan protein, lemak dan metabolisme karbohidrat. Hati ini penting untuk sekresi empedu, namun
juga memiliki fungsi lain antara lain :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk
mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagi lobulus yaitu susunan
heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Fisiologi Hati?
2. Apa Fungsi Hati?
3. Apa saja yang ada di dalam Hepar?
4. Bagaimana Histologi Hepar?
5. Apa saja Hormon yang di hasilkan hepar?
6. Bagaimana Fagositosis Imunitas di Hepar?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Fisiologi Hati
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi hati
3. Untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam hepar
4. Untuk mengetahui Histologi Hepar
5. Untuk mengetahui Hormon yang di hasilkan hepar
7. Untuk mengetahui Fagositosis Imunitas di Hepar
2
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Hepar
Struktur Hati
Hati (hepar) merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh mamalia dan vertebrata
karena menyediakan fungsi esensial bagi kehidupan. Ini adalah organ terbesar dan memiliki
banyak fungsi termasuk produksi empedu dan protein, lemak dan metabolisme karbohidrat.
Selama perkembangan janin, hati memiliki fungsi haemopoetic penting, memproduksi sel-sel
darah merah dan putih dari jaringan antara sel-sel hati dan dinding pembuluh.
Ukuran hati bervariasi karena perannya dalam metabolisme. Dalam karnivora hati
beratnya sekitar 3-5% dari berat badan, di omnivora 2-3% dan di herbivora 1,5%. hati jauh lebih
berat pada hewan muda dari hewan yang lebih tua karena atropies dengan usia.
Hati berasal dari pemasukan kantong dari endoderm epitel pada duodenum ventral dari
bagian ekor dari foregut. Sambungan ke usus menyempit menjadi saluran empedu. Parenkim
jaringan hati terbentuk dari proliferasi cords epitel atau untaian yang mengintegrasikan dengan
sinus darah vena umbilikalis dan vitelline. Mesoderm dari transversum septum membentuk
sinosoids vena dan jaringan ikat pada hati.
STRUKTUR
Hati terletak di bagian cranial dari abdomen. Berada pada caudal diafragma dan cranial
dari lambung dan intestine. Umumnya sebagian besar hati terletak pada sebelah kanan midline,
dan terbagi menjadi beberapa lobus oleh fissure. Cranial dari hati yang cembung, disebut dengan
permukaan diafragma dan caudal hati yang cekung disebut permukaan visceral.
PEMBAGIAN HATI
Hati dibagi menjadi lobus, lobules, hepatosit dan sinusoid. Lobusa dari liver diantaranya
dalah lateral, medial kiri kiri, kanan lateral, medial kanan, quadrate, caudatus dan papiler.
3
SPESIES DIFFERENT
Anjing dan Kucing
Baik kiri maupun lobus kanan terbagi. Adanya complete obstruction dari arteri hepatic
dapat berakibat fatal. Hati hampir seluruhnya berada di intra thorax
Kuda
Hati berada seluruhnya pada tulang costae, tepatnya pada sebelah kanan midline. Hati
kuda kurang berlobus. Tidak ada kansung empedu dan lobus kiri dibagi. Tidak ada lobus papiler.
Pada anak kuda, hati lebih besar dan lebih simetris. Saluran empedu terbuka kea rah duodenum
pada papilla yang sama dengan saluran pancreas utama. Empedu terus disekresikan.
Babi
Hati memiliki celah interlobular yang dalam dan sejumlah besar jaringan ikat interlobular.
Memiliki penampilan yang berbintik-bintik. Sebuah interlobular fisura yang dalam membagi hati
menjadi 4 lobes- kiri, kanan, medial dan lateral. Ada lobus caudatus kecil (yang tidak ber-kontak
dengan ginjal sehingga tidak ada impresi ginjal). Hati sebagian besar berada di sebelah kanan
midline dan tidak memiliki lobus papiler.
Ruminan
Hati seluruhnya berada di sebelah kanan dari midline dan telah terjadi penyatuan lobus.
Domba kecil memiliki umbilical fissure lebih dalam dari sapi dan juga memiliki lobus caudatus
yang lebih kecil dan memiliki 2 papiler.
4
2.2 Histologi Hepar
Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag
yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Sel hepatosit berderet
secara radier dalam lobulus hati dan membentuk lapisan sebesar 1-2 sel serupa dengan
susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan beranastomosis
secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara lempeng-lempeng
ini mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera et al., 2007).
Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar, diameternya tidak
teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel,
yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti pipih gelap, sel kupffer yang fagositik dengan inti
ovoid, dan sel stelat atau sel Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan
vitamin A dan memproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid berasal
dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari
saluran pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung (Eroschenko, 2010; Junqueira et al.,
2007).
Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal
dari vena portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis. Traktus portal terdiri dari 3
struktur utama yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal
terminal yang dibatasi oleh sel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding
yang tebal yang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan yang ketiga adalah
duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan juga limfatik
(Junqueira et al., 2007).
5
A. Vena Sentralis
B. Sel Hepatosit
2.3 Fungsi Hepar
2.3.1 Penghasil Empedu
Hati berfungsi sebagi penghasil empedu. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa
pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam
kantong empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral,
garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak,
mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut
dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu
masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan (Muhamaroh, 2004).
Proses pembentukan empedu
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari
pencernaan. Garam-garam empedu termasuk kedalam kelompok garam natrium dan kalium dari
asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan dari sistin,
mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak
menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1 mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari
system pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan
6
membentuk Micelles, kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap
dalam system pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga
mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pancreas yang penting
dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu karena
danmya garam-garam empedu dan lesitin (Guyton, 2000)
Komposisi Getah Empedu
Getah empedu adalah suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati. Sekresinya
berjalan terus menerus, jumlah prouksi meningkat sewaktu mencerna lemak. Empedu berwarna
kuning kehijauan \yang terdiri dari 97 % air, pigmen empedu dan garam-garam empedu.
a. Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin. Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin
yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang
memberikan warna kuning pada urine dan feses. Warna kekuningan pada jaringan (jaundice)
merupakan akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah dan ini merupakan indikasi
kerusakan fungsi hati, peningkatan destruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus empedu
oleh batu empedu.
b. Garam-garam empedu, yang terbentuk dari asam empedu yang berkaitan dengan kolesterol
dan asam amino. Setelah diekskresi kedalam usus garam tersebut direabsorbsi dari ileum
bagian bawah kembali kehati dan didaur ulang kembali, peristiwa ini disebut sebagai
sirkulasi enterohepatika garam empedu.
Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah (Guton, 2000) :
- Emulsikan lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus g
kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas
untuk kerja enzim.
- Absorbsi lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan
cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel
- Pengeluaran kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan
lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang melalui
feses.
7
2.3.2 Detoksifikasi Hepar
Hati adalah organ utama detoksifikasi yang memiliki 2 fungsi yaitu menyaring racun dari
aliran darah dan mengubah racun agar dapat dengan mudah dibuang dari tubuh, fungsi ini disebut
konjugasi. Hati akan menggunakan enzim tertentu untuk menetralkan racun menjadi suatu bentuk
yang dapat dikeluarkan tubuh, misalnya banyak racun yang bisa dihancurkan dengan lemak,
artinya dapat dengan mudah larut dalam lemak. Makanan diproses dalam lambung dan usus kecil,
produk-produk yang berguna akan diserap, dimetabolisme, dan sampahnya dibuang melalui
sistem detoksifikasi: 75% melalui hati. Toksin berbahaya yang tidak larut dalam air akan
dipecahkan dengan enzim tertentu, sehingga dapat larut dalam air lalu disalurkan ke ginjal dan
usus besar. Proses alami tubuh untuk menetralkan dan mengubah bentuk racun (toksin) dalam
tubuh agar racun tersebut dapat dibuang ke luar tubuh, hal ini yang disebut dengan proses
detoksifikasi
Hati memiliki mekanisme detoksifikasi dengan cara mengeluarkan racun-racun dari dalam
tubuh setiap hari. Detoksifikasi itu sendiri adalah sebuah usaha untuk membersihkan tubuh
dengan cara menghilangkan racun didalam tubuh. Racun didalam tubuh merupakan hasil olahan
dari fungsi tubuh, sedangkan racun yang berasal dari luar tubuh masuk kedalam tubuh melalui
makanan, minuman dan udara yang masuk ke dalam tubuh melalui kebiasaan mengonsumsi
makanan olahan yang banyak mengandung zat-zat artifisial, pengawet, penstabil, pewarna, perasa,
lemak trans dll. Bila racun-racun ini didiamkan begitu saja, lambat laun, sedikit demi sedikit akan
terjadilah pengendapan dan sangat membahayakan kesehatan tubuh. Racun yang menumpuk di
dalam tubuh dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, mudah sakit, dan kulit menjadi kusam.
Pada dasarnya sel-sel hati memiliki 2 cara utama didalam melakukan detoksifikasi yang
dikenal dengan jalur detoksifikasi fase-1 dan fase-2 yaitu :
1. Jalur Detoksifikasi Fase-1
Dengan bantuan enzim Cytochrome P-450 zat racun dalam tubuh dirubah menjadi zat
yang tidak berbahaya. Selama proses ini, dihasilkanlah suatu sampah yang berupa radikal bebas,
dimana bila jumlahnya berlebihan akan dapat merusak sel-sel hati. Oleh karena itu sangatlah
diperlukan zat antioksidan (vitamin C, E , beta karotin, dll) untuk mengurangi kerusakan akibat
radikal bebas tersebut. Vitamin seperti riboflavin, niacin, dan mineral seperti magnesium, besi dan
seng juga dapat mendukung aktifitas sistem enzim Cytochrome P-450 pada phase ini. Sistem
enzim ini juga dapat rusak bila racun yang masuk kedalam tubuh sangat banyak, sehingga
melebihi kemampuan bekerjanya enzim ini.
8
2. Jalur Detoksifikasi Fase-2.
Kedalam zat-zat beracun, hati akan menambahkan zat-zat lain seperti (cysteine, glycine
atau molekul sulfur) untuk dirubah menjadi zat yang tidak berbahaya dan agar zat-zat tersebut
dapat larut didalam air dan dengan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui cairan seperti
cairan empedu atau urin. Asam amino seperti taurine dan cysteine, glycine, glutamine, dan
vitamin seperti choline dan inositol dibutuhkan untuk meningkatkan daya detoksifikasi. Glutation
sebagai antioksidan dan pelindung hati juga dibutuhkan untuk mendukung sistem enzim yang
diperlukan dalam phase ini. Apabila racun sudah sangat banyak, sehingga jalur detoksifikasi
phase 1 dan phase 2 menjadi terbebani, maka toksin akan menumpuk di dalam tubuh. Kebanyakan
dari toksin ini adalah larut dalam lemak dan dapat tersimpan selama bertahun-tahun atau bahkan
selamanya.
2.3.3 Hemodinamik Hati
Fungsi hati sebagai hemodinamik, hati merupakan organ yang penting untuk
mempertahankan aliran darah, hati menerima 25% darah dari cardiac output. (Burt & Day, 2002).
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik
fisiologis vaskular perifer (Jevon dan Ewens, 2009). Pemantauan Hemodinamik dapat
dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk
menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respons
terhadap terapi yang diberikan (Jevon dan Ewens, 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama
dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang
tepat terhadap bantuan sirkulasi (Jevon dan Ewens, 2009).
Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan
fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi
keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi
hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan
penilaian klinis pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari pemantauan
hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen
dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi
sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh
yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel
(Erniody, 2008).
9
2.3.4 Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat berperan penting untuk makhluk hidup sebagai bahan nutrisi utama dan
sebagai struktur dasar makhluk hidup. Tanaman menghasilkan karbohidrat (fotosintesis)
kemudian hewan/manusia konsumsi karbohidrat untuk menghasilkan energi. Karbohidrat
Terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida terdiri dari Glukosa,
fruktosa, galaktosa. Disakarida terdiri dari sukrosa (glukosa dan fruktosa), maltosa (glukosa
dan glukosa), dan laktosa (glukosa dan galaktosa). Polisakarida terdiri dari amilum, glikogen,
dan selulosa. Fungsi karbohidrat adalah menyediakan energi, mengatur metabolisme lemak
dan protein, serta sumber energi khusus untuk sistem syaraf pusat. Glukosa merupakan
karbohidrat utama (fleksibel untuk sintesis berbagai bahan yang dibutuhkan tubuh.
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi oleh fungsi hepar, pankreas, adenohipofisis
dan adrenal. Selain itu, fungsi tiroid, kerja fisik, faktor imunologik dan genetik juga dapat
berpengaruh pada kadar glukosa darah. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan di
intestine dialirkan ke hepar melalui vena porta (memasukkan darah yang telah melalui kapiler-
kapiler dari limpa dan saluran cerna). Sebagian glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen.
Pada saat ini kadar glukosa dalam di vena porta lebih tinggi dari di vena hepatika. Setelah
absorpsi selesai glikogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena
10
hepatika lebih tinggi dari vena porta. Jadi, hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan
normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari,
tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia.
Fungsi hati menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah.
Misalnya, pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam
darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu pada saat
kadar gula darah menurun, maka cadangan glikogen di hati atau asam amino dapat diubah
menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar
gula darah dipertahankan untuk tetap normal. Hal ini dapat terjadi di hati karena hati memiliki
kedua enzim yang berperan dalam katabolisme maupun anabolisme karbohidrat. Glukagon
berperan merangsang proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Hati juga dapat membantu
pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa menjadi lemak.
2.3.5 Metabolisme Protein
Metabolisme protein terjadi pada lambung, pankreas, dan yang terjadi pada hati adalah
metabolisme yang telah menjadi asam amino bebas ditransport melewati sel epitel usus halus
kemudian masuk kapiler darah dan ditranspor ke hati. Pada umumnya, degradasi asam amino
dimulai dengan pelepasan gugus amino kemudian menghasilkan kerangka C dan diubah
menjadi senyawa antara metabolisme utama tubuh. Kelebihan asam amino di luar liver,
dibawa ke hati dan diekskresikan menjadi ammonia (Poedjiadi, 2007).
Ammonia bersifat toksik bagi jaringan hewan pengubahan ammonia menjadi urea terjadi
di dalam hati. Amonia digunakan kembali utk proses biosintesis. Amonia diekskresi secara
langsung atau diubah terlebih dahulu menjadi asam urat / urea. Pada vertebrata terestrial yang
terbentuk urea (ureotelic), pada burung dan reptil yang terbentuk asam urat (uricotelic),
sedangkan binatang di air yang terbentuk ammonia (Poedjiadi, 2007).
11
Ammonia diubah menjadi glutamin kemudian di transport ke hati. Glutamin tidak toksik,
bersifat netral dan dapat lewat melalui sel membran secara langsung. Glutamin merupakan bentuk
utama untuk transpor ammonia sehingga terdapat di dalam darah lebih tinggi dari asam amino yg
lain. Glutamin juga berfungsi untuk sumber gugus amino pada berbagai reaksi biosintesis
(Poedjiadi, 2007).
12
Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino untuk dijadikan
energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati
dengan proses deaminasi dan transaminasi (Poedjiadi, 2007).
1.Transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam keto. Reaksi adalah sebagai
berikut. Alanin + alfa-ketogutarat → piruvat + glutamat
2.Deaminasi adalah proses pembuangan gugus amino dari asam amino. Reaksi adalah sebagai
berikut: Asam amino + NAD + → asam keto + NH3
3. Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein menjadi zat yang dapat
masuk kedalam siklus krebs. Zat hasil deaminasi atau transaminasi yang dapat masuk siklus krebs
adalah: alfa ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat. Pembokaran protein menjadi
asam amino memerlukan bantuan dari enzim-enzim protease dan air untuk mengadakan proses
hidrolisasi pada ikatan-ikatan peptida. Hidrolisis ini juga dapat terjadi, jika protein di panasi, di
beri basa, atau diberi asam (Poedjiadi, 2007).
2.3.6 Metabolisme Lemak
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan
hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi
(Guyton, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak
ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah.
Lemak tidak larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar
lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan
berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air.
Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut lipoprotein.
Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron,
very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein
(HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan
cara yang sedikit berbeda. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur
eksogen dan jalur endogen (Adam, 2009).
13
Gambar 1. Metabolisme lipoprotein (Adam, 2009)
a Jalur Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolestrol. Trigliserida &
kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan
diserap sebagai asam lemak bebas sedangkan kolestrol, sebagai kolestrol. Di dalam usus halus
asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolestrol mengalami
esterifikasi menjadi kolestrol ester. Keduanya bersama fosfolipid dan apolipoprotein akan
membentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan
membawanya ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami penguraian
oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel, sehingga terbentuk asam lemak bebas
(free fatty acid) dan kilomikron remnant (Adam, 2009).
Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak
(adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi
bahan untuk pembentukan trigiserid hati. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari
lemak, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-
sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis.
14
Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut
sebagai asam lemak bebas (Adam, 2009).
Kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol
bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan
dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen & membantu proses penyerapan lemak dari
makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme
menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh
lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah
diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati. Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan
bantuan enzim yang disebut HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran
darah (Adam, 2009).
b. Jalur Endogen
Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam
bentuk VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga
menghidrolisis kilomikron menjadi IDL(Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL
kemudian diambil oleh hati dan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu
LDL.LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme.LDL ini bertugas
menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis
kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Ester kolesterol
ini akan mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan demikian
terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas ini mungkin berperan
sebagai sifat antiterogenik (Adam, 2009).
c. Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolestrol yang mengandung apolipoprotein
(apo) A, C, E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati,
mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati
makrofag untuk mengambil kolestrol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil 18
kolestrol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbetuk bulat. Agar
dapat diambil oleh HDL nascent, kolestrol di bagian dalam makrofag harus dibawa ke permukaan
membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate binding
15
cassette transporter 1 atau ABC 1. Setelah mengambil kolestrol bebas dari sel makrofag, kolestrol
bebas akan diesterifikasi menjadi kolestrol ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase
(LCAT). Selanjutnya sebagian kolestrol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur.
Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type I dikenal dengan
SR-B1. Jalur kedua adalah kolestrol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari
VLDL dan IDL dengan bantuan cholestrol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian
fungsi HDL sebagai penyerap kolestrol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati
dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolestrol kembali ke hati
(Adam, 2009).
2.3.7 Metabolisme Vitamin
Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh,
melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B kompleks
dan C, tidak disimpan, melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh. Akibatnya,
selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari. Vitamin yang alami bisa didapat dari
sayur, buah dan produk hewani. Seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau
minuman tidak berada dalam keadaan bebas, melainkan terikat, baik secara fisik maupun kimia.
Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus akan membantu
melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap di
dalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi.
Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat
perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air.
Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus
digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik, baru
kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin
larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Proses dan
mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada Tabel 1.
16
Tabel 1. Proses dan Mekanisme Penyerapan Vitamin dalam Usus Halus
Jenis Vitamin Mekanisme Penyerapan
Vitamin A, D, E, K dan
beta-karoten
Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan
dengan kilomikron, diserap melalui saluran
limfatik.
Vitamin C Difusi pasif (lambat) atau menggunakan Na+
(cepat)
Vitamin B1 (Tiamin) Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam lumen
usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila
jumlahnya dalam lumen usus banyak).
Vitamin B2 (Riboflavin) Difusi pasif
Niasin Difusi pasif (menggunakan Na+)
Vitamin B6 (Piridoksin) Difusi pasif
Folasin (Asam Folat) Menggunakan Na+
Vitamin B12 Menggunakan bantuan faktor intrinsik (IF) dari
lambung.
Vitamin larut lemak
Setiap vitamin larut lemak A, D, E, dan K mempunyai peranan faali tertentu dalam tubuh.
Sebagian vitamin lipida larut lemak diabsorsi bersama lipida lain. Absorsi membutuhkan cairan
empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai bagian
dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.
Vitamin yang larut dalam lemak memiliki sifat-sifat umum, antara lain :
1. Tidak terdapat di semua jaringan
2. Terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
3. Memiliki bentuk prekusor atau provitamin
4. Menyusun struktur jaringan tubuh
17
5. Diserap bersama lemak
6. Disimpan bersama lemak dalam tubuh
7. Diekskresi melalui feses
8. Kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain
sebagainya.
a) Vitamin A (retinol)
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A
merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoiddan prekursor atau provitamin A atau
karotenoid yang mempunyai aktivitas bilogik sebagai retinol. Vitamin A esensial untuk
pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Disamping itu kekurangan vitamin A
meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,
meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
Vitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk eter esensial retinil,
bersama karotenoid bersama lipida lain dalam lambung. Dalam sel-sel mukosa usus halus, ester
retinil dihiddrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efesien
diabsorsi daripada ester retinil. Sebagian karetonoid, terutama beta karoten di dalam sitoplasma
sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol.
Dalam usus halus retinol bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan
bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh
kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati merupakan tempat
penyimpanan terbesar vitamin A dalam tubuh.
Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut
oleh Retinol Binding-Protein (RBD) yang disentesis oleh hati. Pengambilan retinol oleh berbagai
sel tubuh bergantung pada resepton permukaan membran yang spesifik oleh RBP. Retinol
kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Celluler Retinol
Binding-Protein (CRBD) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi
sebagai retinal dan dalam sel epitel sebagai asam retinoat.
18
b) Vitamin D (colecalciferol)
Vitamin D adalah nama generik dari dau molekul, yaitu ergokalsiferol (vitamin D2) dan
kolekalsiferol (vitamin D3). Vitamin D mencegahdan menyembuhkan riketsia, yaitu dimana
penyaklit penyakit tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh
dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh cukup mendapat matahari konsumsi makanan tidak
dibutuhkan. Karena dapat disintesis dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi
suatu prohormon. Bila tubuh tidak tidak cukup mendapat sinar matahari, vitamin perlu dipenuhi
melalui makanan.
Vitamin D diabsorsi dalam usus halus bersama lipida denagn bantuan cairan empedu.
Vitamin D dari bagian atas usus halus diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-
tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain. Vitamin D3 (kolekalsiferof)
dibentuk didalam kulit sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Vitamin D3 didalam hati diubah
menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolikasiferol {25(OH)D3} yang lima kali lebih aktif dari pada
vitamin D3. Bentuk {25(OH)D3} adalah bentuk vitamin D yang banyak di dalam darah dan
banyaknya bergantung konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif
adalah kolsitriol atau 1,25-dihidroksi kolekalsiferol {1,25(OH)2D3} yang 10 kali lebih aktif dari
vitamin D3. Bentuk aktif ini dibuat oleh gnjal. Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya.
Sintesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor didalam serum. Hormon paratiroid
(PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum rendah, tampaknya merupakan perantara yang
merangsang produksi {1,25(OH)2D3} oleh ginjal. Jadi tarf konsumsi kalsium yang rendah
tercermin dalam taraf kalsium serum yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi sekresi PTH dan
peningkatan sintesis kalsitriol oleh gnjal. Taraf fosfat dari makanan mempunyai pengaruh yang
sama, tetapi tidak membutuhkan PTH.
c) Vitamin E (tokoferol)
Pada tahun 1922, diketemukan suatu zat larut lemak yang dapat menegah keguguran dan
sterilitas pada tikus. Vitsmin E kemudian pada tahun 1936 dapat diisolasi dari minyak gndum dan
dinamakan tokoferol. Semarang dikenal beberapa bentuk tokoferol dan vitamin E biasa digunakan
untuk menyatakan setiap campuran tokoferol yang aktif secara biologik.
19
Fungsi vitamin E:
1. Sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan larut dalam hidrogen dari gugus hidroksil.
2. Melindungi asam lemak jenuh ganda komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas
3. Sebanyak 20-80 % tokoferol diabsorsi di bagian atas usus halus dalam bentuk misel. Absorsi
tokoferol dibantu trigliserida rantai sedang dan dihambat asam lemak rantai panjang tidak jenuh
ganda. Transprortasi dari mukosa usus halus kedalam sistem limfe dilakukan oleh kilo micrón
untuk dibawa ke hati. Dari hati bentuk alfa-tokofeol diangkut oleh very low-density
lipoprotein/VLDL masuk kedalam plasma, sedangkan sebagian besar gama-tokoferol dikeluarkan
melalui empedu. Tokoferol di dalam plasma kemudian diterima oleh reseptor sel-sel perifer low-
density lipoprotein/LDL dan masuk ke membran sel. Tokoferol menumpuk di bagian-bagian sel
dimana produksi radikal bebas paling banyak terbentuk, yaitu di mitokondria dan retikulum
endoplasma.
d) Vitamin K (fitomenadion)
Vitamin K ialah 2-methyl, 1,4-naphthoquinone. Semarang terdapat sejumlah derivat yang
semuanya mempunyai bioaktivitas vitamin K. Bentuk induk dari vitamin K disebut Menadion
oleh IUPAC dan Menaquion oleh IUNS. Vitamin K cukup tahan terhadap panastetapi tidak tahan
terhadap alcali dan cahaya.
Vitamin K tidak dapat disintesa oleh tubuh, tetapi suplai vitamin K bagi tubuh berasal dari
bahan makanan dan dari sintesa oleh mikroflora usus yang menghasilkan menaquinone. Untuk
penyerapan vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak didalam hidangan. Garam empedu
dan lemak dicerna membentuk misel (misell) yang berfungsi sebagai transport carrier bagi
vitamin K tersebut.
Vitamin larut air
Vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain :
1. Tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
2. Tidak memiliki provitamin
3. Terdapat di semua jaringan
20
4. Sebagai prekusor enzim-enzim
5. Diserap dengan proses difusi biasa
6. Tidak disimpan secara khusus dalam tubuh
7. Diekskresi melalui urin
8. Relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan.
a) Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C adalah cristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin
C cukup stabil tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan
udara terutama bila terkena panas.
Vitamin C mudah diabsorsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas
usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorsi adalah 90% untuk
konsumsi diantara 20 dan 129 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram pada absorsi sebanyak
16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah dalam
jeringan adrenal, pituitari, dan retina.
b) Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 merupakan anggota pertama dari suatu kelompok vitamin-vitamin yang
disebut B-kompleks. Vitamin B1 larut dalam air, tidak larut dalam minyak dan dalam zat-zat
pelarut lemak, stabil terhadap pemanasan pH asam, tetapi terurai pada suasana biasa atau netral.
Tiamin mudah larut dalam air, sehingga di dalam usus halus mudah diserap kedalam
mukosa. Didalam sel epitel mukosa usus thiamin difosforilasikan dengan pertolongan ATP dan
sebagai TPP dialirkan oleh vena portae ke hati. Thiamin dieskresikan di dalam urine pada keadaan
normal, eskresi ini paralel terhadap tingkat konsumsi, tetapi pada kondisi defisien hubungan
paralel ini tidak lagi berlaku.
c) Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin ini tidak larut dalam minyak atau zat-zat pelarut lemak, stabil dalam pemanasan
dalam larutan asam mineral dan tahan terhadap pengaruh oksidasi, tetapi sensitif terhadap larutan
21
alkali, dimana ia terurai irreversibel oleh sinar ultraviolet maupun oleh cahaya biasa. Vitamin ini
diketemukan sebagai pigmen kuning kehijauan yang bersifat fluoresen (mengeluarkan cahaya)
dalam susu. Dalam bentuk murni adalah kristal kuning, larut air, tahan panas, oksidasi dan asam
tetapi tidak tahan dengan alkali dan cahaya terutama sinar ultraviolet.
Riboflavin bebas terdapat di dalam bahan makanan dan larut di dalam air sehingga mudah
diserap dari rongga usus ke dalam mukosa. Didalam sel epithel mukosa usus, riboflavin bebas
mengalami fosforilasi dengan pertolongan ATP dan sebagai FMN (Flavin Mononukleotida)
dialirkan melalui vena portale ke hati.
d) Vitamin B3 (Niasin)
Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi,
metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam
menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai
jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah
satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging
unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung
vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini
dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan,
muntah-muntah, dan mual.
e) Vitamin B5 (asam pantotenat)
Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal
ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam
reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga
komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam lemak,
sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis
variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti
sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat
menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah
keram otot serta kesulitan untuk tidur.
22
f) Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)
Vitamin B6 merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini
berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan
energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini
juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin ini
merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di
beras, jagung, kacang-kacangan, hati, ikan, daging dan sayuran. Vitamin ini merupakan bagian
dari gugusan prostetik dari enxim dekarboksilase dan transaminase tertentu.
Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat.
Fungsi vitamin B6:
1. Sebagai koenzim terutama dalam transaminasi
2. Dekarboksilasi
3. Reaksi lain yang berkaitan dengan metabolisme protein
4. PLP mengatur sintesis pengantar syaraf asam gama-amino butirat (gamma-amino-butiric-
acid/GABA).
Kekurangan vitamin B6 menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan
metabolisme protein, seperti lemah dan sukar tidur. Jika lebih lanjut mengakibatkan kejang,
anemia, penurunan pembentukan antibodi, peradangan lidah, serta luka pada bibir, sudut-sudut
mulut dan kulit dan dapat mengakibatkan kerusakan sistem syaraf. Sedangkan jika kelebihan akan
mengakibatkan kram.
g) Vitamin B12 (Kobalamin)
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi
oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami
gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin B12 merupakan satu-satunya
vitamin yang belum sanggup dibuat secara sintetis total, tetapi selalu diekstraksi dari media
23
tempat tumbuh mikroba, sebagai hasil fermentasi. Struktur vitamin B12 adalah yang sangat
kompleks dari struktur semua vitamin yang diketahui sampai sekarang.
Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga
termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf,
pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah.[6] Telur, hati, dan daging
merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12.
Anemia Persiosa adalah penyakit gangguan gizi yang dapat disembuhkan dengan
pemberian makanan yang mengandung 100-200 gram hati sapi. Bentuk utama vitamin ini dalam
makanan adalah 5-doeksiadenolsilkobalamin, metilkobalamin, dan hidroksobalamin.
Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dan karena itu diproduksi secara komersial dari
fermentasi bakteri.
Absorpsi vitamin B12 mempunyai mekanisme sangat rumit dan unik. Di dalam sekresi
gaster terdapat enzim transferase yang disebut Faktor Intrinsik (FI). Faktor Intrinsik mengikat
vitamin B12 yang membuat vitamin ini resistan terhadap serangan mikroba yang menghuni
rongga usus. Pada manusia, FI dihasilkan oleh sel-sel cardia ventriculi.
2.4 Produksi Enzim
SGPT
SGPT adalah enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel
hati rusak, misalnya pada hepatitis atau sirosis, kadar enzim ini meningkat. Karena itu, SGPT ini
bisa memberi gambaran adanya gangguan hati. SGPT, alanin transaminase juga merupakan enzim
sitosol yang juga ada dalam hati walaupun jumlah absolut kurang dari SGOT. Namun bagian lebih
besar berada didalam hati dibanding dengan otot rangka dan jantung, sehingga peningkatan serum
ini lebih spesifik untuk kerusakan hati dari pada SGOT.
Transaminase merupakan enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses
pemindahan gugus alpha amino alanin untuk menjadi asam glutamat dan asam pyruvat. Enzim ini
didapat pada sel hati dalam kadar yang jauh lebih tinggi dari pada dalam sel jantung dan otot,
untuk keperluan dalam klinik test SGPT lebih peka bagi pemeriksaan dengan dugaan kerusakan
hati akut. Pemeriksaan SGPT mempunyai nilai diagnostic yang baik dalam menentukan
kemungkinan kerusakan sel hati. (Syaharudin, 2013)
24
SGOT
AST/aspartat aminotransferase (SGOT/Serum Glutamat Oksaloastat Transaminase)
merupakan enzim hati yang berada dalam sel parenkim hati, sel darah, sel jantung dan sel
otot. Oleh karena itu, peningkatan pada AST tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel
hati. ALT/alanin aminotransferase (SGPT/Serum Glutamat Piruvat Transaminase) merupakan
enzim dalam sel hati. Jika terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati menuju
sirkulasi darah. Kadar normal AST darah 5–40 U/L dan kadar normal ALT darah 5–35 U/L. ALT
terletak di dalam sitoplasma, sedangkan AST terletak di dalam sitoplasma dan mitokondria.
ALT lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati. Aktivitas enzim ALT yang normal pada
tikus putih yaitu 17,5–30,2 U/L. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar
enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH ( lactat dehydrogenase). Pada penyakit
hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis
menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry
analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST pada anjing (Canis familiaris) pada umur 3 bulan 56,30
IU/L dan pada umur 6 bulan 35,83 IU/L. (Husada, 1996)
Alkali Fosfatase (AP)
Alkali Fosfatase terikat pada membrane kanalikuli hati. Enzim ini sensitif
untuk mendeteksi adanya obstruksi saluran empedu. Peningkatan alkali fosfatase serum biasanya
lebih disebabkan oleh sintesis oleh hepar yang meningkat sebagai respon terhadap adanya
obstruksi biliaris. Adanya peningkatan alkali fosfatase saja bisa mengindikasikan adanya penyakit
hepar infiltratif, misalnya tumor, abses, granuloma, dan amyloidosis. Bila alkali fosfatase
meningkat sampai kadar yang sangat tinggi, hal ini sering berhubungan dengan keadaan obstruksi
biliaris, sklerosing kolangitis, dan sirosis biliaris primer.
Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada sirosis
biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-penyakit
radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar sampai 10 x
lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun
obstruksi hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit
hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.
25
Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik
(pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar
ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena
pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP hepar
atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1
menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.
Jika gambaran klinis tidak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-
isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan
pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT), leusine aminopeptidase
(LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena itu GGT sering
digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada untuk pengamatan penyakit
obstruksi saluran empedu.
Metode pengukuran kadar ALP umumnya adalah kolorimetri dengan menggunakan alat
(mis. fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis. Elektroforesis
isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan pemeriksaan yang
digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Laktat Dehidrogenase (Ldh)
Merupakan enzim yeng terdapat pada semua jaringan tubuh. Enzim ini mempunyai 5
isoenzim yaitu LDH1-5. Enzim LDH bukan merupakan indikator yang sensitif dan spesifik untuk
kerusakan hepatosit, kecuali iso enzim LDH-5. Enzim ini juga meningkat pada kerusakan
organ lain yaitu jantung dan ginjal, keganasan dan hemolisis. Aktifitas Ldh dalam serum lebih
besar pada anjing-anjing muda dibandingkan dengan anjing-anjing dewasa. (Syaharuddin.2013)
Gamma glutamyltranspeptidase (γ GT)
Enzim ini terdapat pada jaringan hati, sistem bilier dan ginjal (epitel tubuli ginjal) dan
tidak terdapat pada tulang. Merupakan indikator yang sensitif untuk penyakit hepatobiliair,
terutama bila ada kolestasis. Jika tes-tes lain untuk kerusakan sel hati normal maka peningkatan
yang tinggi enzim ini mencurigakan penyakit hati. Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit
hati karena kadarnya juga meningkat pada penyakit neurologis, post infark miokard juga
pada pemakaian obat yang dapat menginduksi sintesis γGT yaitu antikonvulsan,barbiturat dan
alkohol. (Syaharuddin.2013)
26
2.5 Produksi Hormon
Hubungan antara hati dan hormon adalah salah satu yang menarik. Hati tidak membuat
hormon itu sendiri, karena ini dibuat dalam banyak kelenjar yang berbeda dalam tubuh. Yang
benar adalah hati memainkan peran penting dalam ketidakseimbangan hormon karena hati yang
rusak atau memetabolisme hormone (Price,2003).
Hati memecah kelompok hormon yang dikenal sebagai hormon steroid yang meliputi
(Price,2003):
Aldosteron yang mengontrol keseimbangan natrium dan kalium mineral dan tingkat cairan
dalam tubuh
Hormon reproduksi
Kortisol yang mengontrol sistem kekebalan tubuh
Jika hati tidak efisien dalam memecah hormon ini, mereka dapat terakumulasi dalam tubuh
dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
Hormon yang di sintesis di hati (Price,2003):
1. Angiotensinogen : Hati mensintesis angiotensinogen, hormon yang bertanggung
jawab untuk meningkatkan tekanan darah ketika diaktifkan oleh renin, enzim yang dilepaskan
ketika ginjal indra tekanan darah rendah.
2. Thrombopoietin : Hati adalah tempat utama produksi thrombopoietin,
Thrombopoietin adalah hormon glikoprotein yang mengatur produksi trombosit oleh sumsum
tulang
3. Hepcidin : Hormon hepcidin adalah sebuah peptida atau protein kecil yang
dihasilkan di hati dan mengatur kadar zat besi dalam tubuh. Hepcidin mencegah tubuh menyerap
zat besi berasal dari makanan atau suplemen lebih dari yang diperlukan
dan menahan pengambilan zat besi dari sel-sel.
4. Betatrophin: Betatrophin adalah protein dari 193 asam amino yang merangsang
proliferasi sel beta penghasil insulin yang mensekresi pankreas. suntikan betatrophin , dibuat oleh
teknologi DNA rekombinan, dapat berubah menjadi pengobatan yang bermanfaat untuk diabetes
mellitus .
27
2.6 Pembekuan Darah
Adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu partikel
koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan dan membentuk trombus. Koagulasi adalah
bagian penting dari hemostasis, yaitu saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak
oleh keping darah dan faktor koagulasi untuk menghentikan pendarahan serta memulai proses
perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko pendarahan atau trombosis.
Proses pembekuan darah:
Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh darah. Trombosit ikut keluar juga
bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar dan menyebabkan trombosit
pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim) yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah protrombin
menjadi enzim aktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut dipengaruhi ion kalsium di dalam
plasma darah. Protrombin adalah senyawa protein yang larut dalam darah yang mengandung
globulin. Zat ini merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya
dibantu oleh vitamin K.
Trombin yang terbentuk akan mengubah firbrinogen menjadi benang-benang fibrin.
Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup sehingga darah tidak
mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah sejenis protein yang larut dalam darah.
Proses pembekuan darah ( hemostasis ) dalam cedera meliputi 4 proses yaitu :
Kontriksi pembuluh darah.
Sumbatan platelet ( trombosit ).
Proses koagulasi ( pembekuan ) darah
Pertumbuhan jaringan fibrosa untuk menutupi luka.
Dari keempat proses ini akan di bagi menjadi 2 tahapan besar, yaitu :
Hemostasis primer
28
Hemostasis primer merupakan proses yang terjadi pertama kali aktivasi hemostasis sampai
pada sumbatan trombosit. Dalam tahapan pembekuan darah ( hemostasis ) primer ini terdapat 4
proses penting, yaitu :
Terjadinya kontriksi pembuluh darah
Trombosit atau platelet akan melakukan penempelan ( adhesi ) kepada serat kolagen yang
terbuka.
Terjadi diantara sel endotel pembuluh darah.
Adhesi akan diikuti dengan penumpukan ( agregasi ) trombosit di dalam pembuluh darah,
yang akan di jelaskan lebih lengkap pada “ mekanisme sumbatan trombosit “.
Hemostasis sekunder
Hemostasis sekunder merupakan proses yang dimulai sejak terbentuknya sumbatan
trombosit hingga terbentuknya sumbatan hemostasis ( sumbatan trombosit yang di stabilkan oleh
benang – benang fibrin ).
Dalam hemostasis sekunder terdapat 2 proses penting yaitu :
Aktivasi enzimatik protein prokoagulasi akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Fibrin ( benang ) akan menstabilkan sumbatan trombosit yang terbentuk pada hemostasis
primer menjadi sumbatan hemostasis.
2.7 Fagositosis Imunitas
Hepar memiliki fungsional imunitas bagi tubuh yakni dengan mendegradasi setiap
antigen, baik berupa debris hingga mikroorganisme yang terdapat dalam darah. 30% darah yang
terapat di dalam tubuh mengalir melalui hepar dan mengalami detoksifikasi. Sistem imunitas yang
berada di hepar cenderung terpusat di area sinusoid. Sinusoid merupakan struktur yang
menyerupai pembuluh darah dengan lapian monolayer entoelial yang memiliki ciri khas morfologi
seperti “penyaring”. Sinusoid sendiri memiliki diameter yang kecil sehingga tekanannya
meningkat dan terkadang dapat terjadi stasis aliran darah yang melewatinya. Hal ini dapat menjadi
sebuah keadaan yang sempurnah karena akibat adanya stasis, sel-sel fagosit seperti sel Kuppfer
akan semakin sering melakukan kontak dengan antigen-antigen yang dibawa darah, berkaitan
dengan semakin meningkat pula aktivitas fagiositosis yang dilakukannya. Berikutnya dengan
29
adanya stasis sel Kuppfer juga semakin sering menjalin kontak dengan sel-sel limfosit sehingga
antigen dapat dipresentasikan secara optimal, sehingga frekuansi sel-sel memori imunitas juga
semakin meningkat (Recanelli dan Rehermann, 2006).
Berikut merupakan pembagian populasi sel-sel yang terdapat di organ hati.
Berikut merupakan mekanisme imunitas yang terjadi di dalam sinusoid hepar.
30
31
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Hati merupakan organ terbesar dan memiliki
banyak fungsi termasuk produksi empedu dan protein, lemak dan metabolisme karbohidrat. Sel–
sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang disebut
sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Hati juga memiliki beberapa fungsi di
antaranya sebagai hemodinamik,penghasil empedu,metabolism karbohidrat,metabolism
protein,metabolism lemak dan detoksifikasi hati,Hati juga menghasilkan enzim diantaranya
SGPT,SGOP,Alkali Fosfat (AP),LDH,Gamma glutamyltranspeptidase dan juga pengaktifan
vitamin. Hepar juga memiliki fungsional imunitas bagi tubuh yakni dengan mendegradasi setiap
antigen, baik berupa debris hingga mikroorganisme yang terdapat dalam darah. 30% darah yang
terapat di dalam tubuh mengalir melalui hepar dan mengalami detoksifikasi
3.2 Saran
Diharapkan Penulis dapat mencari referensi demi menunjang kelengkapan isi dari makalah
yang telah dibuat
32
DAFTAR PUSTAKA
Adam JMF, 2009. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK,
Setiati S, (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi ke-5 Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing,
1987
Baret, J.M., Peter Abramoff, Kumaran, A.K., and Millington, W.F. 1986. Biology. New Jersey:
Prentice Hall.
Burt, A. D. dan Day, C. P. 2002. Pathophysiology of The Liver. In Pathology of The Liver (R.
N.M. MacSween, A. D. Burt, B. C. Portmann, K. G. Ishak, P. J. Scheuer dan P. P. Anthony, eds.).
Churchill Livingstone. New York. hal. 67-105
Combs, Gerald F. 1991. The Vitamins : Fundamental Aspect in Nutrition and Health. New York :
Cambridge University Press
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :
Badan Penerbit FK UI.
Dwi, Imbang. Drh. Klasifikasi, fungsi dan etabolism vitamin. Fakultas Pertanian-Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 11 EGC.
Jakarta.
Furie B, Furie BC (2005). "Thrombus formation in vivo". J. Clin. Invest. 115 (12): 3355–62
Guyton, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). 11 ed. Rachman RY, Hartanto H,
Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2007. P. 423-35
Husadha, Y.1996. Fisiologi dan pemeriksaan hati, Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Hal:224-226.
Jevon. P. Dan Ewens. B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis edisi kedua. Ciracas. EMS : Jakarta
Jewell SA, Bellomo G, Thor, Orrenius S, Smith MT. 2001. Blebs formation in hepatocytes during
frug metabolisme is caused by distrubances in thiol and calcium inon homeotasis. Science, 217:
1257-1259
33
Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-5. Tambayang J.,
penerjemah. Terjemahan dari Basic Histology. EGC. Jakarta.
Kumar, Vinay, Abul K. Abbas, and Nelson Fausto, eds. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 7th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders, 2005.
Lehningher, Albert L. 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama
MacSween, R., et al. Pathology of the Liver, 4th ed. Philadelphia, PA: Elsevier, 2002.
Michael W. King Biochemistry page - Blood coagulation". Diakses 2010-02-15.
Muhamaroh, Yani. 2004. Sains biologi. Solo: PT. Tiga serangkai pustaka mandiri
Linder MC. 1997. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis.UI Press.
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar; Asal, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi ke Dua.
Jakarta : UI Press
Price, S.A. RN. PhD. 2003. Gangguan hati, Kandung Empedu, dan Pankreas Patofisiolegi.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta
Recanelli, Vito dan Rehermann, Barbara. 2006. The Liver as an Immunological Organ.
Hepatology, Vol. 43, No. 2, Suppl.
Syaharuddin.2013 Penentuan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT pada hewan uji kelinci yang telah
diberikan ekstrak tiram Crassotea iredelai asal pantai Takalasar Sulawesi Selatan. Fakultas
Farmasi. Universitas Hassanudin: Makasar.
Zimmerman, H.J. 1978. Hepatotoxicity. New York : Apleton, Century Crofts.
34
35