Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

15
Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan Pengurusan Hutan Di Indonesia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Samuel Arung Paembonan Oleh : Sri Narwastu ( M1111 4518 ) Syakura Ismah ( M1111 4519 ) Selvia Nengsi ( M1111 4520 ) Amira Rahim ( M1111 4521 ) St Nurmayanti ( M1111 4522 ) Aurelia Andara ( M1111 4523 ) Hartina Reski Natsir ( M1111 4524 ) Muh. Ade Faisal ( M1111 4525 ) Ingrid Yunita Munda ( M1111 4526 ) Nur Herlinda Hafid ( M1111 4527 )

description

forestwoodearth gogreen

Transcript of Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

Page 1: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

Pengurusan Hutan Di Indonesia

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. Ir. Samuel Arung Paembonan

Oleh :

Sri Narwastu ( M1111 4518 )

Syakura Ismah ( M1111 4519 )

Selvia Nengsi ( M1111 4520 )

Amira Rahim ( M1111 4521 )

St Nurmayanti ( M1111 4522 )

Aurelia Andara ( M1111 4523 )

Hartina Reski Natsir ( M1111 4524 )

Muh. Ade Faisal ( M1111 4525 )

Ingrid Yunita Munda ( M1111 4526 )

Nur Herlinda Hafid ( M1111 4527 )

Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Makassar

2014

Page 2: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki luas kawasan hutan , dengan kawasan seperti itu tentu saja banyak terdapat potensi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Namun dalam prakteknya pemanfaatan tersebut justru membuat kawasan hutan Indonesia semakin lama berkurang karena eksploitasi yang berlebihan. Hal ini juga menyebabkan banyaknya masalah lingkungan yang timbul dan semakin memarah contohnya saja efek rumah kaca. Melihat hal ini maka kepengurusan hutan di

Indonesia sangat memeran peran penting keterpurukan sektor Kehutanan yang sudah berjalan hampir selama 10 tahun belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Masih besarnya angka laju kerusakan hutan serta terancam bangkrutnya dunia usaha di sektor Kehutanan sebagai akibat dari besarnya dominansi praktek perambahan hutan, penebangan liar, penyelundupan kayu, tumpang tindih dan pungutan berganda serta meningkatnya intensitas konflik pengelolaan sumberdaya hutan. Ujungnya keberlanjutan peran dari kontribusi sektor Kehutanan dalam proses pembangunan nasional selama hampir 4 dasawarsa ini dipertanyakan. Timbul semacam gugatan masih bisakah sektor Kehutanan dibangkitkan kembali di masa depan?. Krisis ekonomi yang menimpa bangsa Indonesia tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multidimensional mempengaruhi banyak sekali elemen-elemen pembangunan yang sudah berjalan. Hasil-hasil pembangunan yang secara gemilang sudah dicapai sampai pertengahan era 1990-an, seketika terpuruk ketika badai krisis menghantam bangsa Indonesia. Depresi nilai rupiah mencapai level nilai terendah yaitu Rp. 17.000,- per US dolar menghancurkan sektor riil di Indonesia. Pemerintah orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun akhirnya tumbang sebagai tumbal krisis multidimensional. Tumbangnya pemerintahan orde baru, membawa tatanan baru dalam system pemerintahan. Sistem sentralistik, kini dirubah dengan diimplementasikannya desentralisasi melalui penerapan otonomi daerah. Atas dasar perubahan tersebut, tampaknya sector Kehutanan yang paling banyak kena getahnya. Rentetan reformasi yang tidak terbendung banyak menghantam sektor Kehutanan khususnya HPH-HPH di daerah. Atas nama reformasi, HPH yang dianggap sebagai produk orde baru dianulir. Masyarakat sekitar hutan yang selama ini kurang menikmati hasil hutan akhirnya menjarah dan mengkapling-kapling areal hutan. Perilaku tersebut bukan hanya pada areal hutan produksi, akan tetapi telah jauh menjarah ke kawasan-kawasan hutan yang

Page 3: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

dilindungi, karena peranan fungsinya. Penjabaran Undang-undang No. 41 tahun 1997 dalam bentuk Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 sebagaimana hasil penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah sebelumnya (PP. No. 34 tahun 2002), tampaknya mendudukan posisi strategis untuk menelaah Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Mencermati Pasal (7) dalam PP. No. 6 tahun 2007, disebutkan bahwa ”Menteri menetapkan luas wilayah KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) dengan memperhatikan efesiensi dan efektifitas pengelolaan hutan dalam satu wilayah daerah aliran sungai (DAS) atau satu kesatuan wilayah ekosistem”. Berdasarkan intisari dari Pasal (7) tersebut, paparan ini menelaah penetapan luas wilayah KPH dengan memperhatikan ”Efektifitas dan Efesiensi Pengelolaan Kawasan Hutan Berbasis Satu Kesatuan Ekosistem”. Judul ini cukup menarik, karena pengelolaan hutan secara lestari kinerjanya telah mengalami beberapa kali perubahan, dan kini lebih diarahkan terhadap keseimbangan antara ekosistem, sosiosistem, dan teknosistemnya. Di sisi lain nilai (produk) yang diperoleh dari sumberdaya hutan, bukan terbatas pada hasil hutan yang memiliki nilai tangibel, akan tetapi sangat memungkinkan terhadap nilai-nilai intangibelnya. Atas dasar itulah pemahaman penetapan pengelolaan kawasan hutan berdasarkan satu kesatuan wilayah ekosistem, memiliki makna untuk menjawab pertanyaan bagaimana melakukan penataan, menyusun rencana pengelolaan, dan pemanfaatannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kerusakan hutan berpengaruh besar terhadap lingkungan disekitar kawasan hutan

2. Bagaimana cara melibatkan masyarakat dalam proses pemberdayaan kawasan sekitar hutan

3. Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian hutan

Page 4: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

BAB IIPEMBAHASAN

RUANG LINGKUP KEGIATAN PENGURUSAN HUTANPengurusan hutan adalah keseluruhan tindakan pengelolaan terhadap sumberdaya

hutan yang dilakukan dalam rangka mendapatkan totalitas barang-barang, manfaat-manfaat, dan nilai-nilai yang dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan kelestariannya, untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang (Helms, 1998). Jadi dilihat dari komponen-komponen kegiatannya, maka kegiatan pengurusan hutan adalah tindakan manajemen yang di dalamnya terdapat komponen-komponen kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penerapan atau pelaksanaan kegiatan dan pengawasan. Sasarannya adalah keseluruhan hutan sebagai suatu ekosistem berikut keseluruhan hasil, manfaat dan nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan secara lestari untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Dalam praktek pengurusan hutan di Indonesia, istilah pengurusan hutan dipergunakan untuk menyatakan keseluruhan kegiatan, mencakup: perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan, dan pengawasan; yang dilakukan dalam rangka mendapatkan totalitas manfaat hutan secara lestari untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat Indonesia serta dapat mendukung sistem kehidupan di muka bumi, pada saat ini dan generasi yang akan datang, dari seluruh hutan yang ada di Indonesia.

Perencanaan kehutanan adalah suatu rangkaian kegiatan yang lengkap, mencakup tahapan-tahapan: pemantauan, penilaian, pengambilan keputusan dan penerapan; yang dilakukan dalam rangka penyusuanan rencana pengurusan hutan (Helms, 1998). Dalam praktek perencanaan kehutanan di Indonesia, kegiatan ini mencakup komponen-komponen kegiatan: inventaris asi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pemebntukan wilayah pengelolaan hutan dan penyusuanan rencana kehutanan. Sebenarnya, penataan hutan pada setiap kesatuan pengelolaan hutan dan penyusunan rencana pengelolaannya juga termasuk dalam bidang gerak ini, akan tetapi kegiatan ini dikelompokkan ke dalam pengelolaan hutan (UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan).

Pengelolaan hutan adalah praktek penerapan prinsip-prinsip dalam bidang biologi, fisika, kimia, analisis kuantitatif, manajemen, ekonomi, sosial dan analisis kebijakan dalam rangkaian kegiatan membangun atau meregenerasikan, membina, memanfaatkan dan mengkonservasikan hutan untuk mendapatkan tujuan atau tujuan-tujuan dan sasaran atau sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, dengan tetap mempertahankan produktivitas dan kualitas hutan. Pengelolaan hutan mencakup pengelolaan terhadap keindahan, ikan dan fauna air lain pada sungai-sungai di dalam hutan, rekreasi, nilai-nilai atau fungsi-fungsi hutan untuk wilayah perkotaan, air, hidupan liar, kayu dan hasil hutan bukan kayu lainnya, serta berbagai nilai lain yang termasuk dalam kelompok sumberdaya hutan (Helms, 1998). Dari uraian ini, dapat dilihat bahwa yang membedakan pengertian pengurusan hutan dan pengelolaan hutan

Page 5: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

terletak pada ruang lingkup tujuan, yaitu totalitas manfaat ekosistem hutan pada pengurusan hutan, sedangkan pada pengelolaan hutan ada ketegasan mengenai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dengan pembatasan seperti ini, dan berdasarkan kepada kategori fungsi hutan yang dipergunakan di Indonesia; maka pengurusan hutan mengandung arti penanganan keseluruhan hutan, mencakup hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi; sedangkan pengelolaan hutan mengandung arti penanganan hutan dengan fungsi tertentu, yaitu pengelolaan hutan lindung, pengelolaan hutan produksi, dan pengelolaan hutan konservasi; serta yang lebih khusus lagi adalah pengelolaan hutan pada tingkat kesatuan pengelolaan hutan (management unit) tertentu. Dalam praktek pengelolaan hutan di Indonesia, kegiatan ini mencakup komponen-komponen kegiatan: tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlidungan hutan dan konservasi alam.

Dengan lingkup kegiatan pengelolaan hutan seperti ini dan dengan memperhatikan ruang lingkup kegiatan dalam pengurusan hutan sebagaimana diutarakan di muka, maka penggunaan istilah pengurusan hutan lindung, misalnya merupakan penggunaan istilah yang keliru, oleh karena:

a.       Penetapan sebidang lahan hutan menjadi hutan lindung dilakukan melalui kegiatan-kegiatan: inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan dan penatagunaan kawasan hutan. Jadi pada saat sebidang lahan telah tertentu fungsinya, maka kegiatan-kegiatan ini telah selesai dilakukan, sedangkan

b.      Pengurusan hutan mencakup pula kegiatan-kegiatan tersebutSebaliknya, istilah pengelolaan hutan; walaupun kata hutan tanpa diikuti keterangan lebih lanjut tentang fungsi penggunaannya (lindung, konservasi, atau konservasi) atau tingkatan wilayah pengelolaannya (kesatuan pengelolaan hutan), tetap merupakan istilah yang benar, karena:

a.       Hutan lindung, hutan produksi, hutan konservasi, dan kesatuan pengelolaan hutan, secara sendiri-sendiri merupakan hutan yang perlu dikelola melalui tindakan pengelolaan hutan, dan

b.    Pengurusan hutan merupakan tindakan manajemen yang di dalamnya tercakup pula pengelolaan hutan.

Kerancuan seperti ini dalam praktek pembicaraan keseharian, baik dikalangan pejabat, praktisi kehutanan, bahkan dikalangan para akademisi sekalipun, sering terjadi. Istilah pengurusan hutan seringkali dipergunakan untuk menerangkan pengelolaan hutan. Sebaliknya, istilah pengelolaan hutan seringkali dipergunakan untuk menerangkan pengurusan hutan atau pengelolaan hutan yang bersifat khusus.

Konservasi hutan biasanya dipergunakan untuk menyatakan konservasi sumberdaya hutan dan merupakan bagian dari konservasi sumberdaya alam hayati. Konservasi dalam pengertian umum dapat mengandung arti tiga hal, yaitu (Helms, 1998):

a.        Konservasi dalam arti luas, mengandung arti pengelolaan sumberdaya alam yang dapat dipulihkan dengan tujuan untuk mempertahankan kelestarian produktivitas dan fungsinya, di dalamnya dapat diupayakan pemanfaatannya bagi kepentingan manusia

Page 6: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

sepanjang tidak bertentangan dengan kemungkinan tercapainya kelestarian sumberdaya tersebut. Dalam pengertian konservasi seperti ini, untuk mengkonservasi sumberdaya hutan, dapat mengandung kegiatan-kegiatan pembinaan hutan, pemanenan secara periodik yang diikuti dengan regenerasi hutan, serta pemeliharaan dan perlindungan terhadap tumbuhan dan binatang yang terdapat di dalam hutan tersebut. Konservasi sumberdaya hutan dalam pengertian ini sebenarnya setara dengan pengurusan hutan (forest stewardship), akan tetapi dengan lebih menekankan kepada kelestarian produktivitas dan fungsi hutan sebagai tujuan utamanya.

b.      Konservasi dalam arti yang sempit, mengandung arti perlindungan terhadap tumbuhan dan habitat satwa. Konservasi dalam pengertian ini sebenarnya merupakan bagian dari konservasi dalam arti luas. Walaupun secara akademis keliru, akan tetapi konservasi hutan dalam pengertian sempit inilah yang pada saat ini dipergunakan dalam pengelolaan hutan di Indonesia untuk tindakan konservasi alam diluar hutan konservasi.

c.       Konservasi dalam arti proses, mengandung arti keseluruhan proses atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai populasi yang memiliki kemampuan mempertahankan hidup tinggi.

Dalam praktek pengurusan hutan di Indonesia, konservasi sumberdaya hutan merupakan bagian dari konservasi sumberdaya alam hayati, yaitu: pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungang persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya (pasal 1 UU No 5 Tahun1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya).

Keseluruhan kegiatan pengurusan hutan termasuk di dalamnya pengelolaan hutan dalam rangka konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian yang utuh dari pengelolaan lingkungan hidup, yaitu upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain (Pasal 1 UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).SEJARAH PENGURUSAN HUTAN DI INDONESIA

Pengurusan hutan di Indonesia telah memiliki sejarah panjang, sejak masa pra penjajahan Belanda sampai saat ini. Butir-butir pokok keadaan hutan dan peristiwa penting untuk setiap periode pengurusan hutan (s/d 1983) dibagi menjadi:

1.         Zaman sebelum Tahun 16022.         Zaman kongsi dagang Belanda, Tahun 1602-17993.         Zaman Hindia Belanda, Tahun 1800-1850 ( Pemangkuan Hutan Non Ilmiah)4.         Zaman Hindia Belanda, Tahun 1850-1942 (Pemangkuan Hutan secara ilmiah)5.         Zaman pendudukan Jepang, Tahun1942-19456.         Zaman perang kemerdekaan Tahun 1945-1949

Page 7: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

7.         Zaman Demokrasi Liberal Tahun 1950-19598.         Zaman Demokrasi Terpimpin Tahun 1960-19659.         Zaman Orde Baru Tahun 1965-199810.     Zaman era Reformasi Tahun 1998-sekarang.

Tata Pengurusan Sumberdaya Hutan yang Baik

Berdasarkan hasil kajian internal, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

kurang berjalannya tata pengurusan hutan yang baik di Indonesia. Pertama, proses-

proses advokasi kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia masih merupakan agenda

yang insidental, kurang sistematik, dan seringkali belum melalui tahapan kaji ulang

kebijakan.

Kedua, kurangnya kapasitas kelembagaan dan jaringan advokasi. Dalam hal

ini, permasalahan utama yang muncul adalah kurangnya kapasitas para pihak dalam

melakukan advokasi dan kurang efektifnya strategi advokasi yang dilakukan.

Ketiga, kurang jelasnya mekanisme perumusan solusi operasional dan resolusi

konflik yang menjamin pelibatan dan memperoleh dukungan para pihak secara luas.

Permasalahan tersebut mendorong Javlec untuk memiliki program yang

dimaksudkan untuk mencapai tata pengurusan sumberdaya hutan yang baik. Pada

masa mendatang, pengelolaan sumber daya hutan (SDH) di Indonesia diharapkan

mampu memenuhi prinsip-prinsip pengurusan hutan yang baik yaitu transparan,

akuntabel dan partisipatif. Jawa pada khususnya dan di Indonesia. Untuk mendukung

program tersebut Javlec memprakarsai tiga fokus program:

1. Peningkatan dan Pemantapan Advokasi Kebijakan Pengelolaan SDH

Fokus program ini ditujukan untuk mewujudkan konsistensi regulasi dan

implementasi pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia yang memenuhi

Page 8: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

prinsip-prinsip tata pengurusan hutan yang baik. Beberapa program yang akan

dilakukan dalam lingkup fokus program ini adalah:

Fasilitasi proses kaji ulang kebijakan sebagai pendukung perumusan dan

penyusunan kebijakan dalam rangka perbaikan pengelolaan SDH

Fasilitasi agenda untuk mendorong proses demokratisasi dan perbaikan

kebijakan pengelolaan SDH

Fasilitasi pengembangan strategi advokasi yang efektif

2. Peningkatan Serta Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan Jaringan para pihak

Fokus program ini ditujukan untuk penguatan kapasitas dan jaringan

dalam advokasi kebijakan pengelolaan SDH untuk mencapai tata pengurusan

kehutanan yang baik. Beberapa program yang akan dilakukan dalam lingkup

fokus program ini adalah:

Fasilitasi pembentukan dan penguatan jaringan, kelompok kerja dan aliansi

strategis lainnya dalam advokasi kebijakan pengelolaan SDH

Fasilitasi peningkatan kapasitas personal dan kelembagaan dalam advokasi

kebijakan pengelolaan SDH dan perwujudan tata pengurusan kehutanan yang

baik

Fasilitasi proses reformasi birokrasi dalam pengelolaan SDH

3. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat dalam Upaya-upaya Pencapaian Solusi,

Resolusi Konflik dan Pengawasan

Fokus program ini ditujukan untuk mewujudkan pelibatan secara

penuh masyarakat dalam proses pengelolaan SDH yang mencakup

perencanaan, kelembagaan, implementasi dan pengawasan. Beberapa program

yang akan dilakukan dalam lingkup fokus program ini adalah:

Page 9: Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan

Fasilitasi proses-proses perencanaan pengelolaan hutan berbasis masyarakat

Fasilitasi proses-proses dialog multi pihak dalam pengelolaan SDH

Fasilitasi pengembangan strategi resolusi konflik pengelolaan SDH