MAKALAH Pengantar filsafat

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Progresifisme dan perenialisme merupakan dua aliran yang mendasari aliran rekonstruksionisme. Adapun yang menjadi penyebab lahirnya aliran rekonstruksionisme adalah karena timbulnya krisis di berbagai bidang kehidupan modern ini. Hal ini dapat dilihat dari keadaan zaman dimana kebudayaan telah terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran. Begitu pula dalam dunia pendidikan yang turut mengalami krisis. Untuk mengatasi krisis kehidupan tersebut maka lahirlah aliran rekonstruksionisme yang turut berupaya mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang berupaya mengatur tata kehidupan manusia dalam tatanan baru seluruh lingkungannya. Aliran ini juga berupaya membina konsensus yang paling luas dan paling mungkin mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, pada aliran rekonstruksionisme ini peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping itu aliran rekonstruksionisme juga jauh menekankan tentang pemecahan masalah dan berfikir kritis. 1

description

Paham Rekonstruksianisme

Transcript of MAKALAH Pengantar filsafat

Page 1: MAKALAH Pengantar filsafat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Progresifisme dan perenialisme merupakan dua aliran yang

mendasari aliran rekonstruksionisme. Adapun yang menjadi penyebab

lahirnya aliran rekonstruksionisme adalah karena timbulnya krisis di

berbagai bidang kehidupan modern ini. Hal ini dapat dilihat dari keadaan

zaman dimana kebudayaan telah terganggu oleh kehancuran,

kebingungan dan kesimpangsiuran. Begitu pula dalam dunia pendidikan

yang turut mengalami krisis.

Untuk mengatasi krisis kehidupan tersebut maka lahirlah aliran

rekonstruksionisme yang turut berupaya mencari kesepakatan semua

orang mengenai tujuan utama yang berupaya mengatur tata kehidupan

manusia dalam tatanan baru seluruh lingkungannya. Aliran ini juga

berupaya membina konsensus yang paling luas dan paling mungkin

mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu, pada aliran rekonstruksionisme ini peradaban manusia

masa depan sangat ditekankan. Di samping itu aliran rekonstruksionisme

juga jauh menekankan tentang pemecahan masalah dan berfikir kritis.

Jika dikontekskan dalam dunia pendidikan, aliran ini lebih berupaya

untuk merombak tatanan lama dan menyusun tatanan baru dengan

susunan kebudayaan yang bercorak modern.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan ide gagasan aliran rekonstruksionisme?

2. Bagaimana prinsip aliran rekonstruksionisme?

3. Bagaimana pandangan aliran rekonstruskionisme?

4. Bagaimana teori pendidikan aliran rekonstruksionisme?

1

Page 2: MAKALAH Pengantar filsafat

5. Bagaimana implikasi aliran rekonstruksionisme dalam bidang

pendidikan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan ide gagasan aliran rekonstruksionisme.

2. Mengetahui prinsip aliran rekonstruksionisme.

3. Mengetahui pandangan aliran rekonstruskionisme.

4. Mengetahui pendidikan aliran rekonstruksionisme.

5. Mengetahui pandangan aliran rekonstruskionisme.

 

2

Page 3: MAKALAH Pengantar filsafat

BAB  II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ide Gagasan Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti

menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran

rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata

susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang

bercorak modern. Aliran ini dipelopori oleh George Count dan Harold

Rugg pada tahun 1930. Mereka bermaksud membangun masyarakat baru,

masyarakat yang dipandang pantas dan adil.

Ide gagasan mereka secara meluas dipengaruhi oleh pemikiran

progresif Dewey, dan ini menjelaskan mengapa aliran

rekonstruksionisme memiliki landasan filsafat pragmatisme. Meskipun

mereka juga banyak terinspirasi oleh pemikiran Theodore Brameld,

khususnya dengan beberapa karya filsafat pendidikannya, mulai dari

Pattern of Educational Philosophy (1950), Toward a reconstructed

Philosophy of Education (1956), dan Education as Power (1965).

Pada prinsipnya, rekonstruksionisme sepaham dengan aliran

perenialisme, khususnya keprihatinan mereka pada kehidupan manusia

modern. Kedua aliran tersebut memandang jika kehidupan manusia

modern adalah zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang

terganggu, sakit, penuh kebingungan, serta kesimpangsiuran proses.

Menurut pandangan rekonstruksionisme, pendidikan perlu merombak

tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang

3

Page 4: MAKALAH Pengantar filsafat

baru, dan untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama

antar umat manusia.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas

penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa.

Oleh karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang

sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas

nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang dan generasi yang

akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat

manusia.

Aliran ini memersepsikan bahwa masa depan suatu bangsa

merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara

demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-

sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi

kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-

potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan,

kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa

membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan)

dan masyarakat bersangkutan.

Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran

rekonstruksionisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia dimana

kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari

kedaulatan dan otoritas internasional.

B. Prinsip-Prinsip Rekonstruksionisme

Masyarakat Dunia Sedang dalam Kondisi krisis, Jika Praktik-

praktik yang Ada Sekarang Tidak Dibalik (Diubah secara Mendasar),

Maka Peradaban yang Kita Kenal ini Akan Megalami Kehancuran.

Persoalan-persoalan tentang kependudukan, sumber daya alam yang

terbatas, kesenjangan global dalam distribusi (penyebaran) kekayaan,

poliferasi nuklir, rasisme, nasionalisme sempit, dan penggunaan

teknologi yang tidak bertanggung jawab telah mengancam dunia kita

sekarang dan akan memusnahkannya jika tidak dikoreksi segera

mungkin.

4

Page 5: MAKALAH Pengantar filsafat

Persoalan tersebut menurut kalangan rekonstruksionisme, berjalan

seiring dengan tantangan totalitarisme modern, yakni hilangnya nilai-

nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas. Singkatnya, dunia sedang

menghadapi persoalan-persoalan sosial, militer dan ekonomi pada skala

yang terbayangkan. Persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut sudah

sedemikian beratnya sehingga tidak dapat lagi diabaikan.

Solusi Efektif Satu-satunya bagi Persoalan-Persoalan Dunia Kita

adalah Penciptaan Tatanan Sosial yang Menjagat. Kerjasama dari semua

bangsa adalah satu-satunya harapan bagi penduduk dunia yang

berkembang terus yang menghuni dunia dengan segala keterbatasan

sumber daya alamnya. Era teknologi telah memunculkan saling

ketergantungan dunia, di samping juga kemajuan-kemajuan di bidang

sains. Di sisi lain, kita sedang didera kesenjangan budaya dalam

beradaptasi dengan tatanan dunia baru. Kita sedang berupaya hidup di

ruang angkasa dengan sebuah sistem nilai dan mentalitas politik yang

dianut di era kuda dan andong.

Menurut rekonstruksionisme, umat manusia sekarang hidup dalam

masyarakat dunia yang mana kemampuan teknologinya dapat

membinasakan kebutuhan-kebutuhan material semua orang. Dalam

masyrakat ini, sangat mungkin muncul penghayal karena komunitas

internasional secara bersama-sama bergelut dari kesibukan menghasilkan

dan mengupayakan kekayaan material menuju ke tingkat dimana

kebutuhan dan kepentingan manusia dianggap paling penting. Dunia

semasa itu, orang-orang berkonsentrasi untuk menjadi manusia yang

lebih baik (secara material) sebagai tujuan akhir.

Pendidikan Formal Dapat Menjadi Agen Utama dalam

Rekonstruksionisme Tatanan Sosial. Sekolah-sekolah yang

merefleksikan nilai-nilai sosial dominan, menurut rekonstruksionisme

hanya akan mengalihkan penyakit-penyakit politik, sosial, dan ekonomi

yang sekarang ini mendera umat manusia. Sekolah dapat dan harus

mengubah secara mendasar peran tradisionalnya dan menjadi sumber

inovasi baru. Tugas mengubah peran pendidikan amatlah urgen, karena

5

Page 6: MAKALAH Pengantar filsafat

kenyataan bahwa manusia sekarang mempunyai kemampuan

memusnahkan diri.

Kalangan rekontruksionis di satu sisi tidak memandang sekolah

sebagai memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial seorang

diri. Di sisi lain, mereka melihat sekolah sebagai agen kekuatan utama

yang menyentuh kehidupan seluruh masyarakat, karena ia menyantuni

anak-anak didik selama usia mereka yang paling peka. Dengan demikian,

ia dapat menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem sosial

dan agitator utama perubahan sosial.

Metode–metode Pengajaran Harus Didasarkan pada Prinsip-Prinsip

Demokratis yang Bertumpu pada Jumlah Mayoritas untuk Merenungkan

dan Menawarkan Solusi yang Paling Valid bagi Persoalan-Persoalan

Umat Manusia. Dalam pandangan kalangan rekonstruksionisme,

demokrasi adalah sistem politik yang terbaik karena sebuah keharusan

bahwa prosedur-prosedur demokratis perlu digunakan di ruangan kelas

setelah para peserta didik diarahkan kepada kesempatan-kesempatan

untuk memilih di antara keragaman pilihan-pilihan ekonomi, politik, dan

sosial.

Brameld menggunakan istilah pemihakan defensif untuk

mengungkapkan posisi (pendapat) guru dalam hubungannya dengan

item-item kurikuler yang kontroversial. Dalam menyikapi ini, guru

membolehkan uji pembuktian terbuka yang setuju dan yang tidak setuju

dengan pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-pendapat alternatif

sejujur mungkin. Di sisi lain, guru jangan menyembunyikan pendirian-

pendiriannya. Ia harus mengungkapkan dan mempertahankan

pemihakannya secara publik. Di luar ini, guru harus berupaya agar

pendirian-pendiriannya diterima dalam skala seluas mungkin.

Tampaknya telah diasumsikan oleh kalangan rekonstruksionis bahwa

persoalan-persoalan itu sedemikian clear-cut (jelas-tegas) sehingga

sebagian besar akan setuju terhadap persoalan-persoalan dan solusi-solusi

jika dialog bebas dan demokratis diizinkan.

6

Page 7: MAKALAH Pengantar filsafat

Jika Pendidikan Formal adalah Bagian Tak Terpisahkkan dari

Solusi Sosial dari Krisis Dunia Sekarang, maka Ia Harus secara Aktif

Mengajarkan Perubahan Sosial. Kesadaran sosial akan dapat

ditumbuhkan jika peserta didik dibuat berani untuk mempertanyakan

statusquo dan untuk mengkaji isu-isu kontroversial dalam agama,

masyarakat, ekonomi, politik, dan pendidikan. Kajian dan diskusi kritis

akan membantu para peserta didik melihat ketidakadilan dan

ketidakfungsian beberapa aspek sistem sekarang ini dan akan membantu

mereka mengembangkan alternatif-alternatif bagi kebijaksanaan

konvensional.

Ilmu-ilmu sosial, semisal antropologi, ekonomi, sosiologi, sains

politik, dan psikologi merupakan landasan kurikuler yang amat

membantu kalangan rekonstruksionis untuk mengidentifikasi lingkup

persoalan utama kontroversi, konflik, dan inkonsistensi. Peran

pendidikan adalah mengungkapkan lingkup persoalan budaya manusia

dan membangun kesepakatan seluas mungkin tentang tujuan-tujuan

pokok yang akan menata umat manusia dalam tatanan budaya dunia.

Masyarakat dunia yang ideal, menurut rekonstruksionisme, haruslah

“berada di bawah kontrol mayoritas warga masyarakat yang secara benar

menguasai dan menentukan nasib mereka sendiri.”

C. Pandangan Rekonstruksionisme

1. Pandangan Ontologi

Dengan ontologi, dapat diterangkan tentang bagaimana hakikat

dari segala sesuatu. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita

itu bersifat universal, yang mana realita itu ada dimana dan sama di

setiap tempat. Untuk mengerti suatu realita beranjak dari suatu yang

konkrit dan menuju ke arah yang khusus menampakkan diri dalam

perwujudan sebagaimana yang kita lihat di hadapan kita dan ditangkap

oleh panca indra manusia seperti bewan dan tumbuhan atau benda lain di

sekeiling kita, dan realita yang kita ketahui dan kita hadapi tidak terlepas

dari suatu sistem, selain substansi yang dipunyai dan tiap-tiap benda

tersebut, dan dapat dipilih melalui akal pikiran.

7

Page 8: MAKALAH Pengantar filsafat

Kemudian, tiap realita sebagai substansi selalu cenderung bergerak

dan berkembang dari potensialitas menuju aktualitas (teknologi). Dengan

demikian gerakan tersebut mencakup tujuan dan terarah guna mencapai

tujuan masing-masing dengan caranya sendiri dan diakui bahwa tiap

realita memiliki perspektif tersendiri.

2. Pandangan Ontologis

Dalam proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai-nilai.

Begitu juga halnya dalam hubungan manusia dengan sesamanya dan

alam semesta tidak mungkin melakukan sikap netral, akan tetapi manusia

sadar ataupun tidak sadar telah melakukan proses penilaian, yang

merupakan kecenderungan manusia. Tetapi, secara umum ruang lingkup

(scope) tentang pengertian “nilai” tidak terbatas.

Aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan

azas-azas supernatural yakni menerima nilai natural yang universal, yang

abadi berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat manusia adalah

pancaran yang potensial yang berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan dan

atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat

diketahuinya. Kemudian, manusia sebagai subyek telah memiliki potensi-

potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu

akan tetap tinggi nilainya apabila tidak dikuasai oleh hawa nafsu belaka,

karena itu akal mempunyai peran untuk memberi penentuan.

Neo-Thomisme memandang bahwa etika, estetika dan politik

sebagai cabang dari filsafat praktis, dalam pengertian tetap berhubungan

dan berdasarkan pada prinsip-prinsip dari praktek-praktek dalam

tindakan-tindakan moral, kreasi estetika dan organisasi politik.

Karenanya, dalam arti teologis manusia perlu mencapai kebaikan

tertinggi, yakni bersatu dengan Tuhan, kemudian berpikir rasional.

Dalam kaitannya dengan estetika (keindahan), hakikat sesungguhnya

ialah Tuhan sendiri.

8

Page 9: MAKALAH Pengantar filsafat

Aristoteles memandang bahwa kebajikan dibedakan menjadi dua

macam, yakni kebajikan intelektual dan kebajikan moral, kebajikan

moral merupakan suatu kebajikan berdasarkan pembiasaan dan

merupakan dasar dari kebajikan intelektual. Dari gerakan intelektualitas

pada abad pertengahan yang mencapai kristalisasi pada abad IX-XIV,

memberikan argumentasi rasio tentang eksistensi Tuhan.

Alselpus, seorang tokoh utama scholastik, menyatakan bahwa

secara kritis realita semesta dapat dipahami dan tidak ada sesuatu di alam

nyata ini di luar kekuasaan Tuhan karena semua itu sebagai perwujudan

dari kesempurnaannya. Dalam perkembangan selanjutnya, penafsiran

yang demikian didukung oleh Thomas Aquinas yang inti

pembicaraannya untuk mengetahui realita yang ada yang berdasarkan

iman dan perkembangan rasional hanya dapat dijawab dan mesti diikuti

dengan iman.

3. Pandangan Epistimologis

Kajian epsitimologis aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran

pragmatisme (progressive) dan perenialisme. Berpijak dari pola

pemikiran bahwa untuk memahami realita alam nyata memerlukan suatu

azas tahu dalam arti bahwa tidak mungkin memahami realita ini tanpa

melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu

melalui penemuan suatu pintu gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya,

baik akal maupun rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahun,

dan akal dibawa oleh panca indera menjadi pengetahuan dalam yang

sesungguhnya.

Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran

dapat dibuktikan dengan self evidence, yakni bukti yang ada pada diri

sendiri, realita dan eksistensinya. Pemahamannya bahwa pengetahuan

yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu itu sendiri. Sebagai

ilustrasi, adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain

atas eksistensi Tuhan (self evidence). Kajian tentang kebenaran itu

diperlukan suatu pemikiran, metode yang diperlukan guna menuntun agar

sampai kepada pemikiran yang hakiki. Penalaran-penalaran memiliki

9

Page 10: MAKALAH Pengantar filsafat

hukum-hukum tersendiri agar dijadikan pegangan ke arah penemuan

definisi atau pengertian yang logis.

Ajaran yang dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang

membicarakan dua hal pokok, yakni pikiran (ratio) dan bukti (evidence),

dengan jalan pemikirannya adalah silogisme. Silogisme menunjukkan

hubungan logis antara premis mayor, premis minor dan kesimpulan

(condusion), dengan memakai cara pengambilan kesimpulan deduktif

dan induktif.

D. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme

Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh

Brameld terdiri atas 5 tesis, yaitu :

1. Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka

menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar

budaya kita, dan selaras dengan mendasari kekuatan-kekuatan

ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Sekarang peradaban

menghadapi kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus

mensponsori perubahan yang benar dalam nurani manusia. Oleh

karena itu, kekuatan teknologi yang sangat hebat harus dimanfaatkan

untuk membangun umat manusia, bukan untuk menghancurkannya.

Masyarakat harus diubah bukan melalui tindakan politik, melainkan

dengan cara yang sangat mendasar, yaitu melalui pendidikan bagi para

warganya, menuju suatu pandangan baru tentang hidup dan kehidupan

mereka bersama.

2. Masyarakat banyak harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati,

dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh

muridnya sendiri. Semua yang mempengaruhi harapan dan hajat

masyarakat, seperti sandang, papan, pangan, kesehatan, industri, dan

sebagainya, semuanya akan menjadi tanggung jawab rakyat, melalui

wakil-wakil yang dipilih. Masyarakat ideal adalah masyarakat

demokratis, dan harus direalisasikan secara demokrasi. Struktur,

tujuan dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tata aturan baru

harus diakui merupakan bagian dari pendapat masyarakat.

10

Page 11: MAKALAH Pengantar filsafat

3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan

budaya dan sosial. Menurut Brameld, kaum progresif terlalu sangat

menekankan bahwa kita semua dikondisikan secara sosial. Perhatian

kaum progresif hanya untuk mencari cara dimana individu dapat

merealisasikan dirinya dalam masyarakat, dan mengabaikan derajat

dimana masyarakat telah menjadikan jati dirinya. Menurut

rekonstruksionisme, hidup beradab adalah hidup berkelompok,

sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah.

Pendidikan merupakan realisasi dari sosial (social self realization).

Melalui pendidikan, individu tidak hanya mengembangkan aspek-

aspek sifat sosialnya melainkan juga belajar bagaimana keterlibatan

dalam perencanaan sosial.

4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan

cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis.

Guru harus melaksanakan pengujian secara terbuka terhadap fakta-

fakta, walaupun bertentangan dengan pandangan-pandangannya. Guru

menghadirkan beberapa pemecahan alternatif dengan jelas, dan ia

memperkenankan siswa-siswanya untuk mempertahankan pandangan-

pandangan mereka sendiri.

5. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan

tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan

dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan

dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial adalah mendorong

kita untuk menemukan nilai-nilai, dimana manusia percaya atau tidak

bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.

E. Implikasi  Rekonstruksionisme dalam Pendidikan

Power (1982) menggunakan istilah neoprogresivisme untuk aliran

rekonstruksionisme, dan mengemukakan implikasi pendidikannya

sebagai berikut : Tema Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah

adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.

1. Tujuan Pendidikan

11

Page 12: MAKALAH Pengantar filsafat

Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang

ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang

majemuk. Transmisi budaya juga harus mengenal fakta budaya yang

majemuk tersebut.

2. Kurikulum

Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas

maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan

nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam

kurikulum.

3. Kedudukan siswa

Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang

berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan,

mana kala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.

4. Metode

Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas

dibenarkan (learning by doing).

5. Peranan Guru

Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap

semua budaya baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal

lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.

12

Page 13: MAKALAH Pengantar filsafat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang

berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran

rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata

susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang

bercorak modern. Melalui lembagai dan proses pendidikan,

rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun

tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.

Adapun implikasi aliran ini dalam dunia pendidikan diantaranya

yaitu: misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial,

pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang

ideal, kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas

maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai karena semua budaya

dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat

dalam kurikulum, guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati atau

ikhlas terhadap semua budaya baik dalam memberi pelajaran maupun

dalam hal lainnya.

B. Saran

Setelah mempelajari aliran rekonstruksionisme, maka sebagai

calon guru PAI seharusnya mampu memahami dan kelak mampu

menerapkannya. Seorang guru harus mampu menyadarkan peserta didik

13

Page 14: MAKALAH Pengantar filsafat

terhadap masalah-masalah yang dihadapi, seorang guru harus membantu

peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah untuk dipecahkan. Guru

juga harus mampu mendorong peserta didik untuk dapat berpikir tentang

alternatif-alternatif dalam memecahkan masalah di kehidupan modern

ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

H.W, Gandhi Teguh Wangsa. Filsafat Pendidikan Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2011

Indar, M. Djumberansjah. Filsafat pendidikan. Surabaya : Abditama. 1994

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan). Jakarta : Gaya Media Pratama.

Knight George. 2007. Issue and Alternative in Educational Philoshopy Terjemahan Mahmud Arif. Yogyakarta : Gama Media

Sadulloh Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta

14