MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5, menyatakan bahwa setiap warganegara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan. Dalam rangka menyukseskan wajib belajar pendidikan dasar, pemerintah perlu meningkatkan perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, baik yang telah memasuki sekolah umum tetapi belum mendapatkan pelayanan pendidikan khusus maupun anak-anak berkelainan yang belum sempat mengenyam pendidikan di sekolah umum. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau 1

description

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Transcript of MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

Page 1: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan UU No. 2 tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5, menyatakan bahwa setiap warganegara

mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini

menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh

kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan.

Dalam rangka menyukseskan wajib belajar pendidikan dasar, pemerintah perlu

meningkatkan perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, baik yang telah

memasuki sekolah umum tetapi belum mendapatkan pelayanan pendidikan khusus

maupun anak-anak berkelainan yang belum sempat mengenyam pendidikan di

sekolah umum.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus

disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik

yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada

tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal inilah yang memungkinkan

terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berupa

penyelenggaraan pendidikan inklusif. Secara lebih operasional, hal ini diperkuat

dengan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang Pendidikan Khusus dan

Pendidikan Layanan Khusus.

Pendidikan inklusi termasuk jenis pendidikan yang baru di Indonesia. Ada

beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan

inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem

pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi

1

Page 2: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada

bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain.

Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak

berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Melalui pendidikan inklusif, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-

sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal

ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan

anak berkelainan (berkelainan) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu

komunitas. Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki

keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka

dari anak-anak normal pada umumnya. Mereka memiliki berbagai keterbatasan

baik secara fisik maupun psikis. Terdapat kelainan dari dalam diri mereka sendiri

sehingga mereka membutuhkan bantuan dan pendampingan orang lain dalam

menjalani kehidupannya. Ada 20 kriteria anak yang tergolong Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) di antaranya yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,

tuna daksa, tuna laras (anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna

ganda, lamban belajar, autis, dan termasuk pula anak dengan potensi kecerdasan

luar biasa (genius). Mereka memerlukan penanganan khusus yang berbeda satu

sama lain. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak

berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang

menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan

pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan

pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka akan

dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ada di SMP

Laboratorium Universitas Negeri Malang ?

2

Page 3: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

2. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan inklusif di SMP Laboratorium

Universitas Negeri Malang ?

3. Apa hambatan guru dalam mendidik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

tersebut ?

4. Aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan

sekolah inklusif ?

5. Apa manfaat pendidikan inklusif di SMP Laboratorium Universitas Negeri

Malang untuk anak berkebutuhan khusus ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui jenis Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Laboratorium

Universitas Negeri Malang.

2. Mengetahui penyelenggaraan pendidikan iklusif di SMP Laboratorium

Universitas Negeri Malang.

3. Mengetahui hambatan guru dalam mendidik Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) di SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang.

4. Mengetahui aspek-aspek yang yang harus diperhatikan dalam

menyelenggarakan sekolah inklusif.

5. Mengetahui manfaat pendidikan inklusif di SMP Laboratorium

Universitas Negeri Malang untuk anak berkebutuhan khusus

3

Page 4: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

BAB II

PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian pendidikan inklusif ini dilakukan secara berkelompok dengan anggota

kelompok yaitu Vindyastika Inke Rohana, Annafi Rhomadiyana, Gita Ayu

Septyana, Lugu Tirayu, Merry Christiani dan Wahyu Agus Selvianty. Penelitian

dilakukan di SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang pada hari Rabu, 3

Desember 2014 pukul 07.00-11.00. Berikut merupakan data sekolah SMP

Laboratorium Universitas Negeri Malang.

1. Nama Sekolah : SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang.

2. Identitas Sekolah : NSS : 204056104114

NPSN : 20533731

3. Status : Swasta

4. Alamat : Jl. Simpang Bogor T-7 (Kompleks Universitas Negeri

Malang), Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Malang, Jawa Timur

Visi Sekolah

Unggul dalam Prestasi, Kemandirian, Iman, Sosial dan Budi Pekerti

Misi Sekolah

Menyelenggarakan Pembelajaran Berbasis Modul untuk Menghasilkan Lulusan

yang Cerdas, Terampil, Beriman dan Bertaqwa, Berjiwa Sosial, Mandiri,

Bertanggung Jawab, Disiplin dan Santun. Penjabaran :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap

siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki;

4

Page 5: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

2. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga

sekolah;

3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,

sehingga dapat berkembang secara optimal;

4. Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni;

5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan

budaya bangsa sehingga terbangun siswa yang kompeten dan berakhlak

mulia;

6. Mendorong lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlak tinggi, dan

bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan Sekolah

Tujuan SMP Laboratorium Universitas Ngeri Malang merupakan jabaran dari visi

dan misi sekolah agar komunikatif dan bisa diukur sebagai berikut:

1. Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah;

2. Unggul dalam perolehan nilai UAN;

3. Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA Negeri;

4. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama

bidang sains dan matematika;

5. Unggul dalam lomba olahraga, kesenian, PMR, Paskibraka, dan Pramuka;

6. Unggul dalam kebersihan dan penghijauan sekolah.

B. HASIL WAWANCARA

Sekolah SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang memberikan kami

kesempatan untuk mewawancari Ibu Imraatul Mufidah, S.Si., M.Pd. selaku guru

5

Page 6: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

mata pelajaran IPA kelas X, XI, dan XII di SMP Laboratorium Universitas Negeri

Malang. Sebagai guru IPA, Ibu Imraatul Mufidah, S.Si., M.Pd. juga mengajar

siswa berkebutuhan khusus yang tersebar di beberapa kelas dan bergabung dengan

siswa normal lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara, kami mendapatkan beberapa informasi

penting tentang pendidikan inkuiri yang ada di SMP Laboratorium Universitas

Negeri Malang tersebut. Terdapat beberapa jenis siswa berkebutuhan khusus yang

ada di SMP Laboraturium UM, yaitu tuna rungu, Down Syndrome dan Autisme.

Tetapi, sebelum menjelaskan tentang ketiga keterbatasan siswa di SMP

Laboratorium UM tersebut, Imraatul Mufidah, S.Si., M.Pd. menjelaskan tentang

sistem yang digunakan dalam penerimaan siswa baru berkebutuhun khusus.

SMP Laboratorium UM menerapkan beberapa ketentuan bagi siswa

berkebutuhan khusus yang ingin masuk di SMP Laboratorium UM dan

mendapatkan pendidikan secara inklusif di sekolah. Kriteria ini dimaksudkan agar

guru dan tenaaga pendidikan lainnya dapat tetap memberikan materi sekolah

kepada siswa berkebutuhan khusus tersebut sesuai porsinya, dalam artian siswa

berkebutuhan khusus tersebut masih bisa disetarakan dengan anak normal maupun

masih bisa ditangani oleh guru dalam proses belajar dikelas. Selain itu, sekolah

juga tidak dapat menerima semua jenis kelainan siswa karena sekolah SMP

Laboratorium UM sendiri bukan sekolah khusus untuk anak luar biasa (SLB),

melainkan sekolah untuk anak normal yang juga menerapkan pendidikan inklusif

untuk beberapa jenis anak berkebutuhan khusus. Orang tua siswa ABK

menyekolahkan anaknya di sekolah reguler (bukan SLB) agar anaknya

mendapatkan motivasi dari anak-anak lain yang normal karena jika disekolahkan

di SLB, anak berkebutuhan khusus akan cenderung melihan orang lain atau anak

lain yang sama dengan dirinya sehingga tidak dapat membantu proses

penyembuhan dari keterbatasannya.

Gambaran umum tentang kriteria penerimaan siswa baru untuk siswa

berkebutuhan khusus yaitu terdapat beberapa tes yang harus dijalani oleh Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) tersebut. Serangkaian tes yang dijalani ABK lebih

banyak daripada tes yang dijalani siswa normal lainnya. Salah satu tes yang

dilakukan berupa kemampuan ABK dalam mengenali lingkungannya. Mulanya

6

Page 7: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

ABK diajak berkeliling di sekolah SMP Laboratorium UM, hal tersebut

digunakan sebagai informasi apakah keterbatasan ABK ini masih bisa dikontrol

oleh guru. Siswa ABK akan ditanya atau dipancing tentang hal-hal atau benda

yang terdapat di sekitar mereka. Selain itu, terdapat beberapa tes untuk siswa

dengan Down Syndrome dan Autisme berupa tes batas ambang keterbatasan yang

dilakukan oleh sekolah SMP Laboratorium UM dibantu dengan pendidik khusus

ABK dari luar sekolah.

Siswa dengan keterbatasan berupa tuna rungu sudah dapat diatasi melalui

alat bantu pendengaran yang mendukung keterbatasannya dalam proses belajar di

sekolah. Tetapi, meskipun sudah mendapat bantuan melalui alat bantu

pendengaran, siswa ini terkadang masih merasa kurang jelas dalam mendengarkan

guru ketika mengajar atau ketika mendengarkan teman lainnya memanggil

dirinya. Bu Vivi menjelaskan bahwa guru yang mengajar dirinya harus

menjelaskan materi pelajaran dengan cukup keras agar semua materi yang

disampaikan dapat mencapai target kepada semua siswa, termasuk siswa dengan

keterbatasan tuna rungu. Selain itu, guru juga memberikan beberapa inovasi

pembelajaran agar siswa dengan keterbatasn tuna rungu ini bisa tetap

mendapatkan materi sekolah, salah satunya dengan metode visual melalui gambar.

Untuk beberapa materi pelajaran yang bisa dijelaskan melalui gambar, guru sebisa

mungkin mengkomunikasikan materi pelajaran tersebut melalui gambar kepada

siswa dengan keterbatasan tuna rungu. Selain itu, guru juga memberikan metode

pengajaran membaca pada siswa tunarungu dengan lebih menarik, interaktif dan

mudah serta akan meningkatkan kualitas belajar siswa tunarungu. Sehingga para

siswa dengan keterbatsan tuna rungu dapat memahami materi yang diberikan guru

di sekolah.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ada di SMP Laboratorium UM

lainnya adalah siswa dengan keterbatasan berupa Down Syndrome. Perlu

diketahui, Down syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan mental dan

perkembangan fisik saat bayi masih berada dalam kandungan. Disebabkan adanya

abnormalitas pada perkembangan kromosom, di mana pada saat pembuahan ada

kromosom yang menyimpang atau adanya mutasi gen dari orangtua janin. Padahal

seharusnya kromosom ibu dan ayah terbelah menjadi dua, dan saling menempel.

7

Page 8: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

Anak yang terkena Down Syndrome memiliki ciri-ciri fisik dengan spesifikasi

bentuk wajah yang sama baik dari mata, hidung serta mulut. Ciri-ciri ini

memungkinkan kita untuk mudah mengenali seorang anak yang mengalami Down

Syndrome. Selain itu, anak Down Syndrome juga akan mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain, bermain benda atau mainan

dengan tidak wajar, sampai tidak mengucapkan sepatah kata hingga usia 16 bulan.

Secara fisik, kita akan kesulitan membedakan anak dengan keterbatasan

Down Syndrome dan Autis, tetapi setelah mengetahui ciri-cirinya kita akan lebih

mudah membedakannya melalui ciri fisik dan psikologinya. Bu Vivi menjelaskan

bahwa ABK dengan keterbatasan Down Syndrome di SMP Laboratorium

memang dapat menerima pelajaran di sekolah, tetapi sedikit lambat dan kurang

berkembang. Hal ini tentu saja akan menimbulkan gangguan belajar oleh anak

tersebut. Artinya, butuh waktu yang lama untuk memrposes informasi dan

mempelajari keterampilan baru. Guru tidak dapat mengkhususkan pada ABK

dalam proses pembelajaran, karena pada kenyataannya guru masih kesulitan

dalam memberikan pelajaran kepada siswa normal. Oleh karena keterbatasan ini,

orang tua ABK Down Syndrome sudah menyiapkan seorang shadow atau

pendamping yang dapat mengomunikasikan penjelasan materi dari guru kepada

siswa. Shadow adalah orang yang mendampingi siswa ABK agar dapat

mengomunikasikan lingkungannya dengan siswa ABK itu sendiri. Sekolah SMP

Laboratorium UM memberikan rekomendasi kepada orang tua siswa ABK untuk

menggunakan shadow untuk menunjang proses belajar siswa disekolah, tentu saja

rekomendasi ini berdasarkan hasil beberapa tes yang dilakukan oleh ABK.

Shadow juga harus memiliki chemistry yang kuat dengan ABK untuk

memperlancar pengkomunikasian materi pelajaran. Shadow biasanya ikut masuk

ke kelas dan mendampingi ABK dalam menjalani proses pembelajaran dikelas.

Tetapi ketika ABK ini dirasa mampu menerima pelajaran tanpa shadow, shadow

akan menunggu di ruang khusus ABK dan melatih siswa ABK-nya untuk

menerima materi pelajaran tanpa bantuannya. Biasanya, siswa ABK tidak perlu

didampingi oleh shadow ketika proses pembelajaran dikelas dalam bentuk

evaluasi pelajaran ketika memasuki persiapan ujian, itu pun dengan persetujuan

ABK mau atau tidak didampingi oleh shadow

8

Page 9: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) lainnya yang ada di SMP

Laboratorium UM adalah anak dengan keterbatasan berupa autis. Secara garis

besar, Autis adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-

anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan

seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan

Autis Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang

menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Umumnya,

anak-anak autis sebelum berusia 3 tahun sudah menunjukkan ketidaknormalan

atau keterlambatan perkembangan dalam berinteraksi sosial, berbicara dan

bermain menggunakan imajinasi. Tetapi, tidak selamanya kondisi autisme akan

memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Intervensi dini semenjak anak di

bawah usia 3 tahun, merupakan salah satu cara agar kondisi autis tidak

memburuk. Gejala yang dimiliki oleh ABK Autis di SMP Laboratorium UM

adalah : berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri. Terdapat

beberapa tingkatan autis di SMP Laboratorium UM, mulai dari autis tetapi masih

bisa dikendalikan dan menerima pelajaran meskipun dengan bantuan shadow,

hingga autis yang sama sekali tidak dapat menerima pelajaran sehingga dia hanya

duduk dikelas didampingi shadow dan mendengarkan guru tetapi tidak bisa

mencerna informasi yang diberikan guru. Salah satu siswa dengan keterbatasan

autis yang cukup parah bernama Mutia kelas 7B. Siswi ini sama sekali tidak bisa

menerima proses pembelajaran dikelas, dia hanya bisa mendengarkan tetapi tidak

bisa mencerna informasi yang diberikan guru. Ia juga hanya hafal namanya

sendiri, keluarga dirumah dan nama shadow-nya, sedangkan nama guru dan

teman-temannya sendiri ia tak hafal. Yang ia daptkan ketika dikelas adalah

interaksi sosial antara dirinya dengan teman dan gurunya. Interaksi tersebut

sebenarnya sangat membantu dasar pemulihan siswa autis dengan cara interaksi

dengan orang lain. Tetapi ditinjau dari proses pembelajaran, anak autis memang

tidak bisa ditargetkan untuk mencapai taraf pemahaman yang sama dengan siswa

normal lainnya. Banyak keterbatasan yang menghambat siswa autis dalam

menerima materi pelajaran di sekolah. Siswa autis disekolahkan di sekolah regular

agar memiliki semangat dan kepercayaan bahwa tiap anak mampu belajar

(presume intellect). Selain bersekolah di sekolah regular seperti SMP

9

Page 10: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

Laboratorium UM, penyandang autis juga biasanya mendapatkan terapi di

yayasan lain untuk mempercepat proses penyembuhannya.

Hambatan yang terdapat di sekolah regular yang menerapkan pendidikan

inklusif :

1. Sekolah inklusi belum bisa menyediakan sarana dan prasarana secara optimal.

2. Kompetensi guru kelas dalam menangani ABK.

3. Sebagiaan masyarakat malu mempunyai ABK.

4. Masyarakat dan/anak-anak belum bisa menerima kehadiran ABK.

Sekolah reguler dengan orientasi inklusif tersebut merupakan alat yang

paling efektif untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang

ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai Pendidikan bagi

semua oang. Sekolah hendaknya mengakomodasi semua anak tanpa memandang

kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, ataupun kondisi-kondisi lainnya.

Sekolah harus mencari cara agar berhasil mendidik semua anak, termasuk mereka

yang berkebutuhan pendidikan khusus.

Mengubah sekolah atau kelas tradisional menjadi inklusif, ramah terhadap

pembelajaran merupakan suatu proses dan bukan suatu kejadian tiba-tiba. Proses

ini tidak akan terjadi dalam sehari, karena memerlukan waktu dan kerja

kelompok. Selanjutnya aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam

menyelenggarakan sekolah yang inklusif adalah:

1. Guru perlu mengetahui bagaimana cara mengajar anak dengan latar belakang

dan kemampuan yang beragam. Peningkatan kemampuan ini dapat kita

lakukan dengan berbagai cara, seperti: pelatihan, tukar pengalaman,

lokakarya, membaca buku, dan mengeksplorasi/menggali sumber lain,

kemudian mempraktekkannya di dalam kelas.

2. Semua anak memiliki hak untuk belajar, tanpa memandang perbedaan fisik,

intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya, seperti yang ditetapkan

dalam Konvensi Hak Anak yang telah ditandatangani semua pemerintah di

dunia.

10

Page 11: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

3. Guru menghargai semua anak di kelas, guru berdialog dengan siswanya; guru

mendorong terjadinya interaksi di antara anak-anak; guru mengupayakan agar

sekolah menjadi menyenangkan; guru mempertimbangkan keragaman di

kelasnya; guru menyiapkan tugas yang disesuaikan untuk anak; guru

mendorong terjadinya pembelajaran aktif untuk semua anak.

4. Dalam lingkungan pembelajaran yang inklusif, setiap orang berbagi visi yang

sama tentang bagaimana anak harus belajar, bekerja dan bermain bersama.

Mereka yakin, bahwa pendidikan hendaknya inklusif, adil dan tidak

diskriminatif, sensitif terhadap semua budaya, serta relevan dengan

kehidupan sehari-hari anak.

5. Lingkungan pembelajaran yang inklusif mengajarkan kecakapan hidup dan

gaya hidup sehat, agar peserta didik dapat menggunakan informasi yang

diperoleh untuk melindungi diri dari penyakit dan bahaya. Selain itu, tidak

ada kekerasan terhadap anak, pemukulan atau hukuman fisik.

Menurut laporan UNESCO tahun 2003, ketika Pendidikan Inklusif

diterapkan, penelitian terkini menunjukkan adanya peningkatan prestasi dan

kemajuan pada semua anak. Di banyak daerah di dunia dilaporkan, bahwa

diperoleh manfaat pribadi, sosial, dan ekonomi dengan mendidik anak-anak usia

sekolah dasar yang memiliki kebutuhan khusus di sekolah umum. Kebanyakan

siswa dengan kebutuhan khusus ini berhasil diakomodasi dengan lebih

menyenangkan melalui cara yang ramah dan menghargai keragaman ini.

Adapun manfaat lingkungan pembelajaran yang inklusif adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat bagi anak, yaitu: kepercayaan dirinya berkembang; bangga pada diri

sendiri atas prestasi yang diperolehnya; belajar secara mandiri; mencoba

memahami dan mengaplikasikan pelajaran di sekolah dalam kehidupan

sehari-hari; berinteraksi secara aktif bersama teman dan guru; belajar

menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap perbedaan; dan anak menjadi

lebih kreatif dalam pembelajaran.

2. Manfaat bagi guru, antara lain: mendapat kesempatan belajar cara mengajar

yang baru dalam melakukukan pembelajaran bagi peserta didik yang

11

Page 12: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

memiliki latar belakang dan kondisi yang beragam; mampu mengatasi

tantangan; mampu mengembangkan sikap yang positif terhadap anggota

masyarakat, anak dan situasi yang beragam; memiliki peluang untuk

menggali gagasan-gagasan baru melalui komunikasi dengan orang lain di

dalam dan di luar sekolah; mampu mengaplikasikan gagasan baru dan

mendorong peserta didik lebih proaktif, kreatif, dan kritis; memiliki

keterbukaan terhadap masukan dari orangtua dan anak untuk memperoleh

hasil yang positif.

3. Manfaat bagi orangtua, antara lain: orangtua dapat belajar lebih banyak

tentang bagaimana anaknya dididik; mereka secara pribadi terlibat dan

merasa lebih penting untuk membantu anak belajar. Ketika guru bertanya

pendapat mereka tentang anak; orangtua merasa dihargai dan menganggap

dirinya sebagai mitra setara dalam memberikan kesempatan belajar yang

berkualitas untuk anak; orangtua juga dapat belajar bagaimana cara

membimbing anaknya di rumah dengan lebih baik, yaitu dengan menerapkan

teknik yang digunakan guru di sekolah.

4. Manfaat bagi masyarakat, antara lain: masyarakat lebih merasa bangga ketika

lebih banyak anak bersekolah dan mengikuti pembelajaran; masyarakat

menemukan lebih banyak "calon pemimpin masa depan" yang disiapkan

untuk berpartisipasi aktif di masyarakat. Masyarakat melihat bahwa potensi

masalah sosial, seperti: kenakalan dan masalah remaja bisa dikurangi; dan

masyarakat menjadi lebih terlibat di sekolah dalam rangkah menciptakan

hubungan yang lebih baik antara sekolah dan masyarakat.

12

Page 13: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

BAB III

KESIMPULAN

1. Semua anak memiliki hak untuk belajar, tanpa memandang perbedaan fisik,

intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya, seperti yang ditetapkan

dalam Konvensi Hak Anak yang telah ditandatangani semua pemerintah di

dunia.

2. Jenis anak berkebutuhan khusus yang terdapat di SMP Laboratorium UM

adalah tuna rungu, Down Syndrome dan autis.

3. Hambatan yang terdapat di sekolah regular yang menerapkan pendidikan

inklusif adalah sekolah inklusi belum bisa menyediakan sarana dan prasarana

secara optimal, kompetensi guru kelas dalam menangani ABK, sebagiaan

masyarakat malu mempunyai ABK serta masyarakat dan/anak-anak belum

bisa menerima kehadiran ABK.

4. Manfaat pendidikan inklusif bagi anak, yaitu: kepercayaan dirinya

berkembang, bangga pada diri sendiri atas prestasi yang diperolehnya, belajar

secara mandiri, mencoba memahami dan mengaplikasikan pelajaran di

sekolah dalam kehidupan sehari-hari, berinteraksi secara aktif bersama teman

dan guru, belajar menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap perbedaan,

dan anak menjadi lebih kreatif dalam pembelajaran.

5. Manfaat bagi orangtua anak berkebutuhan khusus, antara lain: orangtua dapat

belajar lebih banyak tentang bagaimana anaknya dididik, mereka secara

pribadi terlibat dan merasa lebih penting untuk membantu anak belajar,

orangtua juga dapat belajar bagaimana cara membimbing anaknya di rumah

dengan lebih baik, yaitu dengan menerapkan teknik yang digunakan guru di

sekolah.

13

Page 14: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

DAFTAR PUSTAKA

Bosker, R. J. and Guldemond, H.Interdepending of Performance Indicators

an Empirical Study in a Catarogical School Systems. New York :Academic

Press, Inc., 1991.

Budiyanto. Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta:

Depdiknas, 2005.

Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting

Pendidikan Inklusi. Bandung: Refika Adiatma, 2006.

Direktorat PLB Dirjendikdasmen Depdiknas. Pedoman Penyelenggaraan

Pendidikan Terpadu/Inklusi: Mengenal Pendidikan Terpadu . vol. 1.Jakarta:

Depdiknas, 2004.

Smith, D. (2006). Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung : Penerbit

Nuansa.

Tarsidi, D. (2008). Pendidikan Inklusif : Landasan. (online) ( http://d

tarsidi.blogspot.com/2008/06/pendidikan-inklusif-landasan.html) diakses

08 Desember 2014.

14

Page 15: MAKALAH PENELITIAN SEKOLAH INKUIRI

15