Makalah PBL - Intoleransi Laktosa
description
Transcript of Makalah PBL - Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa
Giovanni Reynaldo
10.2011.139
Kelompok F2
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6
Email: [email protected]
Pendahuluan
Konsumsi air susu bagi bayi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan proses
pencernaan bayi yang belum sempurna dan hanya bisa mencerna susu, makanan yang sangat
utama bagi bayi adalah air susu ibu karena memiliki banyak nutrisi dan zat pembentuk kekebalan
tubuh yang penting untuk pertumbuhan bayi, namun dalam kenyataan nya banyak bayi yang
tidak mendapatkan air susu ibu sampai waktu yang tepat dan langsung digantikan dengan susu
formula sehingga proses pencernaan bayi yang belum sempurna dapat mengakibatkan gangguan
berupa diare dan dapat berkomplikasi ke dehidrasi, namun ada juga gangguan lain yang disebut
intoleransi laktosa dimana di dalam pencernaan bayi tidak terdapat enzim laktase untuk
mengubah susu yang kaya laktosa , sehingga terjadilah diare. Intoleransi laktosa cukup banyak
diderita tidak hanya bayi, namun juga orang dewasa . Diduga intoleransi laktosa merupakan
suatu kelainan genetik dimana tidak ada nya enzim laktase yang dibentuk. Intoleransi laktosa ini
juga kadang disebut dengan hipolaktasia . Pada skenario PBL yang didapatkan kali ini adalah
kasus seorang bayi berusia 7 bulan yang mengalami diare karena mengkonsumsi susu formula
dan mendapatkan masalah berupa sulitnya kenaikan berat badan.
Anamnesis
Anamnesis penting dalam menegakkan diagnosis etiologi.
1. Nama dan identitas pasien
2. Waktu dan frekuensi diare, kapan timbulnya, kontinyu/intermiten
3. Bentuk tinja, adakah darah (bercampur atau menetes belakangan)
4. Keluhan lain yang menyertai diare seperti
a. Nyeri abdomen: merupakan kelainan yang tidak khas, dapat terjadi pada kelainan organic
maupun fungsional. Pada diare karena penyakit organic, lokasi nyeri menetap sedangkan
pada diare fungsional nyeri dapat berubah-ubah tempat. Penyebab nyeri organik antara
lain penyakit usus inflamasi (IBD), iskemia mesenterika. Penyebab nyeri fungsional
antara lain sindrom usus irritable (IBS). Nyeri abdomen yang disebabkan kelainan usus
halus berlokasi disekitar pusat dan kolik/nyeri yang disebabkan kelainan usus besar dapat
terletak di suprapubik, kanan atau kiri bawah. Nyeri terus-menerus menandakan ulserasi
yang berat pada usus atau adanya komplikasi abses. Penekanan serta infiltrasi ke saraf
pada keganasan dapat juga menimbulkan nyeri terus menerus.
b. Demam: sering menyertai infeksi atau keganasan
c. Mual dan muntah: dapat menunjukan infeksi
d. Penurunan berat badan disertai riwayat dehidrasi atau hipokalemi menunjukkan adanya
penyakit organic (terutama bila penurunan berat badan lebih dari 5 kg)
e. Mengedan waktu defekasi: lebih banyak pada diare fungsional
5. Obat: banyak obat yang dapat menimbulkan diare, misalnya: laksans, antibiotika (neomisin,
dll.), antikanker, anti depresan, anti hipertensi, anti konvulsan, obat saluran cerna (antasida
Mg2+), dsb. Diare karena laksans dikenal sebagai diare factitious.
6. Makanan/minuman pencetus diare.1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan abdomen, perianal, dan tanda-tanda dehidrasi.
2
Pemeriksaan Penunjang
Untuk intoleransi laktosa pemeriksaan penunjang jarang dilakukan karena biasanya
cukup hanya dengan anamnesis dan mengetahui pola diare yang terjadi ,umumnya setelah
mengkonsumsi susu dengan laktosa.
Working Diagnosis
Intoleransi laktosa merupakan suatu penyakit dimana tidak terdapat enzim laktase di
dalam saluran cerna untuk mengubah laktosa yang masuk ke dalam saluran cerna melalui
konsumsi susu, menjadi bentuk glukosa dan galaktosa yang siap untuk diserap oleh tubuh.2
Etiologi
Intoleransi laktosa paling tidak merujuk pada tiga hal berbeda yang melibatkan defisiensi
enzim laktase yang diperlukan untuk hidrolisis atau pencernaan laktosa dalam usus kecil; laktosa
dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Defisiensi laktase kongenital terjadi sesaat setelah
lahir setelah itu bayi baru lahir mengkonsumsi susu yang mengandung laktosa(ASI atau susu
formula komersial). Kesalahan metabolisme sejak lahir ini yang bisa berupa tidak adanya laktase
sama sekali atau jumlah laktase yang sedikit, sangat jarang , dan memerlukan diet bebas laktosa
atau sangat rendah laktosa seumur hidup.2
Intoleransi laktosa dapat bersifat primer atau sekunder. Intoleransi laktosa primer dapat
merupakan akibat dari atalaksia kongenital dan intoleransi laktosa kongenital, kasusnya jarang;
intoleransi laktosa onset lambat paling sering terjadi pada ras non-kaukasia, biasanya
berhubungan dengan toleransi laktosa rendah, sekitar 10 gram per hari. Intoleransi laktosa
sekunder biasanya merupakan kelainan yang bersifat sementara sebagai kelanjutan dari diare
akut, atau berhubungan dengan intoleransi protein susu sapi, sindrom usus pendek dan penyakit
seliak.2
Defisiensi laktase awitan lambat yang terkadang di istilahkan dengan defisiensi laktase
primer, merupakan tipe intoleransi laktosa yang paling sering dan dimanifestasikan biasanya
pada usia sekitar 3 sampai 7 tahun, meskipun waktu awitannya bervariasi.3
3
Defisiensi laktase sekunder dapat merupakan akibat sekunder dari kerusakan lumen usus,
yang mengurangi atau menghancurkan enzim laktase. Fibrosis kistik, sariawan kwashiokor atau
infeksi seperti giardisis HIV, atau rotavirus dapat menyebabkan intoleransi laktosa temporer atau
permanen.3
Gejala primer intoleransi laktosa meliputi nyeri abdomen, kembung, flatulen dan diare.
Awitan gejala terjadi dalam 30 menit sampai beberapa jam setelah konsumsi laktosa.3
Intoleransi laktosa dapat terdiagnosis berdasarkan riwayat dan perbaikan dengan diet
rendah laktosa . Uji hidrogen pernapasan digunakan untuk mendiagnosis kondisi secara positif.
Sampel napas individu yang mengalami defisiensi laktase akan menghasilkan persentase
hidrogen yang lebih tinggi (20 ppm atau lebih diatas nilai normal).3
Epidemiologi
Kelompok etnik dengan insidensi defisiensi laktase yang tinggi adalah asia, eropa
selatan, arab , israel dan masyarakat kulit hitam.3
Gejala klinis
Gejala klinis yang ditemukan pada intoleransi laktosa umumnya hanya diare, dan pada
kasus yang berat dengan diare terus menerus ditemukan adanya dehidrasi dari yang ringan
sampai berat. Dengan pembagian diare melalui berbagai tingkatan stadium.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan intoleransi laktosa adalah penghilangan produk susu yang merugikan
atau penggunaan pengganti enzim. Pada bayi, formula dengan dasar kedelai dapat menggantikan
formula susu sapi atau ASI (american academy of pediatrics, 1998b) . Sebagian besar orang
mampu mentoleransi sedikit dari laktosa. Susu yang diminum saat makan lebih ditoleransi
dengan lebih baik dari yang diminum sendiri. Susu yang telah diolah ( dengan laktase yang
dihasilkan oleh mikroba) dilaporkan efektif dalam memperbaiki absorpsi laktosa. Karena produk
susu merupakan sumber utama kalsium dan vitamin D, suplementasi nutrien ini diperlukan untuk
mencegah defisiensi. Yogurt mengandung enzim laktase inaktif yang akan diaktivasi oleh suhu
4
dan pH duodenum, aktivitas laktase ini mengganti kekurangan laktase endogen, yogurt segar
ditoleransi lebih baik dari yogurt beku.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat dialami dari gangguan intoleransi laktosa berupa dehirasi
dikarenakan terjadi diare yang terus menerus tanpa penanggulangan atau pemberian cairan yang
tepat, dehidrasi pada bayi dapat menjadi kasus yang sangat serius. Pembagian derajat dehidrasi
adalah sebagai berikut:4
1. Tanpa dehidrasi : defisit cairan <5%
2. Dehidrasi ringan : defisit cairan 5-6%
3. Dehidrasi sedang : defisit cairan 6-10%
4. Dehidrasi berat : defisit cairan >10%
Pembagian derajat dehidrasi tersebut merupakan defisit cairan dari total cairan tubuh,
selain itu gangguan dehidrasi juga dapat dilihat melalui keadaan dan tingkah laku anak, rasa haus
, serta dapat dilakukan cubit kulit ( turgor kulit) . Pada anak gemuk , turgor kulit yang berkurang
tidak akan terlihat , karena lapisan lemak yang tebal dibawah kulit. Pada anak marasmus turgor
kulit terlihat sangat kurang walaupun tidak ada dehidrasi. Pada anak dibawah 1 tahun juga dapat
dilihat ubun-ubun cekung sebagai tanda dehidrasi, Tangan/kaki dingin , basah dan sianosis.
Kelainan lain berupa nadi cepat, lemah dan disertai napas cepat sebagai kompensasi tubuh untuk
mengeluarkan H+ dapat terjadi.4
Akibat lain dari diare yang diakibatkan dari intoleransi laktosa adalah:
1. Asidosis metabolik
Pengeluaran bikarbonat terus menerus dari diare mengakibatkan peningkatan kadar H+
sehingga pH darah menjadi turun. Dan tubuh mengkompensasi dengan cara melakukan
pernapasan kusmaull.4,5
2. Hipokalemia
Sering terjadi pada diare berat yang mengakibatkan keluarnya ion K terlalu banyak, ion K
berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot. Gejala dari hipokalemia adalah lemah otot,
aritmia , ileus paralitik.4
5
3. Hipoglikemi
Timbul terutama pada gizi buruk/kurang , karena cadangan glikogen kurang dan
gangguan absorpsi glukosa . Dapat diterapi dengan pemberian larutan glukosa 20% iv –
2,5cc/kgBB.4
4. Gangguan gizi
Pengeluaran cairan dari diare yang tidak diimbangin dengan konsumsi makanan dan gizi
yang adekuat akan mengakibatkan gangguan gizi, anak yang mengalami gangguan gizi
akan cenderung sering mengalami diare karena kerusakan dari vili usus, sehingga makin
sering diare dan berujung pada kematian.4
5. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi akibat syok hipovolemik dapat dilihat dengan gejala: 4
Ekstremitas dingin
Kesadaran menurun
Nadi kecil / sulit teraba dan cepat
Tekanan darah turun
Kulit lembab , berkeringat dingin , pucat, sianosis
6. Kejang
Disebabkan oleh hipoglikemi, hiperpireksia , hiper/hiponatremi, penyakit lain berupa
meningitis dan epilepsi.4
Differential Diagnosis
Diare yang terjadi dapat merupakan keracunan makanan atau food poisoning yang
diakibatkan oleh berbagai faktor , Kasus terbesar penyebab keracunan makanan dan minum
terjadi karena:5
1. Enterotoksin staphylococcus aureus
2. Bacillus cereus
3. Neurotoksin clostridium botullinum
4. Clostridium perfringens
5. Bakteri enterotoksigenic E. Coli ( ETEC)
6
6. Campilobacter
7. Salmonella sp.
8. Pseudomonas cocovenans
Prognosis
Prognosis untuk intoleransi laktosa umumnya baik jika ditangani dengan tepat untuk
mencegah diare yang terus menerus dan tidak terjadi dehidrasi yang dapat menyebabkan
kematian.
Pencegahan
Pencegahan untuk intoleransi laktosa adalah dengan mengkonsumsi makanan bebas
laktosa atau rendah laktosa seperti susu kedelai dan susu laktose free.4
Pencegahan jika diare disebabkan oleh keracunan makanan dapat berupa:5,6
1. Memanaskan makanan kaleng sebelum dikonsumsi
2. Memasak dan mengolah makanan dengan higienis
3. Menggunakan sarung tangan bagi pekerja food handler, koki, industri rumahan
4. Menjauhkan sumber reservoar dari tempat pengolahan makanan / penyimpanan makanan
5. Menyimpan makanan sesuai dengan suhu yang dianjurkan.
Kesimpulan
Individu dari skenario PBL kali ini terdiagnosa menderita intoleransi laktosa akibat susu
formula yang mengandung laktosa diberikan terlalu dini sehingga mengakibatkan terjadi nya
diare yang terus menerus, namun hal ini dapat dicegah dengan menghentikan pemberian susu
berlaktosa atau pemberian susu dengan kadar laktosa yang rendah seperti susu kedelai . Jika
terjadi diare pada anak tersebut dapat diberikan cairan yang cukup dan tidak lupa diberikan
nutrisi dan vitamin yang adekuat untuk mencegah kekurangan gizi akibat diare yang dapat
berakibat peningkatan intensitas diare lebih lagi.
7
Daftar Pustaka
1. Reksodiputro AH, Waspodo AS, Madjid A. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Edisi
ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.583-91.
2. Insley J . Vade mecum pediatri. Edisi ke-13. Jakarta:EGC; 2005.h.43.
3. Wong DL, Wilson D, Schwartz P . Buku ajar pediatrik. Jakarta:EGC;2009.h.448.
4. Eliastam M, Sternbach GL. Penuntun kedaruratan medis. Jakarta:EGC; 2003 .h.308.
5. Arisman. Buku ajar ilmu gizi: keracunan makanan.Jakarta:EGC;2009.h.207.
6. Adam S. Dasar-dasar mikrobiologi dan parasitologi.Jakarta:EGC;2003.h.10-2.
8