Makalah Patologi Agen Fisik

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia utamanya pada perilaku dan cara hidup individu dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Manusia dalam lingkup sosial memilki banyak masalah-masalah dalam hal kesehatan baik dalam Biologis, kimia, fisik, perilaku, social budaya, dan lain sebagainya. Bermacam-macam kegiatan manusia yang tanpa di sadarinya dapat membahayakan hidup mereka Sehingga masyarakat sangat rentan terkena penyakit yang menyebabkan sakit,dan itu semua di sebabkan karena tidak adanya kesadaran dari manusia itu sendiri, karena mereka tidak begitu mempedulikan kesehatan mereka yang bisa mengakibatkan fatal dengan alasan penyakit yang akan di timbulkan baru akan muncul dalam jangka waktu yang lama. Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan 1 | Page

description

Penyakit yang disebabkan oleh Agen Fisik

Transcript of Makalah Patologi Agen Fisik

Page 1: Makalah Patologi Agen Fisik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh

negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia

utamanya pada perilaku dan cara hidup individu dapat merupakan penyebab

bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat

yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya.

Manusia dalam lingkup sosial memilki banyak masalah-masalah

dalam hal kesehatan baik dalam Biologis, kimia, fisik, perilaku, social

budaya, dan lain sebagainya. Bermacam-macam kegiatan manusia yang tanpa

di sadarinya dapat membahayakan hidup mereka Sehingga masyarakat sangat

rentan terkena penyakit yang menyebabkan sakit,dan itu semua di sebabkan

karena tidak adanya kesadaran dari manusia itu sendiri, karena mereka tidak

begitu mempedulikan kesehatan mereka yang bisa mengakibatkan fatal

dengan alasan penyakit yang akan di timbulkan baru akan muncul  dalam

jangka waktu yang lama.

Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara

daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan

yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Namun secara garis

besarnya dalam mindset masyarakat ada 2 konsep penyebab sakit, yaitu:

Naturalistik dan Personalistik.

Setiap masyarakat memiliki pola adat istadat, latar belakang

pendidikan, dan lapisan-lapisan atau kelas-kelas sosial yang berpengaruh

terhadap penentuan penyakit.

Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang penyakit

dan Agent penyakitnya karena banyak masyarakat yang pengetahuannya

tentang kesehatan masih kurang dan juga pendidikannya terbatas.

1 | P a g e

Page 2: Makalah Patologi Agen Fisik

1.2 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Agen Fisik

2. Untuk mengetahui Macam-Macam Agen Fisik

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan agen fisik?

2. Apakah macam-macam penyakit akibat agen fisik?

2 | P a g e

Page 3: Makalah Patologi Agen Fisik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agen Fisik

Agent fisik adalah agent tidak hidup bersifat fisik yang dapat

menyebabkan penyakit. Agent fisik terdiri dari suhu, kelembaban, kebisingan,

radiasi, tekanan, panas, dan trauma mekanik (pukulan, tabrakan).

2.2 Macam-Macam Agen Fisik

2.2.1 Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin

suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah

thermometer. Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan

keadaan normal dengan suatu system tubuh yang sempurna sehingga

dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di

luar tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan dirinya

dengan temperature luar adalah jika perubahan temperature luar tubuh

tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk

kondisi dingin dari keadaan normal tubuh.

Keseimbangan panas suhu tubuh manusia selalu dipertahankan

hampir konstan/menetap oleh suatu pengaturan suhu pada tubuh

manusia. Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan antara panas

yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan

pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. Dalam hal ini

darah sangat berperan dalam membawa panas dari tubuh dalam ke kulit

sehingga panas dihamburkan kesekitarnya.

Adapun suhu tubuh dihasilkan dari :

1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel

tubuh.

2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot

(termasuk kontraksi otot akibat menggigil).

3 | P a g e

Page 4: Makalah Patologi Agen Fisik

3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan

sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth

hormone dan testosteron).

4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine,

dan rangsangan simpatis pada sel.

5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di

dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.

Suhu tubuh manusia diatur oleh system thermostat di dalam otak

yang membantu suhu tubuh yang konstan antara 36.5˚C dan 37.5˚C.

Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam sehari. Seperti

ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita

sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil

dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang

berbeda. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal

sekitar 37 ˚C, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36.5 ˚C sedang di

rectum (anus) sekitar 37.5 ˚C.

Gangguan kesehatan akibat suhu tubuh:

1. Demam

Demam dapat terjadi karena mekanisme pengeluaran panas

tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran

kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu

tubuh abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada

suhu di bawah 39°C. Davis dan Lentz (1989) merekomendasikan

untuk menentukan demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu

dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu

normal orang tersebut pada waktu yang sama, di samping terhadap

tanda vital dan gejala infeksi.

Patogenesis

Pirogen eksogen biasanya merangsang demam dalam 2 jam

setelah terpapar. Umumnya pirogen berinteraksi dengan sel fagosit,

makrofag atau monosit untuk merangsang sintesis interleukin-1 (IL-

4 | P a g e

Page 5: Makalah Patologi Agen Fisik

I). mkanisme lain yang mungkin berperan sebagai pirogen eksogen

misalnya endotoksin yang bekerja langsung pada hipotalamus untuk

mengubah dan mengatur suhu. Radiasi, racun DTT dan racun

kalajengking dapat pula menghasilkan demam dengan efek langsung

terhadap hipotalamus. Beberapa bakteri memproduksi eksotoksin

yang akan merangsang secara langsung makrofag dan monosit untuk

melepas IL-1. Mekanisme ini dijumpai pada scarlet fever dan toxin

shock syndrome. Pirogen eksogen dapat berasal dari mikroba dan

non mikroba (Mazida, 2011).

2. Hipertermia

Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk  meningkatkan pengeluaran panas atau

menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau

trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme

pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan

tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang

yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.

Patogenesis

 Castillo, et al (1998) melaporkan bahwa hipertermia, 58%

disebabkan oleh infeksi, 42% disebabkan oleh nekrosis jaringan atau

oleh perubahan mekanisme termoregulasi yang terjadi jika lesi

mengenai daerah anterior hipotalamus. Terjadinya demam

disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang

sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang

dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi

imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Benneth, et al,

1996; Gelfand, et al, 1998). Pirogen eksogen ini juga dapat karena

obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone. Pirogen eksogen

bekerja pada fagosit untuk menghasilkan IL-1, suatu polipetida yang

juga dikenal sebagai pirogen endogen. IL-1 mempunyai efek luas

dalam tubuh.

5 | P a g e

Page 6: Makalah Patologi Agen Fisik

 Zat ini memasuki otak dan bekerja langsung pada area

preoptika hipotalamus. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang

pelepasan asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan

sintesis PGE-2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia/

demam (Lukmanto, 1990; Gelfand, et al, 1998). Secara skematis

mekanisme terjadinya demam dapat digambarkan sebagai berikut :

(Gelfand, et al, 1998). Penyebab demam selain infeksi ialah keadaan

toksemia, adanya keganasan atau akibat reaksi pemakaian obat

sedangkan gangguan pada pusat regulasi suhu sentral dapat

menyebabkan peninggian temperature seperti yang terjadi pada heat

stroke, ensefalitis, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral

lainnya. Pada perdarahan internal saat terjadinya reabsorbsi darah

dapat pula menyebabkan peninggian temperatur ( Andreoli, et al,

1993 ).

Reaksi tubuh terhadap stress pada keadaan injury akan

menimbulkan peningkatan metabolic, hemodinamik dan hormonal

respons (Lukmanto, 1990). Peningkatan pengeluaran hormon

katabolik (stress hormon) yang dimaksud adalah katekolamin,

glukagon dan kortisol.

Ketiga hormone ini bekerja secara sinergistik dalam proses

glukoneogenesis dalam hati terutama berasal dari asam amino yang

pada akhirnya menaikkan kadar glukosa darah (hiperglikemia).

Faktor lain yang menambah pengeluaran hormon katabolik

utamanya katekolamin ialah dilepaskannya pirogen dapat merubah

respon hiperkatabolisme dan juga merangsang timbulnya panas

(Lukmanto, 1990; Ginsberg, 1998).

3. Hipotermia

Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap

dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,

mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan  melalui

pengukuran suhu inti:

6 | P a g e

Page 7: Makalah Patologi Agen Fisik

Ringan: 33°C-36°C

Sedang: 30°C-33°C

Berat: 27°C-30°C

Sangat berat: <30°C

Patogenesis

Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen

menyampaikan pada sentral pengatur panas di  hipothalamus. Saraf

yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu

pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi

gliserol dan asam lemak. Blood gliserol  level meningkat, tetapi

asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas.

Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke

beberapa bagian tubuh melalui aliran darah (Ema Susanti, 2013).

Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen

tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk

menjaga tubuh tetap hangat. Methabolicther mogenesis yang efektif

memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari

brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan

fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat

antara lain depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis,

disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG

yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan

halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan

autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli

yang hilang, dan penurunan yang progressif dari aktivitas EEG (Ema

Susanti, 2013).

Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi

yang progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout

put, dan tekanan darah. Selanjutnya,peningkatan aritmia atrium dan

ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan

tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout put

7 | P a g e

Page 8: Makalah Patologi Agen Fisik

disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea,

bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang

menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen

yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem

endokrin, dapat terjadi cold diuresis, peningkatan katekolamin,

steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah

ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya

aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat,

poikilotermia, dan penurunan (Ema Susanti, 2013).

Menurut Ema Susanti (2013), akibat-akibat yang ditimbulkan

oleh hipotermi yaitu:

1. Hipoglikemi asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer

dengan metabolisme anaerob.

2. Kebutuhan oksigen yang meningkat.

3. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

4. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan

pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

5. Shock.

6. Apnea.

7. Perdarahan intra ventricular.

Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh

beku, pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke

telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin

korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.

Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh

tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia),

koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia

berat bila suhu tubuh <320°C. Untuk mengukur suhu tubuh pada

hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading

termometer) sampai 250°C. Di samping sebagai suatu gejala,

8 | P a g e

Page 9: Makalah Patologi Agen Fisik

hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan

kematian (Ema Susanti, 2013).

4. Heat Cramps

Heat cramps, adalah kondisi mengancam jiwa dimana suhu

tubuh mencapai lebih dari 400C atau lebih. Heat stroke dapat

disebabkan karena kenaikan suhu lingkungan , atau aktivitas yang

dapat meningkatkan suhu tubuh. Dengan tanda dan gejala sebagai

berikut :

Tidak berkeringat. Jika head stroke disebabkan oleh suhu

lingkungan yang sangat panas, maka kulit cenderung terasa

panas dan kering

Kemerahan pada kulit

Gejala saraf lain, misalnya kejang, tidak sadar, halusinasi

5. Heat Exhaustion

Heat exhaustion adalah kelelahan karena panas, yakni suatu

keadaan yang terjadi akibat terkena panas selama berjam-jam,

dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan

kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Dengan tanda

dan gejala sebagai berikut :

Kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena

keringat.

Kulit menjadi dingin, pucat, dan lembab,

Penderita menjadi linglung / bingung hingga terkadang

pingsan.

6. Heat Stroke

Heat stroke adalah suatu keadaan yang bias berakibat fatal,

yang terjadi akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat lama,

dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup

untuk menurunkan suhu tubu[hnya. Jika tidak segera diobati, bias

menyebabkan kerusakan yang permanent atau kematian. Dengan

tanda dan gejala sebagai berikut :

9 | P a g e

Page 10: Makalah Patologi Agen Fisik

Sakit kepala, perasaan berputas (vertigo).

Denyut jantung meningkat dan bias mencapai 160-180

kali/menit (normal 60-100 kali/menit).

Suhu tubuh meningkat sampai 400-410C, menyebabkan

perasaan seperti terbakar.

2.2.2 Kelembaban

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam

udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air

dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam

udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan

maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air

sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan

mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara

jenuh.

Penyakit karena kelembaban kebanyakan adalah yang

disebabkan jamur, karena kelembaban pada pakaian yang tidak bisa

dikeringkan dengan baik, menyebabkan jamur kulit seperti di

selangkangan, sela jari kaki, lipat payudara.

2.2.3 Kebisingan

Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak

dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan. Jenis-jenis kebisingan

yang sering ditemukan meliputi:

1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady

state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur

pijar dan lain-lain.

2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-

lain.

3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara

kapal terbang di lapangan udara.

10 | P a g e

Page 11: Makalah Patologi Agen Fisik

4. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan

palu, tembakan bedil, atau meriam, ledakan.

5. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan

Keputusan Menteri Lingkunagan Hidup dalam (SK Menteri

Negara Lingkungan Hidup nomor KEP.48/MENLH/11/1996)

menyebutkan nilai baku timgkat Kebisingan untuk kawasan/lingkungan

kegiatan yaitu:

Nilai Baku Tingkat Kebisingan UntukKawasan/Lingkungan Kegiatan

Peruntukan Kawasan/lingkungan kegiatan

Tingkat kebisingan (dB)

A.    Peruntukan Kawasan1.      Perumahan/pemukiman 552.      Perdagangan/jasa 703.      Perkantoran 654.      Taman (Ruang Terbuka Hijau) 505.      Industri 706.      Kantor Pemerintahan 607.      Tempat Rekreasi 708.      Khusus:a.       Bandar Udara 70b.      Pelabuhan Laut 70c.       Stasiun Kereta api 70d.      Cagar Budaya 60B.     Lingkungan Kegiatan1.      Rumah Sakit dan Sejenisnya 552.      Sekolah Dan Sejenisnya 553.      Tempat Ibadah dan Sejenisnya 55

Pengaruh kebisingan terhadap kemungkinan timbulnya

gangguan terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor

yaitu intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, lamanya seorang

berada ditempat bising, sifat bising, umur dan kepekaan seseorang

terhadap paparan bising. Intensitas kebisingan yang melebihi ambang

batas akan menyebabkan penurunan yang serius pada kondisi kesehatan

seseorang khususnya gangguan pendengaran, dan bila berlangsung lama

11 | P a g e

Page 12: Makalah Patologi Agen Fisik

akan menyebabkan kehilangan pendengaran sementara, yang lambat

laun dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

Intensitas kebisingan yang tinggi dan melebihi NAB mempunyai

efek yang merugikan kepada daya kerja meliputi:

1. Gangguan komunikasi

Kebisingan dapat menggangu percakapan sehingga akan

mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung (tatap

muka/via telepon). Risiko potensial kepada pendengaran terjadi

apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak.

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan

bahkan mungkin terjadi kelelahan, terutama pada peristiwa

penggunaan tenaga baru.

2. Gangguan Tidur

Kualitas tidur seseorang dapat dibagi menjadi beberapa tahap

mulai dari tahap terjaga sampai tidur lelap. Kebisingan bisa

menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap tidur,

gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

motivasi bangun, kenyaringan, lama kebisingan, fluktuasi kebisingan

dan umur manusia.

3. Gangguan Psikologis

Kebisingan bisa menimbulkan gangguan psikologis seperti

kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Tergantung pada intensitas,

frekuensi, perioda, saat dan lama kejadian, kompleksitas

spektrum/kegaduhan dan ketidakteraturan kebisingan.

4. Gangguan Produktifitas Kerja

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan

yang sedang dilakukan seseorang melalui gangguan psikologis dan

gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktifitas kerja.

5. Gangguan Mental Emosional

Gangguan ini berupa terganggunya kenyamanan hidup,

mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung.

12 | P a g e

Page 13: Makalah Patologi Agen Fisik

6. Gangguan Kesehatan

Kebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia

apabila manusia terpapar suara keras dalam suatu periode yang lama

dan terus menerus.

7. Gangguan Fisiologi

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap sistim

jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yaitu

diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi

detak jantung dan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan

kardiovaskuler.

2.2.4 Radiasi

Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana

energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap

oleh benda lain.

1. Radiasi ionisasi

Beberapa jenis radiasi memiliki energi yang cukup untuk

mengionisasi partikel. Secara umum, hal ini melibatkan sebuah

elektron yang 'terlempar' dari cangkang atom elektron, yang akan

memberikan muatan (positif). Hal ini sering mengganggu dalam

sistem biologi, dan dapat menyebabkan mutasi dan kanker.

Jenis radiasi umumnya terjadi di limbah radioaktif peluruhan

radioaktif dan sampah. Tiga jenis utama radiasi ditemukan oleh

Ernest Rutherford, Alfa, Beta, dan sinar gamma. radiasi tersebut

ditemukan melalui percobaan sederhana, Rutherford menggunakan

sumber radioaktif dan menemukan bahwa sinar menghasilkan

memukul tiga daerah yang berbeda. Salah satu dari mereka menjadi

positif, salah satu dari mereka bersikap netral, dan salah satu dari

mereka yang negatif. Dengan data ini, Rutherford menyimpulkan

radiasi yang terdiri dari tiga sinar. Beliau memberi nama yang

diambil dari tiga huruf pertama dari abjad Yunani yaitu alfa, beta,

dan gamma.

13 | P a g e

Page 14: Makalah Patologi Agen Fisik

a. Radiasi alpha (α)

Peluruhan Alpha adalah jenis peluruhan radioaktif di mana inti

atom memancarkan partikel alpha, dan dengan demikian

mengubah (atau 'meluruh') menjadi atom dengan nomor massa 4

kurang dan nomor atom 2 kurang. Namun, karena massa partikel

yang tinggi sehingga memiliki sedikit energi dan jarak yang

rendah, partikel alfa dapat dihentikan dengan selembar kertas

(atau kulit).

b. Radiasi beta (β)

Peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel

beta (elektron atau positron) dipancarkan. Radiasi beta-minus

(β⁻) terdiri dari sebuah elektron yang penuh energi. radiasi ini

kurang terionisasi daripada alfa, tetapi lebih daripada sinar

gamma. Elektron seringkali dapat dihentikan dengan beberapa

sentimeter logam. radiasi ini terjadi ketika peluruhan neutron

menjadi proton dalam nukleus, melepaskan partikel beta dan

sebuah antineutrino.

Radiasi beta plus (β+) adalah emisi positron.

Jadi, tidak seperti β⁻, peluruhan β+ tidak dapat terjadi dalam

isolasi, karena memerlukan energi, massa neutron lebih besar

daripada massa proton. peluruhan β+ hanya dapat terjadi di dalam

nukleus ketika nilai energi yang mengikat dari nukleus induk

lebih kecil dari nukleus. Perbedaan antara energi ini masuk ke

dalam reaksi konversi proton menjadi neutron, positron dan

antineutrino, dan ke energi kinetik dari partikel-partikel

c. Radiasi gamma (γ)

Radiasi gamma atau sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi

dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas

atau proses nuklir atau subatomik lainnya seperti penghancuran

elektron-positron. Radiasi gamma terdiri dari foton dengan

frekuensi lebih besar dari 1019 Hz. Radiasi gamma bukan

14 | P a g e

Page 15: Makalah Patologi Agen Fisik

elektron atau neutron sehingga tidak dapat dihentikan hanya

dengan kertas atau udara, penyerapan sinar gamma lebih efektif

pada materi dengan nomor atom dan kepadatan yang tinggi. Bila

sinar gamma bergerak melewati sebuah materi maka penyerapan

radiasi gamma proporsional sesuai dengan ketebalan permukaan

materi tersebut.

2. Radiasi non-ionisasi

Radiasi non-ionisasi, sebaliknya, mengacu pada jenis radiasi

yang tidak membawa energi yang cukup per foton untuk

mengionisasi atom atau molekul. Ini terutama mengacu pada bentuk

energi yang lebih rendah dari radiasi elektromagnetik (yaitu,

gelombang radio, gelombang mikro, radiasi terahertz, cahaya

inframerah, dan cahaya yang tampak). Dampak dari bentuk radiasi

pada jaringan hidup hanya baru-baru ini telah dipelajari. Alih-alih

membentuk ion berenergi ketika melewati materi, radiasi

elektromagnetik memiliki energi yang cukup hanya untuk mengubah

rotasi, getaran atau elektronik konfigurasi valensi molekul dan atom.

Namun demikian, efek biologis yang berbeda diamati untuk

berbagai jenis radiasi non-ionisasi.

1. Radiasi Neutron

Radiasi Neutron adalah jenis radiasi non-ion yang terdiri dari

neutron bebas. Neutron ini bisa mengeluarkan selama baik

spontan atau induksi fisi nuklir, proses fusi nuklir, atau dari reaksi

nuklir lainnya. Ia tidak mengionisasi atom dengan cara yang sama

bahwa partikel bermuatan seperti proton dan elektron tidak

(menarik elektron), karena neutron tidak memiliki muatan.

Namun, neutron mudah bereaksi dengan inti atom dari berbagai

elemen, membuat isotop yang tidak stabil dan karena itu

mendorong radioaktivitas dalam materi yang sebelumnya non-

radioaktif. Proses ini dikenal sebagai aktivasi neutron.

2. Radiasi elektromagnetik

15 | P a g e

Page 16: Makalah Patologi Agen Fisik

Radiasi elektromagnetik mengambil bentuk gelombang yang

menyebar dalam udara kosong atau dalam materi. Radiasi EM

memiliki komponen medan listrik dan magnetik yang berosilasi

pada fase saling tegak lurus dan ke arah propagasi energi. Radiasi

elektromagnetik diklasifikasikan ke dalam jenis menurut

frekuensi gelombang, jenis ini termasuk (dalam rangka

peningkatan frekuensi): gelombang radio, gelombang mikro,

radiasi terahertz, radiasi inframerah, cahaya yang terlihat, radiasi

ultraviolet, sinar-X dan sinar gamma. Dari jumlah tersebut,

gelombang radio memiliki panjang gelombang terpanjang dan

sinar gamma memiliki terpendek. Sebuah jendela kecil frekuensi,

yang disebut spektrum yang dapat dilihat atau cahaya, yang

dilihat dengan mata berbagai organisme, dengan variasi batas

spektrum sempit ini. EM radiasi membawa energi dan

momentum, yang dapat disampaikan ketika berinteraksi dengan

materi.

3. Cahaya

Cahaya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang

yang terlihat oleh mata manusia (sekitar 400-700 nm), atau

sampai 380-750 nm. Lebih luas lagi, fisikawan menganggap

cahaya sebagai radiasi elektromagnetik dari semua panjang

gelombang, baik yang terlihat maupun tidak.

4. Radiasi termal

Radiasi termal adalah proses dimana permukaan benda

memancarkan energi panas dalam bentuk gelombang

elektromagnetik. radiasi infra merah dari radiator rumah tangga

biasa atau pemanas listrik adalah contoh radiasi termal, seperti

panas dan cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah bola lampu pijar

bercahaya. Radiasi termal dihasilkan ketika panas dari pergerakan

partikel bermuatan dalam atom diubah menjadi radiasi

elektromagnetik. Gelombang frekuensi yang dipancarkan dari

16 | P a g e

Page 17: Makalah Patologi Agen Fisik

radiasi termal adalah distribusi probabilitas tergantung hanya

pada suhu, dan untuk benda hitam asli yang diberikan oleh hukum

radiasi Planck. hukum Wien memberikan frekuensi paling

mungkin dari radiasi yang dipancarkan, dan hukum Stefan-

Boltzmann memberikan intensitas panas.

Beberapa penyakit akibat radiasi:

1. Radiodermatitis

Radiodermatitis adalah peradangan kulit yang terjadi akibat

penyinaran local dengan dosis tinggi. Dimulai dengan tanda

kemerahan pada kulit yang terkena radiasi, kemudian diikuti oleh

masa tenang beberapa hari sampai 3 minggu baru kemudian muncul

gejala yang khas tergantung dari dosis yang diterima.

Patogenesis

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak

alergi adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel

(cell-mediated immune respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi

hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivit),

umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen.

Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,

terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada

kulitnya. Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan

kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan

protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan

diproses oleh makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya

dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah diproses

ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk

berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang

tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian

tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,

sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh

kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi

17 | P a g e

Page 18: Makalah Patologi Agen Fisik

sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata

berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi sensitisasi ini

dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen

(sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat

mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah

seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada

umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak

dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan

periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau

serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi,

umumnya berlangsung antara 24-48 jam (Djuanda A., 1993).

2. Katarak

Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis diatas 1,5

Gray (Gy), dengan masa tenang antara 5 – 10 tahun.

Patogenesis

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,

transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi

yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona

sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan yang

mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan

bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat

kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di

anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior

merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti

kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa

mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus

multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke sekitar

daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan

mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat

menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan

menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

18 | P a g e

Page 19: Makalah Patologi Agen Fisik

menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai

influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang

tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan

bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia

darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak

(Ilyas S, 2008).

3. Sterilitas (kemandulan)

Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar

kelamin. Efek berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan.

Sel sperma yang muda lebih peka dari pada sel tua. Aktivitas

pembentukan sperma dapat mulai menurun pada dosis beberapa senti

Gray (cGy).

4. Sindrom Radiasi Akut

Sindrom Radiasi Akut dapat terjadi setelah penyinaran

seluruh tubuh dengan dosis lebih dari 1 Gy yang diterima secara

sekaligus dengan laju dosis yang cukup tinggi oleh radiasi yang

berdaya tembus besar. Gejala diawali dengan gejala tidak khas

seperti mual dan muntah, demam, rasa lelah, sakit kepala serta diare,

kemudian diikuti masa tenang selama 2 sampai 3 minggu. Pada masa

ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka timbul nyeri

perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.

Patogenesis

Radiasi terserap ke organ dalam. Radiasi dari sinar X dan tindakan

medis seperti CT-scan terlalu rendah untuk menyebabkan seseorang

terkena sindrom radiasi akut. Seseorang dikatakan menderita

sindrom radiasi akut ketika dirinya terpapar radiasi selama beberapa

waktu. Bisa saja dalam hitungan menit. Gejala awal dapat dirasakan

beberapa menit hingga beberapa hari setelah seseorang terpapar

radiasi. Gejala tersebut dapat berupa muntah-muntah, diare, dan

mabuk atau pening. Gejala ini dapat berlangsung hingga hitungan

19 | P a g e

Page 20: Makalah Patologi Agen Fisik

hari. Setelah gejala awal hilang, seseorang kembali bugar. Namun,

tak lama kemudian, orang tersebut akan menderita kembali. Bahkan,

kali ini lebih parah. Gejalanya dapat berupa kelelahan, demam,

kehilangan nafsu makan, muntah, dan diare. Tahap ini dapat

berlangsung selama beberapa bulan. Kerusakan pada kulit akibat

radiasi dapat timbul dalam hitungan jam. Hal ini dapat bertahan

hingga hitungan tahun, tergantung seberapa parah seseorang terpapar

radiasi. Gejalanya, kulit terasa perih dan bahkan terasa seperti

terbakar. Rambut pun dapat menjadi rontok akibat radiasi. Terpapar

radiasi dapat saja berujung pada kematian, tergantung tingkat

keparahannya. Biasanya, pada banyak kasus, kematian terjadi

beberapa bulan setelah seseorang terpapar radiasi. Kematian

diakibatkan rusaknya tulang sumsum, infeksi, atau pendarahan.

Seseorang yang selamat dari sindrom radiasi akut dapat terus

merasakan gejala hingga dua tahun setelah terpapar.

2.2.5 Trauma Mekanik

Trauma mekanik yang khas adalah fraktur tulang. Bila

seseorang mempertahankan dirinya terhadap suatu pukulan mungkin os.

Ulnaris akan patah, tulang radius mungkin patah apabila seseorang yang

jatuh menopang badannya dengan salah satu tangannya. Tanda-tanda

dari fraktur adalah:

Nyeri pada pergerakan

Posisi tungkai yang abnormal

Functio laesa (fungsi terganggu)

Penderita tidak dapat menggunakan bagian tubuhnya yang

terluka. mulailah dengan inspeksi. Tungkai yang patah akan

memperlihatkan posisi yang abnormal (dislokasi). Setelah beberapa saat

akan timbul pembengkakan (tumor) karena darah mengumpul disekitar

jaringan fraktur. Langkah berikutnya ialah meraba dan merasakan

tungkai yang sakit (palpasi). Tekanan yang ringan pada daerah yang

fraktur akan menyebabkan rasa sakit. Gejala ini tidak spesifik.

20 | P a g e

Page 21: Makalah Patologi Agen Fisik

Sebelum zaman radiografi, gerakan yang abnormal disertai

krepitasi harus ditemukan. Sejak adanya foto rontgen, prosedur yang

menyakitkan ini tidak dibutuhkan lagi. Kombinasi gejala-gejala yang

tetap seperti yang kita temukan pada fraktur disebut suatu sindrom.

21 | P a g e

Page 22: Makalah Patologi Agen Fisik

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan makalah ini yaitu :

1. Agent fisik adalah agent tidak hidup bersifat fisik yang dapat

menyebabkan penyakit. Agent fisik terdiri dari suhu, kelembaban,

kebisingan, radiasi, tekanan, panas, dan trauma mekanik (pukulan,

tabrakan).

2. Macam-macam penyakit akibat agen fisik ada lima yaitu penyakit akibat

suhu, kelembapan, kebisingan, radiasi dan trauma mekanik. Penyakit-

penyakitnya yaitu demam, hipotermia, hipertermia, katarak, dll.

3.2 Saran

Disarankan kepada pembaca agar tidak mengambil sumber pengetahuan

hanya dari makalah ini karena masih banyak literatur lain yang lebih baik dan

makalah ini juga belum sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

22 | P a g e

Page 23: Makalah Patologi Agen Fisik

Djuanda A. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Ilyas S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Mazida Zulfah, 2011. Patogenesis Demam (https://id.scribd.com/doc/89749243/PATOGENESIS-DEMAM). Diakses pada tanggal 26 Mei 2015, 05:03 WITA.

Meinander A, Thomas S. So¨derstro¨m, Kaunisto A. et.al. 2007. Fever-Like Hyperthermia Controls T Lymphocyte Persistence by Inducing Degradation of Cellular FLIPshort1. The Journal of Immunology, 178: 3944–53.

Nelson, Prof. Dr. dr. Samik Wahab, S.PA (k), Buku Ilmu Kesehatan Anak Vol.1 edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1996.

Rice P, Martin E, Ju-Ren He, et.al Febrile-Range Hyperthermia Augments Neutrophil Accumulation and Enhances Lung Injury in Experimental Gram-Negative Bacterial Pneumonia. 2005. The Journal of Immunology, 174: 3676–85

Susanti, Ema. 2013. Patogenesis Hipotermia. (http://susantiema38.blogspot.com/2013/05/hipotermia.html). Diakses pada tanggal 25 Mei 2015, 17:33 WITA.

23 | P a g e