Makalah pasca panen rabu

16
Makalah Teknologi Pasca Panen PERUBAHAN FISIK DAN KIMIA PADA PEMATANGAN BUAH OLEH : AHMAD AMRI (1105101050023) HENGKI HERMAWAN (1205101050067) KHAIRANI Z (1205101050061) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2014

description

pasca panen

Transcript of Makalah pasca panen rabu

Page 1: Makalah pasca panen rabu

Makalah Teknologi Pasca Panen

PERUBAHAN FISIK DAN KIMIA PADA

PEMATANGAN BUAH

OLEH :

AHMAD AMRI (1105101050023)

HENGKI HERMAWAN (1205101050067)

KHAIRANI Z (1205101050061)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2014

Page 2: Makalah pasca panen rabu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanganan yang tidak optimal selama penyimpanan, transportasi atau

pada saat penjualan menyebabkan buah yang sampai ke konsumen tidak sesegar

buah aslinya dan sudah mengalami penurunan bobot dan nilai gizi bahkan

kadang-kadang telah terjadi pembusukan. Penanganan yang tidak optimal selain

disebabkan oleh fasilitas yang kurang memadai, juga karena pengetahuan pelaku

sangat kurang dalam melakukan penanganan yang baik.

Kehilangan hasil pada buah setelah panen dan sebelum pengolahan

umumnya disebabkan oleh 2 faktor, yaitu kehilangan quantitatif dan kehilangan

kualitatif. Kehilangan kuantitatif seperti: kehilangan kandungan air, kerusakan

fisik, kerusakan fisiologi, dan luka. Sedangkan kehilangan secara kualitatif berupa

kehilangan tingkat keasaman, flavor, warna, serta nilai nutrisi pada buah.

Beberapa hal yang menyebabkan kehilangan hasil pada buah dapat terjadi

di kebun buah, transportasi setelah panen, dan keseluruhan sistem penanganan

buah mulai dari sortasi, pengelompokan ukuran buah, pematangan buah, proses

penyimpanan dingin, sampai pada penyimpanan buah. Jarak waktu antara panen

dan pengolahan buah juga menjadi faktor penting untuk menjaga kesegaran dan

kualitas dari buah tersebut. Sehingga meminimisasi kelambatan dalam

penanganan buah akan menurunkan kehilangan hasil (loss) terutama pada buah

yang mempunyai tingkat respirasi yang tinggi.

Permasalahan ini sangat penting karena pemahaman yang berbeda-beda

antar pelaku pemasaran. Sebagian berpendapat sesekali buah perlu difluktuasikan

suhunya, dari suhu dingin ke suhu ruang untuk dapat mempertahankan mutunya

dan memperpanjang masa simpannya. Jenis komoditi buah secara individual

berbeda ketahanannya terhadap penurunan kualitas dan kerusakan. Rantai

Page 3: Makalah pasca panen rabu

pemasaran yang panjang dengan penanganan yang salah juga ikut menyebabkan

buah yang sampai pada konsumen akhir tidak sesegar buah asli.

Page 4: Makalah pasca panen rabu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Muchtadi (1992) Kualitas dari produk buah olahan tergantung

pada kualitas buah tersebut sebelum dilakukan pengolahan. Oleh sebab itu sangat

penting diketahui beberapa hal penting seperti waktu panen yang tepat, cara

pemanenan yang baik, penanganan setelah panen, serta cara mempertahankan

mutu buah segar setelah panen.

Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal

sebagai bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap

kualitas masa simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan

proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana

akan menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan

berat; susut kualitas karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau

tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai

gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah.

Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan

transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan

suhu udara. Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek

mempunyai laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan

Sutardi, 1990).

Dengan menggunakan sistem dan penanganan yang tepat, diharapkan akan

meningkatkan kualitas buah segar tersebut. Beberapa bentuk kualitas yang perlu

diperhatikan pada buah segar yaitu: penampilan buah (kondisi luar buah), tekstur

(firmness, crispness, dan juiceness), flavor, serta kandungan nutrisi lainnya.

Dari segi penampilan termasuk didalamnya ukuran, bentuk, warna, dan

ada tidaknya kerusakan dan luka pada buah. Sedangkan yang dimaksud dengan

flavor adalah pengukuran tingkat kemanisan (sweetness), keasaman (acidity),

astringency, rasa pahit (bitterness), aroma, dan off-flavor. Kandungan nutrisi pada

Page 5: Makalah pasca panen rabu

buah dapat berupa vitamin A dan C, kandungan mineral, dietari fiber, karbohidrat,

protein, antioxidan phytochemical (carotenoid, flavonoid, dan senyawa fenol

lainnya). Faktor-faktor keamanan yang juga mempengaruhi kualitas buah segar

adalah residu dari pestisida, keberadaan logam berat, mikotoxin yang diproduksi

oleh berbagai spesies fungi dan kontaminasi dari mikroba. (Winarno, 2004)

Pengaturan suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk

memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran dari buah.

Sedangkan kelembaban (relative humidity) mempengaruhi kehilangan air,

peningkatan kerusakan, beberapa insiden kerusakan phisiologi, dan

ketidakseragaman buah pada saat masak (ripening). Pengaturan kelembaban yang

optimal pada penyimpanan buah antara 85 sampai dengan 90%. Kemudian

komposisi atmosfir dalam hal ini terdiri dari oksigen, karbondioksida, dan gas

etilen dapat menyebabkan pengaruh yang besar terhadap respirasi dan umur

simpan buah. (AAK, 2000)

Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan

transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan

suhu udara. Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek

mempunyai laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan

Sutardi, 1990).

Pertumbuhan organisme perusak dapat diperlambat pada suhu

penyimpanan rendah, namun komuditas segar berangsur-angsur kehilangan

resistensi alaminya terhadap pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu

lamanya umur simpan ditentukan oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan

kualitas), pertumbuhan organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu

dingin (Tranggono dan Sutardi, 1990).

Buah pir sangat digemari di Cina, melebihi kegemaran terhadap buah apel.

Pir yang berasal dari Cina dan juga Jepang termasuk ke dalam tipe oriental (Pyrus

serotina Rehd). Tipe Lainnya adalah pir tipe Eropa (P.communis L). Umumnya

buah pir di Eropa dimakan segar, sebagian lagi dikalengkan atau dibuat minuman

cider. Kultivar pir sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, tekstur dan rasa

Page 6: Makalah pasca panen rabu

(flavor). Variasi dalam mutu dan bentuk juga dapat terjadi dalam satu kultivar

yang sama bila ditanam di daerah di daerah yang berbeda.

Misalnya pir kultivar Bartlett yang ditanam di Washington akan lebih

panjang dan ramping (diameter lebih kecil) daripada yang ditanam di California.

Bentuk buah pir Bartlett bulat atau pangkal buah kecil dengan ujung lebar

tumpul,kulit buah jika sudah matang berwarna dasar hijau muda atau hijau

kekuningan,kadang-kadang memperlihatkan rona kemerahan, daging buahnya

putih padat dan rasanya manis sedang seperti rasa buah jambu biji (Sjaifullah,

1997).

Suhu penyimpanan optimal buah pir yaitu antara -1 sampai 4oC dengan

lama penyimpanan 8-30 minggu (Tranggono dan Sutardi,1990).

Suhu pada penyimpanan buah pir adalah antara -1 sampai 4oC. Dengan

suhu ini buah pir dapat bertahan 8-30 minggu. Suhu penyimpanan terbaik untuk

buah pir adalah – 1,1 derajat Celcius dengan kelembaban relatif 85 – 90 %. Pada

kondisi ini buah pir dapat disimpan selama 2 – 7 bulan. Jika suhu penyimpanan

mengalami kenaikan sebesar 40 dan dibiarkan demikian selama 10 hari maka daya

simpannya akan turun menjadi 1 minggu. Sedangkan penyimpanan di bawah suhu

– 1,1 derajat Celcius buah pir akan membeku dan tidak dapat dikonsumsi.

(Tranggono dan Sutardi, 1990).

Page 7: Makalah pasca panen rabu

BAB III

PEMBAHASAN

Pengamatan Mutu Fisiologi

A. Perubahan Berat Buah

Gambar 1. Grafik perubahan berat buah pear selama penyimpanan

Hasil pengamatan menunjukkan terjadi penurunan berat buah pear Bartlett

selama pada semua perlakuan. Pada penyimpanan suhu ruang berat buah Turun

dari 177,94 gram pada hari ke-0 menjadi 155,6 pada hari ke-33, Penurunan berat

buah pada suhu ruang lebih cepat terjadi terutama disebabkan penguapan air.

Penyimpanan suhu tinggi menyebabkan proses fisiologis buah pear meningkat

sehingga mengakibatkan buah pear selama penyimpanan mangalami proses

respirasi dan transpirasi. Kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya

menurunkan berat, tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan.

Penurunan berat buah pear pada penyimpanan dengan suhu dingin relatif lebih

kecil. Fluktuasi suhu secara berkala dengan membiarkan buah pada suhu ruang

beberapa lama, menyebabkan kehilangan air pada buah yang disimpan pada suhu

berfluktuasi relatif lebih besar.

Page 8: Makalah pasca panen rabu

Namun bila suhu yang digunakan untuk menyimpan buah pear terlalu

dingin, akan menyebabkan buah membeku dan tidak bisa di konsumsi lagi. Buah

dan sayuran pada umumnya memang sangat rentan jika tidak langsung di

konsumsi. Penanganan yang baik agar berat buah impor tetap terjaga adalah

dengan mengkondisikan buah pada suhu dingin yang stabil.

B. Warna dan Penampakan

Hasil yang diperoleh pada grafik warna buah pear Bartlett adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik warna buah pear selama penyimpanan

Penyimpanan suhu ruang pada hari ke-0 menunjukkan buah pear masih

berwarna kuning muda segar namun kesegaran warnanya hanya dapat bertahan

selama 15 hari. Pada hari ke 18 warna buah pear mengalami perubahan dimana

ditemukan bercak-bercak coklat pada daerah sekitar tangkai buah pear yang lama

kelamaan buah per menjadi hitam. Pada suhu fluktuasi buah per sudah mulai

timbul bercak-bercak kecoklatan pada hari ke 22 sedangkan pada suhu dingin

yang tidak difluktuasikan, buah dapat bertahan sampai 40 hari.

Page 9: Makalah pasca panen rabu

Bercak-bercak colekat pada tangkai buah dapat menimbulkan kebusukan

buah. Laju penguapan air dari dalam buah akan semakin cepat bila buah dibiarkan

di udara terbuka atau suhu ruang. Kulit buah akan melesek dan rusak.

Gambar 3. Buah pear sebelum dan sesudah di fluktuasikan

C. Tekstur

Hasil yang diperoleh pada tekstur buah pear:

Gambar 4. Grafik terkstur buah pear selama penyimpanan

Grafik di atas menunjukkan tekstur pada buah pear mengalami penurunan

selama masa penyimpanan pada semua perlakuan. Pada hari ke-0 tekstur tekstur

Page 10: Makalah pasca panen rabu

buah pear masih keras, dan kalau digit masih renyah. Seiring dengan

bertambahnya waktu penyimpanan, secara perlahan buah pear mulai menjadi

lunak dan berair. Pelunakan buah pear selama penyimpanan disebabkan oleh

penurunan sifat permeabilitas dinding sel yang menyebabkan hilangnya

kemampuan menggelembung sel. Akibat lain dari kehilangan permeabilitas ini

dari kehilangan permeabilitas ini adalah cairan sel dapat terlepas ke ruangan

ekstra seluler dan jaringan pembuluh.

Gas-gas yang mengisi ruangan ini terganti oleh cairan sehingga terjadi

perubahan struktur, hal inilah yang menyebabkan pelunakan tekstur ada buah.

Pelunakan paling cepat terjadi pada suhu ruang diikuti suhu fluktuasi, sedangkan

pada suhu dingin stabil relatif lebih lambat. Pada suhu ruang tektur sudah lunak

dan berair pada hari ke-14, sedangkan pada suhu fluktuasi ke-24 dan pada suhu

stabil bisa bertahan sampai 33 hari. Suhu dingin mampu menalan pelunakan

tekstur, namun dengan adanya fluktuasikan dari refrigerator ke suhu ruang

mempercepat terjadinya pelunakan buah pear.

Tidak hanya tekstur buah yang rusak, namun, seringkali timbul bercak

coklat pada bagian dalam buah pear yang mengakibatkan kebusukan. Bercak ini

ditimbulkan oleh defisiensi kalsium dari dalam buah.

Gambar 5. Bercak coklat pada buah pear (bagian dalam) selama penyimpanan

Page 11: Makalah pasca panen rabu

D. Cita rasa

Gambar 6. Grafik rasa buah pear selama penyimpanan

Hasil penelitian menunjukkan selama masa penyimpanan buah pear

mengalami perubahan rasa pada semua perlakuan penyimpanan. Rasa buah Pear

manis sedang seperti rasa jambu air, umumnya seperti rasa berpasir. Hal ini

disebabkan karena pada buah pear yang sudah matang mengandung butiran-

butiran berwarna kuning. Pada suhu ruang kesegaran buah pir hanya bertahan

selama 15 hari penyimpanan. Selama waktu tersebut rasa buah pir masih manis

sedang dan renyah sedangkan pada hari ke-18 sampai hari ke-39 masa

penyimpanan rasa buah pear menjadi pahit dan tidak segar lagi. Bahkan beberapa

sudah mulai membusuk, kemudian pada suhu fluktuasi rasa buah pear yang masih

segar hanya sampai hari ke-24 penyimpanan. Pada suhu dingin yang stabil buah

pear dapat mempertahankan rasanya sampai hari ke-42 penyimpanan.

Cita rasa buah pear rusak karena beberapa sebab, kemungkinan yang

paling sering terjadi adalah karena kandungan zat-zat di dalam buah juga ikut

menghilang akibat penyimpanan pada suhu yang tidak tepat. Sehingga sangat

berpengaruh terhadap cita rasa buah pear.

Page 12: Makalah pasca panen rabu

Proses Kimia Pada Pematangan Buah

Kita kembali kepada kasus inti di atas, bagaimana proses pematangan

buah? Ini dapat dijelaskan dari sudut pandang ilmu kimia bahwa pematangan

buah adalah adanya perubahan-perubahan senyawa kimia penyusun buah mentah

menjadi senyawa-senyawa kimia penyusun buah matang. Dengan kata lain, proses

pematangan buah diartikan sebagai adanya reaksi kimia yang terjadi di dalam

buah dimana terjadinya perubahan senyawa klorofil menjadi senyawa antosianin,

perubahan senyawa-senyawa non aromatik dan senyawa asam menjadi senyawa-

senyawa aromatik, senyawa ester, dan senyawa netral. Selain itu, proses

pematangan juga melibatkan reaksi kimia degradasi pektin, yakni reaksi yang

mengurangi senyawa pektin sehingga kadarnya menjadi berkurang.

Proses kimia pematangan buah dapat diringkas sebagaimana di bawah ini.

Semoga dapat membantu pembaca untuk memahami.

Peristiwa kimia di atas dapat terjadi dengan adanya enzim-enzim seperti

enzim-enzim hidrolase, enzim pektinase, enzim amilase, dan enzim kinase yang

terdapat di dalam buah mentah. Kehadiran enzim tersebut diinduksi dari buah

mentah dengan bantuan gas etilen yang terpancar dari buah matang. Sebagai

contoh, ketika seseorang memeram buah mangga mentah di dalam wadah tertutup

bersama buah tomat matang. Buah tomat matang akan melepaskan gas etilen

sehingga menginduksi enzim di dalam buah mangga mentah. Adanya sinyal dari

Page 13: Makalah pasca panen rabu

gas etilen buah tomat matang akan ditransmisikan ke dalam buah mangga mentah

sehingga ia memberikan ekspresi berupa terinduksinya enzim-enzim seperti yang

disebutkan di atas. Dengan demikian, proses reaksi kimia pematangan buah akan

berlangsung segera setelah enzim muncul di dalam buah mentah. Melalui reaksi

kimia yang terjadi secara berangsur akan menyebabkan buah menjadi matang.

E. Kadar Vitamin C

Gambar7. Grafik perubahan kadar buah pear selama penyimpanan

Hasil analisa selama penyimpanan menunjukkan kadar vitamin C

mengalami penurunan relatif lebih besar pada penyimpanan suhu ruang,

dibandingkan pada penyimpanan suhu stabil dan suhu fluktuasi.

Kandungan vitamin C dapat menguap selama penyimpanan berlangsung.

Hal itu dapat berdampak pada kerusakan cita rasa akibat vitamin C yang

menghilang.

F. Kadar Total Asam

Asam-asam organik yang terdapat pada buah pir terutama asam sitrat dan

asam lain seperti asam malat, asam sitrat, asam oksalat dan asam tartarat. Hasil

Page 14: Makalah pasca panen rabu

penelitian menunujukkan terjadi penurunan kadar asam selama penyimpanan.

Kadar total pada hari ke-0 sebesar 0,2048%, dan setelah penyimpanan 3 minggu

kadar total asam turun menjadi 0,0676%, 0,15356%, 0,0896% untuk masing-

masing penyimpanan suhu ruang, suhu dingin stabil dan suhu berfluktuasi.

Penurunan total asam selama penyimpanan disebabkan oleh adanya

pemakaian asamasam organik pada proses respirasi. Proses respirasi yang

berlangsung pada buah pasca panen akan menimbulkan transformasi asam piruvat

dan asam-asam, organik lainnya secara aerobic menjadi CO2, H2O dan energi.

Perbedaan suhu pada setiap perlakuan selama masa penyimpanan menyebabkan

kecepatan reaksi berbeda-beda. Suhu rendah pada penyimpanan stabil dan

fluktuasi mampu menekan terjadinya reaksi.

G. Perubahan pH

Kadar pH pada semua perlakuan mengalami penurunan. Kadar pH dari pH

5,4 pada hari ke-0 menjadi pH 4,4 pada suhu ruang, pH 4,7 untuk suhu fluktuasi

dan pH 4,9 untuk penyimpanan suhu rendah yang stabil pada hari ke 22. Namun

demikian jika dilihat secara keseluruhan penyimpanan maka terlihat pH relatif

stabil hanya antara pH 4 dan pH 5.

H. Kadar TZT

Secara umum terlihat penurunan kadar total padatan terlarut pada semua

perlakuan suhu penyimpanan. Hal ini disebabkan karena buah pear setelah lepas

panen dan masa penyimpanan masih mengalami perubahan fisiologis hingga

memasuki masa senensence atau kelayuan penurunan gula dan padatan terlarut

lainnya. Namun demikian tidak ada perbedaan kecepatan penurunan pada ketiga

cara penyimpanan. Kadat total padatan terlarut relative konstan dan tidak

menunjukkan adanya penurunan

Page 15: Makalah pasca panen rabu

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Penurunan kualitas pada buah setelah dipanen terdapat dua faktor utama

yaitu penurunan secara fisik dan kimiawi yang menyebabkan buah

mengalami kerusakan.

2. Secara fisik kita dapat melihat penurunan kualitas buah dengan melihat

berat buah yang berkurang, warna dan penampakan buah, serta tekstur

kulit buah yang berubah.

3. Dilihat dari segi perubahan kimiawi dapat dilihat dari sisi kandungan

vitamin yang terdapat didalam buah tersebut, tingkat keasaman buah, serta

rasa yang telah berubah dari buah yang baru dipanen.

4.

B. Saran

Dalam proses pematangan buah ini serta dalam penanganan pasca panen

kita harus mengerti jenis buah serta sifat sifat yang dimiliki oleh buah tersebut dan

tujuan buah tersebut dipanen sehingga tidak salah dalam penanganan yang

diberikan, sehingga akan tetap menjaga kualitas hasil yang baik.

Page 16: Makalah pasca panen rabu

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2000. Petunjuk Praktik Bertanam Buah dan Sayur.

Kanisius. Jakarta

Muchtadi, Deddy. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-Buahan

(Petunjuk Laboratorium). PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Sjaifullah, 1997. Petunjuk Memilih Buah Segar. PT Penebar Swadaya, Jakarta

Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar

Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia. Jakarta