MAKALAH PANCASILA

12
Disusun Oleh: Siti Aisyah Tong ( 103654044) Program Studi Pendidikan Sains Angkatan 2010-2011 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya

description

Pancasila

Transcript of MAKALAH PANCASILA

Page 1: MAKALAH PANCASILA

Disusun Oleh:

Siti Aisyah Tong ( 103654044)

Program Studi Pendidikan Sains

Angkatan 2010-2011

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Surabaya

Page 2: MAKALAH PANCASILA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Negeri Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka. Pancasila

telah digunakan sebagai dasar Negara dan identitas Nasional bagi masyarakat Indonesia.

Dimana Pancasila harus bisa menjadi perekat perbedaan kultur yang terbangun dalam

masyarakat plural dan menjadi identitas nasional yang bisa menjadi media dalam

menjembatani perbedaan yang muncul di antara masyarakat Indonesia yang memiliki

banyak perbedaan budaya, ras, agama dan suku. Sayangnya akibat kemajuan ilmu

pengetahuan dan dan teknologi (Globalisasi), eksistensi Pancasila sebagai identitas

nasional tidak lagi difungsikan secara maksimal, Pancasila tidak lagi mewarnai setiap

aktivitas yang berlangsung di tengah masyarakat. Pancasila bahkan tidak lagi ramai

dipelajari oleh generasi muda.

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke

Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya

rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk- mabukkan,

clubbing, memakai pakaian mini,bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah biasa

di Indonesia. Meskipun gaya hidup tersebut tidak semuanya dinilai jelek, tetapi dengan

menerima dan mengaplikasikan gaya hidup barat tersebut lambat laun akan menggeser

budaya asli yang ada di negara kita.

B. Identifikasi Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap pancasila sebagai identitas nasional?

2. Bagaimana mengatasi pengaruh globalisasi terhadap lunturnya eksistensi pancasila

sebagai identitas nasional?

C. Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini di buat dengan memiliki tujuan dan maksud tertentu.

Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap lunturnya eksistensi pancasila sebagai

identitas nasional.

2. Mengetahui upaya dan tindakan untuk mencegah dan mengatasi lunturnya eksistensi

pancasila sebagai identitas nasional.

Page 3: MAKALAH PANCASILA

PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan “manifestasi nilai-nilai budaya

yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-

ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain

dalam hidup dan kehidupannya”. (Wibisono Koento: 2005)

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identitu yang memiliki pengertian

harfiah yaitu ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu

yang membedakannya dengan yang lain. Dalam teori antropologi, identitas adalah sifat

khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan

sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau Negara sendiri. Mengacu pada

pengertian ini, identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada

suatu kelompok. Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada

kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik

seperti budaya, agama, dan bahasa maupun fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan.

Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah indentitas

bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok

(collective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan

yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari

kemunculan konsep nasionalisme.

Bila dilihat dalam konteks Indonesia maka Identitas Nasional itu merupakan

manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek

kehidupan dari ratusan suku yang “dihimpun” dalam satu kesatuan Indonesia menjadi

kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai

dasar dan arah pengembangannya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hakikat

Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan

bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan

kita dalam arti luas, misalnya dalam aturan perundang-undangan atau hokum, sistem

pemerintahan yang diharapkan, nilai-nilai etik dan moral yang secara normative

diterapkan di dalam pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional dan lain

sebagainya. Konsekuensi dan implikasinya adalah ahwa Identitas Nasional adalah

sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan memberi makna baru agar tetap relevan dan

fungsional dalam kondisi actual yang berkembang dalam masyarakat.

B. KARAKTERISTIK IDENTITAS NASIONAL

Situasi dan kondisi masyarakat kita dewasa ini menghadapkan kita pada suatu

keprihatinan dan sekaligus juga mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab atas

Page 4: MAKALAH PANCASILA

mosaik Indonesia yang retak bukan sebagai ukiran melainkan membelah dan meretas

jahitan busana tanah air, tercabik-cabik dalam kerusakan yang menghilangkan

keindahannya. Bangsa Indonesia yang dahulu dikenal sebgai “het zachste volk ter aarde”

dalam pergaulan antar bangsa, kini dalam jaman globalisasi yang terjadi Indonesia

sedang mengalami krisis identitas dan krisis dalam berbagai dimensi kehidupan yang

melahirkan instabilitas yang berkepanjangan semenjak reformasi digulirkan pada tahun

1998 (Koento W, 2005).

Krisis moneter yang kemudian disusul krisis ekonomi dan politik yang akar-

akarnya tertanam dalam krisis moral dan menjalar ke dalam krisis budaya, menjadikan

masyarakat kita kehilangan orientasi nilai, hancur dan kasar, gersang dalam kemiskinan

budaya dan kekeringan spiritual juga “Societal terrorism” muncul dan berkembang di

sana sini. Semenjak peristiwa pergolakan antar etnis di Kalimantan Barat, bangsa

Indonesia di forum Internasional dilecehkan sebagai bangsa yang telah kehilangan

peradapannya.

Kehalusan budi, sopan santun dalam sikap dan perbuatan, kerukunan, toleransi

dan solidaritas sosial, idealisme dan sebagainya telah hilang dan hanyut dilanda oleh

derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang penuh paradoks. Berbagai lembaga

kocar-kacir semuanya dalam malfungsi dan disfungsi. Trust atau kepercayaan atar

sesama telah lenyap dalam kehidupan bermasyarakt. Identitas nasional kita dilecehkan

dan dipertanyakan eksistensinya.

C. UNSUR-UNSUR IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.

Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas yaitu suku

bangsa, agama,kebudayaan dan bahasa.

1) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak

lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia

terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300

dialek bahasa.

2) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama

yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katholik,

Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak

diakui sebagai agama resmi Negara namun sejak pemerintahan Presiden

Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi Negara dihapuskan.

3) Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya

adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif

digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami

lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk

bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan

lingkungan yang dihadapi.

Page 5: MAKALAH PANCASILA

4) Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami

sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi

ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut di atas dapat dirumuskan

pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut:

1) Identitas Fundamental; yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar

Negara, dan Ideologi Negara.

2) Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa

Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia

Raya”/

3) Identitas Alamiah, yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralism

dalam suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan (agama).

D. PENGERTIAN GLOBALISASI

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang

maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu

proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di

dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,

kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana

orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses

sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia

makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-

eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya

masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung

oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau

curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme

dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan

mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak

mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap

perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya

dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah

Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan

globalisasi:

Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan

internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan

identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.

Page 6: MAKALAH PANCASILA

Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar

negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.

Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal

material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat

menjadi pengalaman seluruh dunia.

Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan

semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.

Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan

keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih

mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global

memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

E. KETERKAITAN GLOBALISASI DENGAN IDENTITAS NASIONAL

Adanya Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa

Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka atau tidak suka telah datang dan

menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut baik yang bersifat positif

maupun yang bersifat negative. Ini semua merupakan ancaman, tantangan dan sekaligus

sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi, dan berinovasi di segala aspek

kehidupan.

Di era Globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar Negara

hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Dengan demikian

kecenderungan munculnya kejahatan yang bersifat ransnasional menjadi semakin sering

terjadi. Kejahatan-kejahatan yang sering terjadi di Indonesia adalah narkotika, pencucian

uang (money laundering), peredaran dokumen imigrasi palsu dan terorisme. Hal ini tentu

saja merusak kepribadian dan moral bangsa khususnya bagi generasi penerus bangsa

karena dalam pergaulan antar bangsa yang semakin kental itu akan terjadi proses

alkulturasi, saling meniru dan saling mempengaruhi antar budaya masing-masing. Yang

perlu kita cermati dari proses alkulturasi tersebut apakah dapat melunturkan tata nilai

yang merupakan jati diri bangsa Indonesia (Identitas Nasional) juga terganggunya

ketahanan nasional di segala aspek kehidupan. Lunturnya tata nilai Identitas Nasional

ditandai oleh dua faktor yaitu:

1) Semakin menonjolnya sikap individualistis yaitu mengutamakan kepentingan pribadi

di atas kepentingan umum, hal ini bertentangan dengan asas gotong royong.

2) Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat

kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh

kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak

dipersoalkan lagi. Bila hal ini terjadi berarti etika dan moral telah dikesampingkan.

Page 7: MAKALAH PANCASILA

Pengaruh-pengaruh globalisasi terhadap pancasila sebagai Identitas Nasional antara lain:

1. Pengaruh positif globalisasi

1) Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan

demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika

pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan

mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa

nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat. Hal ini berkaitan dengan

makna pancasila sila ke-3 dan sila ke-4 yaitu nasionalisme dan demokrasi.

2) Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan

kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal

tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang

kehidupan nasional bangsa. Hal ini berkaitan dengan makna pancasila sila ke-

5 yaitu kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dan kebahagiaan yang

merata.

3) Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik

seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang

sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya

memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap

bangsa. Hal ini berkaitan dengan makna pancasila sila ke-3 yaitu nasionalisme

dan cinta bangsa dan tanah air Indonesia.

b. Pengaruh negatif globalisasi

1) Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme

dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup

kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme.

Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang. Hal ini

mengurangi eksistensi pancasila sila ke-3 dan sila ke-4.

2) Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam

negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,

Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap

produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme

masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia. Hal ini mengurangi eksistensi

pancasila sila ke-3.

3) Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri

sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya

barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat, sebagai contoh cara

berbusana anak muda sekarang banyak yang terbuka dan tidak sopan. Hal ini

tentu saja juga mengurangi keyakinan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa

karena banyak orang barat yang mengandung paham atheisme dan satanisme.

Hal ini mengurangi eksistensi pancasila sila ke-1 dan sila ke-3.

Page 8: MAKALAH PANCASILA

4) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan

miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal

tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang

dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Hal ini mengurangi eksistensi

pancasila sila ke-5.

5) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian

antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak

akan peduli dengan kehidupan bangsa. Hal ini mengurangi eksistensi pancasila

sila ke-2.

F. UPAYA UNTUK MENGATASI LUNTURNYA EKSISTENSI PANCASILA

SEBAGAI IDENTITAS

a. Revitalisasi Pancasila

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami

kemunduran/degradasi. Revitalisasi Pancasila sebagaimana manifestasi Identitas

Nasional pada gilirannya harus diarahkan juga pada pembinaan dan pengembangan

moral, sedemikian rupa sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah

dalam upaya untuk mengatasi krisis dan disintegrasi yang cenderung sudah

menyentuh ke semua segi dan sendi kehidupan, dan harus kita sadari bahwa moralitas

Pancasila akan menjadi tanpa makna, menjadi sebuah “karikatur” apabila tidak

disertai dukungan suasana kehidupan di bidang hukum secara kondusif. Antara

moralitas dan hukum memang terdapat korelasi yang sangat erat, dalam arti bahwa

moralitas yang tidak didukung oleh kehidupan hukum yang kondusif akan menjadi

subjektivitas yang satu sama lain akan saling berbenturan, sebaliknya ketentuan

hukum yang disusun tanpa disertai dasar dan alasan moral akan melahirkan suatu

legalisme yang represif, kontra produktif dan bertentangan dengan nilai-nilai

Pancasila itu sendiri.

Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi Identitas Nasional,

penyelenggaraan MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian) hendaknya

dikaitkan dengan wawasan:

1) Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religiusitas, sebagai dasar dan

arah pengembangan sesuatu profesi.

2) Akademis, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being yang tidak

kalah pentingnya bahkan lebih penting daripada aspek having dalam kerangka

penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang bukan sekedar instrumen melainkan

adalah subjek pembaharuan dan pencerahan.

3) Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam

pergaulan antar bangsa tetap setia kepada kepentingan bangsanya, bangga dan

respek kepada jatidiri bangsanya yang memiliki ideologi tersendiri.

Page 9: MAKALAH PANCASILA

4) Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap

menghadapi dialektikanua perkembangan dalam masyarakat dunia yang terbuka.

Mampu untuk segera beradaptasi dengan perubahan yang terus menerus terjadi

dengan cepat, dan mampu pula mencari jalan keluarnya sendiri dalam mengatasi

setiap tantangan yang dihadapi, sebab dampak dan pengaruh perkembangan Iptek

yang bukan lagi hanya sekedar sarana, melainkan telah menjadi sesuatu yang

substantif yang dalam kehidupan umat manusia bukan hanya sebagai tantangan

melainkan juga peluang untuk berkarya.

Revitalisasi sebagai manifestasi Identitas Nasional mengandung makna

bahwa Pancasila harus kita letakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan,

dieksplorasikan dimensi-dimensi yang melekat padanya, yang meliputi:

1) Realitas: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya

dikonsentrasikan sebagai cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat kampus utamanya, suatu rangkaian nilai-nilai

yang bersifat sein im sollen dan das sollen im sein yaitu “apa yang seharusnya”

dan “fakta yang ada”.

2) Idealitas: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung didalamnya bukanlah

sekedar utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai “kata kerja”

untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat

hari depan secara prospektif, menuju hari esok yang lebih baik, melalui seminar

atau gerakan dengan tema “Revitalisasi Pancasila”.

3) Fleksibilitas: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai

dan “tertutup” menjadi sesuatu yang sakral, melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir

baru untuk memenuhi kebutuhan jaman yang terus-menerus berkembang. Dengan

demikian tanpa kehilangan nilal hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan

serta fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara

dengan jiwa dan semangat “Bhinneka Tunggal Ika”, sebagaimana dikembangkan

di Pusat Studi Pancasila (di UGM), Laboratorium Pancasila (di Universitas

Negeri Malang).

Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan Identitas

Nasional inilah, maka Identitas Nasional dalam alur rasional akademik tidak saja segi

tekstual melainkan juga segi konstekstualnya dieksplorasikan sebagai referensi kritik

sosial terhadap berbagai penyimpangan yang melanda masyarakat kita dewasa ini.

Untuk membentuk jati diri maka nilai-nilai yang ada tersebut harus digali dulu

misalnya nilai-nilai agama yang datang dari Tuhan dan nilai-nilai yang lain misalnya

gotong royong, persatuan kesatuan, saling menghargai dan menghormati, yang hal ini

sangat berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti

antara satu dengan yang lain maka secara langsung akan memperlihatkan jati diri

bangsa kita yang akhirnya mewujudkan identitas nasional kita.

Page 10: MAKALAH PANCASILA

Disinilah letak arti pentingnya penyelenggaraan MPK dalam kerangka

pendidikan tinggi untuk mengembangkan dialog budaya dan budaya dialog

mengantarkan lahirnya generasi penerus yang sadar dan terdidik dengan wawasan

nasional yang menjangkau jauh ke masa depan. MPK harus kita manfaatkan untuk

mengembalikan identitas nasional kita, yang di dalam pergaulan antar bangsa dahulu

kita kenal sebagai bangsa yang paling “halus” atau sopan di bumi” het zachste volk ter

aarde” (Wibisono Koento: 2005).

b. Membangun Kebudayaan Nasional Indonesia

Kebudayaan merupakan aset yang penting sebagai identitas nasional.

Negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dengan banyak suku bangsa tentunya

juga mempunyai beragam budaya dan kesenian daerah. Kebudayaan-kebudayaan

daerah tersebut merupakan pembentuk identitas budaya nasional kita sehingga harus

dijaga dan dikembangkan. Kebudayaan nasional yang beraneka ragam unsurnya dapat

dilestarikan dengan mempolulerkan budaya tersebut, dan jika bisa hingga ke tingkat

internasional.

Membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu

strategi kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan seperti: Akan kita jadikan

seperti apa bangsa kita?, yang tentu jawabannya adalah menjadi bangsa yang tangguh

dan entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia,

berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri

sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan

juga mampu menjaga perdamaian dunia.

c. Menjaga Integritas Bangsa

Integritas nasional adalah suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai

aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional

atau bangsa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989) yang harus dapat menjamin

terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan

bersama sebagai suatu bangsa.

Negara kita juga tentunya telah mengalami proses integrasi yang tidak

mudah mengingat keanekaragaman suku, agama, dan budaya. Rasa persatuan dan

kesatuan harus dipupuk secara kontinue untuk menjaga keutuhan bangsa. Selain itu

diperlukan rasa toleransi dalam masyarakat untuk mencegah terjadinya perpecahan

ataupun peperangan yang melibatkan unsur golongan atau kelompok tertentu.

Pemerintah juga memegang peranan yang penting dalam menjaga integritas bangsa.

Faktor keamanan menjadi penentu yang utama. Untuk itu diperlukan aparat atau

perangkat keamanan nasional yang tangguh dalam menjaga keutuhan bangsa.

Sementara itu untuk mengembangkan jati diri bangsa dimulai dan nilai-nilai

yang harus dikembangkan yaitu nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil

risiko, harus bertanggung jawab terhadap apa yang boleh dilakukan, adanya

kesepakatan dan berbagi terhadap sesama. Untuk itu perlu perjuangan dan ketekunan

untuk menyatukan nilai, cipta, rasa dan karsa itu. (Soemarno, Soedarsono).

Page 11: MAKALAH PANCASILA

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya Era Globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar Negara

hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang, sehingga hal

tersebut dapat memberi pengaruh positif dan negatif terhadap nilai-nilai budaya

bangsa Indonesia sebagai Identitas Nasional. Pengaruh positif yang ditimbulkan

antara lain yaitu meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan

disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan

bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa

nasionalisme kita terhadap bangsa. Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan

antara lain yaitu hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena

banyaknya produk luar negeri, gaya hidup anak muda sekarang yang cenderung

meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Dampak

negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi tentunya dapat secara perlahan

memudarkan eksistensi pancasila sebagai identitas nasional.

2. Lunturnya tata nilai Identitas Nasional ditandai oleh dua faktor yaitu: Semakin

menonjolnya sikap individualistis yaitu mengutamakan kepentingan pribadi di atas

kepentingan umum dan semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat

dan martabat kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang

dalam memperoleh kekayaan.

3. Upaya dan tindakan untuk mencegah dan mengatasi lunturnya eksistensi pancasila

sebagai identitas nasional adalah dengan revitalisasi Pancasila, Membangun

Kebudayaan Nasional Indonesia dan Menjaga Integritas Bangsa. Penyelenggaraan

MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian) diperlukan untuk mengembangkan

dialog budaya dan budaya dialog mengantarkan lahirnya generasi penerus yang

sadar dan terdidik dengan wawasan nasional yang menjangkau jauh ke masa depan

dan untuk mengembalikan identitas nasional, yang dalam pergaulan antar bangsa

dahulu kita kenal sebagai bangsa yang paling “halus” atau sopan di bumi.

B. Saran

Kita sebagai generasi bangsa penerus bangsa harus mengamalkan nilai-nilai

yang terkandung dalam pancasila berupa nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil

risiko, harus bertanggung jawab terhadap apa yang boleh dilakukan, adanya kesepakatan

dan berbagi terhadap sesama, juga ikut membangun kebudayaan Nasional Indonesia di

kanca Internasional dan ikut serta menjaga integritas bangsa agar identitas Nasional yang

ada dalam diri kita tidak luntur. Diharapkan dengan adanya MPK (Mata kuliah

Pengembangan Kepribadian) di mata kuliah PKN, kita bisa mempelajari dan sadar akan

pentingnya melestarikan identitas Nasional kita agar kelak Negara kita dapat

berkembang dan dihormati oleh bangsa dan Negara luar.

Page 12: MAKALAH PANCASILA

DAFTAR PUSTAKA

1. Syarbaini, Syahrial. 2009. Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

Jakarta: Graha Ilmu.

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi

3. http://www.scribd.com/doc/40471227/Melemahnya-Identitas-Nasional-Dalam-

Masyarakat-Indonesia

4. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=7124