Makalah Pancasila Perbaikan

33
KATA PENGANTAR Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayatnya kepada kami semua. Sehinggga saya mampu menyelesaikan makalah Pendidikan Pancasila ini sesuai dengan waktu yang diharapkan dan direncanakan. Makalah ini saya buat dalam rangka memenuhi syarat penilaian perbaikan mata kuliah Pancasila. Saya sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mohon maaf atas segala kekurangannya. Saya menucapkan terima kasih kepada Prof. DR. Sri Mulyani Soegiono, SH sebagai dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan kesempatan kepada saya dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kepada rekan-rekan yang telah ikut berpatisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Transcript of Makalah Pancasila Perbaikan

Page 1: Makalah Pancasila Perbaikan

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayatnya kepada kami semua. Sehinggga saya

mampu menyelesaikan makalah Pendidikan Pancasila ini sesuai dengan waktu yang

diharapkan dan direncanakan. Makalah ini saya buat dalam rangka memenuhi syarat

penilaian perbaikan mata kuliah Pancasila.

Saya sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula

dalam penyusunan makalah ini yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu,

saya mohon maaf atas segala kekurangannya.

Saya menucapkan terima kasih kepada Prof. DR. Sri Mulyani Soegiono, SH

sebagai dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan kesempatan kepada saya

dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kepada rekan-rekan yang telah ikut

berpatisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

i

Page 2: Makalah Pancasila Perbaikan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..…………………………………………………………………….….i

Daftar Isi…….…………………………………………………………………….…..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………....…2

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..2

BAB II PERMASALAHAN……………………………………………………….….3

2.1 Analisa Permasalahan………………………………………………………….….3

2.2 Pembahasan…………………………………………………………………….…4

2.3 Makna Sila-Sila Pancasila…………………………………………………….…..4

2.4 Pancasila Dasar Hukum……………………………………………………….….9

2.5 Pengaruh mengancam Konsistensi Pancasila……………………………………13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………….……………………………………..16

3.2 Saran……………………………………….……………………………………17

ii

Page 3: Makalah Pancasila Perbaikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di

Indonesia, memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang telah dijelaskan

dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum

nasional Indonesia. Berbagai kebijakan hukum di era reformasi pasca amandemen

UUD 1945 belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai fundamental dari

Pancasila dan UUD 1945 yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap

hukum sebagai pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap

berbagai perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai

kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non

diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum.

Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro , menerangkan bahwa

Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata

bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam

GBHN 1983 sebagai "satu-satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Tercatat ada pula sejumlah naskah tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama

karena selain unsur-unsur lokal ("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui

adanya unsur universal dalam setiap agama.

Tanpa Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai

kekukuhan seperti yang kita miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari jika kita

mengadakan perbandingan dengan keadaan masyarakat nasional di banyak negara,

yang mencapai kemerdekaannya hampir bersamaan waktu dengan kita.

Tampaknya, Pancasila masih kurang dipahami benar oleh sebagian bangsa

Indonesia. Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri, anarkis, sering

terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan sosial saat ini, kalau

diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan diamalkannya Pancasila.

Page 4: Makalah Pancasila Perbaikan

1.2 Rumusan Masalah

Pancasila merupakan azas atau prinsip hukum yang merupakan sumber nilai

dan sumber norma bagi pembentukan hukum derivatnya atau turunannya seperti

undang-undang dasar, undang-undang, Perpu, Peraturan Pemerintah; Perda, dan

seterusnya. Hal demikian ini dapat kita simak dari rumusan Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang

menegaskan: “Pancasila merupakan sumber dari segala hukum”.

Selain itu, Pancasila juga sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu sumber

kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan

meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara.

Pancasila di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini tidak saja

memiliki makna strategis dan fundamelntal sebagai common denominator, sebagai

way of life atau weltanschaung kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

Bahkan lebih dari pada itu, dalam konteks juridis Pancasila merupakan prinsip hukum

yang merupakan sumber nilai dan sumber norma bagi pembentukan hukum lainnya

yang berlaku di Indonesia.

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

· melengkapi tugas untuk perbaikan nilai mata kuliah Pancasila

· salah satu cara untuk menggali pemikiran-pemikiran yang baru, orisinal, pemikiran

dan realitas kehidupan warga negara

· upaya untuk mengenalkan pemahaman tentang Pancasila itu sendiri.

Page 5: Makalah Pancasila Perbaikan

BAB II

PERMASALAHAN

2.1 Analisa Permasalahan

Berbagai kebijakan hukum di era reformasi pasca amandemen UUD 1945

belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai fundamental dari Pancasila dan UUD

1945 yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai

pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai perbedaan

pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai kualitas kejujuran

yang tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan

di hadapan hukum.

Padahal sebagai negara yang mendasarkan pada Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, segala aspek kehidupan

dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan

harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Selama ini terdapat berbagai macam

ketentuan yang berkaitan dengan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

termasuk teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan.

Dilihat dari tanggung jawab generasi, pengamalan Pancasila dalam era tinggal

landas nanti pada dasarnya adalah tanggung jawab Generasi Penerus. Bahkan dalam

sejarah perkembangannya Pancasila sendiri ingin menggantikan Pancasila dengan

Peraturan hukum yang lain dan sering kali diwarnai konflik sosial politik baik dalam

aras horizontal maupun vertikal, dengan latar belakang yang cukup beragamseperti

SARA.

Hal ini terjadi dalam peristiwa pemberontakan PKI di Madiun pada tahun

1948 dan peristiwa G 30. Bahkan ketika era reformasi tiba meruntuhkan Orde Baru,

Pancasila pun ikut terdorong ke belakang. Pancasila dianggap tidak bisa lagi

dipergunakan di dalam mengelola negara dan bangsa. Bahkan untuk menyebutkannya

saja orang menjadi segan termasuk pejabat-pejabat pemerintah. Tetapi pada masa

orde baru Pancasila diproklamasikan sebagai asas tunggal.

Page 6: Makalah Pancasila Perbaikan

Bahkan Akhir-akhir ini muncul isu yang mengkhawatirkan, yakni adanya

orang-orang yang ingin mengganti Pancasila. Ada juga perbincangan untuk membela

Pancasila. Semua itu menandakan adanya kesadaran akan pentingnya Pancasila di

negara Indonesia untuk dilestarikan.

2.2 Pembahasan

Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya telah dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai

sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Untuk lebih memahami

apa itu pancasila dan penjelasan dari setiap sila-sila pancasila maka berikut adalah

penjelasan tentang sila-sila Pancasila.

• Sila ketuhana yang maha esa  Inti sila ketuhanan yang mahaesa adalah kesesuaian

sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti

kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara

Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu

nila-nilai agama. Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok dalam

penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan

kodrat manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk

tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara manusia dengan tuhan juga

memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama

atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan

ciptaan tuhan (Notonagoro)  Hubungan manusia dengan tuhan, yang

menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban manusia sebagai

makhluk tuhan terkandung dalam nilai-nilai agama. Maka menjadi suatu

kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan, untuk merealisasikan nilai-nilai

agama yang hakikatnya berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  Disis lain Negara adalah suatu

lembaga kemanusiaan suatu lembaga kemasyarakatan yang anggota-

anggotanya terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk manusia,

bertujuan untuk melindungi dan mensejahterakan manusia sebagai warganya.

Maka Negara berkewajiban untuk merealisasikan kebaikan, kebenaran,

kesejahteraan, keadilan perdamaian untuk seluruh warganya.  Maka dapatlah

disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai akibat dari manusia, karena Negara

adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah terdiri atas manusia-

Page 7: Makalah Pancasila Perbaikan

manusi adapun keberadaan nilai-nilai yang berasal dari tuhan. Jadi hubungan

Negara dengan tuhan memiliki hubungan kesesuaian dalam arti sebab akibat

yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat langsung dari manusia dan

manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu keharusan

bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan.

Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila

ketuhanan yang mahaesa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan

tidak langsung. Hal ini sesuai dengan asal mula bahan pancasila yaitu berupa

nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada pada bangsa

Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus direalisasikan

dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara  

• Sila kemanusiaan yang adil dan beradab  Inti sila kemanusiaan yang adil dan

beradab adalah landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek

penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan

Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara dan

lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat

dipahami karena Negara adalah lembaga masyarakat yang terdiri atas

manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia dan mempunyai

suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan

Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yang

monopluralis , terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok

Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia sebagai

individu dan makhluk social.  Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat

Negara harus sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai

makhluk individu dan makhluk social. Maka bentuk dan sifat Negara

Indonesia bukanlah Negara individualis yang hanya menekankan sifat

makhluk individu, namaun juga bukan Negara klass yang hanya menekankan

sifat mahluk social , yang berarti manusia hanya berarti bila ia dalam

masyarakat secara keseluruhan . maka sifat dan hakikat Negara Indonesia

adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk social

secara serasi, harmonis dan seimbang. Selain itu hakikat dan sifat Negara

Indonesia bukan hanya menekan kan segi kerja jasmani belaka, atau juga

bukan hanya menekankan segi rohani nya saja, namun sifat Negara harus

sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan

Page 8: Makalah Pancasila Perbaikan

secara serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan

sifat Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai

makhluk berdiri seniri dan makhluk tuhan.  

• Sila persatuan Indonesia  Inti sila persatuan Indonesia yaitu hakikat dan sifat

Negara dengan hakikat dan sifat-sifat satu. Kesesuaian ini meliputi sifat-sifat

dan keadaan Negara Indonesia yang pada hakekatnya merupakan suatu

kesatuan yang utuh, setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi Negara

merupakan suatu kesatuan yang utuh , setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-

sendiri. Jadi Negara Indonesia ini merupakan suatu kesatuan yang mutlak

tidak terbagi-bagi , merupakan suatu Negara yang mempunyai eksistensi

sendiri, yang mempunyai bentuk dan susunan sendiri. Mempunyai suatu sifat-

sifat dankeadaan sendiri. Kesuaian Negara dengan hakikat satu tersebut

meliputi semua unsur-unsur kenegaraan baik yang bersifat jasmaniah maupun

rohania, baik yang bersifat kebendaan maupun kejiwaan. Hal itu antara lain

meliputi rakyat yang senantiasa merupakan suatu kesatuan bangsa Indonesia,

wilayah yaitu satu tumpah darah Indonesia, pemerintah yaitu satu

pemerintahan Indonesia yang tidak bergantung pada Negara lain, satu bahasa

yaitu bahasa nasional indoneisa,satu nasib dalam sejarah, satu jiwa atau satu

asas kerokhanian pancasila. Kesatuan dan persatuan Negara, bangsa dan

wilayah Indonesia tersebut, membuat Negara dan bangsa indoneisa

mempunyai keberadaan sendiri di antara Negara-negara lain di dunia ini  

Dalam kaitannya dengan sila persatuan Indonesia ini segala aspek

penyelenggaraan Negara secara mutlak harus sesuai dengan sifat-sifat dan

hakikat satu. Oleh karena itu dalamn realisasi penyelenggaraan negaranya,

baik bentuk Negara, penguasa Negara, lembaga Negara, tertib hukum, rakyat

dan lain sebagainya harus sesuai dengan hakikat satu serta konsekuensinya

harus senantiasa merealisakan kesatuan dan persatuan. Dalam pelaksanaannya

realisasi persatuan dan kesatuan ini bukan hanya sekedarberkaitan dengan hal

persatuannya namun juga senantiasa bersifat dinamis yaitu harus sebagaimana

telah dipahami bahwa Negara pada hakekatnya berkembang secara dinamis

sejalan dengan perkembangan zaman, waktu dan keadaan.  

• Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan  Inti sila keempat adalah kesesuaian sifat-sifat

dan hakikat Negara dengan sifat-sifat dan hakikat rakyat. Dalam kaitannya

Page 9: Makalah Pancasila Perbaikan

dengan sila keempat ini, maka segala aspek penyelenggaraan Negara harus

sesuai dengan sifat-sifat dan hakekat rakyat, yang merupakan suatu

keseluruhan penjumlahan semua warga Negara yaitu Negara Indonesia. Maka

dalam penyelenggaraan Negara bukanlah terletak pada suatu orang dan semua

golongan satu buat semua, semua buat satu. Dalam hal ini Negara berdasarkan

atas hakikat rakyat , tidak pada golongan atau individu. Negara berdasarkan

atas permusyawaratan dan kerjasama dan berdasarkan atas kekuasaan rakyat.

Negara pada hakikatnya didukung oleh rakyat oleh rakyat itu dalam

pelaksanaan dan penyelenggaraan. Negara dilakukan untuk kepentingan

seluruh rakyat , atau dengan lain perkataan kebahagian seluruh rakyat

dijamain oleh Negara.  Dalam praktek pelaksanaannya pengertian kerakyatan

bukan hanya sekedar berkaitan dengan pengertian rakyata secara kongkrit saja

namun mengandung suatu asas kerokhanian , mengandung cita-cita

kefilsafatan. Maka pengertian kesesuaian dengan hakikat rakyat tersebut, juga

menentukan sifat dan keadaan Negara, yaitu untuk keperluan seluruh rakyat .

maka bentuk dan sifat-sifat Negara mengandung pengertian suatu cita-cita

kefilsafatan yang demokrasi yang didalam pelaksanaannya meliputi demokrasi

politik dan demokrasi politik dan demokrasi si=osial ekonomi.  Telah

dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok Negara adalah manusia yang

bersifat monodualis sedangkan rakyat pada hakikatnya terdiri atas manusia-

manusai. Oleh karena itu kesesuaian Negara dengan hakikat rakyat ini

berkaitan dengan sifat Negara kita, yaitu Negara demokrasi monodualis, yang

berarti demokrasi yang sesuai dengan sifat kodrat manusia yaitu sebagai

makhluk individu dan makhluk social dalam suatu kesatuan dwitunggal, dalam

keseimbangan dinamis yang selalu sesuai dengan situasi, kondisi dan keadaan

zaman. Dalam pelaksanaannya demokrasi monodualis ini juga bersifat

kekeluargaan yaitu prinsip hidup bersama yang bersifat kekeluargaan.  

• Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia  Inti sila kelima yaitu “keadilan”

yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan Negara Indonesia harus

sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat

manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia , yaitu

hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam hubungan

hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan

dirinya sendiri (notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna yang

Page 10: Makalah Pancasila Perbaikan

terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan

beradab. Selanjutnya hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila

kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu memberikan kepada siapapun juga

apa yang telah menjadi haknya oleh karena itu inti sila keadilan social adalah

memenuhi hakikat adil.  Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara

kongkrit keadilan social ini mengandung cita-cita kefilsafatan yang bersumber

pada sifat kodrat manusia monodualis , yaitu sifat kodrat manusia sebagai

individu dan makhluk social. Hal ini menyangkut realisasi keadilan dalam

kaitannya dengan Negara Indonesia sendiri (dalam lingkup nasional) maupun

dalam hubungan Negara Indonesia dengan Negara lain (lingkup internasional)

Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi

(keadilan segitiga) yaitu:

Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya.

Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib

membagi-bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi haknya.

Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap

Negara. Jadi dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib

memenuhi keadilan terhadap negaranya.

Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang

lainnya, atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga

Negara.

Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan tersebut juga meliputi seluruh

unsur manusia, jadi juga bersifat monopluralis . sudah menjadi bawaan hakikatnya

hakikat mutlak manusia untuk memenuhi kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan

maupun yang kejiwaan, baik dari dirinya sendiri-sendiri maupun dari orang lain,

semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan selengkapnya yaitu hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan

hubungan manusia dengan Tuhannya.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, merupakan pedoman tingkah laku

bagi warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Nilai-nilai Pancasila yang telah diwariskan kepada bangsa Indonesia

merupakan sari dan puncak dari sosial budaya yang senatiasa melandasi tata

Page 11: Makalah Pancasila Perbaikan

kehidupan sehari-hari.

Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan

kerukunan, kehormonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya sudah lama

dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Pandangan hidup bagi suatu bangsa

seperti Pancasila sangat penting artinya karena merupakan pegangan yang stabil agar

tidak terombang-ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi kini yang

2.3 Pancasila Dasar Hukum

Pancasila sebagai dasar negara negara digunakan sebagai dasar untuk

mengatur  penyelenggaraan kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan yang meliputi

bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan hukum-keamanan. Sebagai

dasar negara, Pancasila diatur dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang

merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi negara.

Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, sehingga semua

peraturan peraturan hukum/ketatanegaraan yang bertentangan dengan Pancasila

haruslah dicabut. Perwujudan Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam

bentuk peraturan perundang-undangan bersifat imperatif (mengikat) bagi; (1)

penyelenggara negara, (2) lembaga kenegaraan (3) lembaga kemasyarakatan, (4)

warga negara Indonesia di mana pun berada, dan (5) penduduk di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila mengandung nilai dasar yang bersifat tetap, tetapi juga mampu

berkembang secara dinamis. Dengan perkataan lain, Pancasila menjadi dasar yang

statis, tetapi juga menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis. Dalam kapasitasnya

Pancasila merupakan cita-cita bangsa yang merupakan ikrar segenap bangsa

Indonesia dalam upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata

materiil maupun spirituil.

Sebagai salah satu peranannya yang merupakan Pancasila sebagai sumber dari

segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia, sudah seharusnya Pancasila menjadi

tolak ukur untuk menentukan pembentukan landasan-landasan hukum lain seperti

misalnya Undang-Undang. Tetapi untuk membentuk peraturan perundang-undangan

Page 12: Makalah Pancasila Perbaikan

yang baik, diperlukan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan sistem, asas, tata

cara penyiapan dan pembahasan, teknik, penyusunan maupun pemberlakuannya.

Indonesia sebagai negara yang mendasarkan pada Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, segala aspek kehidupan

dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan

harus senantiasa berdasarkan atas hukum yang berlaku di Indonesia.

Selama ini terdapat berbagai macam ketentuan yang berkaitan dengan

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan termasuk teknik penyusunan Peraturan

Perundang-undangan, diatur secara tumpang tindih baik peraturan yang berasal dari

masa kolonial maupun yang dibuat setelah Indonesia merdeka, yaitu:

1. Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie, yang disingkat AB (Stb.

1847: 23) yang mengatur ketentuan-ketentuan umum peraturan perundang-undangan.

Sepanjang mengenai Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, ketentuan AB

tersebut tidak lagi berlaku secara utuh karena telah diatur dalam peraturan perundang-

undangan nasional.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1950 tentang Peraturan tentang Jenis dan Bentuk

Peraturan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. Undang-Undang ini merupakan

Undang-Undang dari Negara Bagian Republik Indonesia Yogyakarta.

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Menetapkan Undang-Undang

Darurat tentang Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia Serikat dan Berita

Negara Republik Indonesia Serikat dan tentang Mengeluarkan, Mengumumkan, dan

Mulai Berlakunya Undang-Undang Federal dan Peraturan Pemerintah sebagai

Undang-Undang Federal.

4. Selain Undang-Undang tersebut, terdapat pula ketentuan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1945 tentang Pengumuman dan Mulai

Berlakunya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah;

b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234 Tahun 1960 tentang

Pengembalian Seksi Pengundangan Lembaran Negara, dari Departemen Kehakiman

Page 13: Makalah Pancasila Perbaikan

ke Sekretariat Negara;

c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1970 tentang Tata Cara

Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang dan Rancangan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia;

d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 188 Tahun 1998 tentang Tata Cara

Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang;

e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang,

Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden.

5. Di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah,

berlaku peraturan tata tertib yang mengatur antara lain mengenai tata cara

pembahasan rancangan undang-undang dan rancangan peraturan daerah serta

pengajuan dan pembahasan Rancangan Undang-undang dan peraturan daerah usul

inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat atau dewan perwakilan rakyat daerah.

Nilai-nilai luhur yang tercantum dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang

diharapkan mampu mewarnai perbuatan manusia Indonesia baik dalam melaksanakan

secara objektif dalam penyelenggaraan negara maupun dalam kehidupan sehari-hari

sebagai individu.

Ada faktor kesinambungan yang sangat mendasar yang kita anggap luhur dan

menyatukan kita sebagai bangsa. Faktor kesinambungan yang mendasar itu ialah

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Intisari dari faktor kesinambungan yang

sangat mendasar inilah yang tidak boleh berubah. Yang kita lakukan adalah

melaksanakan dan mengamalkannya secara kreatif dalam menjawab tantangan-

tantangan baru yang terus menerus muncul dalam perkembangan masyarakat kita dan

masyarakat dunia yang sangat dinamis.

Dalam peralihan dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat nasional,

Pancasila telah menjalankan fungsinya yang sangat penting. Tanpa Pancasila,

Page 14: Makalah Pancasila Perbaikan

masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang kita

miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari jika kita mengadakan perbandingan

dengan keadaan masyarakat nasional di banyak negara, yang mencapai

kemerdekaannya hampir bersamaan waktu dengan kita.

Selain itu , Pancasila telah menjadi obyek aneka kajian filsafat, antara lain

temuan Notonagoro dalam kajian filsafat hukum, bahwa Pancasila adalah sumber dari

segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar belakang yang

bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai "satu-satunya

azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah

tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal

("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur universal yang biasanya

diklim ada dalam setiap agama.

Pancasila merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum

yang menguasai hukum dasar negara. Suasana kebatinan itu di antaranya adalah cita-

cita negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila mengandung nilai-nilai dasar seperti tentang cita-cita, tujuan, dan

nilai-nilai instrumental yang merupakan arahan kebijakan, strategi, sasaran yang dapat

disesuaikan dengan tuntutan zaman. Ada cita-cita untuk mewujudkan persatuan yang

melindungi dan meliputi seluruh bangsa, mengatasi paham golongan, mengatasi

segala paham perseorangan, mewujudkan keadilan sosial, dan negara yang

berkedaulatan rakyat.

Mengenai hal evidensi atau isyarat yang tak dapat diragukan mengenai

Pancasila terdapat naskah Pembukaan UUD 1945 dan dalam kata "Bhinneka Tunggal

Ika" dalam lambang negara Republik Indonesia. Dalam naskah Pembukaan UUD

1945 itu, Pancasila menjadi "defining characteristics" = pernyataan jati diri bangsa =

cita-cita atau tantangan yang ingin diwujudkan = hakekat berdalam dari bangsa

Indonesia. Dalam jatidiri ada unsur kepribadian, unsur keunikan dan unsur identitas

diri. Namun dengan menjadikan Pancasila jatidiri bangsa tidak dengan sendirinya

Page 15: Makalah Pancasila Perbaikan

jelas apakah nilai-nilai yang termuat di dalamnya sudah terumus jelas dan terpilah-

pilah.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, selalu

mengalami polemik-polemik dalam permasalahan hukum misalnya mengenai Perda-

Perda dalam bulan-bulan terakhir ini. Dimulai dengan petisi yang disampaikan 56

anggota DPR yang meminta pemerintah mencabut perda-perda yang ditengarai

bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila. Belum lagi petisi ini ditanggapi, telah

ada lagi kontra-petisi dari 134 anggota DPR lainnya yang justru meminta supaya tidak

dengan mudah mencabut perda-perda seperti itu.

Adanya perda-perda itu dilihat sebagai kebutuhan dari daerah yang

menetapkannya. Bagi sebagian orang, keberadaan perda ini disambut gembira. Tetapi

bagi yang lainnya, mencemaskan. Setidaknya di daerah-daerah yang penduduknya

tidak terlalu lazim dengan hal-hal bernuansa Islam, seperti NTT, Sulawesi Utara,

Papua, dan seterusnya. Bahkan, ada yang mengancam untuk melepaskan diri dari

NKRI. . Tidak mudah memperoleh jawaban bagi sebuah negeri yang masyarakatnya

sangat majemuk ditinjau dari berbagai segi: suku, agama, ras, etnis, dan golongan.

Munculnya berbagai peraturan daerah yang secara substansial bertumpang

tindih dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan sistim kodifikasi hukum

publik nasional semakin menghambat penerapan sistim hukum nasional dan merusak

instrument penegakan hukum dalam struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sementara itu, UU Otonomi Daerah ikut mendorong timbulnya perda-perda yang

dinilai tidak selalu sejalan dengan Pancasila dan Konstitusi. Di beberapa daerah,

perda-perda itu dinilai sebagai solusi menyelesaikan berbagai kemelut bangsa.

Kendati penyusunan perda-perda itu terkesan praktis, yaitu untuk menjawab

kepentingan-kepentingan tertentu di daerah, namun di belakangnya terkandung hal-

hal yang bersifat ideologis.

Ketidakpastian, ikonsistensi, diskriminasi/tebang pilih dan kelambanan dalam

penegakan hukum telah menimbulkan kondisi ketidakpercayaan terhadap hukum dan

aparat hukum, terutama dengan dengan semakin marak dan terbukanya kegiatan dan

atau tindakan melawan hukum yang dilakukan secara bersama-sama di muka umum

dengan mengatasnamakan suku, agama dan/atau daerah yang pada gilirannya

Page 16: Makalah Pancasila Perbaikan

mengakibatkan terjadinya kerugian, ketidak nyamanan, keresahan dan hilangnya rasa

aman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Selain itu, belum berjalannya reformasi sikap mental, perilaku dan rasa

pengabdian di kalangan serta institusi penegak hukum menimbulkan kekuatiran yang

endalam akan semakin sulitnya mewujudkan supremasi hukum di Indonesia sebagai

negara yang berdasarkan hukum.

Semakin berkembangnya egoisme, oportunisme dan primordialisme yang

terefleksi dari berbagai kegiatan kelompok masyarakat, elit politik di berbagai daerah

dan kebijakan publik berbagai pemerintah daerah semakin mengikis rasa kebangsaan

dan mempersulit tumbuh kembangya sistim hukum nasional yang berbasis pada nilai-

nilai kebhinekaan sebagai ciri utama dan kepribadian bangsa Indonesia.

Perkembangan-perkembangan yang telah diuraikan diatas tadi merupakan

sebagian kecil masalah-masalah yang sering timbul dalam hal mempersoalkan

hukum-hukum yang ingin ditegakkan di Indonesia. Apakah hal-hal yang bersifat

ideolgis ataukah hal-hal yang bersifat konkret?

Kita harus sungguh-sungguh mengonkretkannya di dalam kehidupan sehari-

hari. Termasuk juga di dalam menghasilkan berbagai produk hukum. Pada waktu lalu

Pancasila sudah dinyatakan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Kalau benar-

benar ingin merevitalisasikannya, kita harus konsisten melaksanakan prinsip ini.

Indonesia adalah sebuah novum di dalam sejarah. Ia terdiri dari sekumpulan orang

dengan derajat kemajemukan yang tinggi, namun ingin bersatu menyelesaikan

berbagai persoalan bersama. Inilah keindonesiaan itu. Inilah yang mesti terus-menerus

dibina. Keindonesiaan mesti tertanam di dalam hati sanubari setiap anak bangsa yang

berbeda-beda ini sebagai miliknya sendiri. Hanya dengan demikianlah kita bisa maju

terus ke depan.

Pancasila seharusnya disikapi dengan arif dan kepala dingin, dengan berpikir

dan bertindak agar Pancasila tetap sakti dan lestari sebagai falsafah, pandangan hidup

bangsa Indonesia, dan sebagai dasar dan ideologi negara. Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa merupakan perjanjian luhur seluruh anak bangsa Indonesia

Page 17: Makalah Pancasila Perbaikan

yang sangat majemuk, dan menghormati serta menjamin hak dan martabat

kemanusiaan.

BAB III

PENUTUP

Page 18: Makalah Pancasila Perbaikan

3.1 Kesimpulan

Salah satu peranan Pancasila adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum

di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah dijabarkan dalam

Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum nasional

Indonesia.

Pancasila merupakan azas atau prinsip hukum yang merupakan sumber nilai

dan sumber norma bagi pembentukan hukum derivatnya atau turunannya seperti

undang-undang dasar, undang-undang, Perpu, Peraturan Pemerintah; Perda, dan

seterusnya. Hal demikian ini dapat kita simak dari rumusan Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang

menegaskan: “Pancasila merupakan sumber dari segala hukum”.

Pancasila mengandung nilai dasar yang bersifat tetap, tetapi juga mampu

berkembang secara dinamis. Dengan kata lain, Pancasila menjadi dasar yang statis,

tetapi juga menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis.

Pancasila juga sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu sumber kaidah hukum

yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana

kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara.

Selain itu Pancasila merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita

hukum yang menguasai hukum dasar negara.

3.2 Saran

Untuk menjaga agar Pancasila tetap terpelihara dan lestari, maka harus

Page 19: Makalah Pancasila Perbaikan

dilakukan peningkatan pemahaman pada semua lapisan masyarakat. Yang lebih

penting lagi, para pemimpin harus menjadi teladan dalam pengamalan Pancasila.

Pancasila akan menjadi ideologi yang kuat apabila diamalkan dalam semua aspek

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menuju negara aman, damai,

tentram, adil, makmur dan sejahtera dalam semua aspek kehidupan terutama dalam

penegakan hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

Seandainya nilai-nilai Pancasila tersebut dapat diimplementasikan

sebagaimana yang terkandung di dalamnya, baik oleh rakyat biasa maupun para

pejabat penyelenggara negara, niscayalah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan

negara bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan secara nyata. Terlebih lagi

hingga kini kita selaku bangsa tentulah malu terhadap para pendiri negara yang telah

bersusah payah meletakkan pondasi negara berupa Pancasila, sedangkan kita kini

seakan lupa dengan tidak melaksanakan nilai-nilai Pancasila yang sangat sakti

tersebut.

Daftar Pustaka

Page 20: Makalah Pancasila Perbaikan

1.Bakry Noor M, 1998, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Liberty, Yogyakarta.

2. id.advantacell.com/wiki/Pancasila

3. Kansil, Christine S. T. l, Pancasila dan UUD 1945: bagian 1. Pendidikan

Pancasila, Volume 1. Indonesia.

4. Kuliahade.wordpress.com/2010/07/30/pancasila-penjelasan-sila-sila

5. Notonagoro, 1957, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila Cet. 2,

Pantjoran tujuh Jakarta.

6.Surya Saputra, Lukman. 2003 Pendidikan Kewarganegaraan:

Menumbuhkan Nasionalisme dan Patriotisme. Indonesia.

7 .Sari pendidikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2002, Tiara

Wacana Yogya.

8. Soeprapto, Sri (1997). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.

Yogyakarta: LP-3-UGM

9. www.waspada.co.id/index:makna-kesaktian-pancasila

10. Yamin, Muhammad. Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia. Jakarta: Prapanca

MAKALAH PANCASILA

Page 21: Makalah Pancasila Perbaikan

“Makna Dari Sila-Sila Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa”

Oleh:

Nama: Agia Dwi Nugraha

Nim: 2007730005

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammdiyah Jakarta

Tahun 2010