Makalah tobi (pancasila)

32
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberikan rahmat dan petunjuk- Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Karakteristik Agamawan Pancasialis”.makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik moril maupun materil dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga adanya kesempurnaan di masa yang akan datang. Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaatkan bagi pelaksanaan pembelajaran pendidikan pancasila pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Surabaya, 04 Maret 2017 Penulis 1

Transcript of Makalah tobi (pancasila)

Page 1: Makalah tobi (pancasila)

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Karakteristik Agamawan Pancasialis”.makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah  membantu, baik moril maupun materil dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga adanya kesempurnaan di masa yang akan datang. Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaatkan bagi pelaksanaan pembelajaran pendidikan pancasila pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.

                                                                                    Surabaya, 04 Maret 2017

                                                                                    Penulis

1

Page 2: Makalah tobi (pancasila)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................1KATA PENGANTAR....................................................................................... 2DAFTAR ISI...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah................................................................ 41.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 41.3. Tujuan ........................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN2.1 Hakikat Pancasila............................................................................ 52.2 Pengertian Agamawan..................................................................... 62.3.Konsep Agamawan Pancasila ..........................................................62.4 Landasan Agamawan Pancasila....................................................... 82.5 Agamawan Berjiwa Pancasila...........................................................92.6 Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila ...............................................112.7 Agamawan Pancasila Dalam Perspektif Di Indonesia.......................17

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan...................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22

2

Page 3: Makalah tobi (pancasila)

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang          Studi tentang karakteristik agamawan yang menganggap bahwa agamawan itu

dilahirkan, kemudian yang mencoba menidentifikasi kepemimpinan berdasarkan sifat-sifat

yang melekat pada pemimpin yang berhasil, kemudian lahir teori prilaku yang menganalisis

kepemimpinan yang berhasil itu ditentukan oleh prilaku-prilaku tertentu, kontingensi yang

menganalisis bahwa agamawan itu harus didasarkan pada situasi dan kondisi dimana sebuah

agama itu dijalankan. Inilah garis besar mengenai agamawan yang berkembang selama ini.

Ada suatu konsep yang dikemukankan dari teori lokal yang berdasarkan falsafah

hidup bangsa Indonesia yaitu pancasila. Ciri utama dari kepemimpinan Pancasila adalah

bentuk kapemimpinan yang selalu bersumber dan berlandaskan pada nilai luhur dan norma

Pancasila dalam segala tindak tanduknya, dengan ditunjukkan dengan sikap yang menekan

kepentingan pribadi dan menjunjung kepentingan umat.

3

Page 4: Makalah tobi (pancasila)

1.2  Rumusan Masalah

1.Apa hakikat dari pancasila?2.Apa pengertian agamawan?3.Bagaimana karakteristik agamawan di Indonesia?4.Apa saja landasan agamawan pancasialis?5.Seperti apakah agamawan yang berjiwa pancasila?6. Bagaimana agamawan pancasialis dalam perspektif pemimpin yang ada di Indonesia?

1.3  Tujuan

1.Mengetahui hakikat pancasila2.Mengetahui pengertian agamawan3.Mengetahui karakteristik agamwan di Indonesia4.Mengetahui landasan agamawan pancasila5.Mengetahui agamawan yang berjiwa pancasila6.Mengetahui agamawan pancasialis dalam perspektif pemimpin yang ada di Indonesia

4

Page 5: Makalah tobi (pancasila)

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pancasila            Bicara tentang hakikat berarti membicarakan tentang hal-hal yang hakiki atau

mendasar. Demikian juga halnya dengan upaya memehami hakikat pancasila dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena pancasila memiliki keluasan arti filosofis, maka dari dua pengertian pokok

tersebut  dapat di beri arti yang bermacam-macam, antara lain sebagai berikut;

      A. Pancasila sebagai dasar Negara

Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkanproses panjang

yang di dasari oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia serta malihat pengalaman bangsa-

bangsa lain, kedudukan pancasila sebagai dasar Negara, sebagai mana yang tertuang dalam

pembukaan UUD 1945, merupakan sumber tertib hokum tertinggi yang mengatur kehidupan

Negara dan masyarakat.

B.Pancasila sebagai pandangan hidup

Fungsi pokok pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah sebagai

pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk arah bagi semua kegiatan hidup dan

penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan bangsa

Indonesia.

C.Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

Kepribadian, artinya gambaran  tentang sikap dan prilaku, atau amal perbuatan

manusia, yang khas yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain. Ciri-ciri khas kepribadian

bangsa Indonesia tercermin dalam sila-sila pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia bangsa

yang:

       1.      Berketuhanan yang maha esa

       2.      Berkemanusiaan yang adil dan beradab

       3.      Berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa

       4.      Berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapai hikmat kebilaksanaan, dan

       5.      Bercita-cita mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

      D.Pancasila sebagai pejanjian luhur bangsa Indonesia

            Istilah ‘’ pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa indonesia’’ ini muncul dalam

pidato kenegaraan presiden soekarno di depan siding dewan perwakilan rakyat gotong

royong(DPR-GR)

5

Page 6: Makalah tobi (pancasila)

Pada tanggal 16 agustus 1967. Pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur seluruh rakyat

Indonesia.

E.Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia

            Untuk lebih jelasnya, ganbaran pancasila sebagai citi-cita dan tujuan bangsa Indonesia

akan tampak pada rincian dan tujuan bangsa dan Negara Indonesia dalam alenia keempat

pembukaan UUD 1945, yaitu;

       1.      Melindungi segenap bangsa Indonesia da seluruh tumpah darah Indonesia

       2.      Mumajukan kesejahteraan umum

       3.      Mencerdaskan kehidupan bangsa

       4.      Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadilan social.

      2.2 Pengertian Agamawan

Agamawan berbicara tentang hal hal yang bersifat abstrak (dibalik segala sesuatu

yang bersifat lahiriah).atau berbicara tentang siapa sebenarnya yang berada dibalik seluruh

yang lahiriah serta apa maksud tujuan (hakiki) dari seluruh yang bersifat lahiriah-material

yang digumuli oleh para saintis itu. Dan karena agama Ilahiah tidak berdiri diatas dunia

khayali artinya hanya berdiri diatas hal yang realistik walau realitas itu sebagian bersifat gaib

bagi manusia, Agama juga pada satu sisi berdiri diatas landasan rasionalitas dan pada sisi itu

hanya menerima ide dan agamawan untuk membahas masalah 'garis perbatasan' antara

mereka dimana masalah 'bukti empirik' dan 'bukti rasional' itu menjadi dua topik yang paling

mendominasi pembicaraan. Agamawan dan sekaligus menjadi saintis tentu itu suatu yang

bahkan sangat bagus. Sebaliknya para agamawan harus mulai bereaksi keras bila ada saintis

yang mulai masuk ke wilayah abstrak yang telah menjadi domain para agamawan,misal

mencoba menafsirkan temuan mereka ke arah yang bukan wilayah sains yang berlainan

dengan maksud tujuan Tuhan atau dengan yang telah dikonsepsikan dalam agama.

      2.3 Konsep Agamawan Pancasila

            Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang agamawan harus dapat

menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya

pembangunan nasional tergantung peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad

semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan

demikian perlu dikembangkan motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan

motivasi pengorbanan pengabdian pada unsur kepemimpinannya. Norma-norma yang

6

Page 7: Makalah tobi (pancasila)

tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati dan

diamalkan oleh setiap warga negara, khususnya para pemimpin.

Beberapa kelebihan Agamawan antara lain adalah sebagai berikut :

1. sehat jasmaninya, dengan energi yang berlimpah-limpah, dan keuletan tinggi.

2. memiliki integritas kepribadian, sehingga dia matang, dewasa, bertanggung jawab, dan

susila.

3. rela bekerja atas dasar pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kelompoknya.

4. memiliki inteligensi tinggi untuk menanggapi situasi dan kondisi dengan cermat, efisien-

efektif, memiliki kemampuan persuasi, dan mampu memberikan motivasi yang baik kepada

bawahan.

5. mampu menilai dan membedakan aspek yang positif dari yang negative dari setiap pribadi

dan situasi, agar mendapatkan cara yang paling efisien untuk bertindak.

Moral pancasila dalam kaitannya dengan Agamwan antara sebagai berikut :

1. yang dimaksud dengan pancasila adalah pancasila yang tercantum pada pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945, berupa kesatuan bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu

ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan social

bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi serta diendapkan dalam hati dan kalbu,

sehingga memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan sehari-

hari. Untuk kemudian diterapkan/diramalkan dengan kesungguhan hati dalam kehidupan

bermasyarakat, karena orang menyadari sedalam-dalamnya pancasila sebagai pandangan

hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara Republik

Indonesia) untuk hidup rukun damai bersama-sama.

3. pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Kebebasan beragama

adalah salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan itu

langsung bersumber pada martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Kebebasan

beragama itu bukan pemberian negara dan bukan pula pemberian golongan, akan tetapi

merupakan anugerah Ilahi.

 

7

Page 8: Makalah tobi (pancasila)

2.4 Landasan keagamaan Pancasila

            Selanjutnya, pada tingkat, jenjang serta di bidang apa pun, agamawan harus

mempunyai landasan pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti yang telah

diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Keempat macam landasan pokok

kepemimpinan itu ialah :

1. Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono ):

a) Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda)

b) Nglurung tanpa bala (melurug tanpa balatentara)

c) Menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan)

d) Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan)

2. Landasan Kepemimpinan

a) Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta, konsekuen dalam janjinya.

b) Sifat pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interest, dapat

melihat jauh ke depan/waskita

c) Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka

d) Sifat guru : memberikan teladan baik.

3. Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara 1)

a) Ruwangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara)

b) Wajib melu angrungkebi (wajib ikut bela negara)

c) Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri untuk bersikap berani)

2.5 Agamawan Yang Berjiwa Pancasila

Bagi suatu organisasi apapun, baik itu Negara, Partai Politik, LSM, Ormawa, OKP,

dll yang ingin memperoleh kemajuan dalam bidang usahanya, maka kepemimpinan yang baik

mutlak dibutuhkan bagi organisasi itu terutama keahlian dalam bidang tersebut, Dalam suatu

organisasi dalam mencapai tujuannya, maka seorang pemimpin harus dapat mengelola dan

mengarahkan elemen-elemen yang ada secara baik dan teratur. Seorang pemimpin harus

dapat menciptakan suatu kerjasama yang harmonis di antara pimpinan dan bawahan. Arti

Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam

kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45.

Keyakinan pemimpin pancasila :

1. Semangat Nasionalisme

2. Semangat Kekeluargaan

3. Semangat Gotong Royong

8

Page 9: Makalah tobi (pancasila)

4. Pembangunan Isi Kemerdekaan

5. Pembangunan Falsafah Negara Pancasila

6. Pembangunan Amalan Pancasila

7. Pembangunan Fungsi Manajemen

8. Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan Modernisasi

9. Pembangunan Berazas Persatuan, Kebersamaan, Kesatuan

Pemimpin kita selalu mengklaim diri seorang Pancasilais sejati, namun selalu

menunjukan ironi, ketika dipertanyakan nilai-nilai Pancasila yang dianutnya, ia lebih

menunjukan diri sebagai perwujudan paham nasionalisme sempit, atau suatu ketidakperdulian

dengan pembenaran di sisi lain. Dia meniadakan sila-sila Pancasila, apa lagi Bhineka Tunggal

Ika yang kita anut. Dia hanya menunjuk diri, kuasa egonya agar diketahui dirinya orang besar

yang mempunyai modal untuk menguasai dunia, dimana Pancasila yang sesungguhnya hanya

sebuah inspirasi untuk dijadikan alatnya agar dapat di pakai dalam masa kepemimpinannya

yang sifatnya sementara ini untuk menindas. Ia hanya menjadikan Pancasila untuk

meningkatkan kapitalnya tanpa perduli terhadap yang lain, rakyat pemilihnya.

Melihat hal ini, rakyat tentunya tahu bahwa pemimpinnya bukan pemimpin

Pancasila, dan senjata untuk melawannya tidaklah kuat jika hanya dengan seeokor Kerbau.

Rakyat tentunya masih berpikir untuk melawan pemimpin yang memperalat mereka, dan

masih terus berharap mempunyai pemimpin yang berpihak pada mereka.

Bila kita sejenak merujuk pada referensi sejarah, Pidato Bung Karno 1 Juni tentang

Lahirnya Pancasila memberi kita pencerahan bahwa kita mendirikan negara semua untuk

semua dimana tidak ada klaim kultural maupun stempel identitas tertentu di atas blanko

republik ini. Dalam UUD 1945, Pasal 1 ayat 3 menyatakan Indonesia adalah negara hukum.

Sedangkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, jelas tercantum “Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum”.

Sementara Bhinneka Tunggal Ika, nilai-nilai luhurnya sudah lama ada di sanubari tiap-tiap

rakyat Indonesia. Kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan

menjadi jiwa serta semangat anak-anak bangsa di negeri ini.

Rujukan ideologis, kultural dan konstitusional memberi kita makna bahwa Indonesia

punya cita-cita kolektif dimana semua golongan bisa hidup berdampingan dengan

berlandaskan pada norma-norma hukum dimana sumber rujukanya adalah Pancasila.

Pembangkangan terhadap hukum dengan dalih menjaga ketertiban umum adalah sikap

pengecut. Selama bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang berjiwa kerdil, jangan pernah

9

Page 10: Makalah tobi (pancasila)

berharap bangsa ini bisa besar. Demokrasi yang bersendi Pancasila harus dijalankan dengan

hubungan mayoritas dan minoritas yang berimbang (majority rule, minority rights). Dalam

hal ini berwujud kebijakan publik yang berkeadilan sesuai dengan nilai-nilai kekeluargaan

yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Tanpa itu, demokrasi hanya akan jadi pepesan

kosong bagi rakyat yang lapar rasa adil dan haus rasa nyaman.

Pemimpin Indonesia harus menjadi “Pancasila Hidup” atau “Pancasila Berjalan”

Tanggal 1 Juni 1945 merupakan momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia dalam

menentukan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang baru saja lahir.

Kukuhnya Pancasila sebagia dasar NKRI kenyataannya memang banyak mengorbankan

nyawa sesama bangsa sendiri. Ini membuktikan bahwa Pancasila adalah hasil kerja keras para

pemimpin bangsa dalam menghadapi kondisi pluralitas bangsa Indonesia yang terdiri atas

berbagai macam unsur, baik suku bangsa, adat istiadat maupun agama yang berbeda-beda.

Nilai-nilai universalitas Pancasila makin tampak ketika menghadapi pluralitas masyarakat

Indonesia ketimbang harus mengadopsi kelompok agama tertentu.

Yang paling ironis sekarang ini adalah menjadikan Pancasila hanya sebagai hiasan

dinding yang tak memiliki makna. Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek

kehidupan berkebangsaan tak lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas

para pemimpin bangsa.

Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek kehidupan berkebangsaan tak

lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas para pemimpin bangsa.

Dengan demikian, yang terjadi adalah mentahnya nilai-nilai Pancasila dalam sanubari para

pemimpin kita. Simbol-simbol burung Garuda yang dipajang di setiap kantor pemerintahan

seolah tak memiiki pengaruh apa-apa bagi aktivitas pemerintahan sendiri. Di setiap ruangan

para pejabat tingi ada burung Garuda yang selalu mengawasi segala aktivitasnya, namun

dengan tanpa merasa berdosa mereka berani manandatangani “perjanjian” korupsi yang

jumlahnya miliaran rupiah. Di lain kesempatan mereka dengan rajin membacakan lima sila

Pancasila secara lengkap di depan para bawahannya secara jelas dan tegas. Namun, Pancasila

kini telah kehilangan eksistensinya sebagai perekat kekuatan moral dan pemersatu bangsa.

Tanggal 1 Juni yang diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila tidak hanya menjadi

ajang simbolisasi peringatan yang tak memiliki makna. Kita tidak bisa berdiam diri

membiarkan nilai-nilai luhur Pancasila hilang tanpa meninggalkan jejak. Berkaitan dengan

itu semua, sebagai bangsa yang menjujung tinggi demokrasi, sudah saatnya kita kini selektif

memilih sosok calon pemimpin yang benar-benar memiliki kapabilitas yang cukup mumpuni

dan bermoral Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang

10

Page 11: Makalah tobi (pancasila)

selalu memperhatikan nasib rakyatnya sesuai dengan tujuan kesejahteraan dalam sila

Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang tidak

mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan masyarakatnya. Pemimpin yang

Pancasilais harus mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan-kepentingan

yang lain. Pemimpin yang Pancasilais adalah pemimpin yang tidak terlalu berambisi

mengejar jabatan demi kepentingan pribadi, menanamkan permusuhan dengan lawan-lawan

politiknya.

Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu dengan teguh

mengamalkan sila-sila Pancasila dengan sempurna. Ia adalah pemimpin yang memiliki jiwa

religiositas sesuai dengan sila pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa keadilan

dalam setiap aspeknya, bersikap toleran dan terbuka sebagai jalan untuk mempersatukan

semua unsur perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam pengambilan keputusannya. Dalam

cara pandang sudut agama, Pancasila telah mewakili semua agama yang ada di negeri ini.

Sebagai jalan penengah di antara semua unsur perbedaan itu, Pancasila tidak pernah memihak

kepada salah satu di antara semua agama yang ada. Nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila adalah nilai-nilai moral universal di mana semua agama mengajarkannya.

Seorang agamawan yang baik sudah pasti mengerti filsafat Pancasila menurut

pandangan agamanya. Sebab, Pancasila bersifat netral. Pancasila sesuai dengan agama apa

pun yang ada di negeri ini karena ia yakin bahwa setiap agama pasti mengajarkan nilai-nilai

kebenaran, keadilan, serta toleransi. Kalaupun ada sekelompok orang yang ingin mengganti

Pancasila dengan hukum-hukum agama tertentu, berarti ia kurang bisa membedakan dan

memahami antara agama dan substansi ajarannya.

2.6 Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila

Dalam kepemimpinan Pancasila keterpaduan pola pikir modern

dengandengan pola pikir Pancasila bertumpu pada azas-azas sebagai berikut:

        1. Azas Kebersamaan;

Menurut azas kebersamaan, dalam Kepemimpinan Pancasila hendaknya:

       a. pemimpin dan yang dipimpin merupakan kesatuan organisasi;

       b. pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin;

       c. pemimpin dan yang dipimpin saling pengaruh mempengaruhi;

       d. pemi mpin da n yang d ip i mp in bukan uns u r yang s a l i ng

be r t e n t angan   sehingga tak terjadi dualisme;

11

Page 12: Makalah tobi (pancasila)

       e. masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai tempat dankewajiban hidup

(dharma) sendiri-sendiri dan merupakan suatu golonganyang paling kuat, tetapi juga

tidak menganggap kepentingan seseorangsebagai pusat;

       f. tanpa ada yang dipimpin tidak mungkin ada pemimpin; 

        2. Azas Kekeluargaan dan Kegotong-royongan

Ciri-ciri kekeluargaan dan Kepemimpinan Pancasila, di antaranya:

        a timbul kerjasama yang akrab;

        b.kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu;

        c. berlandaskan kasih sayang dan pengorbanan;

       3. Azas Persatuan dan Kesatuan dalam Kebhinekaan;

Kita semua sadar akan kebhinekaan Bangsa Indonesia, baik dari segi suku, bangsa,

adat istiadat, agama, aliran dan sebagainya. Namun keanekaragaman itu, masing-masing diakui

keberadaannya sendiri-sendiri dan ciri-ciri kepribadiannya dalam persatuan dan kesatuan ibarat

bunga setamandalam satu jambangan, terdiri dari jenis bunga mawar, melati dan

kenangan. Masing-masing tetap dikenal sebagai jenis bunga, tetapi baru akan dinamakan bunga setaman

bila ketiga-ketiganya ada dalam jambangan tersebut, sehingga bunga setaman ini merupakan

suatu kesatuan. Melati tidak mengharapkan  agar mawar dan kenanga berubah menjadi

melati semua. Sebaliknya mawar pun tidak akan memaksa melati supaya berubah

menjadi mawar. Bila tidakdemikian,  maka tidak akan berbentuk bunga setaman.

       4. Azas Selaras, Serasi dan Seimbang;

Semua azas tersebut di atas harus dijiwai dan disemangati oleh azas ke s e l a r a sa n ,

ke s e r a s i an da n kes e im bangan , a z a s ya ng t i da k menca r i me nangnya

se nd i r i , a du kekua t a n , a t a u t im bu l kon t r ad i k s i , kon f l i k da n  pertentangan.

Adanya perbedaan keanekaragaman adalah mencerminkan  kodrat alam yang masing-

masing memiliki tempat. Kedudukan dan kewajiban serta fungsinya sendiri-sendiri. Dengan

adanya berbagai warna seperti biru, hijau, merah, kuning, jingga dan sebagainya akan

memberikan kesan yang indah a pab i l a t e r s u s un se ca ra t epa t . Kom pos i s i

wa rna yang t epa t a kan  menimbulkan suasana indah yang akan menumbuhkan

ketentraman batin. Di negara Indonesia, setiap warga negara diharapkan bersikap dan

bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila.

Seorang pemi mpin d i ha rapkan m en ja d i con t oh t e l a dan s e r t a pa nu tan

o r ang -o rang ya ng d ip im p innya , ma u t i da k mau ha rus be r s ika p dan

12

Page 13: Makalah tobi (pancasila)

be r t i ngkah l a ku se s ua i dengan  Pancasila. Ia harus melaksanakan butir-butir yang

merupakan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang nyata.

Perbuatannya tidak bolehbertentangan dengan  nilai-nilai tersebut.

Dikalangan ABRI telah dirumuskan sebelas asas kepemimpinan, yang telah digali

dari nilai-nilai kepemimpinan di bumi Indonesia. Semua asas itu dapat diterapkan pada tugas-

tugas kepemimpinan pada semua sektor dan eselon, mulai dari guru dan lurah di desa, sampai

pada pejabat-pejabat lokal, regional, dan di pusat pemerintahan. Yang paling penting dari

kesebelas asas tersebut ialah tiga asas pertama, yang sangat ditonjolkan oleh Ki Hajar

Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan prinsip utama kepemimpinan Pancasila. Kesebelas

asas tersebut ialah :

1. Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan)

Pemimpin yang baik adalah orang yang berani berjalan di depan, untuk

menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di arena perjuangan, untuk menghadapi

rintangan dan bahay-bahaya dalam merintis segala macam usaha. Dengan tekad besar

dan keberanian yang membara dia harus sanggup bekerja paling berat, sambil

menegakkan disiplin diri sendiri maupun disiplin pengikutnya. Di depan dia menjadi

teladan yang baik.

Seorang pemimpin harus menngabdikan diri kepada kepentingan umum dan

kepentingan segenap anggota organisasi. Dia bukan hanya pandai memberi perintah

saja, akan tetapi juga bijaksana dalam memberikan petunuju-petunjuk, nasihat-

nasihat, perlindungan dan pertimbangan. Di depan dia harus benar-benar berani

menjadi ”ujung tombak” bagi setiap usaha rintisan dan perjuangan.

        2. Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun motivasi dan kemauan)

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau terjun di tengah-tengah

anak buahnya, merasa senasib sepenanggungan sanggup menggugah dan

membangkitkan gairah serta motivasi kerja, semangat tempur/juang, dan etik kerja

yang tinggi. Karena dia ada di tengah-tengah anak buahnya, maka dia selalu tanggap

dan mampu berpikir serta bertindak dengan cepat serta tepat, sesuai dengan tuntutan

kondisi dan situasinya.

       3. Tut Wuri Handayani

Pada saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup berdiri di belakang anak

buahnya. Hal ini bukan berarti bahwa dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di

belakang pengikutnya, dan mengekor di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi

harus diartikan sebagai mau memberikan dorongan dan kebebasan, agar bawahannya

13

Page 14: Makalah tobi (pancasila)

mau berprakarsa, berani berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk

berpartisipasi dan berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan saja.

Nasihat-nasihat, koreksi, dan petunjuk-petunjuk akan selalu diberikan atas

dasar rasa sayang pada anak buah, dan didorong oleh rasa tanggung jawab besar akan

keberhasilan usaha yang dilakukan bersama-sama. Dengan demikian, walaupun

pemimpin berdiri dibelakang, namun fungsinya memberikan daya kekuatan dan

dukungan moril untuk memperkuat setiap langkah dan tindakan bawahannya.

Ringkasnya, dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang

menguatkan” kepada anak buahnya yang dipimpinnya.

      4.Takwa kepada TYME

 Kepercayaan kepada Tuhan akan membuat kalbu dan hati menjadi bersih

dan suci lahir batin dan membuat pemimpin menjadi hening, heling, dan awas

waspada. ”Hening” dalam bahasa Indonesianya berarti diam, teduh, tenang. Dalam

hal ini pemimpin diharapkan memiliki batin yang telah mengendap, sehingga dia

selalu imbang tenang, tidak pernah gentar, tidak mudah menjadi gugup, khususnya

pada saat-saat yang gawat. Dalam menghadapi cobaan hidup dan bahaya yang

mengancam jiwapun dia harus tetap tenang dan tidak menjadi panik. Sebab apabila

dia menjadi takut dan panik, maka para pengikutnya menjadi kacau, dan organisasi

mendapatkan kerugian. ”Heneng” tenang, namun penuh ketabahan menghadapi segala

tugas-tugas pekerja, serta harus berupaya mencari jalan keluar dari jalan buntu, dan

tidak pernah kehabisan akal menyelesaikan setiap permasalahan yan harus ditangani.

“Hening” artinya bening, bersih, suci, sejati, ceria, jernih, murni. Pemimpin

itu harus memiliki keheningan batin, yaitu ketulusan, kelurusan dan keikhlasan. Dia

selalu bersikap jujur terhadap diri sendiri dan terhadap para pengikutnya, tanpa

memiliki pamrih kecuali mengabdi dan melayani sebagai seorang pemimpin. Dalam

keheningan rasa dan ciptanya, dia selalu tekun memikirkan kemajuan organisasi dan

kesejahteraan anak buah yang dibina dan dibimbingnya.

“Heling” artinya ingat, sadar, dan insyaf. Yaitu menyadari hakikta alam

dengan segala hukum-hukumnya, juga selalu ingat pada perilaku yang luhur, baik dan

jujur. Dengan demikian akan terhindar kesulitan, bahaya, kesdihan, kemelaratan,

kesengsaraan dan penderitaan. Ingat pula bahwa keserakahan hati, kemunafikkan dan

kejahatan itu selalu akan menyebarkan malapetaka dan kesedihan, baik pada diri

sendiri maupun bagi rakyat banyak.

14

Page 15: Makalah tobi (pancasila)

“Awas” artinya dapat melihat. Dapat melihat gejala yang ada di dunia,

dengan jalan menguak tabir penyelubung, sehingga setiap peristiwa tampak jelas

tanpa penutup, dan bisa dipahami benar karena semua sudah terbuka, orang tidak

perlu merasa ragu-ragu, takut, dan cemas. Maka dengan kemampuan menyingkap

segala tabir kehidupan, akan tersingkap semua rahasia. Orang tidak menjadi takut,

bahkan justru dapat membuat macam-macam rencana untuk masa depan. Semua

kesulitan dan hambatan bisa diatasi, sehingga perencanaan dan pelaksanaan kerja bisa

diselesaikan menurut jadwal semula.

Bijaksana itu mengandung pengertia pandai, cakap, mahir, bijaksana, mahir,

ahli, berpengalaman, cerdik banyak akal, sehingga pribadi yang bersangkutan

memiliki kewibawaan untuk memimpin.

       5.Waspada purba wisesa (waspada dan berkuasa)

Waspada itu mempunyai ketajaman penglihatan dan juga mampu menembus

penglihatan ke depan, mampu mengadakan forecasting atau meramal bagi masa mendatang,

atau bersifat futuristik. Sedang ”murba” atau ”purba” itu artinya mampu mencipta atau

mampu mengendalikan menguasai.

Wasesa ialah keunggulan, kelebihan, kekuasaan berdasarkan kewibawaan, atau

kewibawaan yang disertai kekuasaan. Jadi purba wasesa ialah mampu menciptakan dan

mengendalikan semua kelebihan/keunggulan dan kekuasaan.

       6.Ambeg paramarta

Ambeg itu artinya mempunyai sifat-sifat. Paramarta (sansekerta : paramartha)

artinya yang benar, yang hakiki. Maka ambeg paramartha itu artinya murah, karim,

dermawan, mulia, murni, baik hati. Biasanya ”paramartha” selalu disertai dengan ”adil” jadi

ambeg adil-paramartha berarti : bersikap adil, mampu membedakan yang penting dan yang

tidak penting, sehingga mendahulukan hal-hal yang perlu dan penting, dan menomorduakan

peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak penting. Jadi, pemimpin itu harus cakap menyusun

satu sistem hierarki, agar selalu dapat memeriksa (haniti priksa), serta menata segala usaha

dan prilaku. Ringkasnya, dia mampu dengan tepat memilih mana yang harus didahulukan,

dan mana yang harus diusulkan kemudian serta selalu bersikap adil.

       7.Ambeg prasaja (bersifat sederhana)

Ambeg prasaja pada diri pemimpin itu berarti dia bersifat sederhana, terus terang,

blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar, dan toleran. Sikapnya bersahaja/tunggal, hidupnya

juga tidak berlebih-lebihan, tetap sederhana, dan tidak tamak.

       8. Ambeg Satya (setia)

15

Page 16: Makalah tobi (pancasila)

Amberg satya itu ialah bersifat setia, menepati janji, dan selalu memenuhi segala

ucapannya. Pemimpin sedemikian ini dapat dipercaya sebab dia jujur-lurus-tulus dan setia,

cermat, tepat, dan loyal terhadap kelompoknya. Dia senantiasa berusaha agar hidupnya

berguna, dan bisa membuat senang serta bahagia orang lain, terutama bawahan atau anak

buahnya.

       9. Gemi Nastiti ( hemat dan teliti-cermat)

Pemimpin yang baik itu sifatnya hemat cermat, dan berhati-hati, tidak boros. Hemat

karena ia mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan efektif dan efisien. Hemat pula

dalam mengelola sumber tenaga manusia, material, dan harta per,odalan, dan menyingkiri

semua tingkah laku yang tidak memberi manfaat.

Cermat itu dalam bahasa Jawanya ialah nastiti, yaitu meneliti dengan sangat hati-hati

segala karya, perbuatan, dan peristiwa di sekitarnya. Sedang berhati-hati artinya : pemimpin

itu selalu bernalar, cermat, dan teliti. Selalu menggunakan duga prayoga, yaitu pandai

menduga-duga apakah yang paling prayoga/baik pada suatu saat. Lalu menghindari hal-hal

yang bisa mendatangkan mara bahaya dan kesengsaraan. Dia sadar dan mampu membatasi

penggunaaan dan pengeluaran apa saja untuk keperluan yang benar-benar penting.

       10.Blaka ( terbuka, jujur, lurus)

Pimpinan yang baik harus bersikap terbuka, komunikatif. Dia bersedia memberikan

kesempatan kepada bawahan dan orang lain untuk mengemukakan sugesti usul, pendapat,

kritik yang konstruktif, dan koreksi. Dia tidak merasa terlalu bodoh atau malu hati untuk

belajar dari lingkungan dan bawahannya sendiri sekalipun. Sebab, belajar dari pengalaman

orang lain itu merupakan pemerkayaan pribadinya. Ringkasnya, personnya merupakan satu

sistem yang terbuka.

       11.Legawa (tulus ikhlas)

Legawa artinya rela dan tulus ikhlas, setiap saat dia bersedia untuk memberikan

pengorbanan. Sifat orangnya ialah pemurah (murah hati), karim, dan dermawan. Dia mudah

merasa senang bahagia dengan kesukaan yang kecil-kecil, dan tidak mabuk oleh kesukaan

yang besar-besar. Karena itu sifatnya prasaja/sederhana dan tulus rela. Jika terjadi

kekecewaan dan kegagalan, maka dia bisa ”mupus” atau menghibur diri, dan pasrah

menyerah dengan hati yang murni kemudia bangkit kembali, berusaha membangun dan

berkarya lagi.

16

Page 17: Makalah tobi (pancasila)

2.7 Kepemimpinan Pancasila Dalam Perspektif Pemimpin yang Ada di Indonesia

            Kepemimpinan pancasila, teori ini mengisyaratkan bahwa kepemimpinan itu harus

didasarkan pada nilai-nilai pancasila seperti yang dijelaskan oleh lima sila yang ada pada

idiologi negara ini. Kepemimpinan pancasila menurut Drs. Sukarna dalam bukunya yang

berjudul “kepemimpinan dalam administrasi Negara” adalah kepemimpinan yang Thesis

(percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa), kepemimpinan yang humanis (memiliki rasa

kemanusian), kepemimpinan yang demokratis, kepemimpinan yang runitaris

(mempersatukan) dan kepemimpinan yang sosial justice ( kepemimpinan yang berkeadilan).

Kepemimpinan pancasila mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah

pemimpin yang mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinanya, baik itu nilai

keTuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Secara

lebih terperinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Thesis atau yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa

            Kepemimpinan Thesis adalah kepemimpinan yang religius dan melaksanakan hal-hal

yang harus diperbuat yang diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap larangan

Tuhan dan agamanya. Kepemimipinan ini didasarkan pada sila pertama yaitu ke-Tuhanan

Yang Maha Esa. Kepemimpinan tipe thesis ini biasanya dimainkan oleh tokoh-tokoh agama,

tokoh-tokoh religius dan pemimpin yang taat pada aturan agamanya. Ajaran-ajaran agama

menjadi tolak ukur setiap tindakan yang diambil oleh pemimpin yang seperti ini. Konsep

kepemimpinan thesis ini sangat susah diterapkan karena merupakan konsep ideal suatu

kepemimpinan, dan merupakan das sein namun das sollennya tidak semua pemimpin mampu

mewujudkannya. Kepemimpinan tipe ini sangat dipengaruhi oleh ajaran agama yang

dianutnya, misalnya Islam dengan gaya nabi panutannya yaitu Nabi Muhammad, kemudian

Kristen dengan tokoh panutannya yaitu Jesust Crist, serta Hindu dan Budha dengan Dewa

yang mereka yakini sebagai tokoh panutan dalam bertindak.

2. Agamawan yang humanis

            Kepemimpinan model ini berdasarkan sila ke-2 pancasila kita yaitu kemanusiaan yang

adil dan beradab. Maka setiap tindakan kepemimpinan harus berdasarkan perikemanusiaan,

perikeadaban dan perikeadilan. Perikemanusiaan diartikan sebagai suatu tindakan yang

didasarkan nilai-niali kemanusiaan yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Perikeadaban dimaksudkan sebagai nilai-nilai manusia yang beradab, yang memiliki etika

sosial yang kuat dan menjunjung tinggi kebersamaan yang harmonis. Kemudian perikeadilan

dianggap sebagai prilaku pemimpin yang adil kepada setiap orang yang dipimpinnya, adil

bukan berarti sama rata, namun adil sesuai dengan hak dan kewajibannya atau sesuai dengan

17

Page 18: Makalah tobi (pancasila)

porsinya. Praktek kepemimpinan model ini juga tidak gampang, perlu pembelajaran dan

penghayatan yang mendalam dan harus tertanam dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari

para pemimpin model ini.

3. Agamawan yang unitaris atau nasionalis

            Kepemimpinan yang mengacu pada sila ke-3 ini yaitu persatuan indonesia tidak boleh

melepaskan diri dari nasionalisme yang sehat. Nasionalisme diartikan sebagai kesetiaan

tertinggi dari setiap inividu ditujukan kepada kepribadian bangsa. Ada 4 fungsi nasionalisme

bagi kepemimpinan administratif menurut Drs. Sukarna, yaitu:

a. Mempersatukan seluruh kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya dan bangsa Indonesia

b. Mengeliminasi dominasi asing, ataupun yang bersifat asing dalam politik, ekonomi, sosial

dan budaya

c. Mempertahankan kepribadian bangsa indonsia di tengah-tengah percaturan global

d. Mengusahakan gengsi dan pengaruh dalam dunia internasional

Kepemimpinan yang menyatukan yang menjadikan perbedaan itu ke suatu arah tujuan

bersama itulah ide utama dari kepemimpinan tipe ini, dengan perbedaan yang ada kita tetap

teguh dan kuat dalam menghadapi tantangan dan acaman dari luar. Esensinya bahwa rasa

cinta pada negeri yang rasional dan kemampuan untuk menyatukan berbagai kepentingan

dalam masyarakatnya. Kepemimpinan tipe ini harus bebas dari primordial yang sempit, harus

mempunyai wawasan nusantara yang mendalam, agar tidak terpengaruhi oleh iming-iming

asing yang menggoda sesaat.

4. Agamawan demokratik

            Kepemimpinan administratif yang mengacu pada sila ke-4 yaitu kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan atau dengan kata

lain adalah kepemimpinan demokratis pancasila. Adapun ciri-ciri kepemimpinan yang

demokratis pancasila ini menurut Drs. Sukarna adalah sebagai berikut:

a. Agamawan administartif tunduk dan taat kepada kehendak serta aspirasi-aspirasi rakyat di

dalam segala bidang baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

b.Agamawan administratif selalu melaksanakan amanat rakyat yang tertuang dalam falsafah

hidupnya sendiri, UUD dan aturan lain yang ada dibawahnya yang merupakan aspirasi dan

suara rakyat

c. Agamawan demokratik selalu menjunjung tinggi falsafah”ambeg paramarta” yaitu

mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, buka ororiter atau tirani

d. Agamawan demokratik harus menjunjung tinggi penegakan hukum, karena negara kita

adalah negara hukum

18

Page 19: Makalah tobi (pancasila)

e. Agamwan administratif mempunyai kewajiban untuk menegakan HAM

f. Agamawan yang demokratik pada dasarnya tidak memusatkan kekuasaan pada satu tangan,

namun meyerahkannya kepada pembagian yang proporsional.

5. Agamawan social justice

           Agamawan yang didasarkan pada sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat

indonesia. Agamawanberkeadilan itulah konsep dasar teori ini, adil dalam hal ini bukan sama

rata dan sama rasa, namu lebih pada adil yang sesuai dengan hak dan kewajibannya, harus

proporsional, oleh karena itu untuk menerapkan kepemimpinan ini perlu strategi yang tepat

untuk mengasah kemampuan membuat suatu kebijaksanaan yang benar-benar bijaksana.

Pemimpin yang menganut paham ini harus pandai membaca situasi, harus pandai mencari

kearifan dan menemukan hal-hal yang tidak pernah dikemukakan orang lain yang benar-

benar sesuai dengan kondisi masyarakat. yang pemimpinnya menganut paham otoriterisme,

karena dalam konsep otoriterisme tidak meengenal keadilan model ini;

e. Menempatkan pengikutnya diatas segalanya, karena dia sebagai pelayan pengikutnya

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, yang memiliki corak

kebhinekaan, baik etnis, suku, budaya, maupun keragaman dalam polotik dan ekonomi.

Karena hal itu, kerap menimbulakan pola pikir yang mementingkan kelompok atau

primordialisme.Kondisi yang demikian menyebabkan masyarakat Indonesia secara umum,

masih sulit mengadakan penyesuaian terhadap hadirnya nilai-nilai baru. Oleh karena itu,

diperlukan sosok kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan keragaman tersebut dan dapat

memadukan atau menggali inspirasi dari nilai-nilai luhur Nusantara dan nilai-nilai kamajuan

universal, yang disebut dengan Kepemimpinan Pancasila.

Kepemimpinan yang berjiwa pancasila adalah pemimpin dambaan semua

masyarakat indonesia. Pemimpin yang selalu mendahulukan kepentingan masyarakat atau

kepentingan bersama dari pada kepentingan lain atau kepentingan pribadi. Pimpinanlah yang

merupakan motor pergerakan dari suatu usaha atau kegitan, juga dalam pengambilan

19

Page 20: Makalah tobi (pancasila)

keputusan, dan kebijakan yang dapat mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu

secara efktif dan efisien. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang dapat

memancarkan watak pribadi dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan,

kebersaman dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan, kebersamaan ,

keselarasan, keseimbangan dan keserasian hidup.

Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat

dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan

UUD’45.

DAFTAR PUSTAKA

http://kehidupansaatini.blogspot.co.id/2014/05/hakikat-pancasila.html

http://www.academia.edu/5029421/HAKIKAT_PANCASILA

http://www.antaranews.com/berita/40657/pbnu-ajak-agamawan-perteguh-pancasila-

sebagai-ideologi-negara

Ismaun. Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Indonesia.

Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

20