makalah PANCASILA
-
Upload
bocah-gemblung -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
description
Transcript of makalah PANCASILA
PANCASILA
TUJUAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
Makalah ini disusun guna memenuhi
Tugas mata kuliah pancasila
Dosen Pembimbing : Drs. Baidi, M. Pd.
Disusun Oleh :
1. Khoirurizal Santri ( 113111199 )
2. Kholida Muhajiroh ( 113111200 )
3. Kusni Widyawati ( 113111201 )
4. Laili Rahmawati ( 113111202 )
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayahnya kepada kita sampai saat ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan baik sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Pancasila.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada teman-teman
semua mengenai upaya mencapai dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia
pada periode 1945- Sekarang. Sehingga kita dan mengisi kemerdekaan RI, tentu
saja dengan lingkup kita sebagai Mahasiswa.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan masalah ini, untuk
itu kami mengharap kritik dan saran dari teman-teman semoga dapat memperbaiki
dan menyempurnakan kualitas karya kami berikutnya.
Surakarta, April 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Suatu negara mempunyai sejarah masing-masing, tak terkecuali negara
Indonesia yang juga memiliki beragam suku bangsa, bahasa, dan agama.
Disini akan membahas perjuangan mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan terutama pada periode 1945 - Sekarang. Yang dimana lahirlah
organisasi penolakan presiden Soeharto dengan gerakan reformasi turunnya
jabatan kepresidenan Soeharto dan pergantian kepemimpinan.
Negara Indonesia telah Merdeka pada tanggal 17 agustus 1945 . Tetapi
kenyataanya Negara Indonesia masih harus menghadapi berbagai permasalahan
yang menimpanya . Seperti berbagai pemberontakan yang terjadi di berbagai
wilayah di Indonesia
Konflik perpecahan pasca Orde Baru muncul, seperti konflik Ambon,
Timor konflik Madura-Dayak di Kalimantan, hingga gejolak di Papua pun
terpicu karena rasa tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan
sumber alamnya. Terdapat juga kelebihan dan kekurangan pada sistem
pemerintahan Orde Baru. Pas Orde Baru muncul pemerintahan-pemerintahan
baru yang berbeda penilaian hingga saat ini.
B. Tujuan
Agar Mahasiswa lebih Mengetahui bagaimana cara Indonesia mengisi dan
mempertahankan kemerdekaan, terutama pada periode 1945 – Sekarang.
Selain itu, juga mengetahui sejarah- sejarah kepemimpinan Indonesia.
C. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pada Periode 1945 – 1949
1. Kekalahan jepang dan persiapan kemerdekaan
Pada tanggal 9 Agustus 1945 tentara sekutu mnejatuhkan bom
atom kedua di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Ini menyebabkan Jepang
menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Pada tanggal 15
Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat atau tanpa perjanjian kepada
Sekutu. Maka tanggal 15 Agustus 1945 dapat disebut sebagai hari
perdamaian dunia karena seluruh rangkaian Perang Dunia, baik di Eropa
maupun di Asia telah berakhir. Kedudukan jepang harus digantikan oleh
Sekutu. Berita penyerahan Jepang kepda sekutu memang dirahasiakan
agar tidakdiketahuai oleh para pemimpin bangsa Indonesia, dengan
maksud agar bangsa imdonesia tidak melakukan proklamasi
Kemerdekaan. Tetapi rahasia itu dapat diketahui oleh kelompok pemuda
dan beberapa orang pemimpin Indonesia melalui sebuah radio.
2. peristiwa- peristiwa penting menjelang kemerdekaan
a. Pembentukan BPUPKI
BPUPKI ( Badan penyelidik usaha- usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia) dibentuk pada tanggal 1 maret 1945 dengan
tujuan untuk menyelidiki hal- hal penting menyangkut pembentukan
Negara Indonesia merdeka. BPUPKI dilaksanakan sebanyak 2 kali,
yakni tanggal 29 mei 1945 untuk merumuskan dasar Negara indonesia
dan 14 juli 1945 untuk merumuskan undang- undang dasar.
b. Pembentukan PPKI
PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia ) di bentuk
pada tanggal 7 agustus 1945 dengan tujuan untuk mempesiapkan
kemerdekaaan Indonesia.
c. Peristiwa Rengasdenglok
Disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat antara golongan
tua dan golongan muda berkaitan dengan waktu yang tepat untuk
mengumandangkan proklamasi kemerdekaan. Akibat munculnya
perbedaan pendapat tersebut , maka golongan muda melakukan
penculikan terhadap golongan tua, yaitu Ir. Soekarno dan Muhammad
Hatta dan di asingkan di Rengasdenglok.
d. Perumusan Konsep Proklamasi Kemerdekaan
Perumusan konsep proklamasi kemerdekaan di buat di
kediaman laksamana muda maeda. Konsep naskah proklamasi dibuat
bedasarkan sumbangan pemikiran ahmad subardjo (pernyataan
kemauan bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sensisri) dan
Muhammad hatta (mengenai pengalihan kekuasaanatau transfer of
sovereignty.
e. Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada tanggal
17 agustus 1945di jalan pegangsaan timur no. 56 jakarta, pukul 10.000
WIB. Adapun susunan acaranya: pidato pendahuluan (ir. Soekarno)
sekaligus pembacaan teks proklamasi, pengibaran bendera merah
putih, sambutan dari walikota.
3. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan diberbagai daerah
a. Pertempuran Surabaya
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 yang
diawali dengan munculnya insiden bendera di hotel Yamato yang
melibatkan pemuda Surabaya dan sekutu.
b. Pertempuran palangan ambarawa
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 20 November 1945 dan
berakhir pada tanggal 15 Desember 1945. Pertempuran ini terjadi
antara pasukan TKR bersama rakyat Indonesia dan pasukan sekutu-
iggris.
c. Pertempuran medan area
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan AFNEI
pimpinan Brigjen TED Kelly mendarat di Medan yang diboncengin
oleh NICA.
d. Bandung lautan api
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 17Oktober 1945, pasukan Sekutu
dating di Bandung yang diboncengin oleh tentara NICA yang ingin
mengembalikan kekuasaannya di Indonesia.
e. Peristiwa merah putih di manado
Peristiwa merah putih terjadi pada tanggal 14 Februari 1946 di
Manado yang disebabkan oleh kedatangan Sekutu yang diboncengi
NICA.
f. Peristiwa merah putih di biak
Pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi perlawanan rakyat Biak terhadap
pasukan NICA, yang menjadi sasarannya adalah kamp pertahanan
NICA yang berada di daerah Sondo.
g. Pertempuran puputan margarana
Pada tanggal 2-3 Maret 1946 pasukan Belanda tiba di Bali dan
membujuk I Gusti Ngurah Rai agar mau bekerja sama dengan pihak
Belanda.
Di samping tindakan-tindakan kekerasan di atas, wujud penentangan
terhadap pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga Nampak
dari adanya perundingan-perundingan yang menolak kemerdekaan
Indonesia seperti:
- Perundingan linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946
di Linggarjati, pihak Indonesia diwakili oleh jenderal Soedirman
dan Jenderal Oerip Soemohardjo sedangkan sebagai penengah dari
Inggris adalah Lord Killearn. Yang isi dari perjanjianya adalah :
1. Pemerintah belanda mengakui kekuasaan de facto Republik
Indonesia atas Jawa,Madura dan Sumatra.
2. Pemerintah Indonesia dan Belanda akan mendirikan Negara
Serikat pada tanggal 1 Januari 1949.
3. Negara Indonesia serikat Indonesia dihubungkan dengan
Belanda dalam suatu Uni Indonesia dan Belanda.
- Perundingan Roem royem
Pada tanggal 14 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda
menyepakati Perjanjian Roem Royen.Isinya :
1. Pemerintah Indonesia akan mengeluarkan perintah
menghentikan perang gerilya.
2. Kerjasama dalam hal pengembalian perdamaian dan menjaga
keamanan serta ketertiban
3. Turut serta dalam KBM yang bertujuan untuk mempercepat
penyerahan kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat
kepada Negara Repoblik Indonesia
- Perundingan Renville
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan
Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas
geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral, USS
Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi
oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices for
Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan
Belgia.Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir
Syarifuddin Harahap. Delegasi Kerajaan Belanda dipimpin oleh
Kolonel KNIL R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo. Delegasi Amerika
Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.Isi perjanjian:
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan
Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan
wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di
wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia
di Yogyakarta
Pada tanggal 19 Januari ditandatangani persetujuan
Renville Wilayah Republik selama masa peralihan sampai
penyelesaian akhir dicapai,. Perdana menteri Belanda menjelaskan
mengapa persetujuan itu ditandatangani agar Belanda tidak
"menimbulkan rasa benci Amerika".Nasib dan kelanjutan
Perundingan Renville relatif sama dengan Perundingan
Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan
- KMB (Konferensi meja bundar)
Konferensi ini di adakan di Den Haag Belanda pada tanggal
23 agustus 1949. Berikut ini keputusan KMB bagi rakyat
Indonesia:
a. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS)sebagai
Negara merdeka dan berdaulat.
b. Akan dibentuk Uni-Indonesia Belanda berdasarkan kerja sama
sukarela dan sederajat.
c. Status Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu satu tahun
sesudah pengakuan kedaulatan
d. RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak
konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
e. RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak
tahun 1942.
B. PADA PERIODE 1950 - 1959
Era di mana presiden Soekarno memerintah menggunakan
konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950.
Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959.
1. Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama
Darul Islam atau DI) adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7
Agustus 1949 (12 Syawal 1368 Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan
Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Gerakan ini bertujuan membela Republik Indonesia yang saat itu
baru saja diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang
dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama
Islam sebagai dasar negara. tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal
17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII).
Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam
Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya
dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi
adalah Al Quran dan Hadits". Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan
tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat undang-undang yang
berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi
selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum
kafir",gerakan ini juga menyebar di beberapa wilayah Indonesia.
Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
terjadi di empat daerah, yaitu :
a. DI/TII Jawa Barat
Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekar Marijan
Kartosuwiryo,Pemerintah menumpas dengan operasi militer yang
disebut Operasi Bharatayuda. Pada tanggal 4 juni 1962,
Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung
Geber, Majalaya, Jawa Barat. Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati
16 Agustus 1962.
b. DI/TII Jawa Tengah
Pemberontakan ini dipimpin oleh Amir Fatah,bergerak di
daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan,Untuk menghancurkan
gerakan ini, Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng
Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini.
c. DI/TII Aceh
Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud
Beureueh yang pada tanggal 20 September 1953 memproklamasikan
daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah
pimpinan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan
dengan kombonasi operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata dari
musyawarah tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah
Aceh.
d. DI/TII Sulawesi Selatan
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kahar,Kahar Muzakar
mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan
menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7
Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak
mati oleh pasukan TNI.
2. Pemilihan Umum Indonesia 1955
adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan diadakan
pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu
Indonesia yang paling demokratis.Pemilu tahun 1955 ini
dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif;
beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo.
Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi
juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang
ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman.
Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap,
yaitu:
Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap
ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti
oleh 29 partai politik dan individu,
Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante.
Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.
Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional
Indonesia mendapatkan 57 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante
(22,3 persen), Masyumi 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante
(20,9 persen), Nahdlatul Ulama 45 kursi DPR dan 91 kursi
Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39 kursi DPR
dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam
Indonesia (2,89 persen).Partai-partai lainnya, mendapat kursi di
bawah 10.Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet
diakibatkan situasi politik yang tidak stabil. Tercatat ada 7 kabinet
pada masa ini.
1950-1951 - Kabinet Natsir
1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
1952-1953 - Kabinet Wilopo
1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
1957-1959 - Kabinet Djuanda
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah dekrit yang mengakhiri
masa parlementer dan digunakan kembalinya UUD 1945. Masa
sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi TerpimpinIsinya ialah:
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
C. PADA PERIODE 1960 - 1966
1. Gerakan 30 September
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S
PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh),
Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi
selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965
di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa
orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang
kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.PKI
merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar
Tiongkok dan Uni Soviet.
Kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha
memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan
polisi dan militer. Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan
"Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964,
Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari
"sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata. Di akhir 1964
dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang
bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar
terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI
yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli
tanah siapa pun (milik negara=milik bersama)..Pada permulaan
1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan
minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab ini
dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Menteri-menteri PKI
juga duduk di sebelah para petinggi militer di dalam kabinet Sukarno
ini.Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan
melarang aksi-aksi mogok di industri.Kepemimpinan PKI tetap
berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia.
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar
isu sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk
dan isu perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia.
Namun menurut Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karno
hanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI
melakukan tindakan tersebut.Tahunya Aidit akan jenis sakitnya
Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut sengaja dihembuskan PKI
untuk memicu ketidakpastian di masyarakat.
Faktor G30S PKI:
Faktor Malaysia
Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk pada tanggal
16 September 1963 adalah salah satu faktor penting dalam insiden
ini.Konfrontasi Indonesia-Malaysia merupakan salah satu penyebab
kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi
para tentara yang menggabungkan diri dalam gerakan G30S/Gestok
(Gerakan Satu Oktober), dan juga pada akhirnya menyebabkan PKI
melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.Soekarno yang
murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-
injak lambang negara Indonesia[2] dan ingin melakukan balas
dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan sebutan
"Ganyang Malaysia" kepada negara Federasi Malaysia yang telah
sangat menghina Indonesia dan presiden Indonesia.
Perintah Soekarno kepada Angkatan Darat untuk
meng"ganyang Malaysia" ditanggapi dengan dingin oleh para
jenderal pada saat itu. Di satu pihak Letjen Ahmad Yani tidak ingin
melawan Malaysia yang dibantu oleh Inggris dengan anggapan
bahwa tentara Indonesia pada saat itu tidak memadai untuk
peperangan dengan skala tersebut, sedangkan di pihak lain Kepala
Staf TNI Angkatan Darat A.H. Nasution setuju dengan usulan
Soekarno karena ia mengkhawatirkan isu Malaysia ini akan
ditunggangi oleh PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan
politik di Indonesia.Pada saat PKI memperoleh angin segar, justru
para penentangnyalah yang menghadapi keadaan yang buruk;
mereka melihat posisi PKI yang semakin menguat sebagai suatu
ancaman, ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai
Komunis sedunia, khususnya dengan adanya poros Jakarta-Beijing-
Moskow-Pyongyang-Phnom Penh
Faktor ekonomi
Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat
rendah mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI)
meluntur. Mereka tidak sepenuhnya menyetujui kebijakan "ganyang
Malaysia" yang dianggap akan semakin memperparah keadaan
Indonesia.Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan
melambung tinggi, rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras,
minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya.
Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah keputusan
Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan
penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yang
menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut,
banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari hanya makan bonggol
pisang, umbi-umbian, gaplek, serta bahan makanan yang tidak layak
dikonsumsi lainnya; pun mereka menggunakan kain dari karung
sebagai pakaian mereka.
Gerakan 30 September memakan korban yaitu dari kalangan
Petinggi Militer,antara lain :
Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan
Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD
bidang Administrasi)
Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III
Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima
AD bidang Intelijen)
Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV
Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur
Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Sedangkan Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi
sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan
beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha
pembunuhan tersebut.
Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil
Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)
Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di
Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat
mereka ditemukan pada 3 Oktober.Pasca pembunuhan beberapa
perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua sarana komunikasi
vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor
Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui
RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September
yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan
Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.
Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai
oleh Letkol Untung SutopoDi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI
melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso (Komandan
Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf
Korem 072/Yogyakarta).
Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua
perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan
dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan
sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan
Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke
Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari
perlindungan.Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat
untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara
angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian
kekerasan.Pada tanggal 16 Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen
Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara.
Berikut kutipan amanat presiden Sukarno kepada Suharto pada saat
Suharto disumpah:
Supersemar
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno
memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah
Sebelas Maret. Ia memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-
langkah yang sesuai" untuk mengembalikan ketenangan dan untuk
melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas
ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto,
selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban
(Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap
perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat
itu.Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet
Dwikora yang disempurnakan yang dikenal dengan nama "kabinet
100 menteri".
Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai
panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa melaporkan
bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang
belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan
Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas menahan orang-orang
yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-S di antaranya
adalah Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.Berdasarkan laporan
tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan
Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh berangkat ke Bogor dengan
helikopter yang sudah disiapkan. Sementara Sidang akhirnya ditutup
oleh Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena yang kemudian
menyusul ke Bogor.Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral
Soeharto (yang kemudian menjadi Presiden menggantikan Soekarno)
yang pada saat itu selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan
Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat peristiwa
G-30-S/PKI itu.
Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto saat itu tidak menghadiri
sidang kabinet karena sakit. (Sebagian kalangan menilai
ketidakhadiran Soeharto dalam sidang kabinet dianggap sebagai
sekenario Soeharto untuk menunggu situasi. Sebab dianggap sebagai
sebuah kejanggalan).Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang
perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di
Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral
Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di
Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga
perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang
terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend
Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan
bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan
kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan.
Menurut Jendral (purn) M Jusuf, pembicaraan dengan
Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.Presiden Soekarno
setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai
Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai
Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku
panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu
untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
D. Periode 1966-1998
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan :
Dari pembahasan di depan, kita dapat menyimpulkan bahwa : pada periode
1945 – 1949
Cara Indonesia dalam mengisi dan mempertahankan
kemerdekaan adalah dengan berbagai perjajnjian.
Pada Periode 1950 – 1959
Cara Indonesia dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan
adalah dengan me;awan pemberontakan di berbagai daerah,
mengadakan pemilu presiden.
Periode 1960 – 1966
Cara Indonesia dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan
adalah dengan menumpang G30 S PKI dan dikeluarkannya Supersemar.
DAFTAR PUSTAKA
- http/www. Geogle.com/Sejarah Nasional Indonesia.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa Orde Baru (1967-1998), Pemerintah menyatakan kembali
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara mumi dan konsekuen. Namun
dalam pelaksanaannya terjadi juga penyelewengan UUD 1945 yang
mengakibatkan terlalu besarnya kekuasaan pada Presiden.
Dari penjelasan diatas menyimpulkan Perilaku konstitusional
menunjuk pada perilaku para pejabat pemerintah dan penyelenggara negara
untuk bersikap dan bertindak tesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam konstitusi.
Salah satu tuntutan reformasi adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Tuntutan / tujuan reformasi UUD 1945
waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekliasaan, eksistensi negara demolcrasi
dan negara hukum. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.