_Makalah P1 BLOK 9

23

Click here to load reader

description

makalah p1 blok 9

Transcript of _Makalah P1 BLOK 9

Page 1: _Makalah P1 BLOK 9

LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 1

BLOK 9 (ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 5)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

AMIRUL IHLAS HIROSHI (0606028792)

AJENG TRI A (0606066550)

ATIK R (0606066664)

EMERITA DIAN N (0606066752)

INEZ HANIDA (0606066840)

LOVIAMANDA (0606066935)

PATRICIA R S (0606067055)

RIEZKY ANNISA P (0606067105)

SARAH ANDINI (0606067156)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS INDONESIA

2008

Page 2: _Makalah P1 BLOK 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga

laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan hasil diskusi kelompok 8 pada

pemicu 1 blok 8 ini. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik

melalui laporan ini. Namun, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentu masih

banyak kesalahan yang terdapat dalam laporan ini. Laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari staf pengajar, teman-teman, dan siapapun

yang membaca laporan ini.

Ucapan terima kasih kami ucapkan pada fasilitator kelompok 8, drg.Fadli Jazaldi, Sp.Ort,

seluruh staf pengajar blok 9, seluruh anggota kelompok 8 yang telah berkontribusi secara maksimal

dalam penyusunan laporan ini, dan pihak-pihak lain yang telah turut membantu dalam penyusunan

laporan ini.

Akhir kata kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, September 2008

Penyusun

Kelompok 8

2

Page 3: _Makalah P1 BLOK 9

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................2

Daftar Isi.....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Orthodonsia............................................................................................................5

B. Prosthodonsia.........................................................................................................6

C. Sistem Stomatognatik............................................................................................7

D. Oklusi.....................................................................................................................9

E. Etika dan Hukum Kedokteran Gigi.....................................................................13

BAB III PEMBAHASAN KASUS...........................................................................................14

DAFTAR REFERENSI............................................................................................................15

3

Page 4: _Makalah P1 BLOK 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyusunan laporan ini berdasarkan kasus berikut:

Siska seorang mahasiswa FKG UI, usia 20 tahun, ingin memahami dan mengetahui

perawatan-perawatan yang dapat dilakukan terhadap teman seangkatannya yang mempunyai

keluhan gigi-geliginya berjejal dan gigi 4.6 hilang akibat dicabut pada saat kelas 6 SD. Untuk

dapat melakukan perawatan, ia juga ingin mengetahui kewenangan dan kewajibannya sebagai

operator. Agar dapat menentukan rencana perawatan ia memeriksa keadaan intra oral

temannya, ternyata keadaan gigi atas yang berantagonis dengan gigi yang hilang menjadi

ekstrud, pada gerak artikulasi ke kanan dan ke kiri terdapat hubungan canine protected, dan

Siska ingin agar gigi geliginya menjadi rapih.

B. Rumusan Masalah

a. Sejarah dan perkembangan ilmu ortodonti dan prostodonsia.

b. Prinsip-prinsip dasar dan filosofi ilmu ortodonti dan prostodonsia.

c. Sistem Stomatognatik

d. Oklusi

e. Etika dan Hukum Kedokteran Gigi

4

Page 5: _Makalah P1 BLOK 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Orthodonsia

a. Sejarah

Filusuf Yunani Hipocrates dan Celcus telah mengungkapkan konsep dasar dari

orthodonsia. Selain itu, Peralatan sederhana yang didesain untuk mengatur gigi geligi telah

ditemukan oleh para arkeolog di makam-makam kuno bangsa Mesir, Yunani, dan Suku

Maya di Meksiko.

b. Definisi

Arti harafiah orthodonti sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu orthos yang berarti

lurus dan dons yang berarti gigi. ilmu Orthodonti atau Orthodonsia, yaitu ilmu pengetahuan

yang mempelajari pertumbuhan struktur jaringan pendukung gigi (kraniofasial),

perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari cara pencegahan dan perawatan kelainan

dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil dan

estetik yang menyenangkan.(Dewanto H,1993)

c. Tujuan Perawatan Orthodonsia

Maksud dan tujuan dari perawatan orthodonti sendiri ada beberapa macam yaitu:

1. Menciptakan dan mempertahankan kondisi rongga mulut yang sehat

2. Memperbaiki cacat muka, susunan gigi geligi yang tidak rata, dan fungsi alat-alat

pengunyah agar diperoleh bentuk wajah yang seimbang dan penelanan yang baik

3. Memperbaiki cacat waktu bicara, waktu bernafas, pendengaran, dan mengembalikan

rasa percaya diri seseorang

4. Menghilangkan rasa sakit pada sendi rahang akibat gigitan yang tidak normal

5. Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti; menghisap ibu jari, menggigit-gigit bibir,

menonjolkan lidah, bernafas melalui mulut

d. Jenis-Jenis Perawatan Orthodonsi

1. Preventif orthodontik

2. Interseptif orthodontik

3. Korektif orthodontik

4. Bedah Orthodontik

5

Page 6: _Makalah P1 BLOK 9

B. Prosthodonsia

a. Definisi

Ilmu Gigi Tiruan (prostodonti)= bagian dari ilmu kedokteran gigi yang mempelajari

cara-cara penggantian gigi yang hilang beserta jaringan di sekitarnya dengan suatu gigi

tiruan (protesa)

b. Klasifikasi

Berdasarkan banyaknya gigi yang hilang:

1. Ilmu Gigi tiruan Sebagian

Berdasarkan sifat perlekatan gigi tiruan di dalam mulut, cabang ilmu ini dibagi

menjadi:

Ilmu Gigi tiruan Sebagian Lepas

Ilmu Gigi tiruan Sebagian Cekat / Ilmu Tiruan Cekat

2. Ilmu Gigi Tiruan Lengkap

Atas dasar pembagian di atas, maka ilmu gigi tiruan mempunya 3 cabang ilmu:

1. Ilmu Gigi tiruan Cekat

2. Ilmu Gigi tiruan Sebagian

3. Ilmu Gigi tiruan Lengkap

c. Ilmu Gigi Tiruan Cekat

1. Definisi

Ilmu yang mempelajari perawatan untuk menggantikan sebagian/seluruh gigi asli

yang rusak/hilang dengan suatu restorasi berupa mahkota tiruan atau gigi tiruan

jembatan yang dilekatkan secara permanen didalam mulut.

2. Tujuan

Berdasarkan prinsip perawatan dalam bidang prostodonsia, yaitu rehabilitasi sistem

stomatognatik, maka tujuan perawatan dengan gigi tiruan cekat adalah memperbaiki:

1. Fungsi Pengunyahan

2. Fungsi estetika

3. Fungsi bicara

4. Keadaan lokal (dalam mulut) dan kesehatan umum

5. Rasa nyaman (comfort)

6. Rasa percaya diri

6

Page 7: _Makalah P1 BLOK 9

3. Jenis-Jenis

a) Mahkota tiruan (Artificial Crown)

b) Gigi tiruan Jembatan (Bridge Work)

4. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan

a) Keadaaan Umum

i. Kesehatan umum

ii. Usia

iii. Jenis Kelamin

iv. Keadaan Mental/Psikologis

v. Keadaan Sosial Ekonomi

b) Keadaan Lokal

i. Ekstra Oral:Otot-otot pengunyahan, sendi rahang, bibir, profil, dan bentuk muka

ii. Intra Oral: Kebersihan mulut, Gigi Geligi, Residual Ridge(daerah tidak bergigi

yang akan dibuatkan gigi tiruan), bentuk lengkung rahang, tekanan kunyah, dan

oklusi

5. Urutan Perawatan

a) Perawatan simptom

- Kondisi akut yang menyebabkan ketidaknyamanan

- Merupakan prioritas pertama

b) Stabilisasi kondisi buruk: Karies, Penyakit Periodontal

c) Terapi Definitif: Bedah Mulut, bedah perio

d) Endodontik

e) Orthodontik

Perawatan Orthodontik harus selalu dipertimbangkan ketika rencana perawatan

di susun, khususnya jika terdapat gigi yang hilang dan menyebabkan pergeseran gigi

lainnya

C. Sistem Stomatognatik

Stomatognati adalah suatu pendekatan yang harus dipertimbangkan oleh dokter gigi. Sistem

ini terkait satu dengan yang lain dalam hal bentuk dan fungsi dari gigi-geligi, hubungan rahang,

artikulasi, sendi rahang (TMJ), craniofacial conformation, dan oklusi. Sistem stomatognati

termasuk di dalamnya adalah gigi-geligi dan jaringan pendukungnya, maksila dan mandibula,

7

Page 8: _Makalah P1 BLOK 9

otot-oto kepala, sendi rahang, lidah, syaraf-syaraf, pembuluh darah, dan komponen-komponen

lain yang terkait. Beberapa hal penting mengenai sistem stomatognatik antara lain:

a. Fungsi Otot

Postur kepala. Disokong oleh keseimbangan sepasang otot. Otot postcervical

mendorong kepala ke arah bawah dan belakang; otot mastikasi akan mendorong atau

memberikan tekanan agar mandibula tertutup. Otot suprahyoids, infrahyoids, dan platysma

menjaga poisi kepala.

Variasi fungsi otot. Setiap pergerakan otot, waktu pergerakan, arah pergerakan dan

intensitas pergerakan otot diatur oleh nervous system, yang juga turut membantu pola

fosiologis penguyahan.

Keseimbangan otot. Merupakan salah satu faktor dalam menjaga stabilitas bentuk

wajah dan dental occlusion setelah perawatan orthodontic.

b. Teori Trajektori

Teori trajectorial adalah garis orientasi dari tulang trabekula yang sinkron dengan jalur

(pathway) tekanan maksimal dan tensi serta tulang trabekula akan menjadi lebih tebal ketika

tekanan tersebut meningkat (Koch, 1981). Teori ini menjelaskan bahwa pada tulang sponge,

pola tulang trabekula mengikuti garis dan memiliki kesamaan dengan trajectorial lines pada

struktur mekanis. Hal-hal yang mempengaruhi biomechanical behaviour of bones adalah

nutrisi, umur, status nutrisi, dan statis-dinamisnya tulang.

Garis tekanan natural pada tulang tengkorak didapatkan dengan menembus lubang-

lubang kecil pada tulang tersebut (spongy bone). Garis ini diasumsikan sejajar dengan arah

tulang trabekula. Inilah yang disebut dengan Benninghoff’s line / trajectories yang

mengindikasikan arah dari tekanan fungsional.

c. Area Toleransi Fungsional

Sejak gigi dan tulang rahang merupakan bagian dari salah satu functional system, posisi

mereka tidak dapat diubah secara permanen dengan perawatan orthodontics, dalam artian

adanya limit area dengan functional system tersebut (adanya daerah toleransi). Pergerakan

gigi akan menjaga kestabilannya karena adanya tekanan trajectorial, sehingga pergerakan

gigi yang berada pada area toleransi akan dapat kembali relapse atau recrowding.

d. Basal Arches

Merupakan area di maksila dan mandibula yang menerima, berkonsentrasi, dan

mentransmisikan tekanan inter-jaw Salzmann. Disebut juga tulang basal. Di mandibula,

bagian basal yang terberat ada di bagian badan mandibula. Di maksila, batasnya

8

Page 9: _Makalah P1 BLOK 9

menyambung dengan inner dan outer cortical plates dan bersebelahan dengan prosesus

alveolar di level yang sama dengan palatum keras.

D. Oklusi

a. Definisi

Menurut Angle oklusi adalah relasi /hubungan yang normal dari occlusal inclines

planes gigi2 ketika rahang tertutup.

Aspek oklusi :

1. Statis merujuk pada bentuk, susunan, dan artikulasi dari gigi dalam dan antara

lengkung gigi, dan hubungan antara gigi terhadap struktur penyokongnya.

2. Dinamis merujuk pada fungsi stomatognatik yang terdiri dari gigi, struktur

penyokong, TMJ, neuromuskular, serta sistem nutritif.

Andrew’s Six Keys to Normal Occlusion

Hubungan molar antar rahang, Angulasi mesio-distal mahkota, Inklinasi labio-lingual

mahkota, Tidak adanya rotasi, Curve of Spee, Kontak yang rapat antara gigi yang

bersebelahan

b. Struktur Anatomis Pendukung Oklusi

1. Temporomandibular Joint (TMJ)

Komponen utama TMJ :

1) Basis kranial Glenoid Fossa

2) Mandibula Kondil Mandibula

3) Otot-otot mastikasi

4) Inervasi otot mastikasi

5) Vaskularisasi otot mastikasi

6) Diskus Artikularis / Meniskus

Definisi

Struktur yang memisahkan fossa mandibularis dan tuberkel tulang

temporal dari prosesus kondilaris mandibula

Meniscus membagi TMJ menjadi 2 bagian, yaitu atas dan bawah.

Pergerakan meluncur terjadi pada bagian atas, sedangkan bagian bawah

berfungsi sebagai sendi engsel. Pada pergerakan kecil mandibula, meniscus

berada pada mandibular fossa, pergerakan besar akan mengikuti kondil. Fungsi

9

Page 10: _Makalah P1 BLOK 9

meniscus adalah untuk mendistribusikan tekanan, menstabilkan bagian

posterior mandibula, dan meningkatkan efisiensi dari TMJ.

Pelapis : jaringan fibrosa avaskuler

Komponen : jaringan ikat padat avaskuler & saraf di lokasi artikulasi normal

Batas-batas

a.) Posterior jaringan ikat longgar tervaskularisasi & zona bilaminar

b.) Medial & lateral prosesus kondilaris

c.) Anterior kapsul & otot Pterygoid lateral superior

d.) Superior & inferior rongga sinovial superior & inferior berisi cairan

sinovial

2. Ligamen Mandibula

3. Otot

Yakni otot-otot mastikasi dan otot-otot suprahyoid

4. Gigi Geligi

c. Prinsip Oklusi

Centric Relation (CR):Posisi mandibula optimal dimana diskus kondilaris bilateral tepat

berada pada fossa glenoid antagonisnya dengan kondilus berada sepanjang slope anterior

articular eminence.

Centric occlusion (inter-cuspal position atau convenience occlusion): Posisi kondil

mandibular ketika gigi2 berada pada maximum intercuspation.

d. Pergerakan Mandibula

Komponen utama pergerakan mandibula :

1. Translasi semua titik pada suatu benda mengalami pergerakan

identik

2. Rotasi suatu benda mengalami perputaran pada sumbunya

e. Klasifikasi Oklusi Normal

1. Bilaterally balanced articulation

Definisi : adanya sejumlah maksimal gigi yang berkontak secara interkuspasi

maksimal dan semua posisi penyimpangannya

Efek

10

Page 11: _Makalah P1 BLOK 9

Jika berhasil menjaga stabilitas gigi geligi karena kontak pada daerah non-kerja

dapat mencegah kelebihan beban pada gigi

Jika gagal peningkatan pemakaian oklusal, kerusakan periodontal, dan gangguan

neuromuskular, berkembangnya konsep group function

2. Unilaterally balanced articulation (group function)

Definisi : kontak terjadi hanya pada gigi posterior dengan gigi antagonisnya pada

daerah kerja. Pada daerah non-kerja, tidak terdapat kontak sampai mandibula

mencapai centric relation (CR)

Efek : beban terdistribusi di antara jaringan periodontal gigi posterior pada daerah

kerja

Long centric : konsep yang diajukan pada kondisi group function yang dicapai

dengan adanya pembebasan pergerakan ke arah anteroposterior syarat : adanya

dimensi vertikal 0.5-1.5 mm & adanya rongga horizontal yang lebih besar di antara

gigi anterior RA dan RB yang memungkinkan pergerakan horizontal sebelum

disocclusion posterior

3. Mutually protected occlusion (canine-guided)

Definisi : jenis oklusi yang paling optimal dimana centric relation terjadi bersamaan

dengan posisi interkuspasi maksimal 6 gigi anterior RA & RB memandu

pergerakan mandibula dan tidak ada kontak oklusal pada gigi posterior selama

pergerakan ke lateral/protrusif

Pengaruh : bermanfaat bagi fisiologi neuromuscular perangkat mastikasi

Kriteria

a) Berkontaknya semua gigi pada lengkung rahang saat prosesus kondilaris

mandibula berada pada posisi paling superior.

b) Kontak stabil pada gigi posterior dengan tekanan yang terarah ke vertikal

c) CR bersamaan dengan interkuspasi maksimal

d) Tidak adanya kontak pada gigi posterior saat gerak ke lateral/protrusif

e) Kontak gigi anterior dan pergerakan fungsional rahang berjalan harmonis

Syarat

a) Elemen gigi geligi lengkap

b) Jaringan penyangga sehat

c) Tidak ada cross bite

d) Oklusi Angle kelas I

11

Page 12: _Makalah P1 BLOK 9

f. Klasifikasi Maloklusi

Ada beberapa jenis klasifikasi maloklusi, namun yang akan disebutkan disini hanya

tiga, yakni:

1. Angle

Klasifikasi Angle didasarkan oleh relasi mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang

dengan kunci oklusi relasi M1 RA & RB

Kelas I : relasi molar RA & RB normal cusp mesiobuccal M1 RA beroklusi

pada buccal groove M1 RB

Kelas II : cusp distobuccal M1 RA beroklusi di buccal groove M1 RB

a) Divisi 1 proklinasi insisiv RA menyebabkan overjet berlebih, aktivitas otot

abnormal

b) Divisi 2 I1 RA berinklinasi ke lingual, I2 RA ke labial & overlap I1,

deepbite anterior

c) Subdivisi relasi molar kelas II pada satu sisi dan kelas I pada sisi lainnya

Kelas III : cusp mesiobuccal M1 RA beroklusi di interdental antara M1 & M2 RB

a) True faktor genetik

b) Pseudo/postural/habitual pergerakan RB ke depan saat menutup mulut

c) Subdivisi relasi molar kelas III pada satu sisi dan kelas I pada sisi lainnya

2. Dewey (Modifikasi Angle)

Modifikasi Angle’s kelas I Modifikasi Angle’s kelas III

Tipe 1 : crowding di gigi anterior Tipe 1 : saat oklusi hubungan insisiv edge to

edge

Tipe 2 : insisiv RA protrusif Tipe 2 : insisiv RB crowding & berada di

lingual insisiv RA

Tipe 3 : anterior crossbite Tipe 3 : insisiv RA crowding & crossbite

dengan gigi anterior RB

Tipe 4 : posterior crossbite

Tipe 5 : M1 drfiting ke mesial

akibat ekstraksi dm2

12

Page 13: _Makalah P1 BLOK 9

3. Lischer (Modifikasi Angle)

Neutrocclusion = Angle’s

kelas I

Infraocclus

ion

Distocclusion = Angle’s

kelas II

Mesioversi

on

Mesiocclusion = Angle’s

kelas III

Distoversio

n

Buccocclusion Transversi

on

Linguocclusion Axiversion

Supraocclusion Torsiversio

n

E. Etika dan Hukum Kedokteran Gigi

Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran merupakan perangkat

landasan hukum bagi praktik dokter dan dokter gigi. Pada UU tersebut diatur mengenai

penataan kelembagaan praktik dalam bentuk konsil kedokteran dan kedokteran gigi maupun

penataan pelaksanaan praktik berdasarkan standar pelayanan medis. Konsil merupakan

lembaga yang otonom yang berfungsi untuk menata standar kompetensi maupun registrasi para

dokter dan dokter gigi. Diatur pula mengenai ijin praktik maupun kewajiban menambah dan

mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi. Kemudian dalam menjalankan

praktik kedokteran, wajib mengikuti standar pelayanan medis sebagai pedoman yang harus

diikuti. Bila ketentuan ini dipenuhi diharapkan tidak akan terjadi malpraktik.

Terhadap kasus malpraktik dapat digunakan pasal-pasal pada KUHP (Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana) antara lain pasal 359-361 tentang kesalahan (kealpaan) yang

menyebabkan orang mati, atau luka hingga timbul penyakit atau halangan melakukan

pekerjaan, pasal 204 mengenai perbuatan menjual, menyerahkan, atau membagikan, barang

yang membahayakan nyawa atau kesehatan orang. Tuntutan ganti rugi karena mengalami

malpraktik dapat menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek)

pasal 1365-1366 mengenai pengantian kerugian oleh pihak yang melakukan perbuatan

melanggar hukum, pasal 1370 mengenai ganti rugi karena kurang hati-hati menyebabkan

kematian, pasal 1371 mengenai ganti rugi karena kurang hati-hati menyebabkan cacat badan,

13

Page 14: _Makalah P1 BLOK 9

serta pasal 1243-1289 mengenai pelanggaran janji (wanprestasi), sedangkan tuntutan

pengantian kerugian karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungan seorang dokter

seperti perawat dsb dapat menggunakan pasal 1367.

14

Page 15: _Makalah P1 BLOK 9

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Terdapat dua masalah besar yang terjadi pada gigi geligi Teman Siska, yaitu :

1. Gigi geligi yang berjejal, dan

2. Gigi 4.6 yang hilang sehingga menyebabkan gigi antagonisnya ekstrud

Maka rencana perawatan yang akan dilakukan terhadap Siska adalah :

1. untuk kasus gigi berjejal, dilakukan perawatan orthodonsi, berupa pemasangan alat ortho cekat,

sedangkan

2. untuk kasus gigi 4.6 yang hilang sehingga menyebabkan gigi antagonisnya ekstrud, dilihat dulu

bagaimana kondisi gigi 4.5

jika gigi 4.5 mengalami mesioversion, maka dibutuhkan perawatan othodonsi terlebih

dahulu, yaitu dengan pemasangan alat ortho cekat agar dapat menggeser gigi 4.5 ke arah

distal, sehingga diperoleh cukup ruang untuk selanjutnya dilakukan perawatan

prosthodonthi, yaitu dengan pemasangan gigi tiruan jembatan atau dikenal sebagai bridge.

Jika gigi 4.5 tidak mengalami mesioversion, maka perawatan prosthodonthi berupa

pemasangan gigi tiruan jembatan (bridge) dapat langsung diaplikasikan.

Segala jenis perawatan yang dilakukan harus tetap memperhatikan setiap langkah dari tahap

pemeriksaan hingga perawatan selesai tanpa mengabaikan sistem stomatognatik pasien agar tidak

terjadi kesalahan prosedur perawatan sehingga pasien dapat merasa puas tanpa merasa dirugikan

oleh dokter gigi. Segala tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi harus disesuaikan oleh

kompetensi dokter gigi tersebut.

15

Page 16: _Makalah P1 BLOK 9

DAFTAR REFERENSI

Bhalajhi, S. I. 2006. Orthodontics – The Art and Science. 3rd Ed. New Delhi : Arya (Medi)

Publishing House.

Hanafiah MJ, Amir A. 1999.Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran ECG.

http://one.indoskripsi.com/node/1682

http://www.fkg.ugm.ac.id/index.php?pModule=academic&pSub=prostodonsia&pAct=view

Profitt, et al. Contemporary Orthodontics 1st Ed. St. Louis : CV Mosby Co. : 1986

Rosenstiel, Land, Fujimoto. 2001. Contemporary Fixed Prosthodontics. St. Louis : Mosby Inc.

16