Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

22
ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN Tugas ini memenuhi Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Dosen Pengampu : Suyantiningsih, M.Ed Oleh: Novan Ahmad Azlan 09105244002 Gunawan Rahmawan Melinda Hapsari 09105244034 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Transcript of Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

Page 1: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

Tugas ini memenuhi Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu : Suyantiningsih, M.Ed

Oleh:

Novan

Ahmad Azlan 09105244002

Gunawan

Rahmawan

Melinda Hapsari 09105244034

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2010

Page 2: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

PENDAHULUAN

Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembanganya

lembaga pendidikan yang ada di indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-

beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya

yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan

gereja, dan corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak

kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuan-

tujuan tersebut.

Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di

segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal

11 Juni 2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru,

sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang

Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga

merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.

Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru

tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta

masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan

peserta didik.

Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam

perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga

pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan

harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda-

beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian

sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:

1)      Pengembangan pribadi

2)      Pengembangan warga

3)      Pengembangan Budaya

4)      Pengembangan bangsa

Orientasi studi manajemen pendidikan masih cenderung melihat sesuatu yang tampak di mata

(tangible), kurang memperhatikan sesuatu yang tidak kelihatan (intangible) seperti nilai,

tradisi dan norma yang menjadi budaya organisasi, dan ada di dalam sebuah organisasi.

Beberapa tahun terakhir orangbanyak beranggapan bahwa strategi, struktur, dan sistem adaah

Page 3: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

fokus dan faktor yang menjadi pendorong kusuksesan organisasi. Namun menurut Ouchi

(1983) dan Key (1999) menyatakan bahwa kesuksesan organisasi justru terletak pada budaya

organisasi yang meliputi nilai, tradisi, norma, yang direkat oleh kepercayaan, keakraban dan

tanggung jawab yang menentukan kesuksesan organisasi. Sedangkan menurut Basri (2004)

menyatakan bahwa budaya organisasi dapat dijadikan sebagai kekuatan organisasi apabila

budaya organisasi tersebut dikelola dengan baik. Untuk dapat mengelola budaya organisasi

diperlukan pimpinan yang transformatif, memahami filosofi organisasi, mampu merumuskan

visi, misi organisasi, dan menerapkannya melalui proses perencanaan organisasi.Dalam

tulisan ini akan diulas secara ringkas manajemen pendidikan terkait dengan pengertian,

struktur, jalur, jenjang, jenis, dan kriteria organisasi lemnbaga pendidikan

Page 4: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan

1. Organisasi Lembaga Pendidikan

Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks

karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara

pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat

menerapkan, mengembangkan, memperkaya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Demikian kompleksnya organisasi

tersebut, maka dalam memberikan layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan

masyarakat pada umumnya organisasi perlu dikelola dengan baik. Oleh sebab itu

lembaga pendidikan perlu menyadari adanya pergeseran dinamika internal

(perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin berkembang.

2. Struktur organisasi

Struktur Organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan yang

menggambarkan kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang digunakan, dan sasaran yang

hendak dicapai. Struktur organisasi akan menjadi jelas dan tegas apabila digambar dalam

bagan atau skema organisasi.

Skema Organisasi memeberikan penjelasan mengenai hubungan pelaporan yang

dinyatakan dengan garis vertikal yang menandakan pada siapa suatu jabatan itu harus

dilaporkan, dipertanggungjawabkan, menunjukan ruang lingkup pekerjaan, dan

menentukan garis koordinasi.

Berikut merupakan salah satu contoh struktur organisasi, yaitu Pusdiklat dipimpin

oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, seorang Pejabat Diplomatik Senior, yang

secara administratif bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal Departemen Luar

Negeri. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan secara materi subtantif berada di bawah

pengawasan pokok Menteri Luar Negeri. Sebagai sebuah unit eselon II Pusdiklat

memiliki 4 unit Eselon III yakni :

Page 5: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

 

a.    Bidang Perencanaan dan Evaluasi, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

rencana dan program, koordinasi penyusunan kurikulum, pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi pelaksanaan dan pelatihan diplomatik berjenjang, non-diplomatik, teknis dan

struktural, serta kerja sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan;Non-Diplomatik

b.    Bidang Pendidikan dan Pelatihan NonDiplomatik dan Teknis, mempunyai tugas

melaksanakan pendidikan dan pelatihan non-Diplomatik dan teknis; Termasuk dalam hal ini

adalah pelatihan BPKRT, Komunikasi dan Bahasa.

c.     Bidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural dan Kerjasama Lembaga Pendidikan

dan Pelatihan, mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan struktural,

pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan dengan berbagai instansi pemerintah,

perguruan tinggi negeri dan swasta, organisasi internasional, negara sahabat dan lainnya,

pengurusan  tugas belajar serta penyiapan bahan pembinaan sekolah Indonesia di luar negeri;

d.    Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi

kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, pelaporan kegiatan dan perpustakaan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

 

Selain bidang dan bagian tersebut kinerja Pusdiklat juga dibantu oleh tiga unit pelaksana

teknis (UPT) di bidang pendidikan dan pelatihan diplomatik berjenjang yang dipimpin oleh

seorang Direktur. UPT berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri. UPT tersebut terdiri dari :

a.    Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Dinas Luar Negeri yang disebut Sekolah Dinas

Luar Negeri disingkat Sekdilu;

b.    Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Staf Dinas Luar Negeri yang disebut Sekolah Staf

Dinas Luar Negeri disingkat Sesdilu;

Page 6: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

c.     Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri yang

selanjutnya disebut  Sekolah Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri disingkat

Sesparlu.

Skema

Dengan adanya skema ini, maka garis koordinasi dapat terlihat dengan jelas

strukturnya.

Page 7: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

B. Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan

Jalur pendidikan sekolah sebagaimana dikehendaki UUSPN No.2 Tahun 1989.

adalah tidak berbeda dengan yang dikehendaki pasal 14 UU Sisdiknas No 20 Tahin 2003,

yakni Jenjang pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi, yang menurut pasal 17 disebutkan bahwa Pendidikan

dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah.Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)

atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah

tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Kemudian pada pasal 18 disebutkan bahwa Pendidikan menengah merupakan

lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah kejuruan. Dan Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas

(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah

kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Jenjang selanjutnya adalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan

setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi, yang

lembaganya

Perguruan tinggi ini dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,

atau universitas, dan berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat.Serta dapat juga menyelenggarakan program akademik,

profesi, dan/atau vokasi.

Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah tidak berbeda dengan yang dikehendaki

pasal 14 dan 16 UU Sisdiknas No 20 Tahin 2003 yakni nonformal dan informal, dapat

dijelaskan sbb :

Pendidikan Non Formal, yakni diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,

dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan

sepanjang hayat, berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal ini meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan

anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,

pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan

Page 8: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik, dengan satuan pendidikannya adalah terdiri atas

lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar

masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Hasil pendidikan nonformal ini dapat dihargai setara dengan hasil program

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga

yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada

standar nasional pendidikan.

Pendidikan in Formal, yakni yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, seperti pengajian, dll.

Dalam telaah kurikulum, kedua jalur pendidikan ini jelas memiliki

perbedaan yang jika disimpulkan dapat digambarkan sbb. :

Jalur SekolahJalur Luar Sekolah

Non Formal In Formal

Desain Kurikulum tertuang

dalam konsep, dan

terstruktur baik secara

horisontal maupun vertikal

Desain Kurikulum sering

tertuang dalam konsep, dan

terstruktur hanya secara

horisontal namun tidak

secara vertikal

Desain Kurikulum

tidak tertuang secara

konseptual, dengan

demikian tidak ada

struktur horisontal dan

vertikalnya

Peserta didik yang

menerima muatan

kurikulum sifatnya

homogen

Peserta didik yang menerima

muatan kurikulum sifatnya

heterogen

Peserta didik yang

menerima muatan

kurikulum sifatnya

heterogen

Sistem manajemen

kurikulum senantiasa

dirancang sedemikian rupa

bersama dengan sistem lain

dalam sistem pendidikan

dan pembelajaran yang

diarahkan untuk tujuan

jangka panjang

Sistem manajemen

kurikulum senantiasa

dirancang sedemikian rupa

bersama dengan sistem lain

dalam sistem pendidikan dan

pembelajaran untuk tujuan

jangka pendek atau sesuai

kebutuhan masyarakat pasar

Sistem manajemen

kurikulum tidak

dirancang, dengan

demikian sistem

lainnya pun masing-

masing berjalan

sendiri-sendiri.

Dalam struktur vertikal Hanya ada akselarasi Tidak ada akselarasi

Page 9: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

kurikulum ada akselerasi

kelas dan program

program

Tujuan kurikuler stationer

pencapaian tujuan institusi,

dan tujuan institusi

stationer pencapaian tujuan

di atasnya

Tujuan kurikuler stationer

pencapaian tujuan program

Tidak ada tujuan

kurikuler

Kalau kita klasifikasikan jenjang, jalur dan jenis lembaga pendidikan secara detail

dapat digambarkan, sbb. :

Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan.

Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)

tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan

menengah.

Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan

dasar.

Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan

spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Jalur pendidikan

Page 10: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi

diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

a. Jalur Pendidikan Sekolah atau yang dikenal dengan Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-

sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan

yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai

pendidikan tinggi.

b. Jalur Pendidikan Luar Sekolah di dalamnya ada pendidikan non formal dan

informal.

1. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan

dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di

setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.

Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan

belajar dan sebagainya.

2. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan

suatu satuan pendidikan.

1. Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang

mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya:

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Menengah Atas (SMA).

2. Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan

peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan

pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3. Pendidikan akademik

Page 11: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan

pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu

pengetahuan tertentu.

4. Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang

mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi

seorang profesional.

5. Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta

didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal

dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

6. Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi

yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang

menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli

ilmu agama.

7. Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta

didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa

yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau

berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah

(dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

C. Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan

Keberhasilan belajar seseorang ditentukan oleh banyak faktor; Secara umum

faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut ada yang berasal dari dalam diri

peserta didik yang bersangkutan dan faktor yang berasal dari luar pesrta didik yang

bersangkutan. Sehubungan dengan itu yang menjadi bahasan dalam topik ini adalah

bagaimana untuk menentukan keberhasilan belajar.

Untuk menentukan suatu keberhasilan belajar, digunakan suatu penilaian untuk

mengetahui perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui belajar, Penilaian hasil

belajar dapat dilakukan karena belajar mempunyai ciri :

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang

belajar (dalam arti behavioral changes), baik aktual manpun potensial.

Page 12: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku

dalam waktu yang relatif lama,

c. Perubahan itu terjadi karena usaha,

( Depdikbud, Akta V Psikologi Pendidikan 1985/1986:10)

Sehubungan dengan itu maka belajar merupakan usaha untuk memperoleh

kemampuan baru yang dilakukan dengan sengaja. Sejalan dengan pengertian tersebut

makaa perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil belajar dapat dikategorikan

sebagai berikut :

1. Perubahan tersebut disadari oleh individu yang bersangkutan;

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.

3. Perubahan itu bersifat aktif dan positif.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer dan bukan karena proses

kematangan, pertumbuhan dan perkembangan.

5. Perubahan itu bertujuan dan terarah.

Berdasarkan pada pengertian belajar yang dike mukakan di atas, untuk mengetahui

sejauh mana peruhahan atau kemampuan baru dimiliki oleh seorang peserta didik sebagai

hasil belajar tentunya dilakukan evaluasi atau penilaian. Penilaian merupakan usaha yang

bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam peanguasaan kompetensi.

Dengan penilaian ini dapat diketahui seberapa jauh kemampuan telah dimiliki oleh

individu yang belajar. Suatu hasil pengukuran atau penilaian untuk menentukan suatu

keberhasilan peserta didik, hasil penilaian atau pengukuran tersebut dibandingkat dengan

patokan penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 13: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

D. Ilustrasi Organisasi Lembaga Pendidikan Indonesia

Organisasi Lembaga Pendidikan Sesudah pemberlakuan UU.22/1999

Keterangan :

1. Pemerintah Pusat sebagai pengarah, Pembina dan penentu kebijakan nasional bidang

pendidikan

2. PEmerintah Propinsi sebagai Pembina dan coordinator penyelenggara pendidikan

lintas kabupaten / kota

3. Pemerintah Kabupaten/kota bertanggung jawab penuh didalam penyelenggaraan

pendidikan sesuai dengan arah kebijakan, standar nasional dan kebutuhan lokal. Nama

instansi tidak selalu sama, sesuai dengan Struktru Organisasi dan Tetakerja

pemerintah daerah setempat.

4.

Dapat dilihat dari struktur yang ada bahwa paradigma desentralisasi telah mewarnai system

pendidikan nasional telah di undangkan.

PENUTUP

pemerintah pusat

Depdiknas

Perguruan Tinggi

Departemen lain

Pemerintah

Kantor Pengelola Pendidikan

Pemerinta Kabupaten Kota

Kantor Pengelola Pendidikan

SD-SMP-SMA

Page 14: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

Dari penulisan ringkas di atas dengan melihat latar belakang dan pembahasan

masalah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyaraat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat

menerapkan, mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional

2. Diharapkan adanya agen-agen yang mampu merubah kondisi negeri ini dari keterpurukan

nasional, tentunya hal ini juga diperlukan adanya langkah nyata serta bantuan baik moril

ataupun materil dari pemerintah maupun masyarakat terhadap semua undang-undang

yang telah dicanagkan agar bisa terlaksan dengan sempurna.

Walaupun dari beberapa undang-undang yang telah di tetapkan oleh pemerintah tidak

luput dari kritik dari beberapa tokoh liberal karena negara telah memasukan pemahasan-

pembahasan agama kedalam undang-undang yang berpotensi menumbuhkan gesekan

antar agama.

Tentunya sebagai bangsa yang menjunjung tinggi agama haruslah mengangap bahwa hal

itu hanya sebagai salah satu koreksi  ke arah yang lebih baik atas peran lembaga

pendidikan di masyarakat.

Page 15: Makalah Orgaisasi Lembaga Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu & Uhbiyati Nur.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2

Depdikbud, Akta V Buku III A. Psikologi Pendidikan. Jakarta, 1985/1986.

--------------- Akta V Buku III D. Penilaian Dalam Pendidikan. Jakarta. 1984/1985.

--------------- Akta V modul 16. Evaluasi hasil Belajar. Jakarta. 1984/1985.

Elrahma Iche. Penilain Acuan Normatif dan Acuan Patokan. Diakses dari

http://icheelrahma.blogspot.com pada tanggal 19 Oktober 2010

Hamalik Oemar. perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi aksara.2005

jakarta

Hasri, S. 2002. Budaya Organisasi perguruan Tinggi, Studi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

“Abdi Bangsa Indonesia”. Desertasi.Universitas Negeri Malang.

Hidayati Lina. Penilaian Acuan Normatif. Diakses dari http://lina-hidayati.blogspot.com pada

17 Oktober 2010

Key, S. 1999. Organizational Ethical Culture: Real or Imagined? Jurnal of businnes ethics,

20: 217-225.

Ouchi, W.G. 1981.Theori Z. New York: Addison-Wesley.