makalah NE !!!

33
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006 :172). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari100/60 sampai 140/90. Rata- rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer& Bare, 2001 dalam Yanti: 2012). Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Wikipedia:2012). Atas dasar perbedaan nilai tekanan darah yang tergantung aktivitas inilah dan pentingnya seorang mahasiswa keperawatan mengetahui cara menghitung 1

Transcript of makalah NE !!!

Page 1: makalah NE !!!

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006 :172). Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.

Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan

sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg.

Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari100/60

sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer&

Bare, 2001 dalam Yanti: 2012).

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi

dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah

daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana

akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika

beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di

waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari

(Wikipedia:2012).

Atas dasar perbedaan nilai tekanan darah yang tergantung aktivitas inilah

dan pentingnya seorang mahasiswa keperawatan mengetahui cara menghitung

tekanan darah dengan berbagai posisi dan aktivitas maka praktikum “

pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung” sangat penting untuk

dilakukan.

Gambar 1. Pembuluh darah

1

Page 2: makalah NE !!!

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ada perbedaan tekanan darah pada posisi duduk, berdiri,

setelah melakukan aktivitas otot dan berbaring ?

2. Bagaimana mengukur arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Memahami cara mengukur tekanan darah pada berbagai posisi

2. Memahami cara mengukur arteri brachialis melalui auskultasi dan

palpasi

3. Memahami perbedaan tekanan darah pada posisi duduk, berdiri,

setelah melakukan aktivitas otot dan berbaring

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi

2. Mengukur tekanan darah brachialis pada berbagai posisi

3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Masyarakat agar mengetahui dan mengembangkan cara

pengukuran tekanan darah yang efektif.

b. Saya dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya agar lebih

baik dan optimal.

2

Page 3: makalah NE !!!

1.5 Metode Penelitian

Dalam pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka dengan

mencari materi tentang penyakit menurun dan buta warna melalui buku sumber

dan internet.

3

Page 4: makalah NE !!!

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tekanan darah

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006 :172). Tekanan darah arteri rata-

rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus

diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup

tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup. Kedua, tekanan tidak

boleh terlalu tinggi, sehinga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung

dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan

rupturnya pembuluh-pembuluh halus.

2.2 Faktor – Faktor Tekanan Darah

1. Faktor Jenis Kelamin

Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis

kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan

dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki massa

ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang mungkin

mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal ini

mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan

complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian

mekanisme vasodilatasi.

Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan

mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause memiliki

resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi, setelah

menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada

kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin

disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah

menopause.

4

Page 5: makalah NE !!!

2. Faktor Gravitasi

Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah

jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan

menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan

darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam

keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Green, 2008 dalam Anggita,

2012).

Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau

posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan

darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan

darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan

isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan

volume darah yang kembali ke jantung.

Gambar 2. Hubungan gravitasi dengan tekanan darah

5

Page 6: makalah NE !!!

a. Berbaring

Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit

dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang

berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih

banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah

yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih

banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan

per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan

menjadi lebih sedikit.

Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa

harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi

berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada

40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume maksimal O2 yang

diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Pada

posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai

maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada

posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal

yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup

pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin

besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit

isi sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat

frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1

siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole

merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Guyton, 2002 dalam Anggita, 2012)

b. Berdiri

Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang

kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan

adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari

posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri.

6

Page 7: makalah NE !!!

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh

”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami

penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak

banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan

antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak

maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg

dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002 dalam Anggita, 2012 )

Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan

demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena

kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup

berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan

turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke

seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai

ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya.

Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada

vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari

kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir

kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat,

maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang,

sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah

yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka

tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan

darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali

ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan

tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002 dalam Anggita, 2012)

c. Duduk

`Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini

dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan

sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju

ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan

meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena 7

Page 8: makalah NE !!!

cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler

abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung

untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks

kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002 dalam Anggita, 2012)

Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat

misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing

atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat

memompa darah yang cukup ke otak.

Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring, yang

mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena efek gravitasi

berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak.

3. Faktor-faktor lain

Faktor Patologis Mempengaruhi Tekanan Darah:

a. Aktivitas fisik : Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh

aliran yang  lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah

naik).

b. Temperatur : menggunakan sistem renin-angiontensin vasokontriksi

perifer.

c. Usia : semakin bertambah umur semakin tinggi tekan darah

(berkurangnya elastisitas  pembuluh darah).

d. Emosi : Emosi Akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur

emosi akan menset  baroresepsor untuk menaikan tekanan darah.

Faktor Fisiologis

a. Pengembalian darah melalui vena/jumlah darah yang kembali ke

jantung melalui vena. Jika darah yang kembali menurun, otot

jantung tidak akan terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase

sistolik akan menurun dan tekanan darah akan menurun. Hal ini

bisa disebabkan oleh perdarahan berat. Pada keadaan tidur atau

berbaring dimana tubuh dalam keadaan posisi horizontal,

8

Page 9: makalah NE !!!

pengembalian darah ke jantung melalui vena bisa dipertahankan

dengan mudah. Tapi, ketika berdiri aliran darah vena kembali ke

jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. Tedapat tiga

mekanisme membantu pengembalian darah melalui vena, yakni

konstriksi vena, pompa otot rangka, dan pompa respirasi.

b. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila

frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah

ikut meningkat. Inilah yang terjadi saat exercise. Akan tetapi,

apabila jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel tidak akan terisi

sepenuhnya diantara detakan, sehingga curah jantung dan tekanan

darah akan menurun.

c. Resistensi perifer. Yaitu resisitensi dari pembuluh darah bagi aliran

darah. Arteri dan vena biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga

tekanan darah diastol normal.

d. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel kanan berkontraksi, darah

yang memasuki arteri besar akan membuat dinding arteri

berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat menyerap

sebagain gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini

menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan sistol yang

menurun. Saat ventrikel kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan

kembali ke ukuran awal, sehingga tekanan diastol tetap berada di

batas normal.

e. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada

keberadaan sel darah merah dan protein plasma, terutama albumin.

Kadar sel darah merah yang terlalu tinggi pada seseorang, sehingga

menyebabkan peningkatan viskositas darah dan tekanan darah,

sangatlah jarang, akan tetapi masih dapat terjadi pada kondisi

polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel darah merah,

seperti pada kondisi anemia, akan menyebabkan kondisi berbalik

dari sebelumnya. Pada saat kekurangan, mekanisme penjaga

9

Page 10: makalah NE !!!

tekanan darah seperti vasokonstriksi akan terjadi untuk

mempertahankan tekanan darah normal.

f. Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti

saat donor darah, akan menyebabkan penurunan tekanan darah

sementara, yang akan langsung dikompensasi dengan peningkatan

tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi. Akan tetapi, setelah

perdarahan berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk

mempertahankan tekanan darah normal dan aliran darah ke otak.

Walaupun seseorang dapat selamat dari kehilangan 50% dari total

darah tubuh, kemungkinan terjadinya cedera otak meningkat

karena banyaknya darah yang hilang dan tidak dapat diganti

segera.

g. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah.

Contohnya, pada saat stress, medula kelenjar adrenal akan

menyekresikan norepinefrin dan epinefrin, yang keduanya akan

menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan

darah. Selain dari vasokonstriksi, epinefrin juga berfungsi

meningkatkan heart rate dan gaya kontraksi. Hormon lain yang

berperan adalah ADH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis

posterior saat tubuh mengalami kekurangan cairan. ADH akan

meningkatkan reabsorpsi cairan pada ginjal sehingga tekanan darah

tidak akan semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki efek

serupa pada ginjal, dimana aldosteron akan mempromosikan

reabsorpsi Na+, lalu air akan mengikuti ion Na+ ke darah.

2.3 Metode Klinis untuk Mengukur Tekanan Sistolik dan Tekanan

Diastolik

a. Cara Auskultasi

Guyton (2007 : 182) mengemukakan bahwa cara auskultasi sebagai berikut.

10

Page 11: makalah NE !!!

Para klinisi menentukan tekanan sistolik dan tekanan diastolic secara

tidak langsung, biasanya menggunakan cara auskultasi. Sebuah

stetoskop diletakkan di atas arteri yang terdapat di area lipat siku

(antecubiti) dan di sekelilingi lengan atas dipasang sebuah manset

tekanan darah digembungkan. Selama manset menekan lengan dengan

tekanan yang terlalu kecil untuk menyumbat arteri brakialis, tidak ada

bunyi yang terdengar dari arteri tersebut melalui stetoskop. Namun bila

tekanan dalam manset itu cukup besar untuk menyumbat arteri selama

sebagian siklus tekanan arteri, bunyi akan terdengar pada setiap pulsasi.

Bunyi – bunyi ini disebut bunyi Korotkoff.

Penyebab pasti dari bunyi korotkoff ini masih diperdebatkan namun

ada anggapan bahwa penyebabnya terutama adalah semburan darah

yang melewati pembuluh yang mengalami hambatan parsial. Semburan

darah ini menimbulkan aliran turblen di dalam pembuluh yang terletak

di luar area manset dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang

terdengar melalui stetoskop.

Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi, tekanan

dalam manset mula – mula dinaikkan sampai di atas tekanan sistolik

arteri. Selama tekanan manset lebih tinggi daripada tekanan sistolik,

arteri brakialis akan tetap kolaps dan tidak akan ada darah yang

mengalir ke dalam arteri yang lebih distal selama siklus penekanan.

Oleh karena itu, tidak akan terdengar bunyi korotkoff di arteri yang

lebih distal. Namun kemudian tekanan dalam manset secara bertahap

dikurangi. Begitu tekanan dalam manset turun di bawah tekanan

sistolik, darah akan mulai mengalir melalui arteri yang terletak di

bawah manset selama puncak tekanan sistolik, dan mulai mendengar

bunyi berdetak dari arteri antekubiti yang sinkron dengan denyut

jantung. Begitu bunyi itu terdengar nilai tekanan yang ditunjukkan oleh

manometer yang terhubung dengan manset kira – kira sama dengan

tekanan sistolik.

11

Page 12: makalah NE !!!

Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut, terjadi perubahan

kualitas bunyi korotkoff, kualitas detaknya menjadi berkurang dan

bunyinya menjadi lebih berirama dan lebih kasar. Kemudian akhirnya

sewaktu tekanan manset turun mencapai tekanan diastolik, arteri

tersebut tidak tersumbat lagi yang berarti bahwa faktor dasar yang

menyebabkan timbulnya bunyi tidak ada lagi. Oleh karena itu bunyi

tersebut berubah menjadi redam dan kemudian menghilang seluruhnya

setelah tekanan manset diturunkan lagi sebanyak 5 sampai 10

milimeter. Mencatat tekanan pada manometer ketika bunyi korotkoff

berubah menjadi redam nilai tekanan yang tercatat ini kurang lebih

sama dengan tekanan diastolik. Cara auskultasi untuk menentukan

tekanan sistolik dan diastolik ini tidak seluruhnya akurat namun

biasanya hanya berbeda 10 persen dari nilai yang diperoleh dengan

pengukuran katerisasi langsung dari dalam arteri.

b. Cara Palpasi

Hanya untuk mengukur tekanan sistolik. Manset tensimeter

yang mengikat lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur

sampai denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudia

tekanan didalam manset diturunkan. Amati tekanan dalam tensi

meter. Waktu denyut nadi teraba kembali, kita baca tekanan

dalam tensi meter, tekanan ini adalah tekanan sistolik.

12

Page 13: makalah NE !!!

BAB III PENUTUP

3.1 Ringkasan

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006 :172). Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.

Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan

sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg.

Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari100/60

sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer&

Bare, 2001 dalam Yanti: 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah terdiri faktor patologis

dan faktor fisiologis. Kemudian metode klinis untuk mengukur tekanan darah

ini terdiri dari metode auskultasi dam metode palpasi.

3.2 Kegiatan Praktek

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu : Kamis, 19 Desember 2013

Tempat : Perum Griya Ciranjang Indah, Blok A No.4, RT 05/10, Ciranjang,

Cianjur.

13

Page 14: makalah NE !!!

Gambar 3. Orang yang sedang mengukur tekanan darah

Alat dan Bahan

1. Sphigmomanometer

Gambar 4. Sphigmomanometer

2. Stetoskop

Gambar 5. Stetoskop

3. Alat Tulis

14

Page 15: makalah NE !!!

Gambar 6. Alat tulis

Cara Kerja

Cara memasang manset yang benar

1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehingga tidak

terlilit manset

2. Tepi bawah manset berada pada 2 – 3 cm di atas fossa

cubiti

3. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti

4. Manset diikat dengan cukup ketat

5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri

brachialis

Pengukuran tekanan darah pada berbagai posisi

Cara Kerja :

1. Naracoba berbaring telentang selama 10 menit

2. Pasang manset sphigmomanometer padalengan kanan atas

naracoba

3. Temukan denyut arteri brachialis pada fossa cubiti dan

arteri radialis pada pergelangan tangan memalui palpasi.

4. Sambil meraba arteri radialis, pompa manset sampai arteri

radialis tidak teraba lagi ( mencapai tekanan sistolik). Bila

arteri radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai

±30 mmHg di atas tekanan sistolik.

5. Letakkan stetoskop di atas denyut arteri brachialis.

15

Page 16: makalah NE !!!

6. Turunkan tekanan udara dalam manset ( buka klep udara)

secara perlahan sambil mendengarkan adanya bunyi

pembuluh ( penurunan tekanan 2- 3 mmHg per denyut).

7. Tentukan ke – 5 fase Korotkoff

8. Ulangi pengukuran ( no. 4 – 7)sampai 3 kali untuk

mendapat nilai rata – rata, catat hasislnya. ( sebelum

mengulang, yakinkan bahwa tekanan manset kembali ke

nol )

9. Naracoba duduk, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan

tekanan darah seperti prosedur di atas. (posisi lengan atas

sedikit merapat batang tubuh ).

10. Naracoba berdiri, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan

tekanan darah seperti prosedur di atas. (posisi lengan atas

sedikit merapat batang tubuh).

11. Bandingkan tekanan darah pada tiga posisi tersebut.

Tekanan darah secara palpasi

Cara kerja :

1. Naracoba berada pada posisi duduk, lengan bawah

berpangku di atas paha, pergelangan supinasi.

2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan

auskultasi seperti percobaan A, tentukan tekanan

sistoli dan diastolic

3. Turunkan tekanan manset sampai posisi nol.

16

Page 17: makalah NE !!!

4. Sambil meraba arteri radialis, naikkan tekanan

manset sampai denyut arteri radialis tidak teraba.

Tekanan terus dinaikkan sampai 30 mmHg

diatasnya.

5. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan

manset sampai denyut arteri radialis kembali teraba.

Pada saat arteri radialis teraba, manometer Hg

menunjukkan tekanan sistolik.

6. Bandingkan dengan tekanan sistolik melalui

auskultasi.

Tekanan Darah Setelah Aktivitas Otot

Cara kerja :

1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolic arteri brachialis

pada posisi duduk seperti percobaan A

2. Tanpa melepas manset, naracoba berlari di tempat ± 120

lompatan permenit selama 2 menit. Segera setelah berlari,

naracoba langsung duduk dan ukur tekanan darah.

3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali ke

nilai semula.

3.3 Hasil Praktikum pengukuran tekanan darah di berbagai posisi:

No Nama Naracoba Umur L/PBerbaring Duduk Berdiri

S D S D S D

1. Ahmad Badru N. 19 L 110 60 130 70 130 90

2. Asep Rachmat S. 19 P 110 70 120 80 110 90

3. Fahad Mansyur S. 19 P 110 70 110 60 110 80

4. Irpan Maulana 19 L 110 70 100 70 110 80

17

Page 18: makalah NE !!!

5. Julian Insan Kamil 19 P 90 70 100 80 110 85

6. Muhammad Iqbal F. 19 L 110 80 100 90 110 80

7. Niko Okta M. 19 P 100 80 100 80 110 80

8. Sigit Dwiantoro 19 L 130 90 130 110 130 70

9. Yudi Nugraha 19 L 90 60 110 80 120 80

10. Zia Ulhaq D. 19 L 110 70 110 80 110 80

B. Hasil percobaan secara palpasi

No Nama Naracoba Umur L/PPalpasi

S

1. Ahmad Badru N. 19 L 120

2. Asep Rachmat S. 19 P 120

3. Fahad Mansyur S. 19 P 110

4. Irpan Maulana 19 L 100

5. Julian Insan Kamil 19 P 100

6. Muhammad Iqbal F. 19 L 100

7. Niko Okta M. 19 P 90

8. Sigit Dwiantoro 19 L 130

9. Yudi Nugraha 19 L 110

10. Zia Ulhaq D. 19 L 110

C.Hasil Pengamatan Tekanan darah setelah aktivitas otot

18

No Nama Naracoba Umur L/PTO1 TO2

S D S D

1. Ahmad Badru N. 19 L 150 90 140 80

2. Asep Rachmat S. 19 P 140 90 130 80

3. Fahad Mansyur S. 19 P 130 80 120 70

4. Irpan Maulana 19 L 140 90 120 80

5. Julian Insan Kamil 19 P 110 85 100 80

6. Muhammad Iqbal F. 19 L 120 90 120 90

7. Niko Okta M. 19 P 130 80 120 80

8. Sigit Dwiantoro 19 L 130 70 130 110

9. Yudi Nugraha 19 L 120 80 110 80

10. Zia Ulhaq D. 19 L 130 80 120 80

Page 19: makalah NE !!!

3.4 Pembahasan

Pada praktikum ini, tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung

dan pengukuran dilakukan pada lengan bagian atas. Tekanan darah dari masing-

masing praktikan diukur dalam beberapa keadaan, yaitu pada saat duduk, berdiri,

setelah exercise dan berbaring. Sebelum praktikan melakukan kegiatan (istirahat)

praktikan diukur tekanan darahnya dengan menggunakan spigmomanometer.

Kemudian praktikan melakukan sejumlah aktivitas otot yaitu berlari kecil di

tempat dan Pengukuran tekanan darah dengan spigmomanometer ini memperoleh

hasil yang sangatlah beragam antara 100/60 mmHg sampai 160/90 mmHg.

Berdasarkan pada referensi dan literatur, seluruh data yang dihasilkan tersebut

masih menunjukkan range tekanan darah yang normal. Tekanan darah sistolik

yang dianggap normal untuk orang dewasa adalah adalah 90-130 mmHg,

sedangkan tekanan diastolik yang normal untuk orang dewasa adalah sebesar 60-

90 mmHg. Angka yang ditunjukkan dalam tekanan sistolik selalu lebih besar dari

angka diastolik karena selama sistol, ventrikel kiri jantung memaksa darah untuk

masuk ke aorta dengan fase ejeksi (penyemprotan). Hal tersebut terjadi akibat

adanya perbedaan tekanan antara ventrikel dengan aorta. Sehingga ketika katup

yang membatasi atrium dengan aorta terbuka maka terjadi perpindahan darah dari

atrium ke aorta dengan ejeksi dan tekanan yang besar.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, jenis

kelamin, usia, aktivitas, obesitas, kondisi kesehatan, stress,obat – obatan dll.

Namun, pada praktikum ini hanya dibahas faktor aktivitas dan jenis kelamin dan

umur. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelum beraktivitas otot,

ternyata data menunjukkan bahwa tekanan darah setelah melakukan aktivitas otot

cenderung akan lebih tinggi.Dari hasil pengukuran rata-rata didapatkan setelah

melakukan exercise tekanan darah lebih tinggi daripada berdiri, tekanan saat

berdiri lebih tinggi dari pada duduk dan tekanan saat duduk lebih tinggi duduk

lebih tinggi daripada berbaring. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi aktivitas

yang dilakukan maka akan semakin tinggi pula aktivitas dari kerja jantung yang

harus mengeluarkan tenaga yang tinggi sehingga tekanan darah juga meningkat.

19

Page 20: makalah NE !!!

. Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi oleh tingkatan aktivitas.

Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan

darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas sel

tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang

bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah

di dalam pembuluh darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan

akan semakin besar. Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka

serta vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol menyempit dan kerja

jantung tiap satuan waktu pun bertambah sehingga volume darah pada arteriol

akan meningkat dan tekanannya pun akan meningkat. Dapat dikatakan bahwa

volume darah yang masuk dari arteri ke jantung meningkat. Pada organ-organ

tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal

berkurang. Persentase darah yang dialirkan ke organ-organ tersebut untuk

menunjang peningkatan aktivitas metabolik keduanya. Kerja jantung juga akan

semakin cepat dalam memompa darah. Namun demikian, denyut jantungnya tetap

dalam keadaan normal. Sedangkan terdapat praktikan lain yang memiliki tekanan

darah yang hampir mendekati ambang bawah tidak normal yaitu sebesar 100/70

mmHg pada saat istirahat. Berdasarkan dua hal tersebut, dapat diketahui bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya tekanan darah adalah

besar aktivitas atau jenis aktivitas yang dilakukan.

3.5 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari praktikum kali ini, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas. 

20

Page 21: makalah NE !!!

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas fisik,

jenis kelamin, usia, dll.

3. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan metode tidak langsung

dengan auskultasi dan palpasi yang bisa menggunakan spigmomanometer

(manual atau digital) dan stetoskop.

4. Semakin berat aktivitas tubuh , semakin cepat curah jantung karena

adanya vasodilatasi di otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di

arteriol pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke

saluran pencernaan dan ginjal berkurang.berdasarkan hasil pengukuran

tekanan darah setelah exercise lebih tinggi dibandingkan saat berdiri,

tekanan darah saat berdiri lebih tinggi daripada saat duduk, saat duduk

tekanan darah lebih tinggi dari pada berbaring.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton,Arthur C dan Hall, John E.2007.Buku ajar Fisiologi Kedokteran. EGC:

Jakarta [21 Desember 2013]

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah [21 Desember 2013]

21

Page 22: makalah NE !!!

http://www.scribd.com/doc/90447671/PENGUKURAN-TEKANAN-DARAH [21

Desember 2013]

http://www.scribd.com/doc/56191664/Faktor-Jenis-Kelamin-Dan-Gravitas [21

Desember 2013]

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311011/BAB%20II.pdf [21

Desember 2013]

22