MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

17
MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN “PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA” Disusun oleh : Dede Chrisna Fe. H J500100101 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

description

makalah mkdu ppkn

Transcript of MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

Page 1: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”

Disusun oleh :

Dede Chrisna Fe. H

J500100101

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah jiwa raga seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan kontribusi atau

kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbing dan mengajarkan nilai nilai

kehidupan yang makin baik untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar negara dan telah diterima oleh seluruh warga

negara indonesia seperti yang tercantum pada pembukaan Undang- Undang dasar 1945 yaitu

merupakan kepribadian negara dan cara pandang hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,

kemampuannya, sehingga tak ada satu kekuatan apapun dan mananappun juga yang mampu

memisahkan Pancasila dan Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka

penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya :

1. Sejarah Pancasila ?

2. Pancasila sebagai dasar negara ?

3. Perkembangan Pancasila sebagai dasar negara ?

4. Pancasila di masa saat ini ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui sejarah Pancasila.

2. Memberikan pengertian tentang Pancasila sebagai dasar negara.

3. Untuk mengetahui perkembangan Pancasila sebagai dasar negara.

4. Untuk mengetahui Pancasila di masa saat ini.

Page 3: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pancasila

Dalam rapat BPUPKI tanggal 1 juni 1945, Dalam maklumat itu sekaligus dimuat

dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk

selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi

kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang

pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan

mengenai calon dasar negara untuk Indonesia. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang

berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing

mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan

usul mengenai dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri

atas lima hal, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945,

Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

Page 4: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno

mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:

1. Sosio Nasionalisme

2. Sosio Demokrasi

3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong

Royong.

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para

anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya

dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri

atas sembilan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno

2. Drs. Muh. Hatta

3. Mr. A.A. Maramis

4. K.H. Wachid Hasyim

5. Abdul Kahar Muzakkir

6. Abikusno Tjokrosujoso

7. H. Agus Salim

8. Mr. Ahmad Subardjo

9. Mr. Muh. Yamin

Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga

melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang

kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum

mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17

Page 5: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia

bagian Timur yang menemuinya.

Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat

preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan

syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian

Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini

oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota

tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan

Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan

kesatuan bangsa.

Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan,

mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan

dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di

belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan “Yang Maha Esa” hingga akhirnya menjadi

Pancasila seperti saat ini.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan

UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang

menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan

dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.

Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan

No.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR

No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber

hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.

Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara

(philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea

keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18

Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat

Indonesia yang merdeka. Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan:

kehendak untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya

dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional

Page 6: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat

Indonesia.

Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman

dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan

Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi

merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam

seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.

Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika kita hendak

mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat

Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (Staatside)

integralistik. Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar dalam

masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan

mengatasi segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan

rakyatnya”

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara

Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk

kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai

hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara yang

didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan

mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan

yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,

mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,

memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”

Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)

sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya,

dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan

martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan

martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia

qua talis, manusia adalah manusia sesuai dengan principium identatis-nya.

Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan

keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara

hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan

Page 7: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar

satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena

itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak

dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari

Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.

Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat

dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain.

Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sifat

hirarkis- piramidal Pancasila dengan menempatkan sila “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai

basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai

oleh sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: “Tiap-tiap

orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang

perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari

sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara

sesungguhnya berisi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang

ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang maha esa, yang

ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan ber-Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan

yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/

perwakilan, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil

dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Page 8: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang

mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan

Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan.

C. Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia di kemudian hari melalui pembentukan

BPUPKI dan PPKI. Generasi Soekarno-Hatta menunjukan ketajaman intelektual dengan

merumuskan gagasan vital seperti yang tercantum di Pembukaan UUD 1045 dimana

Pancasila ditegaskan sebagai kesatuan integral dan integratif. Prof. Notonagoro sampai

menyatakan Pembukaan UUD 1945 adalah dokomen kemanusiaan terbesar setelah American

Declaratiom of Independence (1776).

Isi Pembukaan UUD 1945 adalah nilai-nilai luhur yang universal sehingga Pancasila

di dalamnya merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan bangsa. Gagasan vital

yang menjadi isi Pancasila sebagai dasar negara merupakan jawaban kepribadian bangsa

sehingga dalam kualitas awalnya Pancasila merupakan dasar negara, tetapi dalam

perkembngannya menjadi ideologi dari berbagai kegiatan yang berimplikasi positif atau

negatif. Pancasila bertolak belakang dengan kapitalisme ataupun komunisme. Pancasila justru

merombak realitas keterbelakangan yang diwariskan Belanda dan Jepang untuk mewujudkan

masyarakat adil dan makmur. Pancasila sudah berkembang menjadi berbagai tahap semenjak

ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu :

1. Tahun 1945-1948 merupakan tahap politis. Orientasi Pancasila diarahkan pada

nation and character building. Semangat perstuan dikobarkan demi keselamatan

NKRI terutama untuk menanggulangi ancaman dalam negeri dan luar negeri. Di

dalam tahap dengan atmosfer politis dominan, perlu upaya memugar Pancasila

sebagai dasar negara secara ilmiah filsafati. Pancasila mampu dijadikan pangkal

sudut pandangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dalam karya-

karyanya ditunjukkan segi ontologik, epismologik dan aksiologiknya sebagai

raison d’etre bagi Pancasila (Notonagoro, 1950). Resonansi Pancasila yang tidak

bisa diubah siapapun tecantum pada Tap MPRS No. XX/MPRS/1966. Dengan

keberhasilan menjadikan “Pancasila sebagai asas tunggal”, maka dapatlah

dinyatakan bahwa persatuan dan kesatuan nasional sebagai suatu state building.

Page 9: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

2. Tahun 1969-1994 merupakan tahap pembangunan ekonomi sebagai upaya

mengisi kemerdekaan melalui Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I).

Orientasinya diarahkan pada ekonomi, tetapi cenderung ekonomi menjadi

“ideologi”. Secara politis pada tahap ini bahaya yang dihadapi tidak sekedar

bahaya latent sisa G 30S/PKI, tetapi efek PJP 1 yang menimbulkan

ketidak merataan pembangunan dan sikap konsumerisme. Hal ini menimbulkan

kesenjangan sosial yang mengancam pada disintegrasi bangsa. Distorsi di

berbagai bidang kehidupan perlu diantisipasi dengan tepat tanpa perlu

mengorbankan persatuan dan kesatuan nasional. Tantangan memang trerarahkan

oleh Orde Baru, sejauh mana pelakasanaan “Pancasila secara murni dan

konsekuen” harus ditunjukkan. Komunisme telah runtuh karena adanya krisis

ekonomi negara “ibu” yaitu Uni Sovyet dan ditumpasnya harkat dan martaba

tmanusia beserta hak-hak asasinya sehingga perlahan komunisme membunuh

dirinya sendiri. Negara-negara satelit mulai memisahkan diri untuk mencoba

paham demokrasi yang baru. Namun, kapitalisme yang dimotori Amerika Serikat

semakin meluas seolah menjadi penguasa tunggal. Oleh karena itu, Pancasila

sebagai dasar negara tidak hanya sekedar dihantui oleh bahaya subversinya

komunis, melainkan juga harus berhadapan dengan gelombang aneksasinya

kapitalisme

3. Tahun 1995-2020 merupakan tahap “repostioning” Pancasila. Dunia kini sedang

dihadapkan pada gelombang perubahan yang cepat sebagai implikasi arus

globalisasi. Globalisasi sebagai suatu proses pada hakikatnaya telah berlangsung

jauh sebelum abad ke-20 sekarang, yaitu secara bertahap, berawal “embrionial” di

abad 15 ditandai dengan munculnya negara-negara kebangsaan, munculnya

gagasan kebebasan individu yang dipacu jiwa renaissance dan aufklarung. Hakikat

globalisasi sebagai suatu kenyataan subyektif menunjukkan suatu proses dalam

kesadran manusia yang melihat dirinya sebagai partisipan dalam masyarakat dunia

yang semakin menyatu, sedangkana kenyataan obyektif globlaisasi merupakan

proses menyempitnya ruang dan waktu, “menciutnya” dunia yang berkembang

dalam kondisi penuh paradoks. Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat,

keurgensian Pancasila sebagai dasar negara semakin dibutuhkan. Pancasila

dengan sifat keterbukaanya melalui tafsir-tafsir baru kita jadikan pengawal dan

pemandu kita dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti. Pancasila

mengandung komitmen-komitmen transeden yang memiliki “mitosnya” tersendiri

Page 10: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

yaitu semua yang “mitis kharismatis” dan “irasional” yang akan tertangkap arti

bagi mereka yang sudah terbiasa berfikir secara teknis-positivistik dan pragmatis

semata.

D. Pancasila di masa saat ini

Sebagai contoh warga Indonesia yang aktif di organisasi "Persaudaraan" ini menyebut

tidak adanya keadilan sosial. Para pemimpin negara yang semestinya memakmurkan rakyat,

tapi ternyata tidak. Kekayaan rakyat dicuri, dirongrong dan semua amburadul. Indonesia

sekarang banyak menghadapi problem besar. Korupsi semakin merajalela. Hukum

dimanipulasi, bukan digunakan untuk melindungi kepentingan rakyat, tapi untuk melindungi

penjahat-penjahat atau koruptor-koruptor di kalangan para penguasa negara, dan juga

terorisme. Kerukunan beragama yang sebenarnya dituntut oleh Pancasila, juga jauh dari

kenyataan di Indonesia saat ini. Dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa seyogyanya

masyarakat bebas beragama, tapi kenyataannya tidak demikian.

Page 11: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka menulis menyimpulkan beberapa inti dari materi di

atas yakni bahwa Pancasila adalah suatu landasan yang terdiri dari lima sila (pancasila) ,yang

mengundung nilai-nilai luhur kebudayaan yang tertanam dalam darah daging perjuangan

kebangsaan dan kenegaraan. Dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam

arti secara leksikal, yaitu : Panca artinya lima Syila artinya batu sendi, dasar, atau  Syiila

artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh.

Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa dan dasar negara Republik

Indonesia. Pancasila telah melekat dan men-darah daging pada masyarakat Indonesia. Maka

masyarakat Indonesia menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup ataupun menjadikan

Pancasila sebagai perjuangan utama oleh masyarakat banggsa Indonesia. Oleh karena itu,

setiap warga negara mulai menerapkan nilai- nilai pada Pancasila tersebut baik di daerah

maupun di pusat.

SARAN

Berdasarkan wacana diatas kita dapat menyadari betapa pentingnya Pancasila sebagai

pedoman bangsa Indonesia. Maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila- sila

pancasila tersebut.

Page 12: MAKALAH MKDU KEWARGANEGARAAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Astrid S., Susanto. S. 1999. Masyarakat Indonesia Memasuki Abad Ke Dua Puluh

Satu. Jakarta: Ditjen Dikti.

Kaelan, DR, M.S., 2004 (edisi kedelapan), Pendidikan Pancasila ( edisi reformasi

2004), Paradigma: Yogyakarta

Kansil, C.S.T.1992. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Pradnya

Pramita.

Pancasila Sebagai Dasar Negara http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/01/pancasila-

sebagai-dasar-negara/ Accessed: [25 juli, 2013]

Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

http://www.sarjanaku.com/2011/05/pancasila-sebagai-dasar-negara-republik.html Accessed:

[25 Juli, 2013]

Pasha, M.K. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta :

Cipta Karya Mandiri.

Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara http://www.g-

excess.com/4397/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai-ideologi-dan-dasar-negara/ Accessed:

[ 25 Juli, 2013]

Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.