makalah mepen instrumen

download makalah mepen instrumen

of 19

Transcript of makalah mepen instrumen

BAB I PENDALUAN

A. Latar Belakang Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang apapun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaanya dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Sebagai salahsatu rangkaian makalah dalam mata kuliah Penelitian Pendidikan, makalah ini hanya akan menyajikan materi yang berkenaan dengan instrumen dan macam-macam instrumen . Oleh karena itu pemahaman dan hasil belajar yang tuntas pada makalah-makalah sebelumnya merupakan bekal yang penting bagi Anda untuk dapat memahami secara baik makalah ini. Makalah ini berisi kegiatan belajar menyajikan tentang instrumen penelitian dan macammacam instrumen penelitian. Setelah mempelajari makalah ini, kami berharap keta semua memiliki kemampuan untuk (1) menjelaskan berbagai instrumen penelitian yang dapat digunakan dalam kegiatan penelitian (2) menentukan instrumen penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, (3) menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan penelitain, dan (4) menjelaskan macam-macam instrumen penelitian serta (5) memilih macammacam instrumen yang sesuai dengan instrumen penelitian, masalah, dan tujuan penelitian. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari instrimen penelitian 2. Apa saja jenis jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian.

1

3. Bagaimana langkah-langkah penyusunan instrumen. 4. Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. 5. Bagaiman cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. C. Tujuan 1. Mendeskripsikan pengertian dari instrumen penelitian. 2. Mendeskripsikan jenisjenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian. 3. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen. 4. Menjelaskan tentang validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. 5. Mendeskripsikan cara pengujian penelitian. validitas dan reliabilitas instrumen

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif. Sedangkan menurut Djaali dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Untuk mengumpulkan data penelitian dan penilaian, seseorang dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia atau biasa disebut instrumen baku (standardized) dan dapat pula dengan instrumen yang dibuat sendiri. Jika instrumen baku tersedia maka seseorang dapat langsung menggunakan instrumen tersebut namun jika instrumen tersebut belum tersedia atau belum baku maka seseorang harus dapat mengembangkan instrumen buatan sendiri untuk dibakukan sehingga menjadi instrumen yang layak sesuai fungsinya. Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh

3

dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes. Instrumen sangat terkait dengan obyek penelitian, utamanya obyek produk. Instrumeninstrumen tersebut misalnya: pedoman observasi, checklist, pedoman wawancara, tes, angket, dan lain-lain. B. Jenis Jenis Instrumen Penelitian Dalam konsep lainnya, Arikunto mengklasifikasikan alat evaluasi yang digunakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non-tes (bukan tes). Sekarang perhatikan beberapa macam instrumen pengumpul data sebagai berikut: a. Tes, merupakan serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau sekelompok individu. Didasarkan pada sasaran atau obyek yang diteliti, tes dibedakan menjadi beberapa macam alat ukur, yaitu diantaranya: 1) Tes kepribadian, tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. 2) Tes bakat, tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang. 3) Tes inteligensi, tes yang digunakan untuk mengadakan perkiraan tingkat intelektual (kecerdasan) seseorang. 4) Tes sikap, tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran sikap sesorang. 5) Tes minat, tes yang digunakan untuk menggali minat sesorang terhadap sesuatu. 6) Tes prestasi, tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. b. Angket atau kuesioner, merupakan sejumlah pertanyaan tertulis digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (orang atau subyek yang

4

menjawab angket), tentang hal-hal yang diketahuinya. Istilah angket atau kuesioner telah dijelaskan bahwa istilah tersebut dapat untuk menyebut metode maupun alat atau instrumen. Berdasarkan beberapa sudut pandang, kuesioner dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya: 1) Dilihat dari cara menjawab pertanyaan, kuesioner dibedakan menjadi: kuesioner terbuka (menjawab dengan kalimatnya sendiri) dan kusioner tertutup (jawaban telah disediakan). 2) Dilihat dari jawaban yang diberikan, kuesioner dibedakan: kuesioner langsung (responden menjawab tentang dirinya) dan kuesioner tidak langsung (responden menjawab tentang orang lain). 3) Ditinjau dari bentuknya, kuesioner dibedakan: kuesioner pilihan ganda sama dengan kuesioner tertutup), kuesioner isian 9sama dengan kuesioner terbuka), check-list, responden tinggal membubuhkan tanda check ( pada kolom yang disediakan. Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup. 1. Angket terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Contoh. a. Bagaimanakah pendapat tentang dibentuknya Dewan Sekolah? b. Apakah saudara pernah mengikuti Diklatpim Tingkat 3? Jika pernah, bagaimana komentar saudara? 2. Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (x) atau tanda check list (). Check list atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek )

5

Contoh: Cara memberikan tanda silang (x) 1. Apakah saudara termasuk dosen yang aktif menulis? a) Ya b) Tidak

Jika ya, sudah berapa buku yang saudara tulis dan terbitkan per tahun? a) 2-5 buku b) 6-10 buku c) 11-15 buku d) 16-20 buku

c. Wawancara (interview), Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk menilai keadaan seseorang. Sebagai contoh, misalnya digunakan untuk memperoleh data keadaan tentang latar belakang siswa, orang tua, pendidikan, perhatian dan minat terhadap suatu pelajaran. Berdasarkan pelaksanaannya, wawancara dibedakan menjadi: 1) Wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi tetap harus terkait dengan data yang harus dikumpulkan. 2) Wawancara terpimpin, dilaksanakan berdasarkan sederetan pertanyaan lengkap terperinci serte terstruktur. 3) Wawancara bebas terpimpin, wawancara dilakukan berdasarkan pedoman garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan terkait dengan data yang harus dikumpulkan. d. Observasi, observasi sering disebut pula pengamatan. Pengamatan atau observasi dalam penelitian, dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara. Dengan demikian observasi jangan diartikan secara sempit yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Ditinjau cara melakukannya, observasi dibedakan menjadi dua macam yaitu, observasi sistematis dan observasi non sistematis. Observasi sistematis merupakan observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observasi non sistematis, adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan instrumen pengamatan.

6

e. Skala bertingkat, skala bertingkat atau ratings, merupakan suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. Skala disini adalah skala bertingkat untuk menghasilkan data yang cukup memberikan informasi tertentu tentang orang atau program yang diteliti. Penggunaan skala bertingkat, menghasilkan gambaran kasar, oleh sebab itu interpretasi data yang diperoleh melalui penggunaan instrumen ini, harus dilakukan secara berhati-hati dan lebih cermat Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun instrumen ini diantaranya adalah: bagaimana menentukan variabel skala, hal-hal yang ditanyakan adalah hal-hal yang harus dapat diamati oleh responden. f. Dokumentasi, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data penelitian yang bersumber pada tulisan berupa dokumen. Pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis misalnya, buku-buku, dokumen kegiatan, peraturan-peraturan dan sebagainya. Metode dokumentasi dilaksanakan dengan dua cara yaitu: pedoman dokumentasi dan check-list. Pedoman dokumentasi memuat garis-garis besar atau kategori data yang dicari. Check-list, berupa daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Peneliti tinggal memberi tanda terhadap setiap pemunculan gejala variabel yang diselidiki. C. Langkah Langkah Penyusunan Instrumen Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu: 1). Mendefinisikan variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci; 3). Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5). Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability). Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut non-kognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi alat ukur;

7

2). Penulisan pernyataan atau pertanyaan; 3). Penelaahan pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan instrumen (untuk keperluan uji-coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan instrumen; 8). Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma. Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen yaitu: 1) Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk variabel 2) Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel 3) Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator 4) Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan 5) Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya butir instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif 6) Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik 7) Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator 8) Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis

8

9) Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba 10) Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumenyang dikembangkan

11) Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria internal maupun kriteria eksternal 12) Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak valid 13) Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid. 14)Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen 15)Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah penyusunan performance assessment yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil) Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan Tentukan situasi performance Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut: a. Merumuskan definisi konseptual dan operasional

9

Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan diukur. b. Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan. Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib. c. Penelaahan pernyataan Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator. Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba. d. Uji coba Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji

10

coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan. e. Analisis Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen. f. Revisi Instrumen Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butirbutir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya. g. Perakitan instrumen menjadi Instrumen final Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas instrumen.

D. Validitas dan reliabilitas instrument Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Validitas, adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih adalah instrumen yang memiliki validitas tinggi. Sedangkan instrumen yang kurang valid berarti instrumen yang validitasnya rendah. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabel dalam

11

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrument yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrument untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variable yang diteliti. Berdasarkan cara pengujiannya, validitas instrumen dapat dibedaklan menjadi dua macam yaitu, validitas eksternal dan validitas internal. Mari kita lihat kedua macam validitas tersebut sebagai berikut. - Validitas eksternal, validitas yang berkaitan dengan data yang dihasilkan dari instrumen tersebut, sesuai dengan data lain tentang variabel penelitian yang dilakukan. Contoh: misalkan Anda sebagai peneliti ingin mengetahui validitas tes IPA, dilakukan dengan cara mencobakan tes tes itu kepada siswa yang ditentukan sebagai subyek ujicoba tersebut. Hasil tes yang diperoleh dalam ujicoba itu selanjutnya dikorelasikan dengan nilai IPA, misalnya nilai sumatif atau nilai rapor siswa tersebut. Nilai rapor itu dijadikan sebagai kriteria, cara demikian menghasilkan validitas eksternal, karena nilai tersebut bukan dari instrumen yang dimaksudkan. - Validitas internal, validitas yang dapat dicapai jika terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Untuk memudahkan pengertian nya dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen memiliki validitas internal jika setiap bagian instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan. Artinya mengungkap data dari variabelvariabel yang diteliti. Bagian instrumen dapat berupa butir-butir soal tes atau dapat pula berupa kumpulan butir-butir tes tersebut yang menggambarkan

12

sebagai suatu faktor. Berdasarkan hal ini, maka validitas dibedakan adanya validitas butir dan validitas faktor. Arikunto (1998:162) mengungkapkan, suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi jika butir-butir soal yang membentuk instrumen atau faktor-faktor yang merupakan bagian instrumen itu tidak menyimpang dari fungsi instrumen tersebut. Berdasarkan penjelasan tentang validitas internal seperti tersebut di atas, Anda dapat mencermati bahwa pengujian validitas sebuah instrumen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: melakukan analisis faktor (anafak) dan melakukan analisis butir (anabut). Instrument yang reliabel belum tentu valid. Meteran-meteran yang putus di bagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrument (meteran) tersebut rusak. Reliabilitas instrument merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh karena itu, walaupun instrument yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrument perlu dilakukan. Reliabilitas, Diartikan sebagai tingkat keterandalan suatu instrumen. Jika datanya benar, maka berapa kalipun diambil data itu tetap sama. Ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan adalah reliabel, artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas dibedakan pula menjadi dua jenis yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal, dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Reliabilitas eksternal, jika ukuran atau kriterianya berada di luar instrumen. Cara mengujinya ada dua macam cara yaitu: teknik paralel dan teknik ulang. Teknik paralel digunakan dengan cara menyusun dua stel instrumen, kemudian masing-masing diujicobakan pada satu kelompok responden. Hasilnya dikorelasikan dengan teknik korelasi Product korelasi pearson. moment atau

13

b) Reliabilitas internal, reliabilitas internal diperoleh dengan cara pengolahan data atau analisis data dari satu kali hasil pengetesan. Teknik pengujian reliabilitas internal didasarkan pada bentuk instrumen ataupun pada selera peneliti. Penggunaan teknik yang berbeda akan menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula, disebabkan pengaruh sifat dan karakteristik data, sehingga dalam perhitungan diperoleh angka berbeda, akibat adanya pembulatan. E. Pengujian validitas dan reliabilitas instrument 1. Pengujian validitas instrumen a. Pengujian validitas konstrak (construct validity) Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi. Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen. b. Pengujian Validitas Isi Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas

14

pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. c. Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi. 2. Pengujian reliabilitas instrument Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian

15

dilakukan dengan test retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butirbutir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu. a. Test retest Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. b. Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini? Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel. c. Gabungan Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.

16

d. Internal Consistency Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian

reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

17

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan 1. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. 2. Jenis-jenis instrumen penelitian yaitu tes, angket atau kuosioner, wawancara, dokumentasi, observasi dan skala bertingkat. 3. Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian yaitu merumuskan definisikonseptual dan operasional, pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan, penelaahan pernyataan, uji coba, analisis, revisi instrumen dan perakitan instrumen menjadi Instrumen final.

4. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dan Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. 5. Pengujian validitas instrumen terdiri atas pengujian validitas konstrak, validitas isi dan validitas eksternal. Sedangkan pengujian reliabilitas terdiri atas tes-retest, ekuivalen, gabungan dan internal consistency. B. Saran 1. Sebaiknya penggunaan instrumen dalam penelitian lebih dimanfaatkan dengan baik, sehingga saat pengolaan data kita akan lebih mudah. 2. Sebaiknya dalam penyusunan instrumen, peneliti perlu untuk lebih memperhatikan langkah langkahnya dengan baik agar hasil yang diperoleh pun akan lebih baik.

18

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur. 2011. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data. http:// www. google. co.id/ instrumen+penelitian+pendidikan.pdf&psj. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011. Anonim1. 2011. Menentukan instrumen penelitian. http://blogkatte.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.Anonim2. 2011. Instrumen Penelitian. http://aritmaxx.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011. Anonim3. 2011. Penyusunan Instrumen. http://evaluasipendidikan.blogspot.com/html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011. Sadiyah Rika. 2011. Pengembangan Instrumen Penelitian. http://www. fai.umj.ac. id/ index. php? option=com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

Santyasa , I Wayan. 2011. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA

19