MAKALAH MDGS

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di perkotaan. Dengan kata lain, saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan di masa mendatang. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat di mana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa. Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia. Jumlah balita di Indonesia menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2007 mencapai 17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% per tahun. United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling 1

description

MDGS

Transcript of MAKALAH MDGS

Page 1: MAKALAH MDGS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di

Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih

dan obesitas mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke

atas di perkotaan. Dengan kata lain, saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah

gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) yang sangat diperlukan di masa mendatang. Kekurangan gizi pada

umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan

yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat

di mana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti

pola makan orang dewasa. Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita

terancam gizi buruk yang keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia.

Jumlah balita di Indonesia menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Tahun 2007 mencapai 17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk

2,7% per tahun. United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia

berada di peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat

pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan sebanyak 7,7 juta balita (Depkes RI,

2007).

Pemerintah terus berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

khususnya menangani masalah gizi balita karena hal itu berpengaruh terhadap

pencapaian salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) pada Tahun

2015 yaitu mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah lima

tahun. Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita menurun dari 25,8 % pada Tahun

2004 menjadi 18,4 % pada Tahun 2007, sedangkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 menargetkan penurunan prevalensi

kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita adalah <15,0% pada

tahun 2014.

1

Page 2: MAKALAH MDGS

Delapan tujuan MDGs yang akan dicapai, pada bidang kesehatan diantaranya

pertama, menurunkan angka kematian anak terhitng dari tahun 1990 sampai 2015. Pada 2007,

angka kematian anak sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs menargetkan pengurangan

angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Kedua, meningkatkan

kesehatan ibu, sejak 1990 terjadi penurunan yaitu dari 390 menjadi sekitar 307 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2000. Target MDGs 2015 adalah sekitar 110 per 100.000

kelahiran hidup. Untuk mencegah terjadinya kematian ibu, di antaranya adalah persalinan

yang aman bagi ibu yaitu persalianan yang dibantu tenaga persalinan terlatih. Tahun 2007,

proporsi persalinan yang dibantu tenaga persalinan terlatih adalah 73 persen. Ketiga,

penanganan berbagai penyakit menular berbahaya yaitu HIV, TBC, malaria dan penyakit

menular lainnya, prevalensi HIV-AIDS nasional saat ini adalah 5,6 per 100.000 orang.

Namun, tidak ada indikasi laju penyebaran HIV-AIDS terhenti (Stalker, 2007). Derajat

kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika, hasil Riskesdas (2007),

diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) baru mencapai 38,7%. Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan

target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan (perilaku hidup bersih dan sehat) PHBS

pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Millenium Development Goals (MDGs)?

b. Apa sajakah target dari Millenium Development Goals (MDGs)?

c. Apa hubungan MDGs ke empat dengan gizi bayi

1.3 Tujuan

a. Mempelajari tentang Millenium Development Goals (MDGs)

b. Mengetahui target pada Millenium Development Goals (MDGs)

c. Mengetahui hubungan tujuan MDGs keempat dengan gizi bayi

2

Page 3: MAKALAH MDGS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Millenium Development Goals (MDGs)

Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma

pembangunan global, dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189

negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan

September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi

Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000,

(A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).

Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional

untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan MDGs sebagai satu paket tujuan yang

terukur untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Target yang hendak dicapai

pada tahun 2015 ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh

dunia.

Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut juga berkomitment untuk

mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam

upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang

pemenuhan hak asasi dan kebebasan

2.2 Target Millenium Development Goals (MDGs)

Isi dari Millenium Development Goals meliputi 8 hal pokok tujuan

pembangunan yang ingin dicapai pada tahun 2015 antara lain:

a. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim

Pada 2008, angka kemiskinan nasional adalah 15,4 % atau terdapat hampir

35 juta penduduk miskin. Diperlukan suatu usaha yang besar dalam mencapai

target MDG’s dengan target kemiskinan sebesar 7,5 %.

Menurunkan angka kemiskinan menjadi target atau tujuan utama dari

MDG’s dengan alasan bahwa ketika seseorang memiliki uang yang cukup, maka ia

akan memiliki daya beli untuk memenuhi kebutuhan baik makanan, pendidikan,

3

Page 4: MAKALAH MDGS

kesehatan, dan akses penting lain yang mampu menunjang kehidupan sehingga

tercapai suatu kesejahteraan.

Menurut survey yang dilakukan BPS pada tahun 2008, ukuran seseorang

dikatakan berada dibawah garis kemiskinan jika pengeluaran seseorang kurang dari

Rp 182.636 per bulan. Namun kemiskinan ini tidak hanya diukur berdasarkan

pendapatan (income poverty), melainkan memiliki banyak dimensi. Seseorang juga

dapat merasa dirinya miskin ketika ia hanya memiliki rumah yang kumuh,

kekurangan air bersih, pendidikan, atau informasi.

Mengentaskan masalah kemiskinan bukanlah hal yang mudah. Diperlukan

beberapa upaya yang kompleks misalnya memperbaiki akses pendidikan bagi

warga yang kurang mampu, menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan

penghasilan yang cukup, memberikan subsidi bidang kesehatan, serta

pemberdayaan masyarakat.

Target kedua MDG’s adalah mengurangi jumlah anak-anak yang

kekurangan gizi hingga separuhnya. Pada tahun 1990 angka kekurangan gizi pada

anak-anak sekitar 35,5 % jadi harus ditekan menjadi sekitar 17,8 %. Di Indonesia,

masalah kurang gizi pada anak bukan hanyak disebabkan oleh minimnya

penghasilan. Lebih banyak anak kekurangan gizi meski angka kemiskinan

menurun dikarenakan banyak bayi yang tidak mendapatkan makanan tepat dalam

jumlah yang cukup. Selain itu juga disebabkan kurangnya perhatian ibu, kurangnya

informasi dan informasi dalam perawatan anak.

b. Pemerataan pendidikan dasar

Tujuan kedua MDG’s ini bukanlah sekedar semua anak bisa sekolah, tetapi

memberikan pendidikan dasar yang utuh. Karena meskipun angka partisipasi di

sekolah cukup meningkat, banyak yang tidak dapat belajar dengan lancar di

sekolah. Ada yang tidak naik kelas atau bahkan terpaksa berhenti.

Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua dapat dicapai dengan beberapa

aktivitas yang terkait antara lain pemerataan pertumbuhan ekonomi, pemerataan

jumlah tenaga pendidik berkualitas, serta memperbaiki aspek transportasi,

makanan, buku, sarana pensisikan, serta perlengkapan tambahan lainnya.

4

Page 5: MAKALAH MDGS

c. Mendukung adanya persamaan jender dan pemberdayaan perempuan

Kesetaraan gender yang menjadi tujuan ketiga dari MDG’s ini menyangkut

tiga target yaitu perbedaan dan diskriminasi gender dalam hal pendidikan, lapangan

pekerjaan, dan keterwakilan dalam parlemen.

d. Mengurangi tingkat kematian anak

Usia harapan hidup di negeri ini rata-rata meningkat sekitar 15 tahun.

Anak-anak yang lahir di Indonesia saat ini memiliki usia harapan hidup hingga 68

tahun. Namun ada satu ukuran lainnya yang sangat penting yaitu jumlah anak-anak

yang meninggal. Anak-anak terutama bayi memiliki kerentanan terhadap penyakit

dan kondisi hidup yang tidak sehat. Sehingga tujuan keempat dari MDG’s adalah

mengurangi jumlah kematian anak.

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi sampai balita

adalah dengan menurunkan tingkat kemiskinan. Diperlukan dana yang banyak

bukan hanya untuk penyembuhan tetapi juga untuk pencegahan penyakit melalui

berbagai upaya seperti vaksinasi atau peningkatan nilai gizi yang dikonsumsi.

e. Meningkatkan kesehatan ibu

Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu

dalam proses melahirkan. Pada dasarnya, penyebab terbesar kematian ibu adalah

komplikasi ketika persalinan. Sejumlah komplikasi sewaktu persalinan bisa

dicegah misalnya komplikasi akibat aborsi yang tidak aman. Cara untuk mencegah

komplikasi juga melalui terpenuhinya akses yang baik bagi perempuan dalam

kontrasepsi yang efektif. Kemudian juga tingkat perekonomian keluarga yang baik

akan mendukung tingkat ketercukupan gizi pada ibu hamil, serta diperlukan adanya

ketersediaan dan pemerataan tenaga medis yang berkualitas dalam menolong

proses persalinan.

f. Memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya

Tujuan keenam dalam MDG’s adalah menangani berbagai penyakit

menular paling berbahaya. Penyakit pertama yang menjadi prioritas penanganan

dalam tujuan MDG’s adalah HIV-AIDS yang dianggap tidak hanya menimbulkan

kerugian bagi masyarakat tetapi juga kerugian di level Negara. HIV-AIDS

merupakan jenis penyakit yang memiliki kemungkinan untuk menimbulkan

generalized epidemy. Hal ini karena penyebarannya yang cepat diantara dua

kelompok beresiko tinggi yaitu para pengguna NAPZA dan pekerja seks. Selain itu

5

Page 6: MAKALAH MDGS

HIV-AIDS mungkin juga menular melalui ibu ke bayinya, atau dari suami kepada

istrinya.

HIV-AIDS merupakan penyakit menular yang penanganannya sangat

kompleks. Jumlah penderita HIV-AIDS seringkali tidak terdeteksi secara pasti

karena adanya stigma negatif di masyarakat. HIV-AIDS adalah penyakit yang

dapat menyerang semua kalangan masyarakat dan dari berbagai kelompok umur.

Penyakit ini penyebarannya diperparah dengan tingkat pengetahuan akan definisi

penyakit yang masih rendah baik dari masyarakat atau tenaga kesehatan.

Penyakit menular lain yang menjadi tujuan penanganan dalam MDG’s

adalah TBC dan Malaria. Dua jenis penyakit ini menjadi prioritas diantara

banyaknya penyakit menular lain karena menyebabkan penderitanya rentan

terhadap penyakit lain. Selain itu dua penyakit ini memiliki karakteristik yang

sama dengan kasus HIV-AIDS yaitu susah menemukan kasus secara pasti. Banyak

penderita HIV-AIDS yang malu untuk memeriksakan diri karena adanya stigma di

masyarakat, sedangkan untuk penyakit TBC dan malaria penyebab utama tidak

terdeteksinya kasus dikarenakan faktor pengetahuan yang kurang sehingga

memperparah dampak dan penyebaran penyakit secara meluas.

g. Memastikan kelestarian lingkungan

Kelestarian lingkungan menjadi tujuan ketujuh dalam MDG’s dengan

alasan kelestarian lingkungan yang terjaga merupakan aspek yang mendukung

tercapainya derajat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Manusia dalam

memenuhi kebutuhannya seringkali memanfaatkan sumber daya alam dengan

maksimal tanpa memperhatikan dampak dari penggunaan sumber daya tersebut.

Salah satu dampak penggunaan sumber daya alam oleh manusia adalah timbulnya

polusi baik di udara, air, maupun tanah. Kelestarian alam yang tidak terjaga tidak

hanya akan menimbulkan kerugian di kawasan suatu Negara namun juga dapat

mengancam kelestarian lingkungan Negara lainnya.

Kebanyakan orang tidak menyadari arti penting dari kelestarian

lingkungan. Kelestarian lingkungan tidak hanya mendorong tercapainya derajat

kesehatan tetapi juga kesejahteraan dan kestabilan ekonomi suatu masyarakat.

Suatu wilayah yang memiliki kelestarian lingkungan, akan dapat menyediakan

lingkungan yang sehat, ketersediaan sumber daya alam berkualitas dan kontinyu

serta terhindar dari beberapa bencana yang merugikan seperti banjir dan tanah

6

Page 7: MAKALAH MDGS

longsor. Selain itu alasan penting untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan

adalah sulitnya pemulihan kembali terhadap lingkungan yang kondisinya rusak.

h. Promote global partnership for development

Salah satu target yang menjadi bagian tujuan ke-8 MDGs adalah ”lebih

jauh mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan yang terbuka, berbasis

peraturan, mudah diperkirakan, dan tidak diskriminatif.” Hal ini bertujuan untuk

pemerataan kesejahteraan antarnegara di dunia saat diterapkannya sistem

perekonomian terbuka atau pasar bebas.

Selain itu, tujuan MDG’s yang terakhir ini diharapkan dapat meningkatkan

persatuan dan sikap saling tolong antarnegara di dunia untuk dapat menyelesaikan

setiap permasalahan di negaranya baik dari masalah kesehatan, perekonomian,

pendidikan, serta keamanan.

2.3 Hubungan tujuan MDGs keempat dengan gizi anak

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi sampai balita adalah

dengan menurunkan tingkat kemiskinan. Diperlukan dana yang banyak bukan hanya

untuk penyembuhan tetapi juga untuk pencegahan penyakit melalui berbagai upaya

seperti vaksinasi atau peningkatan nilai gizi yang dikonsumsi.

Status pelayanan kesehatan terdiri dari cakupan pengelolaan pelayanan

program kesehatan dan sarana-prasarana kesehatan. Salah satu pengelolaan program

kesehatan adalah pengelolaan program perbaikan gizi. Pada tingkat kecamatan atau

Puskesmas program perbaikan gizi merupakan salah program dasar puskesmas dari 7

(tujuh) program dasar yang ada, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

Program Perbaikan Gizi, Program Kesehatan Lingkungan, Program Promosi

Kesehatan, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P), Program

Pengobatan dan Program Spesifik Lokal. Berhasil tidaknya pelaksanaan ke tujuh

program ini, semua tergantung dari pengelolaan atau penyelenggaraannya termasuk

pengelolaan program perbaikan gizi.

Lima langkah pengelolaan program perbaikan gizi di Puskesmas pada

dasarnya sama dengan langkah-langkah pada pedoman pengelolaan gizi yang

dilakukan di Tingkat Kabupaten yang dikeluarkan Direktorat Bina Gizi Depkes RI,

yaitu : Langkah pertama yaitu Identifikasi Masalah, kemudian Langkah Kedua

7

Page 8: MAKALAH MDGS

Analisis masalah. Langkah pertama dan kedua biasa dikenal dengan perencanaan

(planing). Langkah Ketiga adalah Menentukan kegiatan perbaikan gizi, langkah ini

biasa juga dikenal atau disebut juga dengan pengorganisasian (organising). Langkah

Keempat adalah melaksanakan program perbaikan gizi, langkah ini disebut juga

dengan Pelaksanaan (actuating). Dan yang terakhir adalah Langkah Kelima yaitu

pantauan dan evaluasi, langkah ini disebut juga dengan (controlling anda evaluation).

1.      Langkah Pertama Identifikasi Masalah

Dalam identifikasi masalah gizi langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah

mempelajari data berupa angka atau keterangan-keterangan yang berhubungan

dengan identifikasi masalah gizi. Kemudian melakukan validasi terhadap data

yang tersedia, maksudnya melihat kembali data, apakah sudah sesuai dengan data

yang seharusnya dikumpulkan dan dipelajari. Selanjutnya mempelajari besaran

dan sebaran masalah gizi, membandingkan dengan ambang batas dan atau target

program gizi, setelah itu rumuskan masalah gizi dengan menggunakan ukuran

prevalensi dan atau cakupan.

2.      Langkah Kedua : Analisis Masalah

Analisis masalah didasarkan pada penelaahan hasil identifikasi dengan

menganalisis faktor penyebab terjadinya masalah sebagaimana yang disebutkan

diatas, tujuannya untuk dapat memahami masalah secara jelas dan spesifik serta

terukur, sehingga mempermudah penentuan alternatif masalah. Caranya dapat

dilakukan dengan analisis hubungan, analisis perbandingan, analisis

kecenderungan dan lain-lain.

3.      Langkah Ketiga : Menentukan Kegiatan Perbaikan Gizi

Langkah ini didasarkan pada analisis masalah di kecamatan yang secara langsung

maupun tidak langsung yang berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi

masyarakat, langkah ketiga pengelolaan program perbaikan gizi ini dimulai

dengan penetapan tujuan yaitu upaya-upaya penetapan kegiatan yang dapat

mempercepat penanggulangan masalah gizi yang ada. Dalam menyusun tujuan di

kenal dengan istilah “ SMART” yang singkatan dari Spesific (khusus),

Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistic (sesuai fakta

real), Timebound ( ada waktu untuk mencapaianya).

4.      Langkah Keempat: Melaksanakan program perbaikan gizi

Setelah kegiatan perbaikan gizi tersusun, kemudian dilakukan langkah-langkah

yang terencana untuk setiap kegiatan. Jenis kegiatan yang akan dilakukan

8

Page 9: MAKALAH MDGS

meliputi Advokasi, Sosialiasi, Capacity Buiding, Pemberdayaan Masyarakat dan

keluarga, Penyiapan sarana dan prasarana, Penyuluhan Gizi dan Pelayanan Gizi

di Puskesmas maupun di Posyandu.

5.      Langkah Kelima : Pemantauan dan Evaluasi

Kegiatan pemantauan yang baik selalu dimulai sejak langkah awal perencanaan

dibuat sampai dengan suatu kegiatan telah selesai dilaksanakan, sedangkan

evaluasi hanya melihat bagian-bagian tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan.

9

Page 10: MAKALAH MDGS

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

MDGs (Millennium Development Goals) yang dideklarasikan di New York

pada bulan September tahun 2000 oleh 189 negara anggota PBB menjadi sebuah

paradigma baru pembangunan global yang disepakati oleh setiap negara anggota.

Deklarasi MDGs menetapkan 8 tujuan pembangunan, 18 target dan 48 indikator untuk

mengukur tingkat pencapaian pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya pada kurun

waktu 25 tahun dari tahun 1990 hingga 2015.

MDGs di deklarasikan dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan global di

dunia terkait dengan masalah kemiskinan, kelaparan, tingkat pendidikan, pengetahuan

yang masih rendah, kesehatan, kematian pada ibu hamil dan melahirkan, angka

kesakitan dan kematian bayi dan anak yang masih tinggi, sarana pelayanan kesehatan

yang kurang memadai, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masih banyak lagi

masalah sosial dan kemanusiaan lainnya.

Hingga saat ini beberapa target MDGs hampir dan bahkan sudah tercapai seperti

target untuk menurunkan angka kemiskinan tingkat global, mengurangi angka

kelaparan, akses sumber air minum, penanggulangan malaria dan TBC, proporsi

penduduk di kawasan kumuh di kota metropolis negara berkembang menurun, serta

beban utang yang rendah dan iklim perdagangan yang baik.

Namun, masih terdapat beberapa hal yang harus dipercepat pembangunannya.

Hal yang harus dipercepat pembangunannya tersebut terkait dengan permasalahan

kelestarian lingkungan hidup, angka kematian ibu dan anak, akses terhadap terapi

antiretroviral dan pengetahuan tentang pencegahan HIV, serta pendidikan dasar pada

anak.

3.2 Saran

a. Secara umum, cita-cita yang hendak dicapai dalam MDGs sudah sangat baik,

sehingga komitmen di setiap Negara anggota yang menandatangani deklarasi

MDGs ini memang sangat diperlukan.

10

Page 11: MAKALAH MDGS

b. Negara sebaiknya dapat menggerakkan seluruh sumber daya manusia (SDM)

dalam mengelola sumber daya alam (SDA) di negaranya agar tujuan MDGs

dapat tercapai sesuai dengan target yang telah disepakati.

11

Page 12: MAKALAH MDGS

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2012. Laporan Pencapaian

Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional

Badan Pusat Statistik. 20XX. Indikator MDGs. Diunduh pada 27 April 2015 <http://mdgs-

dev.bps.go.id/>

Badan Pusat Statistik. 20XX. Millenium Development Goals. Diunduh pada 27 April 2015

<http://mdgs-dev.bps.go.id/publikasi/download/buku12/download.php?file=BAB%20I.pdf>

Badan Pusat Statistik. 20XX. Millenium Development Goals. Diunduh pada 27 April 2015

<http://mdgs-dev.bps.go.id/main.php?link=indikator_ina&goal=8>

EASCAB Programme, 2011. First ASEAN Statistical Report on MDGs Indicators. Manila:

ASEAN Secretariat Paper

Surbakti dkk, n.d. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Beberapa Daerah di

Indonesia.

12

Page 13: MAKALAH MDGS

13