Makalah Manajemen Pendidikan_uas
-
Upload
nanda-siti -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Makalah Manajemen Pendidikan_uas
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 1/13
MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN
PENGARUH KURANGNYA PENDI DI KAN KARAKTER
DI SEKOLAH TERHADAP KARAKTER PESERTA
DIDIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Merinda Noorma Novida Siregar, M.Pd.
Disusun oleh:
Nanda Siti Adi Utami 13803244014
PENDIDIKAN AKUNTANSI C
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 2/13
Page 2 of 13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami kondisi yang memprihatinkan.
Salah satu faktor penyebabnya adalah pergeseran sikap generasi penerus bangsa yang
mulai mengarah pada budaya barat. Banyak yang lebih memilih untuk mengikuti trend
barat daripada trend budaya bangsa sendiri.
Karakter yang tertanam sudah banyak terpengaruh oleh budaya barat serta kemajuan
teknologi yang ada. Tidak jarang dari mereka banyak yang melakukan tindak kekerasan
bahkan pelecehan seksual yang berakhir dengan pembunuhan sadis.Tindakan yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah melalui pendidikan.Pendidikan
yang diberikan haruslah bermutu baik dan mampu untuk membentuk karakter peserta
didik. Akan tetapi untuk dapat memperbaiki karakter peserta didik yang akan menjadi
generasi penerus bangsa, yang terlebih dahulu harus diperbaiki adalah sistem pendidikan
yang ada.
Pendidikan merupakan harapan utama bagi perbaikan kualitas manusia Indonesia.
Ditinjau dari peran dasarnya, pendidikan merupakan jalur peningkatan kualitas manusia
yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, seperti keimanan, ketakwaan,
kepribadian, kecerdasan, dan kedisiplinan. Namun, kondisi pendidikan yang terjadi
sekarang ini menampakan kualitas yang masih jauh dari harapan. Banyak terjadi kasus
seperti tawuran pelajar, korupsi di birokrasi pendidikan, dan guru yang tidak layak di
teladani (Naim, 2012).
Saat ini yang sedang banyak diperbincangkan di dunia pendidikan adalah masalah
pendidikan karakter. Sejak pidato presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada
peringatan hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2010, pendidikan karakter
menjadi topik terhangat yang menjadi sorotan.Dukungan dan apresiasi pun datang dari
berbagai kalangan di antaranya, kalangan birokrasi pendidikan, pakar, praktisi, dan
pengamat, mereka menjadikan “pendidikan karakter” sebagai topik yang didiskusikan
secara konstruktif (Naim, 2012).Menanggapi isi pidato dari presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menteri Pendidikan Indonesia M. Nuh telah mengeluarkan kebijakan
pendidikan yang baru dengan mengeluarkan kurikulum 2013 menggantikan kurikulum
2006. Kurikulum 2013 tersebut telah memuat secara khusus mengenai pendidikankarakter.
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 3/13
Page 3 of 13
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Kurikulum 2013 dan Pendidikan Karakter
a. Kurikulum
1) Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)
adalahperangkat mata pelajaran yg diajarkan pd lembaga pendidikan; perangkat
mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus; cakupan kurikulum berisikan
uraian bidang studi yang terdiri atas beberapa macam mata pelajaran yg disajikan
secara kait-berkait; inti kurikulum program belajarnya disusun dalam bentuk
masalah inti tertentu
Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh
pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, dan
sikap serta nilai-nilai (Musbikin, 2013). Dalam proses kurikulum meliputi semua
pengalaman didalam lingkungan pendidikan baik yang direncanakan maupun
tidak direncanakan terkait belajar dan perkembangan siswa (Musbikin, 2013).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum,
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan : peningkatan iman
dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan
daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan (UU Sisdiknas 2013). Filosofi Kurikulum
2013 : UU Sisdiknas Pasal 1 Butir 1 dan 2 : Hakikat Pendidikan peserta didik
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 4/13
Page 4 of 13
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kompetisi yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman (Winataputra, 2014).
2) Karakteristik dan Tujuan Kurikulum 2013
a) Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)
antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).
b) Tujuan Kurikulum
Kurikulum bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 5/13
Page 5 of 13
b. Pendidikan Karakter
1) Pengertian Karakter
Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai
benar-salah, baik-buruk, baik secara rksplisit maupun implisit. Karakter secara
lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills) karakter meliputi
sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas
intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan
bertanggung jawab, mempertahankan prinsip moral dalam situasi penuh
ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan
sesorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen
untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya (Naim, 2012).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter (Amri, 2011: 4)
2) Pengelolaan dan Tujuan Pendidikan Karakter
a)
Pengelolaan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di sekolah sangat terkait dengan manajemen
atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana
pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan dalam
kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan
tersebut antara lain meliputi: nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan
kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan
serta komponen terkait lainnya (Amri, 2011).
b) Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan utnuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 6/13
Page 6 of 13
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Amri, 2011).
3) Keberhasilan Pendidikan Karakter
Menurut Amri (2011: 32) keberhasilan program pendidikan karakter
dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana
tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan setiap sekolah meliputi:
a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja
b) Memahani kekurangan dan kelebihan diri sendiri
c) Menujukan sikap percaya diri
d) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang
lebih luas
e) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional
2. Peserta Didik
a. Pengertian Peserta Didik
Menurut Suharsimi Arikunto (Amirin, 2013: 50) bahwa peserta didik adalah
siapa saja yang terdaftar sebagai obyek didik di suatu lembaga pendidikan. Menurut
UU Sisdiknas, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin
mengembangkan potensi dirinya baik dalam aspek akademik maupun non akademik
melalui proses pembelajaran yang deselenggarakan.
Sedangkan menurut Barnadib (1995), peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok
peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang
lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Ia adalah sosok yang
selalu mengalami perkembanga sejak lahir sampai menuggal dengan perubahan-
perubahan yang terjadi secara wajar (Rohman, 2013: 105).
b. Ciri Peserta Didik
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana
dijelaskan oleh Umar Tirtaraharja dan La Sulo (1994) adalah bahwa peserta didik
merupakan (Rohman, 2013: 107):
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 7/13
Page 7 of 13
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik. Maksudnya sejak lahir telah memiliki potensi-
potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin dikembangkan dan
diaktualisasikan.
2) Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri
peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun ke
arah penyesuaian dengan lingkungan
3) Individu yang membutuhkan bimbangan individual dan perlakuan manusiawi.
Maksudnya adalah walaupun ia adalah makhluk yag berkembang punya
potensi fisik dan psikis untuk mandiri, namun karena belum dewasa maka ia
membutuhkan bantuan dan bimbingan dari pihak lain sesuai kodrat
kemanusiaannya
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini dikarenakan bahwa
di dalam diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga
mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak
memberikan kebebasan kepada anak dan akhirnya pendidik mengundurkan
diri.
B.
Pembahasan
Pengaruh Kurangnya Pendidikan Karakter Di Sekolah Terhadap
Karakter Peserta Didik
Seperti yang telah penulis sampaikan sebelumnya bahwa pendidikan merupakan
harapan utama bagi perbaikan kualitas manusia Indonesia. Ditinjau dari peran dasarnya,
pendidikan merupakan jalur peningkatan kualitas manusia yang lebih menekankan pada
pembentukan kualitas dasar, seperti keimanan, ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, dan
kedisiplinan (Naim, 2012).
Oleh sebab itu pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
ditanamkan. Namun, saat ini banyak terjadi kasus yang menyimpang dari ajaran
pendidikan. Kasus yang banyak terjadi adalah kasus kriminalitas, tawuran, pelecehan
seksual dan masih banyak lagi, seluruh tindakan tersebut dilakukan oleh pelajar. Akan
tetapi, selain dilakukan oleh pelajar banyak pula oknum pendidikan yang melakukan
hal-hal yang melanggar norma susila tersebut. Sangat tidak pantas tindakan-tindakan
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 8/13
Page 8 of 13
tersebut dilakukan oleh seorang yang bergerak dibidang pendidikan yang seharusnya
merupakan teladan bagi murid serta anak-anaknya.
Kasus yang baru-baru ini terjadi adalah kasus tawuran pelajar yang terjadi di
Bekasi pada hari Selasa, 3 Juni 2014. Kejadian tersebut menyebabkan satu orang tewas
disebabkan oleh bacokan dipunggung. Tidak hanya di Bekasi tempat terjadinya tawuran
antar pelajar yang terjadi di Indonesia, dilansir dari antaranews.com pada tanggal 12
Februari yang lalu juga telah terjadi tawuran antar pelajar di Bogor yang telah
menyebabkan satu orang tewas akibat bacokan senjata tajam dipelipis sebelah kanan.
Saat ditemukan masih terdapat celurit yang menempel di pelipis kanan korban. Ada 10
orang pelajar pelaku tawuran yang diamankan dan di mintai keterangan dikantor polisi.
Dari kedua berita tersebut dapat dilihat bagaimana bobroknya keadaan moral para
pelajar di Indonesia. Tidak hanya melakukan tindak kekerasan tetapi mereka juga tega
untuk saling membunuh satu sama lainnya. Terkadang tawuran tersebut terjadi hanya
disebabkan oleh masalah yang sepele. Pada kenyataannya saat ini tawuran pelajar yang
ada sudah seperti “adat istiadat” bagi sebagian besar sekolah yang ada. Musuh dari
setiap sekolah pun sudah ada sejak lama dan merupakan musuh bebuyutan.
Selain tawuran peserta didik juga banyak melakukan aksi bullying yaitu tindak
kekerasan yang dilakukan secara individu maupun berkelompok di lingkungan sekolah,
tindakan-tindakan semacam ini banyak terjadi di sekolah-sekolah di Jakarta. Tindakan
bullying bukan hanya mengakibatkan kekerasan fisik akan tetapi juga mengakibatkan
tekanan psikologis yang akan menyebabkan sesorang menjadi trauma. Kasus yang
sempat terekspose adalah kasus yang terjadi di SMU N 70 Jakarta. Bullying belangsung
pada jam istirahat dan terjadi di kantin sekolah. Pihak sekolah seakan menutup mata,
mulut dan telinga terhadap apa yang terjadi di sekolah tersebut (suarapembaruan.com:
2011).
Tindakan bullying tidak hanya dilakukan oleh sesama peserta didik akan tetapi juga
dilakukan oleh guru terhadap muridnya. Kekerasan yang terjadi kerap hilang kendali,
kekerasan yang lepas kendali tersebut dilakukan dengan dalih penegakan disiplin
sekolah. Hal tersebut jelas tidak mendidik bahkan akan menimbulkan rasa dendam
korban dan rantai kekerasan dari generasi ke generasi. Tidak mustahil bahwa tawuran
pelajar/mahasiswa selama ini pun termasuk bagian dari dampak psikologis kasus
penganiayaan oknum guru terhadap murid (pelita.or.id: 2008).
Tindakan pelecehan seksual juga kerap dilakukan oleh sesama pelajar, sebagai
contoh adalah kasus pelecehan seksual yang banyak terjadi di Australia. Departemen
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 9/13
Page 9 of 13
Pendidikan NSW mengatakan telah mencatat 66 kasus serangan tidak senonoh, 33
kasus kekrasan seksual, 19 kasus mengirim pesan berbau seksual, dan 27 yang
melibatkan situs jejaring sosial. Ada juag laporan yagn menyebutkan kepala sekolah
melakukan pembiaran dan menganggap klaim pelecehan seksual yang dilaporkan
sebagai hal yang wajar (radioaustralia.net.au: 2014).
Tidak hanya pelajar yang merupakan peserta didik yang masih belajar yang tidak
memiliki moral serta karakter yang bermatabat. Oknum pendidikpun hampir sama atau
bahkan lebih parah dibandingkan dengan peserta didiknya. Banyak kasus amoral yang
dilakukan oleh oknum pendidik diantaranya adalah pelecehan seksual yang dilakukan
oleh penjaga sekolah, office boy, guru, bahkan oleh kepala sekolah. Yang sedang
banyak dibicarakan saat ini adalah kasus yang terjadi di salah satu sekolah internasional
di Jakarta yaitu JIS (Jakarta Internasional School). Korban berjenis kelamin laki-laki
dan merupakan peserta didik pre school (TK), anak tersebut menerima perlakuan tidak
senonoh yang dilakukan oleh office boy di sekolah tersebut, dan tindakan tersebut tidak
hanya dilakukan satu kali namun berulang pada waktu yang berbeda.
Selain tindakan pelecehan seksual, ada pula kasus penyelewengan dan BOS (Biaya
Operasional Sekolah) yang dilakukan oleh guru sekolah tersebut. Dilansir dari
krjogja.com (10/13) telah terjadi penyelewengan dana BOS hingga mencapai lebih dari
100juta rupiah di SMK N 1 Sukoharjo.
Dari semua kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini bisa dikatakan
bahwa karakter peserta didik maupun oknum pendidik berada dalam ambang
kebobrokan. Apabila hal semacam ini terus terjadi tidak menutup kemungkinan bahwa
generasi penerus bangsa Indonesia akan menjadi tidak bermoral dan mengantarkan
Indonesia dalam kehancuran.
Kebobrokan yang terjadi saat ini merupakan pengaruh dari kurangnya pendidikan
karakter yang diajarkan disekolah. Sehingga karakter peserta didik menjadi tidak
karuan. Bisa dilihat bahwa betapa pentingnya pendidikan karakter di sekolah guna
untuk membentuk karakter peserta didik yang religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, cinta damai dan lain sebagainya. Kasus-kasus yang telah penulis
sampaikan sebelumnya menunjukan bagaimana bobroknya karakter peserta didik. Hal
ini terjadi karena sekolah tidak mengajarkan pendidikan karakter dengan baik.
Jangankan mengajarkan pendidikan karakter agar peserta didiknya bermoral, oknum
pendidiknya sendiri masih tidak bermoral. Ini semua menunjukan bahwa pendidikan di
Indonesia masih tergolong sangat memprihatinkan.
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 10/13
Page 10 of 13
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011:
The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) yang diluncurkan di New York , (2011) indeks pembangunan pendidikan
atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934.
Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI di
katakan tinggi jika mencapai 0,95-1, kategori medium 0,80, sedangkan kategori rendah
di bawah 0,80. Dalam lingkup wilayah Asia, Indonesia masih tertinggal dari Brunei
Darussalam yang ada di peringkat ke-34. Brunei Darussalam masuk kelompok
pencapaian tertinggi bersama dengan Jepang yang mencapai nomor satu di Asia. Tetapi
Indonesia masih jauh lebih baik dari Filiphina (85), Kamboja (102), India (107), dan
Laos (109) (UNESCO, 2011).
Dengan melihat keadaan Indonesia yang demikian memprihatinkan, perlu adanya
perubahan yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia agar dapat bangkit dari
keterpurukan pendidikan. Di Indonesia sendiri terdapat banyak instansi-instansi yang
bergerak dalam bidang pendidikan. Tidak sedikit pula jumlah sekolah serta perguruan
tinggi yang ada di Indonesia. Akan tetapi, pada kenyataannya jumlah tersebut masih
belum bisa menjadikan Indonesia berada pada peringkat pertama di dunia bahkan di
Asia. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, SDM di Indonesia telah
mencukupi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berpendidikan. Akan tetapi
jumlah SDM yang banyak tersebut tidak di imbangi dengan kualitas manusianya.
Hal-hal seperti ini dapat diperbaiki melalui pendidikan yang berkualitas serta
menekankan pada pendidikan karakter. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang merupakan perbaikan dari
kurikulum 2006. Dalam kurikulum 2006 kompetensi lulusan belum sepenuhnya
menekankan pendidikan karakter, belum menghasilkan ketrampilan sesuai kebutuhan
serta pengetahuan-pengetahuan lepas. Sedangkan perbaikan pada kurikulum 2013
kompetensi lulusan berkarakter mulia, ketrampilan relevan serta pengetahuan-
pengetahuan terkait.
Selain itu yang terpenting dalam penanaman pendidikan karakter adalah proses
pembelajaran. Karena melalui proses pembelajaranlah pendidikan karakter akan
tersampaikan dengan baik. Berdasarkan Permendikbud No 65 (2013), proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 11/13
Page 11 of 13
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu
setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Berbicara tentang karakter tentu tidak lepas dari nilai-nilai yang membangun
karakter itu sendiri. Menurut Naim (2012: 123-212), ada 18 nilai-nilai pembangun
karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat,
cinta damai, gemar membaca, pantang menyerah, peduli lingkungan, serta peduli
sesama.
Guna menumbuhkan nilai-nilai pembangun karakter tersebut pemerintah melalui
kurikulum 2013 menekankan ekstrakulikuler kepramukaan. Pemerintah menganggap
melalui ektrakulikuler kepramukaan penyampaian pendidikan karakter akan lebih
mudah tersampaikan. Dalam Dasa Dharma Pramuka sudah tercantum sikap-sikap baik
yang penting untuk diamalkan.
Dengan adanya kurikulum 2013 yang menekankan pada pendidikan karakter
melalui kepramukaan dan kegiatan belajar mengajar di sekolah diharapkan mampu
untuk memperbaiki karakter peserta didik menjadi lebih baik. Sehingga tindakan
penyimpangan sosial yang dilakukan peserta didik karena kurangnya pendidikan
karakter di sekolah dapat ditanggulangi. Dengan diperbaikinya karakter peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa maka bisa dimungkinkan Indonesia akan menjadi
negara paling berpendidikan di dunia.
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 12/13
Page 12 of 13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Kurikulum bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
3.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dimaknai
sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan
harus berkarakter.
4. Kurangnya pendidikan karakter di sekolah berakibat pada penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan oleh peserta didik, seperti tindak kekerasan terhadap
sesama, tawuran, bullying, pelecehan seksual, dan lain sebagainya.
B. Saran
1. Pemerintah harus terus memperbaiki sistem pendidikan yang ada melalui
penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu
2.
Setiap komponen pendidikan yang ada harus bisa memaksimalkan tujuan dari
kurikulum yang ada agar dapat terwujud sesuai dengan harapan sebelumnya
3. Penanaman nilai-nilai karakter di sekolah harus diperkuat melalui ekstrakulikuler
kepramukaan sesuai dengan peraturan kurikulum yang berlaku
7/21/2019 Makalah Manajemen Pendidikan_uas
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-manajemen-pendidikanuas 13/13
Page 13 of 13
DAFTAR PUSTAKA
_______. (2011, Oktober 28). Aksi "Bullying" Membuat Banyak Pelajar SMUN 70 Ketakutan.
Dipetik Juni 4, 2014, dari Suara Pembaruan:
http://www.suarapembaruan.com/home/aksi-bullying-membuat-banyak-pelajar-smun-
70-ketakutan/12937
AEST. (2014, Juni 3). Pakar Desak Kasus Pelecehan Seksual Antar Siswa Ditangani Serius. Dipetik
Juni 16, 2014, dari Radio Australia: http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-
06-03/pakar-desak-kasus-pelecehan-seksual-antar-siswa-ditangani-serius/1321370
Amri, S. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran "Strategi Analisis dan
Pengembangan Karakter Siswa Dalam Proses Pembelajaran". Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Engkoswara. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Fauzi, M. (2008). Menyikapi Kasus Bullying di Lingkungan Sekolah. Dipetik Juni 2014, 4, dari
pelita.or.id: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=51522
Musbikin, I. (2013). Menjadi Kepala Sekolah Yang Hebat. Riau: Zanafa Publishing.
Naim, N. (2012). CHARACTER BUILDING: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan
Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Rahmawati, L. (2014, Februari 12). Tawuran pelajar di Bogor, satu orang tewas. Dipetik Juni 16,
2014, dari Antara News: http://www.antaranews.com/berita/418655/tawuran-pelajar-di-
bogor-satu-orang-tewas
Rohman, A. (2013). Memahami Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: CV. Azwaja Pessindo.
UNESCO. (2011). EFA Global Monitoring Report 2011. The Hidden Crisis: Armed Conflict and
Education, 262-265.
Widiyanto, D. (2013, Oktober 27). Kasus Penyelewengan Dana BOS di SMKN 1 Sukoharjo Disidik
Polisi. Dipetik Juni 16, 2014, dari KR Jogja: http://krjogja.com/read/191653/kasus-
penyelewengan-dana-bos-di-smkn-1-sukoharjo-disidik-polisi.kr