makalah lemak 2
-
Upload
desy-purnamasari -
Category
Documents
-
view
144 -
download
9
description
Transcript of makalah lemak 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting
dalam dietkarena beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber utama energi dan
mengandunglemak esensial. Namun konsumsi lemak berlebihan dapat merugikan
kesehatan, misalnyakolesterol dan lemak jenuh. Dalam berbagai makanan, komponen
lemak memegang perananpenting yang menentukan karakteristik fisik keseluruhan,
seperti aroma, tekstur, rasa danpenampilan. Karena itu sulit untuk menjadikan makanan
tertentu menjadi rendah lemak (lowfat), karena jika lemak dihilangkan, salah satu
karakteristik fisik menjadi hilang. Lemak jugamerupakan target untuk oksidasi, yang
menyebabkan pembentukan rasa tak enak dan produkmenjadi berbahaya.
Lemak yang terdapat didalam makanan, berguna untuk meningkatkan jumlah
energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan.
Konsumsi lemak dan minyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak lebih dari 25%
kebutuhan energi, jika mengonsumsi lemak secara berlebihan akan mengakibatkan
berkurangnya konsumsi makanan lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam
sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,
sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama(PerMenKes RI No. 40 tahun
2014).
Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2010, secara nasional, rata-rata konsumsi
lemak di Indonesia telah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 47 gram/kapita/hari atau 25
persen dari total konsumsi energi. Karakteristiknya adalah lebih besar pada kelompok
penduduk usia 2-18 tahun, tinggal di perkotaan dan pada kelompok
perempuan(PerMenKes RI No. 40 tahun 2014).
.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan lemak?
1.2.2 Apakah yang dimaksud analisis proksimat?
1.2.3 Bagaimana analisa kualitatif dan kuantitatif lemak?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian lemak
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian analisis proksimat
1.3.3 Untuk mengetahui analisa kualitatif dan kuantitatif lemak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANALISA PROKSIMAT
2.1.1 Pengertian
Analisis proksimat merupakan analisis kandungan zat gizi menyeluruh yang
meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lipida, dan kadar karbohidrat. Pada
analisis proksimat, karbohidrat biasanya dianalisis secara by difference. Analisis ini
penting untuk mengetahui komposisi gizi suatu makanan yang nantinya dapat digunakan
untuk menyusun nutrition fact yang dicantumkan dalam label kemasan makanan. Materi
yang dibahas untuk karbohidrat adalah sifat-sifat karbohidrat secara umum dan teknik
analisisnya secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam pokok bahasan analisis protein ini
akan dibahas beberapa metode analisis protein secara kuantitatif seperti metode Kjeldahl,
Lowry Follin, dll dan juga analisis kualitas protein dilihat dari bioavailabilitasnya di
dalam tubuh misalnya penentuan NPU, PER, dll. Dalam pokok bahasan analisis lipida ini
akan dibahas beberapa metode analisis lipida secara kuantitatif misalnya Soxhlet,
Mojonier, dll dan kualitas lipida seperti angka asam, angka peroksida, bilangan iod, dll
Analisis proksimat adalah analisis komponen mayor dalam bahan pangan dan
hasil pertanian lainnya yang meliputi analisis kuantitatif kandungan zat-zat : air, abu,
lipida, protein, dan karbohidrat. Hasil analisis biasa disajikan sebagai nilai kadar dalam
satuan % (persen). Biasanya, analisis karbohidrat (KH) tidak dilakukan tetapi dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
% KH (wb) = 100% - %wb(air+abu+lipida+protein)
% KH (db) = 100% - %db(abu+lipida+protein)
Kadar KH yangg dihitung seperti di atas (tidak dianalisis tersendiri) dinamakan
‘carbohydrate by difference’ . Tentu saja tingkat ketelitian datanya tidak setinggi bila
dibanding dengan analisis lengkap semua komponen mayor. Namun untuk kasus tertentu
data ‘carbohydrate by difference’ sudah cukup memadai dan dapat diterima
Dengan analisis proksimat akan dapat diketahui kandungan zat gizi mayor suatu
bahan. Selanjutnya dengan data tersebut kita dapat memanfaatkannya misal dalam
menyusun formula/resep makanan bayi, makanan khusus penderita diabet, dst. Data
kandungan karbohidrat, lipida, dan protein secara bersama-sama dapat untuk
mengkalkulasi nilai kalori suatu bahan pangan. Data analisis proksimat juga bermanfaat
dalam membandingkan kualitas komoditas sejenis; apakah potensial sebagai bahan
makanan sumber kalori, sumber protein, sumber mineral, dan sebagainya.
Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komponen utama dari suatu
bahan. Untuk makanan, komponen utama umumnya terdiri dari kadar air, kadar abu,
karbohidrat, protein serta lemak (Hui, 2006). Analisis ini menjadi perlu untuk dilakukan
karena menyediakan data kandungan utama dari suatu bahan makanan. Faktor lain adalah
karena analisis proksimat dalam makanan berkenaan dengan kadar gizi dari bahan
makanan tersebut. Kadar gizi perlu diketahui karena berhubungan dengan kualitas
makanan tersebut. Selain itu, analisis proksimat umumnya tidak mahal dan relatif mudah
untuk dilakukan (Ensminger, 1994).
2.1.2 Macam – macam analisa proksimat :
Analisis proksimat bahan pangan dan hasil pertanian meliputi :
a. Analisis kadar air
Penentuan kadar air merupakan analisis penting dan paling luas
dilakukan dalam pengolahan dan pengujian pangan. Jumlah bahan kering (dry
matter) sampel bahan kebalikan dengan jumlah air yang dikandungnya, maka
kadar air secara langsung berkaitan dengan kepentingan ekonomis bahan .
Kandungan air bahan juga berkaitan dengan kualitas dan stabilitas bahan .
Bijian yang berkadar air tinggi akan mudah rusak oleh jamur, pemanasan,
serangga, dan resiko perkecambahan. Laju pencoklatan sayur dan buah yang
dikeringkan serta absorpsi O2 oleh bubuk telur makin meningkat dengan
semakin tingginya kandungan airnya.
b. Analisis kadar abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam
yaitu garam organik dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam
organik misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan
garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida,
sulfat, nitrat.
c. Analisis kadar lipida
Trigliserida dan wax disebut lipida netral yg bersifat sangat tidak polar
sehingga sangat sulit larut dalam air namun sebaliknya sangat mudah larut
dalam solven tidak polar/pelarut organik (benzen, petroleum-ether, dietil-
ether, hexan, khloroform, dsb.). Karenanya untuk penentuan kadar lemak &
minyak bahan pangan dapat dilakukan dengan cara extraksi sample bahan
kering menggunakan solven non polar, menguapkan solven dari extrak dan
dilanjutkan penimbangan residunya.
d. Analisis kadar protein
Dalam metoda Kjeldahl untuk analisis protein, yang ditera adalah total
kadar unsur N dalam sampel, dengan asumsi adanya senyawa bernitrogen
selain protein dapat diabaikan. Prinsip : bila sampel didigesti dengan cara
pendidihan dalam asam sulfat pekat, unsur C dan H akan habis menjadi CO2
dan H2O sedangkan unsur N akan tereduksi menjadi garam (NH4) 2SO4 dalam
larutan asam sulfat. Bila cairan hasil destruksi dialkaliskan dengan NaOH,
ammonium sulfat akan melepaskan gas ammonia (NH4OH) yang kemudian
dapat didestilasi dan ditangkap dengan larutan HCl standar (atau H2SO4)
berlebihan. Kelebihan asam ditera dengan titrasi larutan NaOH standar dengan
indikator phenolphthalein (pp).
Destruksi : Senyawa N + H2SO4 (NH4)2SO4
Destilasi : (NH4)2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2 NH4OH
HCl + NH4OH NH4Cl + H2O
Titrasi balik : HCl + NaOHstandar NaCl + H2O
Larutan stock NaOH perlu distandardisasi setiap hari kalau mau
dipakai karena tidak stabil terhadap CO2. Untuk mempercepat digesti dapat
ditambah K2SO4 atau N2SO4 untuk menaikkan titik didih asam sulfat, namun
jangan terlalu berlebihan, dapat juga ditambah katalis Hg, Cu, atau Se. Untuk
1 gram sampel diperlukan + 25 ml H2SO4 pekat yang nantinya memerlukan >
72 ml larutan NaOH 50% untuk mengalkaliskan agar siap didestilasi.
e. Analisis kadar karbohidrat : gula, pati, serat kasar
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh
penduduk dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang.
Dalam tubuh manusia, glukosa dapat disintesa dari gliserol dan asetil-Koa
hasil oksidasi lemak. Sebagian besar karbohidrat banyak terdapat dalam bahan
nabati. Dalam bahan nabati, karbohidrat berupa gula sederhana: heksosa dan
pentosa, disakarida sukrosa, serta berupa polisakarida (BM tinggi): pati,
selulosa, hemiselulosa, lignin, dan pectin. Selulosa, hemiselulosa merupakan
penyusun dinding sel, pectin sebagai perekat antar sel, dan lignin (=zat kayu)
bersama selulosa sebagai jaringan penguat tanaman. Pada buah-buahan masak
biasa terdapat gula glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Sukrosa juga secara khusus
merupakan gula dalam cairan jaringan tanaman palma (aren, kelapa, siwalan,
nipah, rotan) dan batang tanaman rumput-rumput berbatang pejal (tidak
berlubang): batang jagung, sorghum, rumput gajah. Di dalam air susu mamalia
terdapat disakarida laktosa.
2.2 LEMAK
2.2.1 Pengertian
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak
larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar,
seperti kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponenunit pembangun
pada hampir semua lipida. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang
yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus
karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini
membuat kebanyakan lipida bersifat tidak larut dalam air dan tampak
berminyak atau berlemak(Lestari,2013).
Lipida merupakan gabungan semua senyawaan organik (komponen
sel/jaringan/tubuh jasad hidup) yang bersifat tidak larut di dalam air, larut
dalam pelarut non-polar, sehingga dapat diekstrak dari sel / jaringan dengan
pelarut non-polar semisal heksan, diethyl ether, petroleum ether, bensin,
kerosene (minyak tanah), dll(Lestari,2013).
Asam lemak merupakan senyawa hidrokarbon alifatik mono-karbosilat
(asam organik/asam karbosilat) berantai karbon panjang, dengan rumus
empiris CH3-(CH2)N-COOH. Asam lemak bebas bersifat sedikit polar
sehingga dapat larut dalam alcohol yang juga sedikit polar(Lestari,2013).
Lipida dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Lipida netral/sederhana (mengandung komponen asam lemak)
Trigliserida: yang paling sering disebut sebagai lemak dan minyak sehari-hari,
disebut juga tri-asil-gliserol. Trigliserida merupakan senyawa ester (= ikatan
asam-alkohol) antara 3 senyawa asam lemak dengan 1 senyawa gliserol
(alkohol 3 C, 3-OH); contohnya minyak kelapa, minyak sawit, minyak jagung,
minyak kacang, minyak kedelai, lemak ayam, babi, sapi, kambing, dsb. Lebih
dari 90% lipida alami merupakan senyawa trigliserida ini.
Wax / lilin tumbuhan dan hewan : merupakan ester 1 asam lemak dengan 1
senyawa alkohol rantai panjang 1-OH; contohnya : lilin lebah (beeswax), lilin
kamauba, spermaceti, lilin pada batang tebu, lilin pada daun keladi dan daun
pisang, lilin pada kulit buah apel, kulit buah papaya, kulit buah pisang, dll.
2. Lipida Gabungan
Fosfolipida : merupakan ester 2 asam lemak + 1 gliserol + 1 asam fosfat + 1
senyawa alkohol-amina (contohnya fosfatidil-kolin, fosfatidil-serin,
fosfatidil-etanolamin, fosfatidil-inositol). Senyawa ini satu sisi (pada 2 asam
lemak) bersifat non polar, sementara sisi lainnya (asam fosfat + alkohol-
amina) bersifat polar. Fosfolipida ini sering dimanfaatkan untuk bahan
pengemulsi dan penstabil emulsi dalam adonan / olahan makanan, contoh
yang popular adalah lesitin dari kuning telur dan dari biji kedelai.
Cerebrosida : merupakan gabungan dari asam lemak, gula, dan senyawa yang
mengandung Nitrogen, contoh : galakto-serebrosida, gluko-serebrosida.
Spingolipida : merupakan gabungan asam lemak, senyawa yang mengandung
N dan gugus fosfat (contoh spingo-myelin).
3. Lipida Turunan
Lipida turunan merupakan hasil turunan dari lipida netral atau lipida gabungan.
Lipida ini memiliki sifat lipida secara umum, namun kadang memiliki gugus
bermuatan sehingga ada yang agak polar. Contohnya : asam lemak bebas, alkohol
rantai panjang, vitamin yang larut lipida, mono-gliserida dan di-gliserida (sering
dimanfaatkan sebagai creamer pengganti air susu untuk dicampur pada minuman
kopi dan teh).
Sifat-sifat fisik lemak:
a. Kadang-kadang ada lipida yang berbau amis. Bau amis (fish flavor) yang
disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin dari lecitin
b. Bobot jenis lipida < 1,0 dan biasanya ditentukan pada temperatur kamar.
c. Indeks bias dari lipida dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk
pengujian kemurnian minyak.
d. Kelarutan Lipida : lipida tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor
oil), sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon
disulfida dan pelarut halogen. Contoh lain yang larut dalam air adalah
fosfolipida, monogliserida, digliserida, dan sabun (Na atau K dengan asam
lemak).
e. Titik lebur asam lemak : meningkat dengan semakin panjangnya rantai karbon
(=semakin tinggi BM-nya) menurun dengan adanya dan semakin banyaknya
ikatan rangkap pada rantai C (tidak jenuh). Lemak padat bersifat keras atau
lunak, tinggi rendahnya titik / suhu mencairnya juga dipengaruhi oleh sifat
asam lemak penyusunnya.
f. Rasa lipida : lemak dan minyak memberikan rasa ”gurih” pada olahan
makanan, tetapi adanya asam lemak bebas dan adanya hasil oksidasi akan
menimbulkan rasa dan aroma kurang enak (disebut ”off-flavor”).
g. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lipida
dengan pelarut lemak.
h. Titik lunak dari lipida ditetapkan untuk mengidentifikasikan lipida
i. Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari
lipida
j. Slipping point digunakan untuk pengenalan lipida alam serta pengaruh
kehadiran komponen-komponennya
Sifat-sifat kimia Lipida
a. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat melalui reaksi kimia yang
disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip trans
esterifikasi Fiedel-Craft.
b. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak
dan minyak. Ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak
tersebut.
c. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
d. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon
asam lemak pada lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai ,
minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya
adalah minyak yang bersifat plastis atau keras , tergantung pada derajat
kejenuhan.
e. Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa
esterr.
f. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan
bau tengik pada lemak atau minyak.
2.2.2 Pengujian Kualitatif dan Kuantitatif
A. Uji kualitatif
1. Uji Kelarutan lipida
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipida maupun derivat lipida
terdahap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipida ditentukan
oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipida dilarutkan ke dalam pelarut polar
maka hasilnya lipida tersebut tidak akan larut. Hal tersebut dikarenakan lipida
memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-
sama nonpolar.
2. Uji akrolein
Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam
lemak/minyak menghasilkan aldehidakrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech
Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan
gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen
pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan
terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein
(CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai
dengan asap putih. Berikut reaksi yang terjadi pada uji akrolein:
Panas +KHSO4 >> Trigliserida Akrolein
3. Uji Ketengikan
Uji kualitatif lipida lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini
diidentifikasi lipida mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang
disebabkan oleh oksidasi lipida. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan
HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.
Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas
digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk
CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang
ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah
unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal
bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir
oksidasi akan dihasilkan peroksida.
4. Uji Salkowski
Merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu
dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi
sebagai pemutus ikatan ester lipida. Apabila dalam sampel tersebut terdapat
kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan
asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau.
B. uji kuantitif
1. Metode Soxhlet
Prinsip analisis lemak dengan metode Soxhlet adalah ekstraksi lemak
dengan pelarut lemak seperti petroleum eter, petroleum benzena, dietil eter,
aseton, methanol, dan lain-lain. Prinsip lain dari metode Soxhlet ini adalah
berat lemak bahan uji diperoleh dengan cara memisahkan lemak dengan
pelarutnya, misalnya dengan menguapkan pelarut melalui pemanasan
(Nurcholis, 2013). Setelah didapatkan minyak melalui proses ekstraksi
Soxhlet, berat minyak/lemak yang terkandung dalam bahan uji dapat
ditentukan dengan rumus berikut.
% lemak = berat≤mak(g)berat sampel (g)
x 100%
Menurut Budimarwanti (tanpa tahun), penentuan kadar minyak atau
lemak suatu bahan yang dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet merupakan
cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh
kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus
cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi,
air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan
(Ketaren, 1986, dalam Budimarwanti, tanpa tahun). Banyak hal yang
mempengaruhi kemurnian lemak yang diekstraksi melalui ekstraksi Soxhlet.
Hal tersebut disebabkan pada waktu ekstraksi lemak dengan pelarut lemak
masih terdapat zat lain seperti phospolipid, sterol, asam lemak bebas, pigmen,
karotenoid, dan klorofil. Oleh karena itu, hasil analisis lemak ditetapkan
sebagai lemak kasar.
2. Metode Goldfish
Metode Goldfish merupakan metode yang mirip dengan metode
Soxhlet kecuali labu ekstraksinya dirancang sehingga solven hanya melewati
sampel, bukan merendam sampel. Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan
untuk ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi “saluran solven” dimana
solven akan melewati jalur tertentu dalam sampel sehingga ekstraksi menjadi
tidak efisien. Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet, karena sampel
terendam dalam solven.
Prinsip dalam metode ini adalah Melarutkan lemak yang terdapat
dalam bahan dengan pelarut lemak selama beberapa waktu menggunakan
metode ekstraksi dengan alat soxhlet/goldfish. Lemak yang terekstraksi (larut
dalam pelarut) akan terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet/gelas
goldfish), kemudian dipisahkan dalam pelarutnya dengan cara dipanaskan
dalam oven suhu 1050C. Pelarut akan menguap, sedangkan lemak tidak akan
menguap karena titik didih lemak lebih dari 1050C, sehingga akan tertinggal
dalam wadah untuk ditentukan beratnya.
3. Metode Mojonnier
Prinsip analisis lemak dengan menggunakan metode Mojonnier:
a. Lemak diekstraksi dengan campuran etil ether dan petroleum ether di
dalam botol atau labu Mojonnier. Lemak terekstraksi dikeringkan
hingga bobot konstan dan dianggap sebagai prosentase lemak (wb).
b. Tidak perlu pengeringan sampel
c. Dapat diaplikasikan pada sampel berbentuk larutan maupun padatan.
d. Sudah diaplikasikan pada dairy food (produk peternakan).