makalah kulintang pekhing
-
Upload
agus-r-ramadhan -
Category
Documents
-
view
268 -
download
2
description
Transcript of makalah kulintang pekhing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni setiap daerah menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakatnya,
yang bisa dilihat dari jenis alat musik dan larakter serta teknik permainan alat
musik yang ada. Contohnya, Bali mempunyai beragam alat musik yang disebut
Gamelan dengan teknik yang unik yang disebut gegebug, dengan permainan yang
dinamis dan para pakar sering menamakan dengan musik siang. Gambaran
tersebut mencerminkan kehidupan masyarakatnya yang tidak pernah mengenal
malam, semua ibarat siang dengan segala aktivitas dan kreativitas yang tidak
pernah berhenti sepanjang waktu serta dinamika kehidupan yang serba cepat dan
gesit serta keterbukaan dari dunia luar khusunya dalam seni baerbagi unsur untuk
memperkaya kesenian tradisi Bali.
Lain halnya dengan musik Jawa atau Gamelan Jawa dengan permainan
yang lembut dan halus mengalun, yang mencerminkan masyarakatnya yang
lugu,penuh toto kromo dan bahasa yang santun yang merupakan pemaknaan ke
dalam. Disamping itu musik berkembang sesuai dengan alam dan budaya
penganutnya seperti kemesraannya dengan alam semesta dan musim yang
mengikuti.
Daerah Lampung dengan budayanya yang sangat heterogen juga memiliki
bermacam seni budaya yang sangat unik baik musik, tari dan teater tradisional
yang sebenarnya perlu mendapat perhatian banyak peneliti, dan tentunya sudah go
international secara diam-diam baik lewat lembaga pemerintah dan swasta seperti
teater dan sastra yang sudah diakui keberadaannya di manca negara.
Mendengar Kulintang Pekhing setiap seniman musik Lampung terbayang
pada sebuah alat musik bambu dengan bentuk yang unik karena resonansi dan
bilahnya semua terbuat dari bambu. Seni musik tradisional Lampung mengenal
beberapa ensambel musik seperti Talobalak, Kulintang Pekhing/Kulintang
Pekhing, Gitar Tunggal, Serdam, Gambus Lunik, Kerenceng, Serdan dan Berdah.
Kulintang Pekhing ini sering disebut Cetik oleh masyarakat Lampung
khususnya dikalangan seniman karawitan Lampung atau musik tradisi. Di daerah
Asalnya yaitu daerah Lampung Barat, Kulintang ini berfungsi untuk mengiringi
upacara adat setempat baik sebagai pengiring dalam meyambut tamu, mengiringi
mayat pada saat oenguburan, mengiringi pelepasan masa gadis atau bujang,
sebagai iringan vocal tradisional yang dikenal di Lampung Barat dan lain-lain.
Setiap alat musik tradisional Nusantara sudah pasti mengarah kepada
pentatonis, demikian juga halnya terhadap Kulintang Pekhing ini. Laras mengacu
kepada deretan-deretan nada-nada dan jarak anda dala, satu oktaf yang terdapat
dalam alat tersebut. Jika laras sudah ditemukan akan mempermudah mencari
karakter Kulintang Pekhing yang selama ini seniman hanya bermain dan
mengolah nada tanpa memperhatikan apa nadanya.
Cetik Lampung perlu dikenal dan menjadi bagian musik Nusantara dalam
perkuliahan suatu sekolah tinggi seni, mengingat alat ini sangat orisinil dan belum
dikenal luas untuk dipelajari dan diteliti keberadaannya yang selama ini hanya
dimainkan untuk kebutuhan garapan seni baik untuk instrumental dan iringan tari.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu Kulintang Pekhing ?
2. Bagaimana Teknik memainkan Kulintang Pekhing?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah :
1) Memperkenalkan kesenian tradisional khususnya alat musik tradisional
yang dimiliki oleh Lampung.
2) Mengkaji secara umum tentang hal-hal yang terdapat dalam Kulintang
pekhing dalam upaya untuk melestarikan budaya khususnya kesenian
musik tradisional Lampung.
3) Untuk mengetahui teknik permainan alat musik Kulintang Pekhing.
4) Mengetahui bentuk notasi dari alat musik tradisional Kulintang Pekhing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa itu Gamolan Pekhing/Kulintang Peking/Cetik
Gamolan Pekhing / Kulintang Pekhing / Cetik merupakan alat musik
tradisional yang berasal dari Desa Skala Brak, Lampung Barat. Secara etimologi,
Gamolan Pekhing berasal dari kata Gimol yang berarti Gemuruh yang berasal dari
suara bambu dan kemudian menjadi Gamolan yang berarti Bergemuruhan,
serta Pekhing yang berarti bambu. Tujuh lempengan bambu pada gamolan
pekhing secara kasar mempunyai kisaran nada lebih dari satu oktaf. lempengan -
lempengan bambu diikat bersambungan dengan tali yang disisipkan melalui
sebuah lubang yang ada pada setiap lempengan dan disimpul di bagian atas
lempeng. Yang menarik dari gamolan pekhing ini adalah tidak adanya nada 4 (fa)
pada lempengannya, jadi susunan nada gamolan pekhing adalah 1-2-3-5-6-7
(dikenal dengan Laras Pelog Enam Nada, ditemukan oleh I Wayan Sumerta Dana
Arta). Banyak peneliti berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh Kebudayaan Tiongkok yang cukup besar di Kerajaan Skala Brak tempat
alat musik ini berasal.
Gambar :
Gamolan Pekhing /
Kulintang Pekhing /
Cetik
2.2. Pembuatan Kulintang Pekhing
Kulintang Pekhing ini terbuat dari bambu, sesuai dengan namanya
(Pekhing = Bambu). Proses pembuatannya pun cukup lama, mulai dari pemilihan
bambu, penjemuran bambu, pemotongan, proses pelarasan tangga nada, dan
pemasangan. Bambunya juga harus bambu pilihan yaitu bambu betung yang
hanya ada di Lampung Barat. Hanya bambu dengan kualitas yang paling baik
yang disebut dengan mati temegi, artinya bambu betung yang sudah tua, berumur
6 tahun atau mati dengan sendirinya, dan biasanya bambu seperti ini banyak
terdapat di hutan. Bambu sepanjang delapan meter kemudian disimpan selama
enam bulan, selanjutnya bambu tersebut di potong-potong menjadi lima bagian,
dan dari sinilah bambu dibelah-belah menjadi beberapa bilah yang disesuaikan
dengan kebutuhan nada. Proses selanjutnya adalah pelarasan nada, kemudian
bambu disusun diatas bambu yang sudah dilubangi agar bilah bambu
menghasilkan resonansi suara yang bulat. Sepintas membuat alat musik ini tidak
begitu sulit, namun menyelaraskan nadanya yang agak sukar.
2.2 Kegunaan Kulintang Pekhing
Kulintang Pekhing ini dimainkan pada momen-momen tertentu saja,
misalnya saat pelaksanaan upacara adat, hal inilah yang menyebabkan cetik ini
jarang kita temui.
2.3 Teknik Permainan Kulintang Pekhing
Teknik permainan Kulintang Pekhing juga sangat unik menggunakan dua
tangan dengan pemukul dua tangan dengan pemukul bilah bambu yang dibuat
berbentuk bulat memanjang, tangan kiri memainkan tempo dan tangan kanan
memainkan melodi. Ada juga dalam teknik permainan menggunakan kedua
tangan untuk memainkan melodi sesuai dengan lagu atau tabuhan yang
dimainkan. teknik permainan ini akan diulas lebih lengkap dalam sistem
penotasian lagu.
2.4 Notasi Tabuh dalam Kulintang Pekhing
Dalam sistem penotasian ini, penulis menyajikan notasi beberapa lagu
atau tabuhan yang ada di Sekala Berak Lampung Barat berdasarkan permainan
seorang narasumber sekaligus pakar Kulintang Pekhing yaitu Bapak Syapril
Yamin. Sebelumnya ada berupa ensambel atau barungan seperti sekarang ini yang
terdiri dari : Kulintang Pekhing, Dogdog, Talo Lunik, Talo Balak, dan Kecrek
dulu alat tersebut dibuat semua dari bahan bambu dan binatang menjadi sebuah
barungan seperti melodi dari Kulintang Pekhing, Kekhukan Pekhing (kentongan
bambu) untuk gelitak/ketukan, Kekhukan Baning (kentongan tempurung kura-
kura) sebagai talo (gong) dan Kecrek (di Bali cengceng) atau Khujih juga
memakai Kekhukhan Pekhing.
Menurut Bapak Wirda G. Puspa Negara cara membaca nada pada jaman
dulu adalah membaca syair atau kata-kata yang diajarkan nenek kepada anak dan
cucunya yang tidak mengandung arti tetapi bernada mnyerupai nada yang ada
sekarang yaitu : Say = 1 (do), Khujai = 2 (re). Khawa = 3 (mi). Khitu = 5 (sol),
khop = 6 (la), khayu = 7 (si) dan say terakhir = do oktaf. Kata-kata tersebut tidak
memiliki arti sama dengan lagu jangger seperti arasijang jangi janger dan
sebagainya. Ada wacana kedepannya membaca notasinya menjadi : say, khua, lu,
ma, nom, teu/tu, say dan dinamakan notasi say khua, sehingga menjadi lebih khas
karena sudah ada dari acuan sebelumnya.
Gambar 1:
Foto Pemain alat musik Kulintang Pekhing. Sebelah kiri adalah pemain wanita dengan menggunakan pakaian lengkap adat Lampung, dengan alat musik Kulintang didepannya, dimainkan seperti memainkan Gamelan Jawa. Sebelah kanan adalah pemain Pria yang juga memakai pakaian adat Lampung dengan alat musik Kulintang di depannya.
1. Tabuh Sambai Agung :
Tempo = Sedang
Ketukan = 1/8
Melodi Buka :
+
2 2 3 3 5 5 6 6
d > Gendang Buka tepat jatuh pada nada 6 (la)
|| - 6 6 6 | 6 6 6 (6) +
- 6 6 6 | 6 6 6 6 - 6 6 6 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 7 7
- 6 7 5 | 6 7 6 (7)
+ - 6 7 5 | 6 7 6 7
- 6 7 5 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 7 7
- 6 7 5 | 6 7 6 (7)
+ - 6 7 5 | 6 7 6 7
- 6 7 5 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 6 6
- 6 6 6 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 6 5
6 6 6 3 | 5 6 6 (5)
+ 6 6 6 5 | 5 3 5 5
3 3 2 1 | 2 3 5 (3)
+ 5 3 2 1 | 2 2 2 2
- 2 2 2 | 2 2 2 (2)
+ - 2 2 2 | 2 2 2 3
- 2 3 1 | 2 3 2 (3)
+ - 2 3 1 | 2 2 2 2
- 2 2 2 | 2 2 2 (3)
+ - 2 3 1 | 2 2 2 2
- 2 2 2 | 2 2 2 (3)
+ - 2 3 1 | 2 3 5 3
- 2 3 1 | 2 3 5 (3)
+ - 2 3 1 | 2 3 5 3
- 5 3 5 | 3 5 5 (5)
+ - 2 3 1 | 2 3 2 3
- 2 3 1 | 2 2 2 (2)
+ - 2 3 1 | 2 3 2 3
- 2 3 1 | 2 3 5 (5) | |
Melodi ini dimainkan dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri mengisi
ketukan di nada 1 (do) sebagai berikut :
[|| - - 1 - | 1 - 1 1 ||]
Permainan Gelitak (ketukan) : . . . .[|| - 1 7 1 | 7 1 7 1 ||]
Permainan Gendang (Dogdog)[|| - t t t | d - t d ||] > t = tak, d = dung
Permainan Khujih (Kecrek/Cengceng)[|| - c c - | c - c c ||] > c = cek/crek
2. Tabuh Labung Angin
Tempo = Sedang
Ketukan = 1/8
Melodi Buka :
+
2 2 3 3 5 5 6 6
d > Gendang Buka tepat jatuh pada nada 6 (la)
|| - 6 6 6 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 6 6
- 6 6 6 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 7 7
- 6 7 5 | 6 7 6 (7)
+ - 6 7 5 | 6 7 6 7
- 6 7 5 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 7 7
- 6 7 5 | 6 7 6 (7)
+ - 6 7 5 | 6 7 6 7
- 6 7 5 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 6 6
- 6 6 6 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 6 5
6 6 6 3 | 5 6 6 (5)
+ 6 6 6 5 | 5 3 5 5
- 3 2 2 | 2 2 3 (3)
+ - 2 2 2 | 2 2 3 3
- 3 3 3 | 3 3 3 (3)
+ - 2 2 2 | 2 2 3 3
- 3 3 3 | 3 5 3 (5)
+ 5 - 2 2 | 2 2 3 3
- 2 2 2 | 2 2 3 (3)
+ - 3 3 3 | 3 3 3 3
- 2 2 2 | 2 2 3 (3)
+ - 3 3 3 | 3 5 3 3
5 3 5 5 | 3 3 5 (5) ||]
Melodi ini dimainkan dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri mengisi ketukan di nada 1 (do) sebagai berikut :
[|| - - 1 - | 1 - 1 1 ||]
Permainan Gelitak (ketukan): . . . .[|| - 1 7 1 | 7 1 7 1 ||]
Permainan Gendang (Dogdog)[|| - t t t | d - t d ||] > t = tak, d = dung
Permainan Khujih (Kecrek/Cengceng)[|| - c c - | c - c c ||] > c = cek/crek
3. Tabuh Sekeli
Tempo = Sedang
Ketukan = 1/8
Melodi dimainkan dengan tangan kanan dan tangan kiri mengisi ketukan/ Ritem.
Melodi buka :
+2 2 3 3 | 5 5 6 6
d > Gendang Buka tepat jatuh pada nada 6 (la).
[|| - 6 6 6 | 6 6 6 (6)
+ - 6 6 5 | 6 5 3 6
- 6 6 5 | 6 5 3 (6)
+ 5 3 5 6 | 5 6 5 6
7 7 7 6 | 5 6 5 (6)
+ 7 7 7 6 | 5 6 5 6
- 6 6 6 | 6 5 3 (6) > Dari melodi atas sampai di sini ritemnya.
|| - - 2 - | 2 - 2 2 ||
+ 7 7 7 6 | 5 6 5 6 > Dari batas melodi ini kebawah ritemnya.
|| - - 1 - | 1 - 1 1 ||
7 7 7 6 | 5 6 5 (6)
+ - 6 6 6 | 6 6 6 6
- 6 6 6 | 6 5 3 (6)
+ - 6 6 6 | 6 5 3 6
5 3 5 3 | 5 3 2 (1)
+ 2 2 2 3 | 5 3 2 3
2 1 2 3 | 5 3 5 (5)
+ 6 6 3 5 | 5 3 2 1
6 6 3 5 | 5 3 5 (3)
+ 5 3 5 5 | 5 3 2 1
2 2 2 2 | 2 2 2 (2)
+
- 2 2 2 | 2 2 3 3
- 2 3 1 | 2 3 2 (3)
+ - 2 3 1 | 2 3 5 5 ||]
Permainan Gelitak (Ketukan) :[|| - 1 7 1 | 7 1 7 1 ||]
Permainan Gendang (Dogdog) :[|| - t t - | d - t d ||]
Permainan Khujih (Kecrek/Cengceng) :[|| - c c - | c - c c ||]
4. Tabuh Jakhang
Tempo : Lambat
Ketukan : 1/16
Melodi I (Melodi Rendah)
+ - - - 2 | - 2 2 2 | - 2 2 3 | 3 1 1 2
Ka = permainan tangan kanan
- t - t | - d - d → Gendang Buka
- 1 - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - -
Ki = permainan tangan kiri
- - - 2 | - 2 2 2 | - 2 2 3 | 3 1 1 (2)
Ka
- 1 - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - -
+ - - 3 3 | 2 1 2 2 | 3 3 3 3 | 2 1 2 2
3 3 3 3 | 2 1 2 2 | 3 3 3 3 | 2 2 2 (2)
Peralihan I (kembali ke Melodi Rendah/Melodi I)
+
- - 2 3 | 5 5 3 3 | 5 3 5 6 | 6 5 5 3
2 1 2 3 | 5 5 3 3 | 2 1 1 2 | 3 1 1 (2)
+
- - 2 3 | 5 5 3 3 | 5 3 5 6 | 6 5 5 3
2 1 2 3 | 5 5 3 3 | 2 1 1 2 | 3 1 1 (2)
Peralihan II (Ke Melodi Tinggi/ Melodi II)
+
- - 2 3 | 5 5 6 6 | 6 5 6 6 | 6 6 1 2
- - 2 3 | 5 5 6 6 | 6 5 6 6 | 6 5 6 (6)
Melodi II (Tinggi)
+
- - 7 7 | 6 5 5 6 | 7 7 7 7 | 6 5 5 6
7 7 7 7 | 6 5 5 6 | 7 7 7 7 | 6 5 5 (6)
+
- - - 3 | 5 5 6 6 | 6 5 6 6 | 6 5 6 6
Peralihan III (Dari Tinggi/ Melodi II ke Melodi I atau ke Awal)
+
- - 6 6 | 6 5 5 3 | 5 5 3 3 | 5 5 3 3
2 1 2 3 | 5 5 3 3 | 2 1 1 2 | 3 1 1 (2)
+
- - 2 3 | 5 5 3 3 | 5 5 3 3 | 5 5 3 3
2 1 2 3 | 5 5 3 3 | 2 1 1 2 | 3 1 1 (2)
Gelitak :
[|| - - 7 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 ||]
Gendang :
[|| - - - t | - - t - | - d - t | - t - d ||]
Khujih :
[|| - c c - | c - c c | - c c - | c - c c ||]
Komposisi Lagu :
Melodi I - Peralihan I
Melodi I - Peralihan II
Melodi II - Peralihan III
Kembali ke Awal, dan seterusnya.
5. Tabuh Tari
Tempo : Sedang
Ketukan : 1/16
+
[|| - - 2 3 | 2 1 2 3 | 2 1 2 3 | 2 1 2 2
- t - t | - d - d → Gendang Buka
- - 2 3 | 2 1 2 3 | 2 1 2 3 | 2 1 2 (2)
+
- - 2 3 | 5 5 6 6 | 6 5 6 6 | 6 6 1 2
- - 2 3 | 5 5 6 6 | 6 5 6 6 | 6 5 6 (6)
+
- - 6 7 | 6 5 6 7 | 6 5 6 7 | 6 5 6 6
- - 6 7 | 6 5 6 7 | 6 5 6 7 | 6 5 6 (6)
+
- - 5 3 | 5 5 3 3 | 5 5 3 3 | 5 5 3 3 Ka
- - - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - Ki
2 - 2 3 | 5 5 3 3 | 2 - 2 2 | 3 - 2 (2) Ka
- - - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - Ki
+
- - 5 3 | 5 5 3 3 | 5 5 3 3 | 5 5 3 3 Ka
- - - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - Ki
2 - 2 3 | 5 5 3 3 | 2 - 2 2 | 3 - 2 (2) Ka
- - - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - Ki
Gelitak :
[|| - - 7 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 ||]
Gendang :
[|| - - - t | t - t t | - d - t | t - t d ||]
Khujih :
[|| - c c - | c - c c | - c c - | c - c c ||]
6. Tabuh Jakhang Kenali (Khapot)
Tempo : Cepat
Ketukan : 1/32
+ + + +
[|| - - 2 3 | - 2 - 3 | - - 2 3 | - 2 - 3 | - - 2 3 | - 2 - 3 | - - 2 2 | - 2 - 2 | > 2x Ka
D → Buka
- 1 - - | - - - - | - 1 - - | - - - - | - 1 - - | - - - - | - 1 - - | - - - - | >2x Ki
+ + + +
- - 2 3 | - 5 - 5 | 6 - 6 6 | - 6 - 6 | - - 2 3 | - 5 - 5 | 6 - 6 6 | - 6 - 6 | >2x Ka
- 1 - - | - - - - | - 5 - - | - - - - | - 1 - - | - - - - | - 5 - - | - - - - | >2x Ki
+ + + +
- - 6 7 | - 6 - 7 | - - 6 7 | - 6 - 7 | - - 6 7 | - 6 - 7 | - - 6 6 | - 6 - 6 | >2x Ka
- 5 - - | - - - - | - 5 - - | - - - - | - 5 - - | - - - - | - 5 - - | - - - - | Ki
+ + + +
- - 6 3 | - 5 - 3 | - 5 - 3 | - 5 - 3 | 2 - 2 3 | - 5 - 3 | 2 - 2 2 | - 2 - 2 | >2x Ka
- 5 - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - | - 1 - - | Ki
Gelitak :
[|| - - 7 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 | - - 7 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 | - 7 - 1 ||]
Gendang :
[|| - - t - | - t - d | - - t - | - t - d | - - t - | - t - d | - - t - | - t - d ||]
Khujih :
[|| - - - c | - - - c | - - - c | - - - c | - - - c | - - - c | - - - c | - - - c ||]
7. Tabuh Alau – Alau Kembahang
Tempo : Cepat
Ketukan : 1/8
+
[|| - - 2 6 | 6 6 5 6
d > Gendang buka berbarengan jatuhnya dengan nada 6 (la).
- - 6 5 | 3 3 2 (3)
+
- - 3 6 | 6 6 5 6
- - 6 5 | 3 3 2 (3)
+
- - 3 5 | 6 5 3 2
- - 2 3 | 5 3 2 (3)
+
- - 3 5 | 6 5 3 2
- - 2 3 | 5 3 2 (1) ||] → Kembali ke awal
Gelitak/ Pukulan Ketukan : . . . .[|| - 1 7 1 | 7 1 7 1 ||]
Pukulan Gendang :[|| - t - t d - t d ||]
Pukulan Khujih :
[|| - c c - | c - c c ||]
Keterangan Tanda dan Simbol
Dari beberapa lambang di atas dalam Tabuhan ada beberapa lambang yang
belum dijelaskan seperti :
+ : Talo Lunik (Gong Kecil)
(...) : Talo Balak (Gong Besar)
||........|| : Pengulangan satu kali
[||......||] : Diulang berkali-kali
Yang terpenting dalam penotasian ini yang mengambil dasar nada dari
“do” sampai “do” oktaf adalah diciptakannya oleh peneliti laras Kulintang
Pekhing yang diberi nama Laras Pelog Enam Nada dan sudah mendapatkan hak
cipta dari Dirjen HAKI Kementerian Kehakiman Republik Indonesia dengan
nomor permohonan C00201000409.
BAB III
KESIMPULAN
Makalah ini dapat menemukan teknik permainan pada alat musik
Kulintang Pekhing yaitu dengan cara menggunakan dua tangan, tangan kanan
memainkan melodi dan tangan kiri memainkan ketukan. Dapat ditemukan pula
permainan dengan dua tangan yang memainkan melodi menyesuaikan dengan
lagu.
Kulintang Pekhing ini terbuat dari bambu, sesuai dengan namanya
(Pekhing = Bambu). Proses pembuatannya pun cukup lama, mulai dari pemilihan
bambu, penjemuran bambu, pemotongan, proses pelarasan tangga nada, dan
pemasangan. Kulintang Pekhing ini dimainkan pada momen-momen tertentu saja,
misalnya saat pelaksanaan upacara adat, hal inilah yang menyebabkan cetik ini
jarang kita temui.
Dengan adanya makalah ini, penulisan tentang notasi yang bersumber
langsung dari pakarnya dapat diwujudkan. Sehingga bisa menjadi dokumentasi
dalam rangka pelestarian budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Widarti.1991. Titi Laras Talo Balag Keletteng Pekhing/Cetik. Lampung : Dinas P dan K Provinsi Tingkat 1 Lampung
Fachrudin dkk. 2003. Pedoman Kesenian Lampung. Lampung : CV Gunung Pesagi
Nakagawa, Shin. 2006. Sebuah Pengantar Etnomusikologi/Shin Nakagawa- Ed- 1. Jakarta : Yayasan Obor
Spandi, Atik 1978. Pengetahuan Dasar Karawitan. Bandung : ASTI Bandung
Sumerta Dana Artha, I Wayan.2003. Notasi Talobslsk dan Kulintang Pring Lampung. Lampung : Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.