MAKALAH KSDAH

download MAKALAH KSDAH

of 12

Transcript of MAKALAH KSDAH

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangDamar matakucing (Shorea javanica K. et V.) dikenal sebagai jenis pohon penghasil resin damar yang disebut juga damar matakucing dengan tinggi pohon dapat mencapai 50 meter dengan garis tengah 150 cm. Bentuk pohon bulat lurus, pada umur muda tajuknya rimbun, menipis jika telah dewasa. Damar matakucing secara tradisional sudah dibudidayakan meskipun tergolong kelompok jenis Dipterocarpaceae yang sering disamakan sebagai penghasil kayu yang tumbuh liar di hutan-hutan. Tegakan damar matakucing banyak diusahakan oleh masyarakat di Lampung, khususnya di daerah Krui dan memberikan kontribusi yang besar terhadap konservasi lahan sehingga menarik untuk dipelajari dan berpotensi dikembangkan di daerah lain. Hasil studi oleh Bastoni (1996), menunjukkan bahwa tanaman damar matakucing di daerah Krui-Liwa, Lampung Barat mempunyai pola penyebaran yang khas yang dipengaruhi oleh perubahan ketinggian tempat di atas muka laut, perubahan jenis tanah, perubahan temperature udara, produktivitas relative getah damar, minat dan pertimbangan ekonomis masyarakat untuk menanam damar. Pengembangan damar matakucing di luar lokasi budidaya tradisional masih belum banyak diperoleh informasi, baik sebaran maupun pertumbuhan dan perkembangan pohonnya. Untuk ini telah dipelajari aspek-aspek silvikulturnya yang diharapkan dapat dijadikan pertimbangan teknis dalam pengembangannya. Ruang lingkup aspek silvikultur yang dipelajari adalah aspek-aspek pengenalan jenis, penyebaran, dan ekologi tempat tumbuh, pemudaan dan budidaya yang terdiri dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan penyadapan. Diharapkan, tulisan ini dapat dijadikan sumber informasi dan pertimbangan dalam pengemangan pohon damar matakucing.1.2 TujuanMengetahui teknik budidaya damar matakucing (Shorea javanica) dalam upaya pelestarian damar matakucing di daerah Lampung Barat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Damar matakucing (Shorea javanica)Klasifikasi Damar matakucing (Shorea Javania K. et V.), yaitu :Kingdom: PlantaeSub Kingdom : Tracheobionta

Super Divisi: SpermatophyaDivisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida Sub Kelas: DilleniidaeOrdo

: ThealesFamili

: DiptercarpaceaeGenus

: ShoreaSpesies: Shorea javanica K. et V.Damar matakucing (Shorea javanica K. et V.) dikenal sebagai jenis pohon penghasil resin damar yang disebut juga damar matakucing dengan tinggi pohon dapat mencapai 50 meter dengan garis tengah 150 cm. Bentuk pohon bulat lurus, pada umur muda tajuknya rimbun, menipis jika telah dewasa.Secara alami S. javanica mempuyai penyebaran sangat luas mulai dari Aceh dai ujung utara sampai Lampng di ujung selatan Sumatera. Selain bernama damar matakucing juga mempunyai banyak nama local seperti damar, damar palau, damar putih, meranti, meranti putih, damar meriam, damar sibosa, semir, sangir, damar sega, damar cermin, juningkarai birut, panese, damar kasal, damar kaca, dangsal, mesegar, damar kaca, damar meseger, mentegar, mentuke, mesegar lanang, mata-kucing, damar hata, dan damar matakucing.BAB III

METODOLOGI3.1 LokasiLokasi yang diambil dalam makalah ini yaitu Lampung Barat.3.2 Jenis Data

Data yang diambil dalam makalah ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui hasil penelitian terdahulu mengenai kondisi umum lokasi penelitian.

3.3 Analisis Data

Pada makalah ini, budidaya damar matakucing (Shorea javanica) dalam upaya pelestarian damar matakucing yang digunakan adalah pendekatan analisis deskriptif. Dimana analisis ini menggambarkan seluruh hasil yang didapatkan.

BAB IV

KONDISI UMUM4.1 Letak dan Luas

Lampung Barat sebagai salah satu kabupaten/kota di Propinsi Lampung yang memiliki luas wilayah daratan 495.04 ha yang terbagi dalam 17 kecamatan (sebelum dimekarkan menjadi 25 kecamatan). Dimana sebagian wilayahnya berada Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan merupakan salah satu paru-paru dunia. Selain itu Kondisi wilayah ini dari topografisnya berada pada daerah (Up-Stream) Hulu yang berbukit-bukit serta pegunungan yang merupakan daerah resapan air (Cachtment Area) dan sumber mata air beberapa sungai yang ada di Provinsi Lampung. Dari luas wilayah Kabupaten Lampung Barat, sebagian besar atau 76,78% (397.778 ha) adalah kawasan hutan yang terdiri dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) seluas 297.781 ha, Hutan Lindung 48.873,37 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) 33.358 Ha, dan Cagar Alam Laut (CAL) 17.282 Ha. Dengan demikian berarti luas wilayah Kabupaten Lampung Barat lebih dari 70% merupakan kawasan hutan.4.2 Iklim

Kondisi iklim di Lampung Barat secara umum masih baik. Hasil penelitian Manik dkk. (2008) menunjukkan kualitas udara di beberapa titik di Lampung Barat, sebagaimana disajikan pada Tabel 3, secara umum masih baik dan nilainya berada di bawah baku mutu lingkungan sesuai dengan Kep. Men. LH No. Kep-13/MENLH/3/1995, tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak, kecuali kebisingan. Di hampir semua titik pengamatan, kebisingan sudah melebihi nilai ambang batas Baku Mutu Lingkungan (BML) berlaku. Kebisingan tertinggi terjadi di terminal Rajabasa, terutama disebabkan oleh kendaraan bermotor.Tabel 3. Kualitas Udara Di Krui, Lampung Bart Tahun 2008NOPARAMETERSATUANB M LLOKASI

1234567

APARAMETER FISIK

1.S u h u C --323334293231

2.Kelembaban %RH --57605963586068

3.Kecepatan Angin m/det --0,170,200,080,150,200,180,27

4.Tekanan Udara mm Hg --760760760760760760760

5.Arah Angin--B TB TB TB TB TT-BB-T

6.Cuaca--CerahCerahCerahCerahCerahCerahCerah

7.Debu g/Nm3 23018719513811516415871

8.Kebisingan dBA 707071727373746667747568 69 4647

BPARAMETER KIMIA

9.NOx g/Nm3 15040,3552,4651,4222,4655,9042,608,65

10.CO g/Nm3 10.000175019003100120023001500< 1100

11.SOx g/Nm3 36558,4271,2860,9060,3569,8060,3510,20

11.Plumbum g Nm3 20,0150,0250,0170,0060,0170,010