makalah konjungtivitis

33
Pendahuluan Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis. Anatomi Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke 1

description

konjungtivitis

Transcript of makalah konjungtivitis

Pendahuluan Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis. Anatomi Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorikHistologi Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira, 2007). Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.

Perdarahan dan Persarafan Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak. Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit.

Definisi KonjungtivitisKonjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus, di mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea.Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat dilihat kelenjar sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal daripada konjungtiva bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.

Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai mata merah atau pink eye sangat sering terjadi. (Vera & Margaret, 1996)Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001)Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral sangat menular tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi) setelah 2 minggu. Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan degeneratif pada kelopak mata. Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin merupakan ganguan mata yang paling umum.2.2 Etiologi 2.2.1 Konjungtivitis BakteriTerutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.2.2.2 Konjungtivitis ViralJenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.2.2.3 Konjungtivitis AlergiKonjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan hay fever.2.2.4 Konjungtivitis GonoreKonjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.2.2.5 Trachoma Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma adalah 7 hari ( 5 14 hari ). Trachoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau alat-alat pribadi.2.3 Manifestasi Klinis2.3.1 TandaTanda-tanda konjungtivitis, yakni: Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak. produksi air mata berlebihan (epifora). kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).2.3.2 GejalaKonjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah: mata berair mata terasa nyeri mata terasa gatal pandangan kabur peka terhadap cahaya terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.2.4 Patofisiologi Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.

2.4.1 Pathway

Mikroorganisme(bakteri, virus,jamur)

Masuk kedalam mata

Kelopak mata terinfeksi

Tdk bisa menutup dan membuka dgn smprna

Mata kering (iritasi)

Konjungtivitis Mikroorganisme, allergen, iritatif

lakrimasiperadangan

Keljr air mata terinfeksiPengeluaran cairan meningkatDilatasi pembuluh darah

Fungsi sekresi terganggu

edemaSclera merahnyeri

hipersekresi

Granulasi disertai sensai benda asingResiko infeksiTIO meningkat

Gangguan rasa nyamanKanal schlemm trsmbt

Iskemia syaraf optik

Gangguan persepsi sensori

Ulkus kornea

2.5 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan dan demam. Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus. Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis disebabkan bakteri. Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.2.6 PenatalaksanaanBila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.2.7 KomplikasiStafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat menyebabkan septikemia atau meningitis.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian1. Identitas Klien:1. Nama: 2. Jenis Kelamin: 3. Umur: 4. Agama: 5. Pendidikan: 6. Pekerjaan: 7. Status Pernikahan: 8. Alamat: 9. Tanggal Masuk: 10. Diagnosa Medis: 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama: gatal dan nyeri dimata Riwayat Kesehatan SekarangKlien merasakan nyeri, gatal dan merasa seperti ada benda asing dalam mata. Riwayat Kesehatan DahuluKlien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.3. Pola Fungsi Kesehatan Psiko-Sosial Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan penyakitnya. Spiritual Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas ibadahnya sehubungan dengan penyakit yang klien derita. Istirahat tidurKaji kualitas dan kuantitas tidur klien sejak dan sebelum sakit, apakah ada gangguan tidur sejak mengalami sakit, atau bagaimana perasaan klien sewaktu bangun tidur.4. Pemeriksaan FisikKeadaan umum : BaikKesadaran : ComposmentisTTV :TD: 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menitPemeriksaan Fisik: Sistem pernafasanpola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik. Sistem kardiovaskular bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal. Sistem pencernaan Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal Sistem perkemihan BAK dan BAK dalam batas normal sistem endokrinTidak ada pembesaran kelenjar tiroid sistem genetaliaBelum terkaji Sistem musculoskeletalPergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal Sistem integumenTurgor kulit normal Sistem persarafan Dalam batas normal5. Pemeriksaan Laboraturium 1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gramDapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis2. Pemeriksaan VisusCatat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATANAnalisa DataTGL/JAMPengelompokan DataEtiologiMasalah

27-10-2011/09.00 wibDS: Pasien mengatakan nyeri pada kedua matanyaDO: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. TD: 100/70 mmHg; Suhu : 370 CKonjungtivitisPeradanganDilatasi pembuluh darahNyeriNyeri

DS: ada purulen dan edemaDO: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. TD: 100/70 mmHg; Suhu : 370 CKonjungtivitisMikroorganisme allergen, iritatifKelnjar air mata terinfeksiFungsi sekresi tergangguHipersekresiResiko infeksiResiko infeksi

DS: Pasien mengatakan saat bangun tidur matanya lengket, dan pandangan klien sedikit kabur.DO: Mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. Terdapat purulent.

KonjungtivitisPengeluaran cairan meningkatTIO meningkatKanal schlemm tersumbatIskemia syaraf opticUlkus korneaGangguan persepsi sensoriGangguan persepsi sensori

DS : klien mengatakan mata gatal dan mata merahDO : mata merahKonjungtivitisPeradanganDilatasi pembuluh darahGranulasi disertai sensasi benda asing

Tidak nyamanGangguan rasa nyaman

DIAGNOSA KEPERAWATANTGL/ JAMDIAGNOSA KEPERAWATANPARAF

27-10-2011/09.00 wib1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva

2. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi pada kelenjar air mata

3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori

4. Gangguan rasanyaman berhubungan dengan sensasi benda asing

3.3 INTERVENSI KEPERAWATANNoc : Nyeri Indikator12345

Penurunan penampilan peran atau hubungan interpersonal

Gangguan kerja, kepuasan hidup atau kemampuan untuk mengendalikan.

Penurunan konsentrasi

Terganggunya tidur

NIC : Management NyeriAKTIVITASINTERVENSI

Pengkajiana. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian.b. Minta pasien untuk menilai nyeri/ ketidak nyamanan pada skala nol sampai 10 (0=tidak ada nyeri/ ketidaknyamanan, 10= nyeri yang sangat)c. Gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri dari analgesik dan kemungkinan efek sampingnya.d. Dalam mengkaji nyeri pasien gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan tingkat perkembangan pasien.e. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan atau durasi, frekuensi, kualitas intensitas atau keparahan, dan faktor presipitasinya.f. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal, khususnya pada mereka yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.

Pendidikan untuk pasien / keluarga

a. Masukkan pada intruksi saat pemulangan pasien mengenai pengobatan khusus yang harus di konsumsi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut (misalnya, pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak tertahankan.b. intruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat di capai.c. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping.d. Perbaiki salah persepsi tentang analgesik narkotik atau oploid (misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis).e. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.f. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum jadi berat.g. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah dan jika memungkionkan, selama aktivitas yang menyakitkan.

Aktivitas Kolaboratifa. Laporkan pada dokter jika tindakan berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.

Aktifitas Laina. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi dengan pengkajian nyeri dan efek sampingnya.b. Bantu pasien untuk mengidentivikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil dilakukannya seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/ dingin.c. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas daripad nyeri/ ketoidaknyamanan dengan melakukan pengalihan melalui tv, radio, tipe, dan kunjungan.d. Gunakan pendekatan yang positif dengan tujuan untuk mengoptimiskan respon pasien terhadap analgesike. Libatkan pasien dalam modalitas pengurangan nyeri, jika mungkin.f. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan (cahaya).g. Pastikan pemberian analgesik prapenanganan dan atau strategi nonfarmakologis sebelum dilakukan prosedur yang dilakukan nyeri

Tabel Intervensi KeperawatanTgl/JamDK/Tujuan/KHIntervensi Rasional Paraf

27-10-2011/09.00 wibDK : Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtivaTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi KH : Tidak nyeri pada kedua kelopak mata pasien. Mata pasien tidak hiperemia. Mata pasien tidak berair. Mata pasien tidak kotor

a. Masukkan pada intruksi saat pemulangan pasien mengenai pengobatan khusus yang harus di konsumsi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut (misalnya, pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak tertahankan.b. intruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat di capai.c. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping.d. Perbaiki salah persepsi tentang analgesik narkotik atau oploid (misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis).e. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.f. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum jadi berat.g. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah dan jika memungkionkan, selama aktivitas yang menyakitkan. Memberikan intruksi saat pemulangan pasien mengenai pengobatan khusus yang harus di konsumsi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut (misalnya, pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak tertahankan. Mengintruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat di capai. Menginformasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping. Memperbaiki salah persepsi tentang analgesik narkotik atau oploid (misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis). Memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. Menggunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum jadi berat. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah dan jika memungkionkan, selama aktivitas yang menyakitkan.

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATANNOTGL/JAMTIDAKANPARAF

27-10-2011/09.00 wib Memberikan intruksi saat pemulangan pasien mengenai pengobatan khusus yang harus di konsumsi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut (misalnya, pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak tertahankan. Mengintruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat di capai. Menginformasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping. Memperbaiki salah persepsi tentang analgesik narkotik atau oploid (misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis). Memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. Menggunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum jadi berat. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah dan jika memungkionkan, selama aktivitas yang menyakitkan.

3.5 EVALUASIMASAKAH KEPERAWATANTGL/JAMCATATAN PERKEMBANGANPARAF

Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva27-10-2011/09.00 wibS: Pasien mengatakan nyeri pada kedua matanyaO: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor.A: nyeri belum teratasiP : rencana 2-7 dilanjutkan

BAB IVPENUTUP

4.1 SimpulanMata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.8