MAKALAH KONJUNGTIVITIS
-
Upload
anon349119107 -
Category
Documents
-
view
2.348 -
download
5
Embed Size (px)
Transcript of MAKALAH KONJUNGTIVITIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada
tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang
otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan.
Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan
mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut
konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan
pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan dengan gangguan konjungtivitis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang definisi Konjungtivitis
2. Menjelaskan tentang etiologi pada Konjungtivitis
3. Menjelaskan tentang manifestasi klinis pada pederita
Konjungtivitis
4. Menjelaskan tentang patofisiologi Konjungtivitis
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada
penderita Konjungtivitis
6. Menjelaskan tetang penatalaksanaan pada pasien
penderita Konjungtivitis
7. Menjelaskan tetang asuhan keperawatan pada pasien
penderita Konjungtivitis.
1

1.3 Manfaat
1. Dengan mengetahui definisi konjungtifitis, diharapkan
makalah ini bermanfaat untuk mengetahui apa itu
konjungtivitis.
2. Dengan mengetahui etiologi konjungtivitis, diharapkan
makalah ini bermanfaat untuk mengetahui penyebab
dari konjungtivitis.
3. Dengan mengetahui manifestasi konjungtivitis,
diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui
tanda dan gejala dari konjungtivitis.
4. Dengan mengetahui patofisiologi dari konjungtivitis,
diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui
perjalanan penyakit konjungtivitis.
5. Dengan mengetahui pemeriksaan penunjang
konungtivitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk
mengetahui pemeriksaan apa saja yang diperlukan
untuk penderita konjungtivitis.
6. Dengan mengetahui penatalaksanaan konjungtivitis,
diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui
penatalaksanaan dari penyakit konjungtivitis.
7. Dengan mengetahui komplikasi dari konjungtivitis,
diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui
komplikasi apa saja yang disebabkan oleh penyakit
konjungtivitis.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konjungtivitis
Konjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi
kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai
limbus, di mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea.
Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat
vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat
dilihat kelenjar sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal
daripada konjungtiva bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi
kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.
3

Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai
mata merah atau “pink eye” sangat sering terjadi. (Vera & Margaret, 1996)
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001)
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan. (Effendi, 2008).
Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral
sangat menular tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi)
setelah 2 minggu. Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan
4

degeneratif pada kelopak mata. Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin
merupakan ganguan mata yang paling umum.
2.2 Etiologi
2.2.1 Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak
langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang
terkontaminasi.
2.2.2 Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya
disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48
jam.
2.2.3 Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas,
dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk
sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan.
Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat.
Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang
lain. Misalnya astma dan “hay fever”.
2.2.4 Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata
pada neonatus (bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung
selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore,
konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.
2.2.5 Trachoma
5

Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma
adalah 7 hari ( 5 – 14 hari ). Trachoma dapat mengenai segala umur
terutama dewasa muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara
penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau alat-alat
pribadi.
2.3 Manifestasi Klinis
2.3.1 Tanda
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
produksi air mata berlebihan (epifora).
kelopak mata bagian atas nampak menggelantung
(pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan
konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya
sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan
sekitarnya.
terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin
(komponen protein).
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga
bernanah).
2.3.2 Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan
kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus
atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena
alergi. Gejala lainnya adalah:
6

mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada
pagi hari.
2.4 Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya
peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa
nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis
yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif
menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu
menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila
pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama
kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air
mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus
kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang
disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa
pusing.
7

2.4.1 Pathway
8
Mikroorganisme(bakteri, virus,jamur)
Tdk bisa menutup dan membuka dgn smprna
Konjungtivitis
Pengeluaran cairan meningkat
lakrimasi
Dilatasi pembuluh darah
Mata kering (iritasi)
peradangan
Kelopak mata terinfeksi
Masuk kedalam mata
Mikroorganisme, allergen, iritatif
Fungsi sekresi terganggu
Keljr air mata terinfeksi

2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar.
Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan
dan demam.
Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan
konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus.
Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis
disebabkan bakteri.
Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial
yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.
2.6 Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari
bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata
yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah
setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan
sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan
9
Iskemia syaraf optik
Kanal schlemm trsmbt
TIO meningkat
edema
Sclera merahnyeri
Ulkus kornea Gangguan persepsi sensori
Resiko infeksi
hipersekresi
Granulasi disertai sensai benda asing
Gangguan rasa nyaman

khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari
penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis
karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena
jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena
alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau
kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan
edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2
sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan
mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis.
Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif,
tanpa adanya kontraindikasi.
Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,
diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama
dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin
sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga
efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga
kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan
doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan
2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk
menyingkirkan tuberkulosis.
2.7 Komplikasi
Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok
menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat
menyebabkan septikemia atau meningitis.
10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien:
1. Nama:
2. Jenis Kelamin:
3. Umur:
4. Agama:
5. Pendidikan:
6. Pekerjaan:
7. Status Pernikahan:
8. Alamat:
9. Tanggal Masuk:
10. Diagnosa Medis:
2. Riwayat Kesehatan
11

Keluhan utama: gatal dan nyeri dimata
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasakan nyeri, gatal dan merasa seperti ada benda asing dalam
mata.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
3. Pola Fungsi Kesehatan
Psiko-Sosial
Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan
penyakitnya.
Spiritual
Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas
ibadahnya sehubungan dengan penyakit yang klien derita.
Istirahat tidur
Kaji kualitas dan kuantitas tidur klien sejak dan sebelum sakit, apakah
ada gangguan tidur sejak mengalami sakit, atau bagaimana perasaan
klien sewaktu bangun tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit
Pemeriksaan Fisik:
12

Sistem pernafasan
pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik.
Sistem kardiovaskular
bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal.
Sistem pencernaan
Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal
Sistem perkemihan
BAK dan BAK dalam batas normal
sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
sistem genetalia
Belum terkaji
Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal
Sistem integumen
Turgor kulit normal
Sistem persarafan
Dalam batas normal
5. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear,
juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis
2. Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret
yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
13

TGL/
JAM
Pengelompokan Data Etiologi Masalah
27-
10-
2011/
09.00
wib
DS: Pasien mengatakan
nyeri pada kedua
matanya
DO: mata klien tampak
hiperemia, berair dan
kotor. TD : 100/70
mmHg; Suhu : 370 C
Konjungtivitis
Peradangan
Dilatasi pembuluh darah
Nyeri
Nyeri
DS: ada purulen dan
edema
DO: mata klien tampak
hiperemia, berair dan
kotor. TD : 100/70
mmHg; Suhu : 370 C
Konjungtivitis
Mikroorganisme allergen,
iritatif
Kelnjar air mata terinfeksi
Fungsi sekresi terganggu
Hipersekresi
Resiko infeksi
Resiko
infeksi
DS: Pasien mengatakan
saat bangun tidur
matanya lengket, dan
pandangan klien sedikit
kabur.
DO: Mata klien tampak
hiperemia, berair dan
kotor. Terdapat
purulent.
Konjungtivitis
Pengeluaran cairan meningkat
TIO meningkat
Kanal schlemm tersumbat
Iskemia syaraf optic
Ulkus kornea
Gangguan persepsi sensori
Gangguan
persepsi
sensori
14

DS : klien mengatakan mata gatal dan mata merah
DO : mata merah
Konjungtivitis
Peradangan
Dilatasi pembuluh darah
Granulasi disertai sensasi benda asing
Tidak nyaman
Gangguan
rasa nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL/
JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
27-10-
2011/
09.00
wib
1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva
2. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi pada
kelenjar air mata
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan penerimaan sensori
4. Gangguan rasanyaman berhubungan dengan sensasi benda asing
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Noc : Nyeri
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan penampilan peran
atau hubungan interpersonal
Gangguan kerja, kepuasan hidup atau
kemampuan untuk mengendalikan.
Penurunan konsentrasi
15

Terganggunya tidur
NIC : Management Nyeri
AKTIVITAS INTERVENSIPengkajian a. Gunakan laporan dari pasien sendiri
sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi
pengkajian.
b. Minta pasien untuk menilai nyeri/
ketidak nyamanan pada skala nol
sampai 10 (0=tidak ada nyeri/
ketidaknyamanan, 10= nyeri yang
sangat)
c. Gunakan lembar alur nyeri untuk
memantau pengurangan nyeri dari
analgesik dan kemungkinan efek
sampingnya.
d. Dalam mengkaji nyeri pasien
gunakan kata-kata yang konsisten
dengan usia dan tingkat
perkembangan pasien.
e. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan atau durasi,
frekuensi, kualitas intensitas atau
keparahan, dan faktor presipitasinya.
f. Observasi isyarat ketidaknyamanan
non verbal, khususnya pada mereka
yang tidak mampu
mengkomunikasikannya secara
efektif.
16

Pendidikan untuk pasien / keluarga a. Masukkan pada intruksi saat
pemulangan pasien mengenai
pengobatan khusus yang harus di
konsumsi, frekuensi pemberian,
kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi obat tersebut
(misalnya, pembatasan aktifitas
fisik, pembatasan diet), dan nama
orang yang harus dihubungi bila
dijumpai nyeri yang tidak
tertahankan.
b. intruksikan pasien untuk
menginformasikan pada perawat
jika pengurang nyeri tidak dapat di
capai.
c. Informasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan saran koping.
d. Perbaiki salah persepsi tentang
analgesik narkotik atau oploid
(misalnya, resiko ketergantungan
atau overdosis).
e. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, seberapa
lama akan berlangsung dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
f. Gunakan tindakan pengendalian
nyeri sebelum jadi berat.
g. Ajarkan penggunaan teknik non
17

farmakologi (relaksasi) sebelum,
setelah dan jika memungkionkan,
selama aktivitas yang menyakitkan.
Aktivitas Kolaboratif a. Laporkan pada dokter jika tindakan
berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang
bermakna dari pengalaman nyeri
pasien di masa lalu.
Aktifitas Lain a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai
indikasi dengan pengkajian nyeri
dan efek sampingnya.
b. Bantu pasien untuk
mengidentivikasi tindakan
memenuhi kebutuhan rasa nyaman
yang telah berhasil dilakukannya
seperti, distraksi, relaksasi, atau
kompres hangat/ dingin.
c. Bantu pasien untuk lebih berfokus
pada aktifitas daripad nyeri/
ketoidaknyamanan dengan
melakukan pengalihan melalui tv,
radio, tipe, dan kunjungan.
d. Gunakan pendekatan yang positif
dengan tujuan untuk
mengoptimiskan respon pasien
terhadap analgesik
e. Libatkan pasien dalam modalitas
pengurangan nyeri, jika mungkin.
f. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidak nyamanan
(cahaya).
18

g. Pastikan pemberian analgesik
prapenanganan dan atau strategi
nonfarmakologis sebelum dilakukan
prosedur yang dilakukan nyeri
19

Tabel Intervensi Keperawatan
Tgl/Jam DK/Tujuan/KH
Intervensi Rasional Paraf
27-10-
2011/
09.00 wib
DK : Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtivaTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi KH : Tidak nyeri
pada kedua kelopak mata pasien.
Mata pasien tidak hiperemia.
Mata pasien tidak berair.
Mata pasien tidak kotor
a. Masukkan pada
intruksi saat
pemulangan
pasien mengenai
pengobatan
khusus yang
harus di
konsumsi,
frekuensi
pemberian,
kemungkinan
efek samping,
kemungkinan
interaksi obat,
kewaspadaan
khusus saat
mengkonsumsi
obat tersebut
(misalnya,
pembatasan
aktifitas fisik,
pembatasan
diet), dan nama
orang yang
harus dihubungi
bila dijumpai
nyeri yang tidak
tertahankan.
b. intruksikan
pasien untuk
Memberikan
intruksi saat
pemulangan
pasien mengenai
pengobatan
khusus yang
harus di
konsumsi,
frekuensi
pemberian,
kemungkinan
efek samping,
kemungkinan
interaksi obat,
kewaspadaan
khusus saat
mengkonsumsi
obat tersebut
(misalnya,
pembatasan
aktifitas fisik,
pembatasan diet),
dan nama orang
yang harus
dihubungi bila
dijumpai nyeri
yang tidak
tertahankan.
Mengintruksikan
pasien untuk
20

menginformasik
an pada perawat
jika pengurang
nyeri tidak
dapat di capai.
c. Informasikan
pada pasien
tentang prosedur
yang dapat
meningkatkan
nyeri dan
tawarkan saran
koping.
d. Perbaiki salah
persepsi tentang
analgesik
narkotik atau
oploid
(misalnya,
resiko
ketergantungan
atau overdosis).
e. Berikan
informasi
tentang nyeri,
seperti
penyebab nyeri,
seberapa lama
akan
berlangsung dan
antisipasi
ketidaknyamana
menginformasika
n pada perawat
jika pengurang
nyeri tidak dapat
di capai.
Menginformasika
n pada pasien
tentang prosedur
yang dapat
meningkatkan
nyeri dan
tawarkan saran
koping.
Memperbaiki
salah persepsi
tentang analgesik
narkotik atau
oploid (misalnya,
resiko
ketergantungan
atau overdosis).
Memberikan
informasi tentang
nyeri, seperti
penyebab nyeri,
seberapa lama
akan berlangsung
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur.
Menggunakan
tindakan
21

n dari prosedur.
f. Gunakan
tindakan
pengendalian
nyeri sebelum
jadi berat.
g. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi
(relaksasi)
sebelum, setelah
dan jika
memungkionka
n, selama
aktivitas yang
menyakitkan.
pengendalian
nyeri sebelum
jadi berat.
Mengajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi
(relaksasi)
sebelum, setelah
dan jika
memungkionkan,
selama aktivitas
yang
menyakitkan.
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TGL/JAM TIDAKAN PARAF27-10-
2011/
09.00 wib
Memberikan intruksi saat pemulangan
pasien mengenai pengobatan khusus yang
harus di konsumsi, frekuensi pemberian,
kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi obat tersebut (misalnya,
pembatasan aktifitas fisik, pembatasan
diet), dan nama orang yang harus
dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak
tertahankan.
Mengintruksikan pasien untuk
menginformasikan pada perawat jika
22

pengurang nyeri tidak dapat di capai.
Menginformasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan saran koping.
Memperbaiki salah persepsi tentang
analgesik narkotik atau oploid (misalnya,
resiko ketergantungan atau overdosis).
Memberikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, seberapa lama
akan berlangsung dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
Menggunakan tindakan pengendalian
nyeri sebelum jadi berat.
Mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah
dan jika memungkionkan, selama aktivitas
yang menyakitkan.
3.5 EVALUASI
MASAKAH KEPERAWATAN
TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva
27-10-
2011/
09.00 wib
S: Pasien mengatakan nyeri pada kedua matanya
O: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor.
A: nyeri belum teratasiP : rencana 2-7 dilanjutkan
23

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada
tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang
otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan.
4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah
dan dapat dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah, jika pun
sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat
serta penatalaksaan, asuhan keperarawatan dapat membantu pembaca dan
mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan
saran dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik
lagi.
24

DAFTAR PUSTAKA
C. Smeltzer Suzanne dan Brenda G.Bare. 2001.Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta: EGC
Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Ilmu Keperawatan Mata. Sagung Seto, Jakarta
Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Masalah Kesehatan Mata Anda. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Pearce, evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT gramedia pustaka utama
http:// asuhan-keperawatan-pada-pasien-konjungtivitis.com
http://kelompok8fkep.wordpress.com/2009/10/12/kasus-2-konjungtivitis/
http:/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.com/2010/11/.html
http://dyny-nursedynygreat.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.html
25