CSS Konjungtivitis

download CSS Konjungtivitis

of 24

Transcript of CSS Konjungtivitis

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar.

    Keluhan ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya

    berwarna putih menjadi merah. Mata merah terjadi karena terdapat pelebaran

    pembuluh darah atau akibat pecahnya pembuluh darah dan darah tertimbun di

    bawah jaringan konjungtiva. Struktur dari mata yang dapat menyebabkan mata

    merah adalah konjungtiva, kornea, episklera, sklera, iris, badan siliaris dan

    adneksa seperti kelenjar sebaseous.

    Mata merah dapat disertai dengan gejala penurunan tajam penglihatan,

    nyeri, fotofobia, halo dan mid-dilatasi pupil. Pemeriksaan dilakukan untuk

    menentukan penyebab dari mata merah dan mencari penyebab dari keluhan

    keluhan penderita serta menganalisa tajam penglihatan. Dengan demikian

    diagnosa dapat ditegakkan guna pemberian terapi, menentukan prognosis dan

    mencegah terjadinya komplikasi. Maka dalam beberapa kasus, mata merah

    merupakan hal yang harus ditangani dengan serius dengan penatalaksanaan yang

    tepat dan tuntas karena dapat menyebabkan kebutaan.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    2/24

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konjungtiva

    2.1.1 Anatomi dan Histologi Konjungtiva

    Konjungtiva mata adalah membran mukosa tipis dan transparan yang

    terletak di posterior palpebra dan anterior sclera dari mata. Daerah antara epitel

    konjungtiva dan kulit disebut mucocutaneous junction, sedangkan daerah antara

    epitel konjungtiva dan kornea disebut limbus. Di limbus juga terdapat fusi dari

    konjungtiva, episclera, dan kapsul Tenon, fasia yang membatasi bola mata dengan

    struktur lain.

    Berdasakan letaknya, konjungtiva terbagi 2, yaitu:

    1. Konjungtiva palpebra ( konjungtiva tarsal).Konjungtiva palpebra melekat kuat pada didinding posterior palpebra,

    pada tarsus palpebra. Konjungtiva palpebra terdiri dari konjungtiva palpebra

    superior dan inferior.

    2. Konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi terletak di dinding anterior bola mata, dan berikatan

    secara lemah. Keadaan demikian menyebabkan bola mata dapat bergerak dan

    meningkatkan luas permukaan sekretori dari konjungtiva.

    Penebalan dari konjungtiva bulbi di chantus dalam disebut Plika

    Semilunar. Dibagian lebih superficial, terdapat stuktur epidermoid, kecil, dan

    seperti daging, disebut Caruncle, merupakan daerah transisi antara kutan dan

    membran mukosa

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    3/24

    Vaskularisasi arteri konjungtiva yang berasal dari arteri palpebra dan arteri

    siliar. Arteri konjungtiva posterior akan mensuplai konjungtiva bulbi, arteri siliar

    dan episklera akan mensuplai iris, dan badan siliar yang akan beranastomosisdengan pembuluh vena. Drainase limfatik berupa pleksus limfatik, bersama

    dengan palpebra. Inervasi berupa inervasi sensori sakit oleh syaraf kranial ke V.

    Secara histologi, konjungtiva terdiri dari lapisan epitel dan stroma. Terdapat 5

    lapis epitel pipih sampai kolumnar, yang terbagi atas:

    1. Lapisan superfisial epitel : Terdiri dari sel goblet yang mensekresikan mukusyang menjadi salah satu komponen dari air mata.

    2. Lapisan basal epitel: Sel epitel terwarnai lebih pekat. Sel di dekat limbusmungkin berpigmen.

    Epitel di dekat limbus, caruncle, dan mucocutaneous junction adalah

    epitel selapis bertingkat, sedangkan daerah lainya merupakan sel epitel kolumnar

    bertingkat.

    Stroma (lamina propia) konjungtiva merupakan jaringan ikat longgar tipis

    yang mengandung serat kolagen dan elastin. Terdiri dari 2 lapisan :

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    4/24

    1. Lapisan adenoid (superficial) merupakan jaringan limfoid yang mengandungstruktur seperti folikel tanpa pusat germinatif. Struktur ini mulai muncul di

    bulan ke 23 kelahiran.

    2. Lapisan fibrosa melekat secara kuat pada bagian tarsal, dan tidak terlalu kuatpada bagian bulbi.

    Didalam stroma terdapat kelenjar aksesoris, kelenjar Krause dan Wolfring

    yang memiliki fungsi yang mirip dengan kelenjar lakrima. Kelenjar ini lebih

    banyak terdapat di superior tarsal dibandingkan di inferior tarsal.

    2.1.2 Fisiologi dan Mikrobiologi KonjungtivaKonjungtiva memiliki fungsi proteksi dan sekresi. Proteksi terhadap

    masuknya benda asing. Konjungtiva juga mensekresi mukus yang dapat menjebak

    kotoran, dan juga menjadi bagian dari film air mata. Konjungtiva bukan

    merupakan jaringan steril. Bisa ditemukan adanya mikroorganisme seperti :

    Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Micrococcus sp,

    Corynebacterium sp, Propionibacterium acnes, Streptococcus sp, Haemophylus

    influenza, Moraxella sp, Enteric gram (-) bacilli, Bacilus sp, Anaerobic bacteria,

    Yeast, Filamentous fungi,Demodex sp.

    Konjungtiva memiliki beberapa mekanisme yang menyebabkan,

    proliferasi dari mikroorganisme tersebut tidak menjadi patogen. Mekanisme

    tersebut berupa:

    1. Suhu yang relatif rendah akibat penguapan dari cairan lakrima.2. Cairan lakrima bersifat bakteriostatik, juga memiliki enzim lisozim.3. Kemampuan sistem lakrimasi untuk memproduksi dan mendrainase lakrima,

    juga diikuti dengan mendrainase mikroorganisme.

    2.2 Konjungtivitis

    Konjungtivitis adalah proses peradangan pada konjungtiva mata yang

    disebabkan oleh infeksi, reaksi hipersensitifitas, reaksi autoimun, agen iritatif dan

    kimia, dan penyakit sistemik lainnya.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    5/24

    Proses peradangan ini ditandai dengan adanya hiperemia pada mata, yang

    secara klinis dikenal dengan mata merah. Selain itu adanya sekret yang

    dikeluarkan mata berupa serosa, mukoid, mukopurulen, dan purulen.

    Klasifikasi:

    Berdasarkan Etiologinya (Vaughan)

    1. Konjungtivitis karena infeksi2. Konjungtivitis non-infeksi:

    1. Alergi2. Autoimun3. Kimia dan iritasi4. Penyakit sistemik atau penyakit lain5. Penyakit degeneratif6. Tumor7. Tidak diketahui

    Berdasarkan waktu

    1. Akut2. Kronis

    2.2.1 Konjungtivitis Infeksi2.2.1.1 Konjungtivitis bakteri

    Patogenesis

    Konjungtivitis bakteri disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang

    meningkat dan infiltrasi bakteri ke dalam lapisan epitel konjungtiva dan kadang-

    kadang dapat ke substansia propria. Sumber infeksi melalui kontak langsung

    dengan sekret individu yang terinfeksi (biasanya melalui kontak mata-tangan) ataupenyebaran infeksi dari kolonisasi bakteri dari mukosa sinus dan nasal individu

    itu sendiri.

    Walaupun dapat sembuh sendiri, infeksi bakteri mengancam penglihatan

    apabila penyebabnya adalah bakteri virulen seperti Neisseria gonorrhoe, atau

    Streptococcus pyogen.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    6/24

    2.2.1.2 Konjungtivitis sederhana (konjungtivitis kataral)

    Suatu konjungtivitis yang disebabkan bakteri akibat infeksi S.Aureus, S.

    epidermidis, S.pneumonia dan H.influenza. Konjungtivitis ini dapat sembuh

    sendiri dan sering terjadi pada anak-anak. Transmisi infeksi dapat secara kontak

    langsung dengan sekret.

    Gejala klinis

    Timbul kemerahan akut, sensasi benda asing, rasa terbakar dan terdapat

    sekret. Sewaktu bangun tidur, kedua kelopak mata akan menempel dan sulit

    dibuka karena akumulasi eksudat selama semalam. Kedua mata dapat terinfeksi

    walaupun dapat berawal dari satu mata.

    Tanda klinis

    Terdapat edema dan krusta pada kelopak mata. Sekretnya berair

    menyerupai konjungtivitis virus tapi dalam sehari atau lebih, sekret akan menjadi

    mukopurulen. Injeksi konjungtiva maksimal terdapat di forniks dan berkurang

    saat mendekati limbus. Konjungtiva tarsalis berwarna merah daging, velvetydan

    ada reaksi papila ringan. Sering terjadi erosi pungtata epitel superfisial tetapi tidak

    membahayakan.

    Terapi

    Tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri dalam waktu 10 hingga 14 hari

    dan pemeriksaan laboratorium tidak rutin dilakukan. Sebelum pengobatan

    dilakukan, kelopak dan bulu mata dibersihkan dari sekret. Antibiotik spektrum

    luas digunakan dalam bentuk tetes dan salep mata yang dioleskan pada jam tidur

    sehingga tidak ada lagi sekret.

    Antibiotik tetes mata

    a.

    Asam fusidat (fucithalmic) dalam bentuk suspensi bermanfaat untukinfeksi stafilokokus tetapi tidak untuk kebanyakan bakteri gram negatif.

    Pengobatan inisial q.i.d untuk 48 jam kemudian b.d

    b. Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang diberikan setiap 1-2jam.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    7/24

    c. Antibiotik lain dalam bentuk tetes mata adalah siprofloksasin, ofloksasin,lomefloksasin, gentamisin, neomisin, tobramisin, neosporin (polimiksin B

    + neomisin + gramisidin) dan politrim (polimiksin + trimetropim)

    Salep antibiotik

    Mempunyai konsentrasi lebih tinggi untuk jangka waktu lama tapi

    penggunaan pada waktu siang hari dibatasi karena mengganggu penglihatan.

    Salep mata dapat dipakai waktu malam hari sewaktu tidur.

    2.2.1.3 Konjungtivitis gonore

    Kojungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang

    disertai dengan sekret purulen masif, kemosis berat, edema kelopak mata dan

    hiperemis konjungtiva. Gonokokus paling sering adalah Neisseria gonococcus

    yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap

    kuman ini sangat berat, jika dibiarkan dapat menginfiltrasi kornea, kornea mencair

    dan perforasi. Konjungtivitis gonore adalah penyakit menular seksual, disebarkan

    melalui kontak genital-mata, genital-tangan-mata atau melalui jalan lahir dari

    seorang ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit kelamin yang

    disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia

    secara endemik.

    Gambaran klinis

    Pada orang dewasa, konjungtivitis gonore terdiri dari 3 stadium yaitu

    stadium infiltrasi, stadium supuratif dan stadium penyembuhan atau edema papila.

    Pada stadium infiltrasi ditemukan kelopak mata dan konjungtiva yang kaku

    disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga

    sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada kongjungtiva tarsal superior,konjungtiva bulbi hiperemis, kemotik dan menebal. Pada umumnya menyerang

    satu mata terlebih dahulu. Kemungkinan ada demam dan pembengkakan glandula

    preaurikuler. Stadium ini berlangsung selama 2 hari kemudian diikuti stadium

    selanjutnya.

    Pada stadium supuratif edema kelopak mata dan konjungtiva yang

    kemotik sudah menghilang dan mata tidak lagi terlalu nyeri. Sekret purulen yang

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    8/24

    kental dan masif terus menerus terdapat pada kedua mata. Kondisi ini berlangsung

    selama 2 hingga 3 minggu, semua gejala yang dikeluhkan pada stadium awal lama

    kelamaan semakin menghilang.

    Pada stadium penyembuhan atau edema papila, mata kembali ke normal

    dalam waktu 2 hingga 3 minggu, tapi paling sering terdapat suatu keadaan di

    mana kelopak mata mengalami inflamasi kronik yaitu stadium pembengkakan

    papila, yang mana konjungtiva palpebra dan retrotarsal tetap menebal dan merah,

    terutama pada tarsus terdapat granular yang tidak sama ukuran berlangsung

    selama beberapa minggu.

    Konjungtivitis gonore pada neonatus memberi gambaran klinis yang sama

    seperti dewasa. Inkubasi bakteri bervariasi dari 12 jam hingga 5 hari. Infeksi

    terjadi karena kontaminasi konjungtiva sewaktu melewati serviks ibu yang

    terinfeksi. Tapi infeksi dapat terjadi sebelum kelahiran akibat penyebaran infeksi

    ke dalam sakus konjungtiva diikuti ketuban pecah dini. Dalam kondisi ini, infeksi

    telah terjadi saat bayi lahir, infeksinya berat dan telah terjadi ulkus kornea.

    Apabila infeksi terjadi setelah hari kelima kehidupan, kontaminasi didapat setelah

    kelahiran karena kontak dengan handuk dan pampers yang telah terkontaminasi

    atau jari yang telah kontak dengan genital ibu.

    Diagnosis

    Diagnosis pasti adalah pemeriksaan sekret dengan perwarnaan gram, akan

    terlihat diplokokus bersifat gram negatif di intraselular dan ekatraselular dari

    leukosit. Selain itu dilakukan juga kultur dari sekret. Pemeriksaan sensitivitas

    dilakukan pada agar darah dan agar coklat. Pemeriksaan konjungtivitis .gonore

    menunjukkan adanya gram negatif intraselular.

    TerapiPasien dengan konjungtivitis gonore harus dipisahkan dari pasien peyakit

    mata lainnya. Cap, masker,gown, sarung tangan dan kaca mata pelindung harus

    dipakai oleh pemeriksa sewaktu memeriksa atau mengobati pasien tersebut. Mata

    harus diirigasi dengan NaCl fisiologis sampai sekret tidak ada. Antibiotik yang

    dapat diberikan adalah :

    a. Antibiotik topikal:

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    9/24

    Sulfasetamid 10-15% tetes mata setelah irigasi

    Sulfasetamid 30% salep mata untuk malam

    Gentamisin 0,3% tetes mata dan salep mata

    Penisilin tetes mata konsentrasi 15000 IU/mL

    Tetrasiklin salep mata

    b. Antibiotik sistemik:Neonatus : Penisilin prokain dosis 50000 IU/KgBB/hari I.M selama 5 hari

    Sefotaksim 100 mg/KgBB I.M dosis tunggal

    Dewasa : Penisilin prokain 4.8 juta IU I.M dosis tunggal + Probenasid 1gr

    peroral

    Ampisilin 3.5gr dosis tunggal peroral + Probenasid 1 gr peroral

    Tetrasiklin 1.5gr peroral dilanjutkan 3x500mg selama 4 hari

    Spektinomisin 3gr I.M dosis tunggal

    Pasien dapat dipulangkan apabila pewarnaan Gram menunjukkan Gram-

    negatif diplokokus intraselular negatif 3 hari berturut-turut. Pasien dan pasangan

    seksual harus diperiksakan ke dokter bagian kulit dan kelamin untuk

    kemungkinan penyakit seksual yang diderita. Komplikasi yang sering terjadi

    adalah ulkus kornea. Selain itu dapat juga terjadi panoftalmitis.

    Prognosis

    Prognosis tergantung beberapa kondisi yaitu tingkat keparahan infeksi dan

    keadaan kornea. Sejak sulfonamid dan penisilin diperkenalkan sebagai terapi

    konjungtivitis gonore, banyak kasus sembuh tanpa komplikasi dengan catatan

    bahwa pasien menerima pengobatan yang tepat dan tuntas sebelum terjadi ulkus

    kornea.

    2.2.1.4 Konjungtivitis Chlamydia

    Chlamydia trachomatis merupakan bakteri obligat intraselular yang dapat

    menimbulkan beberapa gejala konjungtivitis yang berbeda karena berhubungan

    dengan serotipe dari C. trachomatis yaitu trachoma dari serotipe A-C,

    konjungtivitis inklusi pada neonatus dan dewasa serotipe D-K dan

    lymphogranuloma venereum serotipe L1, L2, L3.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    10/24

    2.2.1.4.1 Trachoma

    Trachoma merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada komunitas

    dengan higene yang buruk dan sanitasi yang tidak memadai. Trachoma

    merupakan penyebab kebutaan paling utama yang sebenarnya dapat dicegah.

    Lalat adalah vektor utama dalam siklus infeksi-reinfeksi.

    Gambaran klinis trachoma

    Gejala-gejala inisial dari trachoma adalah sensasi benda asing, mata

    merah, berair dan sekret mukopurulen. Terjadi reaksi folikular berat terutama di

    konjungtiva tarsal superior tapi kadang-kadang dapat timbul di forniks inferior

    dan superior, konjungtiva tarsal inferior, lipatan semilunar dan limbus. Pada

    inflamasi konjungtiva kronis, terlihat sikatriks linear atau stellate di tarsus

    superior (Arts line). Sikatriks kemudian akan ditutupi oleh epitel, menimbulkan

    permukaan yang tidak rata dikenal sebagai Herberts pits. Kornea dapat

    mengalami keratitis.

    World Health Organization (WHO) grading of trachoma

    TF : trachomatous folliculardengan 5 atau lebih folikel di tarsus superior

    TI : trachomatous inflammationdengan inflamasi difusa dan penebalan menutupi

    lebih dari 50% pembuluh darah tarsalis

    TS : trachomatous scarring yaitu sikatrisasi konjungtiva tarsal dengan pita

    jaringan fibrosa putih

    TT : trachomatous trichiasis yang mencapai kornea

    CO : corneal opacity. Kekeruhan pada kornea mengenai paling sedikit sebagian

    dari tepi pupil.

    TerapiTrachoma yang aktif diobati dengan tetrasiklin atau eritromisin4x250mg

    sampai 500mg atau doksisiklin 2x100mg atau klaritromisin 2x 250mg sampai

    500mg per oral selama 3 hingga 6 minggu. Tetrasiklin 1% atau eritromisinsalep

    mata dioleskan 2xsehari selama 2 bulan. Eritromisin disarankan untuk pengobatan

    kasus trachoma yang resisten terhadap tetrasiklin. Azitromisin merupakan

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    11/24

    makrolid dengan durasi aksi yang panjang dan pemberian single dosemaka dapat

    diberikan pada program pengobatan massal.

    2.2.1.4.2Konjungtivitis klamidia pada dewasa

    Pasien dengan konjungtivitis klamydia rata-rata terjadi pada dewasa muda

    dengan infeksi genital (servisitis pada perempuan dan uretritis pada laki-laki)

    yang tidak menimbulkan keluhan. Mata selalu terinfeksi melalui kontak direk

    atau indirek dengan sekresi genital yang terinfeksi, walaupun transmisi dapat

    melalui cara lain yaitu melalui peralatan kosmetik mata yang digunakan bersama-

    sama dan kolam renang yang tidak dilakukan klorinisasi. Masa inkubasi 1

    minggu.

    Gambaran klinis

    Terlihat adanya reaksi folikular terutama pada konjungtiva palpebra

    inferior dan fornik inferior, sekret mukopurulen dalam jumlah yang sedikit dan

    kelenjar getah bening preaurikuler dapat teraba membesar. Pada kornea dapat

    terlihat adanya infiltrat yang sering berhubungan dengan infiltrat subepitel,

    keratitis dan mikropannus kurang dari 3 mm dari kornea superior.

    Terapi

    a. Pengobatan topikal yaitu salep tetrasiklin q.i.d selama 6 minggub. Pengobatan sistemik dengan salah satu dari obat berikut :

    Azitromisin 1 gram single dose

    Doksisiklin 100 mg b.d untuk 1-2 minggu

    Eritromisin 500 mg q.i.d untuk 1 minggu jika tetrasiklin tidak efektif

    2.2.1.4.3 Konjungtivitis klamidia pada neonatusInfeksi ditransmisi ke bayi melalui jalan lahir ibu yang terinfeksi sewaktu

    proses kelahiran, maka adalah penting kedua orang tua memeriksakan diri untuk

    membuktikan adanya infeksi genital.

    Gambaran klinis

    Masa inkubasi dari chlamydia adalah 5 sampai 19 hari setelah lahir.

    Sekretnya mukopurulen dan terdapat reaksi papila konjungtiva karena neonatus

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    12/24

    tidak dapat membentuk folikel sehingga bulan ketiga kehidupan. Jika tidak diobati

    dapat menyebabkan sikatriks konjungtivapannus superior kornea.

    Terapi

    Tetrasiklin topikal dan eritromisin etil suksinat 25 mg/kgBB b.d per oral

    selama 2 minggu.

    2.2.1.5 Konjungtivitis virus

    2.2.1.5.1 Keratokonjungtivitis adenovirus

    Spektrum infeksi adenovirus bervariasi dari infeksi ringan hingga infeksi

    berat dengan morbiditas yang signifikan. Transmisi virus melalui sekresi okular

    atau respiratorious dan menyebar melalui towel atau alat seperti tonometer. Masa

    inkubasinya 4 hingga 10 hari. Kemudian diikuti dengan konjungtivitis yang

    berlangsung selama 12 hari. Langkah-langkah keamanan harus diperhatikan

    seperti mencuci tangan untuk mengelakkan transmisi saat memeriksa pasien yang

    diyakini terinfeksi adenovirus.

    Adenovirus tipe 3, 4 dan 7 dan jarang pada tipe 5 adalah penyebab demam

    faringokonjungtiva. Transmisi melalui droplet dan sering menyerang anak-anak

    yang juga sedang mengalami infeksi saluran nafas atas. Keratitis terjadi pada 30%

    kasus tapi jarang sekali infeksinya berat. Adenovirus tipe 8 dan 19 paling sering

    menyebabkan keratokonjungtivitis epidemik. Transmisi melalui kontak tangan ke

    mata, alatan dan solusio. Keratokonjungtivitis epidemik tidak menimbulkan gejala

    sistemik. Keratitis terjadi pada 80% kasus dan infeksinya berat.

    Gejala dan tanda klinis konjungtivitis virus

    Gejala pada konjungtivitis virus berupa, mata berair, kemerahan rasa tidak

    nyaman pada mata dan fotofobia, biasanya mengenai kedua mata.Tanda yang ditemukan pada konjungtivitis virus seperti, elopak mata

    edema, sekret berair dan terdapat folikel konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva,

    kemosis, terdapat pseudomembran pada kasus berat dan limfadenopati dengan

    nyeri tekan.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    13/24

    Tanda-tanda keratitis virus

    a. Stage 1 terjadi dalam 7 hingga 10 hari dimulai dari timbulnya gejala,ditandai dengan keratitis epitelial pungtata yang sembuh sendiri dalam

    waktu 2 minggu.

    b. Stage 2 ditandai dengan opasitas subepitelial yang berwarna putih danfokal yang terbentuk dibawah lesi epitel yang hilang. Terjadi karena

    respon imun terhadap virus dan dapat berhubungan dengan uveitis anterior

    ringan yang hilang timbul.

    c. Stage 3 ditandai dengan infiltrat stroma anterior yang beransur-ansurhilang setelah beberapa bulan atau tahun

    Penatalaksanaan

    a. Terapi konjungtivitis virusTerapi yang dilakukan adalah simtomatik dan suportif karena

    penyembuhan spontan terjadi dalam waktu 2 minggu. Penggunaan antivirus tidak

    efektif dan penggunaan steroid topikal dielakkan kecuali terjadi inflamasi berat.

    b. Terapi keratitis virusDengan steroid topikal jika pasien merasa matanya tidak nyaman atau

    ketajaman penglihatan berkurang pada stage 3. Steroid tidak memperpendek

    perjalanan penyakit tapi dapat menekan inflamasi dari kornea sehingga lesi

    cenderung untuk kambuh jika terapi penggunaan steroid dihentikan dini.

    2.2.1.6 Konjungtivitis Molluscum contagiosum

    Molluscum adalah virus onkogenik yang dapat menimbulkan lesi padakulit dan mukus membran. Disebarkan melalui kontak erat yang biasanya

    menginfeksi anakanak dan dewasa muda. Molluscum juga merupakan infeksi

    yang sering didapat pada penderita AIDS. Penderita dengan manifestasi pada mata

    juga menunjukkan manifestasi pada bagian tubuh lain.

    Tanda-tanda

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    14/24

    Pinggir kelopak mata terdapat nodul yang pucat, kecil, berminyak dan

    umbilcated. Sekret biasanya mukoid dan sedikit. Konjungtiva menunjukkan

    respon folikular pada lesi kelopak mata ipsilateral. Jarang sekali pasien dengan

    sistem pertahanan tubuh yang lemah membentuk nodul molluscum di konjungtiva

    bulbi. Pada kasus kronis, dapat terjadi keratitis yang dapat berlanjut menjadi

    pannus jika tidak diobati.

    Terapi

    Melibatkan destruksi dari lesi seperti eksisi sayat, krioterapi atau

    kauterisasi.

    2.2.1.7 Konjungtivitis jamur dan parasit

    Demodexmerupakan parasit komensal yang ada pada tubuh manusia pada

    keadaan normal. Pada slit-lamp sering terlihat parasit berbentuk batang dan

    lengket sekitar bulu mata atau terlihat seperti silinder lanjutan dari glandula

    sebaseous pada perbatasan kelopak mata. Organisma lain yang dapat hidup dalam

    lemak glandula kelopak mata adalah jamur yaituMalassessia furfur.

    Kutu dapat menyerang dalam jumlah yang banyak dan mendatangkan

    masalah pada kelopak mata dan bulu mata, misalnya seperti peduculosis dan

    phthiriasis. Gejalanya gatal dan injeksi adalah minimal. Tanda penting adalah

    ditemukan kutu dewasa, nifa, telur dan debris dengan darah kering pada kelopak

    mata dan bulu mata. Dapat ditemukan adanya folikel konjungtiva. Kutu dan

    telurnya dapat diangkat secara mekanik dengan menggunakan forsep. Salep mata

    (erithromycin atau bacithracin) dapat dioleskan pada kelopak mata 3 kali sehari

    selama 10 hari untuk menghancurkan kutu dan nimfa. Anti kutu baik lotion atau

    sampo pada daerah di luar mata untuk pasien dan orang-orang terdekat. Baju danalas tidur harus direndam dalam air panas untuk membunuh kutu-kutu tersebut.

    2.2.1.8 Keratokonjungtivitis vernal

    Merupakan inflamasi okular eksternal yang rekuren dan mengenai kedua

    mata terutama pada anak laki-laki dan dewasa muda yang tinggal di kawasan

    dengan udara kering dan panas. Keratokonjungtivitis vernal merupakan suatu

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    15/24

    kelainan alergi yang melibatkan Ig E dan mekanisme imun cell-mediated.

    pasien mempunyai riwayat atopi dalam keluarga. Pasien mempunyai riwayat asma

    dan ekzema pada usia masih bayi. Onset paling sering setelah usia 5 tahun dan

    sembuh sendiri pada saat menjelang pubertas, jarang berlanjut sehingga melewati

    usia 25 tahun.

    Gejala klinis

    Gejala paling utama adalah gatal pada mata yang dapat berhubungan

    dengan lakrimasi, fotofobia, sensasi bendasing dan terbakar. Terdapat sekret

    mukus dan ptosis. Terdapat 3 tipe yaitu tipe palpebra, tipe limbal dan tipe

    campuran. Tanda-tanda pada tipe limbal lebih terlihat pada ras berkulit gelap dan

    tipe lainnya dapat dilihat pada ras berkulit cerah.

    Tanda klinis

    a) Tipe palpebra

    Terdapat hipertrofi papil difus, paling jelas di tarsus superior. Papil besar dengan

    permukaan yang rata dan bersegi menyerupaicobblestones.

    b) Tipe limbal

    Terdapat nodul mukoid menyebar sekitar limbus dengan bintik superfisial putih

    diskret (Trantas dots) yang mengandung banyak eosinofil di apeks dari lesi.

    c) Keratopati

    Gambaran klinis pada keratopati pada awalnya akan terlihat sebagai erosi

    pungtata epitelial melibatkan kornea superior. Kemudian apabila berlanjut

    menjadi ulkus terlihat seperti infiltrat putih-abu berbatas tegas (Shields

    ulceration) yang dapat diperberat dengan keratitis bakterialis, jarang perforasi.

    Plak dapat terbentuk apabila dasar dari ulkus bergabung dengan mukus yangkering menyebabkan defek pada pembasahan air mata, mengelakkan reepitelisasi,

    memudahkan predisposisi terhadap sikatriks subepitelial dan vaskularisasi. Dapat

    juga terlihat adanya pseudogorontoxon yang merupakan arkus senilis dengan

    gambaran seperti cupid bow pada segmen limbus yang terkena inflamasi

    sebelumnya.

    Terapi

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    16/24

    Pasien diterapi sebagai konjugtivitis alergi ditambah sodium chromolyn

    tetes 4% 4 kali sehari, lodoxamide 0,1% 4 kali sehari. Bila terdapat Shields

    ulceration dapat diterapi dengan

    a. Steroid topikal misalnya flurometolon atau prednisolon asetat 1% ataudeksametasonesalep 0,1% 4 sampai 6 kali perhari.

    b. Mast cell stabilizers misalnya seperti nedokromil b.d dan lodoxamide q.i.duntuk terapi profilaksis yang mengurangkan penggunaan steroid. Obat ini

    tidak mempunyai efek samping seperti steroid maka dapat digunakan dalam

    jangka waktu lama tapi tidak efektif untuk mengontrol eksaserbasi akut.

    c. Antihistamin.d. Acetylcysteine0.5% mempunyai efek mukolitik.e. Operasi jika terapi medikamentosa tidak berhasil untuk Shields ulceration

    yang berat yang melibatkan debridemen, keratektomi superfisial, penggunaan

    laser juga transplantasi supaya terjadi reepitelialisasi.

    KONUNGTIVITIS IMUNOLOGIS

    Immediate humoral hypersensitivity reaction

    Konjungtivitis Alergi.Konjungtivitis yang berasosiasi dengan hay fever (rinithis

    alergik). Perasaan gatal, berair dan mata merah. Sering kali penderita merasa

    matanya seperti tenggelam kedalam jaringan sekitar "sinking into the surrounding

    tissue. Pada pemeriksaan fisik ditemukan injeksi konjungtiva tarsal dan bulbar,

    chemosis (pembengkakan konjungtiva), ropy discharge ( terlebih jika penderita

    mengucek matanya), mugkin terjadi konjungtivitis papiler bila allergen masih ada.

    Pengobatan dengan topical antihistamine-vasoconstrictor. Hindari pencetus

    (antigen). Kompres dingin dan antihistamin oral membantu menghilangkan gatal.Keratoconjugtivitis Vernal. Dikenal juga dengan konjungtivitis musim panas.

    Bilateral. Dimulai pada usia prepuber (5 10 tahun). Sering terjadi pada laki

    laki. Penyebab belum diketahui pasti, tapi kebanyakan penderita konjungtivitis

    veneral, juga memiliki alergi terhadap serbuk bunga.

    Penderita mengalami gatal yang ekstrim dan ropy discharge. Sering kali ditemui

    dengan riwayat keluarga yang juga memiliki alergi.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    17/24

    Penampakan konjungtiva seperti susu, ada banyak papilla di konjungtival tarsal,

    terutama di bagian superior ada papilla raksasa sehingga tampak seperti

    cobblestone, polygonal dengan atap yang rata dan mengandung lempeng kapiler.

    Sekretnya tipis dan lengket, fibrinous pseudomembrane pada superior tarsus,

    papilla di sekitar limbus disertai pseudogerontoxon. Titik Trantas (titik berwarna

    putih di limbus) juga sering ditemui. Dengan pewarnaan Giemsa dapat terlihat

    eosinophil dan granul bebasnya pada apus dari eksudat atau titik Trantas.

    Micropannus (hanging flap of tissue) di palpebral atau limbal vernal

    keratokonjungtivitis. Bisa berasosiasi dengan keratoconus.

    Konjungtivitis vernal merupakan penyakitself-limiting. Terapinya simptomati dan

    dalam jangka pendek, berupa topical dan sistemik steroid untuk menghilangkan

    gatal, Efek samping penggunaan obat ini berupa glaucoma, katarak, dan infeksi

    lainnya.

    Vasokonstriktor, kompres dingin, dan beristirahat ber ac akan membuat pasien

    lebih nyaman. Rekurensi mungkin terjadi, juga staphylococcal blepharitis dan

    konjungtivitis sebagai komplikasi.

    Keratoconjungtivitis Atopik. Biasa penderita juga menderita atopic dermatitis.

    Penderita mengalami persaan seperti terbakar, mengeluarkan sekret mukoid, dan

    photophobia. Margo palpebra erytem, dan konjungtivanya tampak seperti susu.

    Papila di inferior tarsal dan tipis, tidak terlalu tampak. Pada kasus yang berat

    kornea akan keruh dan tervaskularisasi, kemudian ketajaman visual menurun.

    Penyakit ini bisa berasosiasi dengan keratokonus. Ada riwayat alergi pada

    penderita dan keluarganya.

    Terapi berupa pengkondisian lingkungan, topika mast-cell-stabilizer, oral

    antihistamin dan short - term NSAID. Jika diperlukan plasmapheresis atauimunosupresi. Jika komplikasi sudah mencapai kornea makan diperlukan

    transplantasi kornea.

    Giant papillary konjunctivitis. Biasanya pada pasien yang menggunalan mata

    plastik buatan atau kontak lensa. Mungkin karena basophil-rich delayed

    hypersensitivity, atau karena Ig E. Penyembuhannya dengan mengganti kontak

    lens plastic dengan kaca mata. Namun jika tetap ingin menggunakan kontak lens,

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    18/24

    maka perharikan kandungan kontak lense, kebersihan kontak lense dengan

    disinfeksi hydrogen peroxida atau secara enzimatis. Bisa juga dengan

    menggunakan kontak lense sekali pakai dengan menggantinya setiap hari. Jika

    terapi tidak berhasil jangan dilanjutkan.

    Delayed hypersensitivity reaction

    Phlyctenulosis. Delayed hypersensitivity yang terjadi akibat adanya protein

    mikrobial yang dighasilkan tubercle bacillus, staphylococcus species, Candida

    albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptius, and Chlamydia

    trachomatis.

    Bermula dari lesi dengan diameter 13 mm, keras, merah, timul dan hyperemis.

    Biasanya di kimbus, biasanya berbentuk triangular, dengan apex di kornea. Pada

    hari ke 10 12 akan muncul area berwarna putih- keabuan yang nantnya akan

    pecah. Jika berada di kornea maka phlyctenulosis akan menyebabkan jaringan

    parut, tidak pada konjyngtiva.

    Biasanya penderita juga mengeluhkan photophobia, iritasi, dan berair.

    Terapi dengan kortikosteroid oral untuk gejala akut, akan mengurangi gejala

    dalam 24 jam. Topical antibiotic dibutuhkan. Jika dibutuhkan perbaikan pada

    jaringan parut dicornea maka lakukan transplantasi kornea

    Mild conjunctivitis secondary to contact blepharitis. Biasanya penggunaan

    atropine, neomycin, broadspectrum antibiotic topical menyebabkan hyperemia,

    hipertropi papilla, sedikit skret mukoid, dan beberapa iritasi. Pada pewarnaan

    giemsa dari hasil kerokan, bisa ditemukan sel epithelia yang berdegenerasi, sel

    PMN dan monuclear, tidak ada eosinofil.

    Terapi menghentikan penggunaan obat obatan, bisa diganti dengan

    corticostreroid, tapi tidak boleh terlalu lama.

    KONJUNGTIVITIS AKIBAT PENYAKIT AUTOIMMUN

    Keratokonjungtivitis Sicca (Berasosiasi dengan Sjogrens Syndrome).

    Sindroma Sjogren berupa konjungtivitis sicca, xerostomia, dan arthritis. Sindroma

    ini biasa terjadi pada perempuan menopause.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    19/24

    Karakterisktik berupa konjungtiva hiperemis, sekresi mata yang mucoid, lesi

    epitel seperti jerawat disetengah daerah bawah kornea. Nyeri yang muncul di

    siang dan sore hari, dan hilang dipagi hari.

    Terapi dengan penggunaan air mata buatan, menghilangkan obstruksi di pungta,

    dan mengatur kelembaban ruangan. Sedian dosis rendah kortikosteroid dan

    siklosporin topical memberikan efektifitas pada konjungtivitis ini.

    Cicatrical Phemphigoid. Non spesifik konjungtifitis kronis, yang resiten

    terhadap terapi. Adanya sikatrik yang progresif mencapai forniks, disertai

    entropion dan trichiasis. Juga terdapat gejala nyeri, iritasi, rabun. Pada wanita

    terjadi lebih berat, progresifitas cepat dan bisa menyebabkan kebutaan, sedangkan

    pada laki laki progresinya lambat, dan cenderung membaik dengan spontan.

    Terapi oral dapsone dan immunosuppressive (eg, cyclophosphamide). Jika tidak

    segera ditangani, maka prognosinya buruk, bisa menyebabkan kebutaan.

    KONJUNGTIVITIS KIMIA DAN IRITASI

    Konjungtivitis iatrogenic dari penggunaan obat topical. Suatu konjungtivitis

    folikular atau infiltrative, akibat penggunaan obat mata dalam jangka panjang.

    Obat obatan ini berupa dipivefrin, miotics, idoxuridine, neomycin dan obat

    lainnya yang bersifat toksik dan mengiritasi. Pada pemeriksaan kerok konjungtiva

    seringkali ditemykan sel epitel keratin, sel PMN, dan sering kali oddly shaped

    cell. Tatalaksana berupa menghentikan penggunaan obat obatan. Reaksi

    inflamasi akan hilang dalam beberapa minggu atau bulan.

    Konjungtivitis okupasi dari kimia dan iritan. Zat kimia atau iritan dapat rupa,

    asam, basa, asap, angin, kabut, sabun, deodorant, hair spray, mascara. Tidak adatata laksana khusus tapi dapat mata merah dan iritasi akan terjaid secara kronis.

    Zat asam akan segera mendenaturasi protein, sehingga gejla akan muncul

    secepatnya. Sedangkan zat basa, akan terpenetrasi dalam, kemudian berikatan

    dengan komponen konjungtiva dan akan merusak dalam waktu berjam jam

    sampai berhari hari, bergantung kadarnya. Sikatrik lebih sering terjadi pada

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    20/24

    kornea yang terpapar zat basa. Keadaan klinis berupa nyri, injeksi, photophobia,

    dan blepharospasm.

    Tatalaksana dengan irigasi menggunakan air dan larutan saline. Jika ada benda

    asing dikeluarkan. Bisa juga diberikan tetes mata steroid, ascorbat, dan citrate,

    sikloplegik, antiglaucoma. Lakuakn kompres dingin dan analgesic sistemis.

    Transplantasi kornea dibutuhkan jika muncul sikatrik pada kornea.

    Conjungtivitis rambut caterpillar (Ophtalmia Nodosum). Jarang terjadi.

    Rambut ulat bulu yang terpajan pada konjungtiva bisa menghasilkan baranyak

    granuloma (ophtalmia nodosum). Granuloma tampak seperti benda asing.

    Tatalakasana dengan mengiholangkan bulu, jika dibiarkan bisa menginvasi sclera

    dan traktus uvea.

    2. Konjungtiva karena sebab yang tidak diketahui

    2.1 Folikulosis

    Suatu kondisi non-inflamasi bilateral pada konjungtiva yang jinak dan

    menyebar dikarakterisasikan oleh hipertrofi folikel.Gejalanya minimal dan

    lebih banyak terjadi pada anak-anak. Folikel lebih banyak terdapat pada

    konjungtiva inferior. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kemungkinan

    merupakan manifestasi dari hipertrofi adenoid yang general. Tidak ada

    pengobatan untuk folikulosis. Biasanya hilang spontan setelah 2-3 tahun.

    2.2 Konjungtivitis Folikular Kronis

    Merupakan konjungtiviitis bilateral yang menular pada anak-anak,

    dikarakterisasikan dengan adanya folikel-folikel pada konjungtiva tarsal

    inferior dan superior. Inflamasinya bersifat minimal dan sedikit eksudat yangdihasilkan. Penyakitnya sembuh sendiri dalam 2 tahun.

    2.3 Ocular Rosacea

    Komplikasi dari acne rosacea dan sering terjadi orang berkulit putih.

    Pembuluh darah pada batas kelopak mata berdilatasi dan konjungtiva

    hiperemis, terutama pada bagian interpalpebra yang terekspos. Kadang

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    21/24

    muncul nodul keabuan di dekat limbus. Pemeriksaan mikroskopis dari nodul

    menunjukkan adanya sel epitel dan limfosit.

    Pengobatan untuk Ocular rosacea diantaranya dengan menghindari

    makanan panas dan pedas, alkohol yang mengakibatkan pelebaran pembuluh

    darah wajah. Infeksi sekunder dari streptokokus harus diobati. Pengobatan

    dengan menggunakan tetrasiklin atau doksisiklin sangat membantu.

    Penyakit ini merupakan penyakit kronis, dimana sering terjadi

    rekurensi, dan respon terhadap pengobatan biasanya tidak bagus. Prognosis

    penglihatan bagus jika korne atidak terlibat.

    2.4 Psoriasis

    Psoriasis vulgaris biasanya terdapat pada kulit yang tidak terpapar sinar

    matahari, tapi pada 10% kasus, lesi muncul pada kulit kelopak mata, dan plak

    nya bisa menyebar ke konjungtiva sehingga mengakibatkan iritasi, sensasi

    benda asing, dan mata berair. Psoriasis juga dapat mengakibatkan

    konjungtivitis dengan sekret mukoid.

    2.5 Erythema Multiforme Major

    Eritema multiforma merupakan penyakit pada membran mukosa dan

    kulit. Konjungtivitis bilateral merupakan manifestasi yang sering terjadi.

    Pasien juga mengeluhkan sakit, iritasi, sekret dan fotofobia.

    Sediaan konjungtiva menunjukkan sel polimorfonuklear dan negatif

    bakteri. Konjungtiva harus sering dibersihkan untuk menghilangkan sekret

    yang terakumulasi. Trikiasis dan entropion harus dikoreksi jika terjadi.

    2.6 Dermatitis Herpetiformis

    Merupakan kelainan kulit yang jarang terjadi. Karakteristiknya adalah

    adanya kumpulan eritema papilovesikular yang simetris. Predileksi terjadipada lipatan aksilari posterior, regio sakral dan lengan. Gatal terasa sangat

    hebat. Kadang terjadi konjungtivitis pseudomembranosa yang mengakibatkan

    sikatriks. Dapat diobati dengan sulfapiridin sistemik.

    2.7 Epidermolysis Bullosa

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    22/24

    Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dikarakterisasikan

    oleh adanya vesikel, bula dan kista epidermal. Dapat juga mengakibatkan

    skar pada konjungtiva yang mirip dengan dermatitis herpetiformis.

    2.8 Keratokonjungtivitis Limbus Superior

    Keratokonjungtivitis limbus superior biasanya bilateral dan terbatas

    pada tarsus superior dan limbus superior. Gejala yang paling utama adalah

    iritasi dan hiperemia. Gejala yang lain berupa hipertrofi papilar tarsus

    superior, keratitis epitel, penebalan dan keratinisasi limbus dan mikropanus

    superior. Alat diagnosis yang berguna adalah pewarnaan Rose bengal.

    Pengobatan dengan cara mengaplikasikan 0,5% atau 1% perak nitrat pada

    konjungtiva palpebral superior biasanya mengakibatkan pengelupasan sel

    keratin dan gejala membaik pada minggu ke 4-6. Tidak terjadi komplikasi.

    2.9 Konjungtivitis Ligneous

    Merupakan konjungtivitis pseudomembranosa bilateral, kronis atau

    rekuren yang jarang terjadi. Kebanyakan terjadi pada awal kehidupan dan

    terutama menyerang perempuan. Dapat muncul granuloma, dan kelopak mata

    terasa sangat keras. Pengobatan yang efektif adalah dengan menggunakan

    siklosporin.

    2.10 Sindrom Reiter

    Manifestasi dari sindrom Reiter adalah triad dari uretritis, artritis dan

    konjungtivitis. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada laki-laki. Tipe

    konjungtivitisnya adalah papilari dan bilateral. Penggunaan NSAID dirasakan

    cukup efektif untuk pengobatan. Penyakit ini berhubungan dengan antigen

    HLA-B27.

    2.11 Kawasaki DiseaseMerupakan penyakit dengan enam tanda diagnostik : (1) demam yang

    tidak responsif terhadap antibiotik; (2) perubahan pada bibir dan rongga

    mulut; (3) Perubahan pada tungkai seperti kemerahan dan edema; (4)

    Eksantem polimorfous pada batang tubuh; (5) bengkak akut nonpurulen pada

    limfa servikal; (6) konjungtivitis.

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    23/24

    Penyakit ini terutama terjadi pada anak-anak prepubertal dengan

    tingkat mortalitas 1-2% karena gagal jantung. Pengobatan dengan terapi

    suportif.

    6. Konjungtivitis yang Berasosiasi dengan Penyakit Sistemik

    Pada penyakit Grave, konjungtiva dapat menjadi merah, kemosis dan

    berair. Jika penyakitnya bertambah, kemosisnya meningkat dan bahkan

    menonjol dari kelopak mata. Pengobatan difokuskan pada pengobatan

    penyakit tiroidnya sendiri. Dapat dilakukan upaya-upaya untuk melindungi

    kornea dan konjungtiva dengan mengoleskan ointment. Dekompresi orbit

    mungkin diperlukan jika kelopak mata tidak dapat menutupi kornea dan

    konjungtiva.

    Pasien dengan penyakit gout juga sering mengeluhkan adanya gejala

    mata panas. Pada pemeriksaan ditemukan konjungtivitis ringan. Gout juga

    dapat berasosiasi dengan skleritis, iridoskleritis, keraititis urika dan retinopati.

    Pengobatan difokuskan pada kontrol gout dengan kolkisin dan alopurinol.

    Pada penyakit kanker, konjungtiva kadang membengkak dan sianotik

    karena sekresi serotonin oleh sel kromafin dari saluran cerna. Pasien dapat

    mengeluhkan mata panas saat serangan.

    7. Konjungtivitis karena Penyakit Degeneratif

    a. Pinguekula

    Pinguekula sering terjadi pada orang dewasa. Kenampakannya adalah

    nodul kuning pada kedua sisi kornea (lebih sering pada bagian nasal) pada

    area palpebra. Nodul terdiri dari hialin dan jaringan elastik kuning, yangukurannya jarang membesar, tapi sering terjadi inflamasi. Secara umum,

    tidak diperlukan pengobatan, tapi pada beberapa kasus bisa diberikan

    steroid topikal lemah (prednisolon 0,12%).

    b. Pterigium

    Adalah perpanjangan triangular dari pinguekula menuju kornea,

    biasanya bilateral pada bagian nasal. Pterygium terjadi karena proses iritasi

  • 7/22/2019 CSS Konjungtivitis

    24/24

    yang kronis dari cahaya UV, lingkungan yang kering dan berangin.

    Temuan patologisnya sama dengan pinguekula. Pada kornea, terdapat

    jaringan hialin dan elastik yang menggantikan lapisan Bowman.

    Operasi harus dilakukan jika pterygium membesar dan menutupi

    area pupil. Untuk mencegah rekurensi, gunakan kacamat protektif saat

    bekerja di luar ruangan.

    8. Konjungtivitis karena Dakriosistitis atau Kanalikulitis

    Konjungtivitis karena dakriosistitis biasanya berhubungan dengan

    konjungtivitis pneumokokus (biasanya unilateral dan tidak responsif terhadap

    pengobatan) dan konjungtivitis streptokokus beta hemolitikus (biasanya

    hiperakut dan purulen).

    Konjungtivitis karena kanalikulitis biasanya unilateral, mukopurulen

    dan kronis. Apusan dari konjungtiva menunjukkan dominasi sel

    polimorfonuklear. Kultur biasanya negatif. Infeksi biasanya disebabkan oleh

    Actinomyces israelii yang membutuhkan media aerob.

    Mata Merah

    Pemeriksaan

    visus

    Penglihatan(Subjektif)

    Normal

    Merah merata(difus)

    Konjungtivitis Skleritis

    Merahterlokalisasi

    Episcleritis