Makalah Kimia Dasar II

28
MAKALAH KIMIA DASAR II “ SISTEM KOLOID” DI SUSUN OLEH NAMA : MARTHA RIANNA NIM : 1103111982 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of Makalah Kimia Dasar II

Page 1: Makalah Kimia Dasar II

MAKALAH KIMIA DASAR II

“ SISTEM KOLOID”

DI SUSUN OLEH

NAMA : MARTHA RIANNA

NIM : 1103111982

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

2012

Page 2: Makalah Kimia Dasar II

KATA PENGANTAR

Page 3: Makalah Kimia Dasar II

DAFTAR ISI

Page 4: Makalah Kimia Dasar II

DAFTAR TABEL

Page 5: Makalah Kimia Dasar II

PETA KONSEP

terdiri atas

dibuat dengan cara menunjukkan sifat terdiri atas

yaitu dengan yaitu dengan

Campuran

Koloid Campuran heterogen

Campuran homogen (larutan )

- Efek Tyndal- Gerak Brown- Adsorpsi- Elektroforesis- Koagulasi- Koloid Pelindung

Kondensasi Dispersi

- Reaksi hidrolisis- Reaksi Reduksi- Reaksi oksidasi

- Cara mekanik- Cara peptisasi- Cara busur bredig

Fase terdispersi Medium pendispersi

Page 6: Makalah Kimia Dasar II

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai

bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita

makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga

berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid

sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.

Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan

campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya

saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air

panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es

krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan

contoh koloid.

Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur)

dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut

merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh

tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi

untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam

selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan

sistem koloid.

Page 7: Makalah Kimia Dasar II

BAB II

PEMBAHASAN

a. Larutan, Koloid dan Suspensi

1. Larutan

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen ( serba sama ) pada setiap bagiannya.

Selain itu, Larutan juga merupakan sistem dispersi ( campuran suatu zat dengan zat lain dimana zat-

zat tersebut tersebar secara merata di dalamnya ) dengan ukuran partikel sangat kecil sehingga tidak

dapat dibedakan antara partikel pendispersi dan partikel terdispersinya meski menggunakan

mikroskop dengan pembesaran tinggi. Ukuran partikel penyusun larutan adalah kurang dari 1

nanometer. Larutan tersusun atas zat terlarut dan pelarut. Contoh larutan garam dapur tersusun atas

garam sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarut.

2. Koloid

Koloid adalah campuran yang sifatnya terletak antara larutan dan suspensi. Koloid berasal

dari kata kolia yang dalam bahasa Yunani berarti lem. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau

sistem koloid merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar daripada larutan

tetapi lebih kecil daripada suspensi. Ukuran partikelnya adalah satu sampai 100 nanometer. Contoh

koloid diantaranya susu, santan, mentega, dan agar-agar.

3. Suspensi

Suspensi adalah campuran kasar. Suspensi adalah sistem dispersi dengan partikel yang

berukuran relatif lebih besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Umumnya suspensi

merupakan campuran heterogen. Ukuran partikel penyusun suspensi adalah lebih dari 100

nanometer. Contoh diantaranya adalah suspensi tanah dan air atau air sungai yang keruh.

Page 8: Makalah Kimia Dasar II

Secara ringkas perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 1. Perbedaan antara Larutan, Koloid dan Suspensi

Larutan Koloid SuspensiDiameter partikel <1 nanometer

Diameter partikel 1 sampai 100 nanometer

Diameter partikel >1 nanometer

Jernih Keruh KeruhTidak terjadi pemisahan( pengendapan ) jika didiamkan

Tidak terjadi pemisahan( pengendapan ) jika didiamkan

Terjadi pemisahan( pengendapan ) jika didiamkan

Terdiri atas satu fase Terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium pendispersi

Terdiri atas dua fase

Partikel zat terlarut tidak terlihat pada mikroskop ultra

Partikel fase terdispersi terlihat pada mikroskop ultra

Partikel zat tersuspensi terlihat oleh mata atau mikroskop biasa

Partikel zat terlarut tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan

Partikel fase terdispersi dapat dipisahkan dengan membran semipermeable

Partikel zat tersuspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan

Berbentuk ion, molekul kecil Molekul besar, partikel Partikel besar

b. Jenis Koloid

Seperti yang sudah diketahui bahwa wujud ( fase ) benda terdiri dari padat, cair, dan gas.

Tiap wujud tersebut dapat menjadi medium pendispersi atau fase terdispersi, kecuali untuk gas. Gas

sebagai fase terdispersi pada medium pendispersi gas tidak membentuk koloid. Gas dengan gas

merupakan campuran yang homogen. Fase terdispersi adalah partikel-partikel yang didespersikan,

sedangkan medium pendispersi adalah media atau tempat fase terdispersi didispersikan.

Berdasarkan hal tersebut, sistem koloid dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum

dalam tabel 2.

Tabel 2. Beberapa Jenis Dispersi Koloid

Fase Terdispersi Medium Pendispersi Fase Koloid Nama Koloid ContohGas Cair Cair Busa/Buih Busa sabun, ombakGas Padat Padat Busa padat Karet busa, batu apungCair Gas Gas Aerosol cair Embun, AwanCair Cair Cair Emulsi Susu, Santan, Minyak

ikanCair Padat Padat Emulsi padat Mentega, Keju, MutiaraPadat Gas Gas Aerosol padat Asap dan debuPadat Cair Cair Sol Cat, kanji, tintaPadat Padat Padat Sol padat Paduan logam

( kuningan, perunggu ), kaca berwarna

Page 9: Makalah Kimia Dasar II

Dari tabel diatas, perlu diingat bahwa :

1. Emulsi : Sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinya berupa

zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat.

2. Sol : Sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa

zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat, disebut sol padat.

3. Busa : Sistem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersinya berupa

zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat disebut busa padat.

4. Aerosol : Sistem koloid yang medium pendispersinya berwujud gas, sedangkan fase terdispersi

nya berupa zat cair atau zat padat.

c. Sifat-Sifat Koloid

Sistem kolid mempunyai sifat khas, yaitu Efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, koagulasi,

elektroforesis, dan koloid pelindung.

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah terhamburnya berkas cahaya oleh partikel koloid. Hal ini disebabkan

karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall

(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall

adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri)

disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada

sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel

koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.

Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi

hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

Dalam kejadian sehari-hari, efek Tyndall dapat kita lihat dalam peristiwa berikut.

1. Cahaya matahari jelas sekali berkasnya di sela-sela pohon yang sekitarnya berkabut. Juga berkas

cahaya matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang banyak asapnya.

2. Berkas cahaya proyektor tampak jelas di gedung bioskop yang banyak asap rokoknya.

3. Sorot cahaya mobil berkasnya tampak jelas pada daerah yang berkabut.

Page 10: Makalah Kimia Dasar II

2. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak

menentu (gerak acak/tidak beraturan). Selain itu Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dengan

lintasan lurus dan arah yang acak yang terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi

terhadap partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Jika kita amati koloid

dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak

membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat

senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan

gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat (tidak termasuk gerak brown ).

Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel

akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut

berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi

cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan

perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian

pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini

menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam

campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.

Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-

partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya

semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown

semakin lambat.

3. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid,

Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk ditempeli partikel-partikel kecil.

Selain itu, Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan

partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel-partikel sol

padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan

terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi.

Page 11: Makalah Kimia Dasar II

Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas

permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki kemampuan

untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan

(kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3

bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif

karena permukaannya menyerap ion S2.

- Muatan koloid sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki

muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid.

Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem

koloid secara keseluruhan bersifat netral. Berikut penjelasan tentang sumber muatan koloid,

kestabilan, lapisan bermuatan ganda, elektroforesis koloid sol, dan proses – proses lainnya pada

koloid sol :

a. Sumber muatan koloid sol

Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu :

Proses adsorpsi

Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis

muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk

mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol

As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.

Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+

sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI-

sehingga bermuatan positif.

Proses ionisasi gugus permukaan partikel

Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada

pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/ deterjen.

Berikut penjelasannya:

1. Koloid protein

Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH)

dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein.

Page 12: Makalah Kimia Dasar II

Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi,

gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus – COO-. Pada ph intermediet

partikel protein bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.

2. Koloid sabun dan deterjen

Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran

koloid yang disebut misel. Zat yang molekulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase

pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.

Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+. Anion R-COO- terdiri dari gugus R-

yang bersifat non polar. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga akan

terorientasi ke pusat.

b. Kestabilan koloid

Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu

sebagai berikut :

Gaya pertama ialah gaya tarik – menarik yang dikenaln dengan gaya London – Van der

Waals. Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan

akhirnya mengendap.

Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan

ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid

menjadi stabil.

Gaya ketiga ialah gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium

pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan

gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid.

Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium

pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan

menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.

Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.

Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di

sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol

Fe(OH)3.

Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik

pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi

minyak dan air.

Page 13: Makalah Kimia Dasar II

c. Lapisan bermuatan ganda

Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang didapatkannya

dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan larutan

yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang

berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.

Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion dengan

muatan berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi

dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda

tersebut tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan

bersifat netral.

4. Elektroforesis

Elektroforesis adalah peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Sistem ini

digunakan dalam penyaringan debu pada cerobong asap pabrik yang disebut pesawat Cottrel. Selain

itu, elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid

bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel–

partikel koloid dalam medan listrik ke masing–masing elektrode.

5. Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan

terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami

koagulasi dengan cara:

1. Mekanis : Menggumpalkan koloid dengan pemanasan, pengadukan, dan pendinginan. Proses ini

akan mengurangi jumlah air atau ion disekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap.

Misalnya :

- Bila larutan dari protein yang merupakan sistem koloid dipanaskan maka protein akan

menggumpal.

- Koloid agar-agar dalam air akan menggumpal bila dipanaskan.

2. Fisis : Contoh penggumpalan koloid secara fisis adalah penggunaan alat cottrel. Asap atau debu

dari cerobong pabrik dapat digumpalkan dengan alat listrik atau cottrel. Alat cottrel biasanya dapat

dipakai pada cerobong asap di industri-industri besar, untuk menggumpalkan asap dan debu sebagai

partikel koloid. Hal itu bertujuan untuk mengurangi pencemaran asap dan debu yang berbahaya.

Page 14: Makalah Kimia Dasar II

Caranya adalah asap atau debu sebelum keluar dari cerobong asap dilewatkan pada cottrel. Alat itu

terdiri dari dua pelat elektrode listrik yang bertegangan tinggi, yaitu elektrode positif untuk menarik

koloid yang bermuatan positif. Bila sudah jenuh elektrode tersebut dibersihkan.

3. Kimia : Cara ini dilakukan dengan menambahkan zat elektrolit bermuatan lawan ke dalam koloid

sehingga koloid akan menggumpal. Contohnya :

- Getah karet ( lateks ) akan menggumpal bila diberi asam semut (formiat) atau diberi cuka

- Pembentukan delta di muara sungai. Sistem koloid dalam air sungai bercampur elektrolit NaCl

dan garam-garam lain dari air laut, sehingga membentuk endapan.

6. Koloid Pelindung

Koloid juga merupakan sistem dispersi yang kurang stabil. Untuk menstabilkannya dapat

dilakukan dengan menghilangkan muatan koloid atau menambahkan stabilisator koloid seperti

emulgator atau koloid pelindung. Koloid pelindung merupakan sifat koloid yang dapat melindungi

koloid lain. Koloid pelindung membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid, sehingga melindungi

muatan partikel koloid tersebut,

Contoh :

- Tinta tidak mengendap karena dicampur dengan koloid pelindung

- Pada pembuatan es krim dicampurkan gelatin sebagai koloid pelindung, yang berguna mencegah

pengkristalan es.

- Susu tidak menggumpal karena terdapat kasein dalam susu sebagai koloid pelindung. Jika kasein

dalam susu rusak maka susu akan menggumpal.

Gelatin dan kasein pada contoh diatas merupakan koloid pelindung.

d. Pemurnian koloid

1. Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses

dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi

permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan

tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah. Prinsip dialysis ini

digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya tidak berfungsi lagi. Dalam tubuh,

ginjal berfungsi sebagai alat dialisis darah.

Page 15: Makalah Kimia Dasar II

2. Elektrodialisis

Pada dasarnya proses ini adalah proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik. Cara

kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput

semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan

bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik

akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk

memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.

3. Penyaring Ultra

Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas

saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring

tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering

berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.

Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan

harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di

kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan

menggunakan penyaring ultra bertahap.

e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita

mengenal dua macam koloid :

Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia =

senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di

sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.

Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak

mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.

Ciri – cirinya:

1. Sol Liofil

- Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya

- Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan

- Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi,

yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga

menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung

Page 16: Makalah Kimia Dasar II

- Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi

- Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit

- Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat

diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.

- Memberikan efek Tyndall yang lemah

- Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali

2.Sol Liofob

- Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya

- Memiliki muatan positif atau negative

- Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh

dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik

- Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi

- Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan

- Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol

- Memberikan efek Tyndall yang jelas

- Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel

e. Pembuatan Sistem Koloid

1. Cara Kondensasi

a. Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3

dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;

As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer; AgNO3 (ag)

+ HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b. Reaksi redoks

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan

melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

Page 17: Makalah Kimia Dasar II

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan

mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)

c. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan

larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

d. Reaksi pergantian pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi

yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;

- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti

etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol

sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi

sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid

dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.

- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu

dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan

terbentuklah koloid kalsium asetat.

2. Cara Dispersi

a. Cara mekanik

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses

penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan

untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:

- Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

Page 18: Makalah Kimia Dasar II

b. Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu

endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat

pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut

tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit

FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya;

gelatin dalam air.

c. Cara busur bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan

Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai

elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)

sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik.

Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam

medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid.

Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan

sebagai metode dispersi.

Page 19: Makalah Kimia Dasar II

BAB III

KESIMPULAN

Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid juga

saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya

sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid

ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.

Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas

permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.

Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal,

misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid,

sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan

dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan

mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.

Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar

dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid

dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga

menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya

mengelmusikan lemak ke dalam air.

Page 20: Makalah Kimia Dasar II

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm

http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid

http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/

Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.

Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.

Ningsih, Sri Rahayu, dkk. Sains Kimia 2. Jakarta : Bumi Aksara.

Soedjono. Kimia 2. Jakarta : Erlangga.