MAKALAH KEWIRAUSAHAAN
-
Upload
primastya-yudha-oktara -
Category
Documents
-
view
65 -
download
1
Transcript of MAKALAH KEWIRAUSAHAAN
MAKALAH KEWIRAUSAHAAN
USAHA FRANCHISE & SISTEM BAGI HASIL
Disusun oleh:
Nama : Sri Lestari
NIM : 26010312130080
Prodi : PSP
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya manusia
yang memiliki daya saing tinggi. Selain menjalankan dalam bidang
pemerintahan, juga dalam bidang usaha yang nantinya akan memajukan negara
dan mengembangkan lapangan kerja yang baru bagi yang membutuhkan. Tetapi
banyak orang yang tidak memanfaatkan potensi yang ada dengan baik.
Alasan orang – orang memilih mejadi pengusaha adalah untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik karena dengan menjadi pengusaha berarti mereka
berani untuk menentukan jalan hidup yang mereke inginkan. Dengan menjadi
pengusaha mereka bebas berprofesi sebagai apa, dan juga mereka tidak takut
untung ataupun rugi karena itu sudah menjadi resiko seorang pengusaha. Jiak
usaha yang digeluti tersebut rugi maka mereka akan mudah bangkit kembali.
Usaha franchise adalah suatu usaha yang prinsip usahanya adalah pemberian
kebebasan kepada franchisee dengan cara pemberian hak sepenuhnya mengenai
hak merk ata hak kekayaan intelektual dengan perjanjian yang sudah ditentukan
oleh pemberi laba (franchisor) kepada pelaku waralaba. Biasanya ini dilakukan
dalam skala yang besar bahkan mencakup dunia internasional maupun domestik.
Pelaku waralaba biasanya bergerak individu atau perorangan.
Sistem bagi hasil adalah usaha yang hasilnya dibagi sesuai dengan peraturan
yang sudah ditentukan. Sistem ini biasanya diterapkan di bank – bank syariah
atau pun lembaga – lembaga yang bersifat sukarela. Sistem bagi hasil ini sudah
banyak digunakan di Indonesia, bahkan dengan aturan yang berbeda pula di luar
negeri pun sudah banyak ditemukan yang sistem pembagian modalnya dibagi
sesuai dengan ketentuan.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari usaha franchise?
b. Bagaimana cara menjalankan usaha franchise?
c. Apa kendala yang dialami selama menjalankan usaha franchise?
d. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
e. Sebutkan beberapa contoh kegiatan usaha franchise?
f. Apa pengertian dari sistem bagi hasil?
g. Bagaimana cara menjalankan sistem bagi hasil?
h. Apa kendala yang dialami selama menjalankan sistem bagi hasil antar
penjual dan pembeli?
i. Bagaimana mengatasi kendala tersebut?
j. Sebutkan beberapa contoh kegiatan sistem bagi hasil antar penjual dan
pembeli?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari usaha franchise;
b. Mengetahui cara – cara untuk menjalankan usaha franchise;
c. Mengetahui kendala yang dialami dalam menjalankan usaha franchise;
d. Mengetahui cara mengatasi kendala tersebut;
e. Mengetahu beberapa contoh usaha franchise;
f. Mengetahui pengertian dari sistem bagi hasil;
g. Mengetahui cara – cara untuk menjalankan sistem bagi hasil;
h. Mengetahui kendala yang dialami dalam menjalankan sistem bagi hasil;
i. Mengetahui cara mengatasi kendala tersebut; dan
j. Mengetahui beberapa contoh sistem bagi hasil.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Franchise
Bisnis waralaba (franchise) adalah trend bisnis masa depan dengan resiko
kegagalan yang kecil dimana pertumbuhannya sangat pesat dan memberi warna
tersendiri dalam perekonomian Indonesia. Perjanjian waralaba merupakan salah
satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan yang merugikan
pihak lain. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian waralaba, maka pihak
yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar sesuai dengan hukum yang
berlaku. Dalam hal ini Pemerintah telah berperan aktif di dalam membuat
peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan waralaba ini sebagai
bentuk perlindungan hukum dan jaminan kepastian hukum (Arifiah, 2008).
Perjanjian waralaba tersebut sah dan oleh karena itu perjanjian itu menjadi
undang – undang bagi mereka yang membuatnya, dan mengikat kedua belah
pihak dan perjanjian tersebut merupakan perjanjian baku timbal balik karena
masing – masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang
mengedepankan prinsip win – win solution yang saling menguntungkan.
Dapat disimpulkan, sebagai suatu transaksi yang melahirkan perjanjian,
waralaba selalu melibatkan dua pihak yang memiliki kepentingan yang berdiri
sendiri dan kadangkala bertolak belakang. Prinsip mencari keuntungan sebesar-
besarnya ini jugalah yang pada pokoknya menjadi sumber perbedaan kepentingan
dan perselisihan yang dapat terjadi di antara kedua belah pihak tersebut.
Keuntungan yang besar ini hanya dapat dicapai oleh kedua belah pihak jika antar
kedua belah pihak dapat menjalin sinergisme yang saling menguntungkan.
Selain menurut kacamata asing, di Indonesia juga berkembang definisi
franchise yang salah satunya dikemukakan oleh Asosiasi Franchise Indonesia
(AFI) yang menyatakan bahwa waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang
atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan
hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek,
nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu dan meliputi area tertentu. Sedangkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomer 42/ Tahun 2007 tentang waralaba menyatakan bahwa
waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan
dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau penemuan atau
ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan
atau penjualan barang dan jasa.
Usaha waralaba atau franchise memang memudahkan bagi pemula. Dengan
memiliki lisensi salah satu jenis waralaba, pebisnis pemula bisa belajar menjalani
usaha dengan mengenali pola dan risikonya. Meski begitu, jangan asal memilih
jenis usaha waralaba. Apalagi jika berinvestasi dengan didorong emosi. Lakukan
investigasi mendalam terhadap pilihan waralaba yang Anda minati.
1.2. Cara menjalankan bisnis franchise
Cara bisnis waralaba atau franchise adalah tinggal menyiapkan modal dan
keuletan usaha, maka tanpa harus keras berpromosi, usaha dengan sendirinya
sudah dikenal orang. Usaha waralaba atau franchise memang memudahkan bagi
pemula. Dengan memiliki lisensi salah satu jenis waralaba, pebisnis pemula bisa
belajar menjalani usaha dengan mengenali pola dan risikonya. Meski begitu,
jangan asal memilih jenis usaha waralaba. Apalagi jika berinvestasi dengan
didorong emosi. Lakukan investigasi mendalam terhadap pilihan waralaba yang
Anda minati.
Beberapa cara yang harus dilakukan dalam menjalankan usaha franchise
adalah sebagai berikut :
a. Menyiapakan suatu konsep bisnis yang matang. Konsep sangat penting
dalam sebuah usaha bisnis, karena ia akan menjadi pola dalam sistem
operasional sebuah bisnis.
b. Mempersiapkan tim bisnis yang kuat dan baik, mulai dari tim
management hingga karyawan dimana setiap level memahami dengan
baik sistem, berbagai masalah hukum dan etika serta hakikat dari sebuah
bisnis franchise.
c. Membuat dan menentukan nilai jual produk atau bisnis sebagai suatu
keunikan dibanding yang lain. Tanpa keunikan dan perbedaan dari yang
lain rasanya sulit bagi sebuah produk atau jasa untuk mengambil pasar.
d. Memastikan bahwa produk atau jasa dari bisnis tersebut distandarisasi,
bahan baku tidak sulit didapat, dapat dikerjakan dengan sistem, dan
mudah dikerjakan.
e. Membuat sistem semudah mungkin bagi operasional sehingga mudah
diajarkan. Semakin simple semakin mudah dan semakin sukses.
f. Membuat usaha atau bisnis tersebut mudah diduplikasi orang lain kepihak
yang lain.
g. Mendaftarkan merk usaha dan hak cipta untuk melindungi usaha dari
berbagai tindakan yang tidak baik dari pihak yang tidak bertanggung
jawab.
h. Membuat berbagai paket investasi yang menarik bagi calon investor
dengan return secepat mungkin namun tetap reliable dan realistis.
i. Mendaftarkan waralaba di Departemen Perdagangan untuk mendapatkan
STPW (surat tanda pendaftaran waralaba) dan jangan lupa bergabung ke
asosiasi franchise yang ada. Seperti Asosiasi Franchise Indonesia dan
Perhimpunan Wralaba dan Lisensi Indonesia (Wali).
j. Memasarkan melalui Franchise Expo atau pasang ikalan di media.
Perjanjian waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada
para pihak dari perbuatan yang merugikan pihak lain. Jika salah satu pihak
melanggar isi perjanjian waralaba, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak
yang melanggar sesuai dengan hukum yang berlaku.
1.3. Kendala berjalannya usaha franchise
Setiap sistem bisnis memiliki kekuatan dan kelemahan, namun jika dilakukan
dengan benar apapun sistemnya akan menghasilkan kemakmuran serta
kesuksesan. Membangun sistem bisnis secara tradisional atau sendiri mempunyai
kelebihan dalam hal pengaturan yang dapat disesuaikan dengan keinginan pemilik
bisnis, sedangkan kekurangannya, sistem bisnis belum berjalan, pasar belum ada,
sehingga sering terjadi bisnis yang baru dibangun akhirnya gagal. Bisnis apapun
yang digeluti oleh seorang wirausahawan, mereka berkeinginan agar bisnisnya
dapat meraih laba serta pertumbuhan usaha meskipun dalam upaya meraih laba
dan partumbuhan usaha tersebut senantiasa dibayang - bayangi oleh resiko dan
penuh dengan ketidakpastian yang kemungkinan akan terjadi. Pada umumnya
sangat sulit untuk menemukan seorang wirausahawan yang juga memiliki
managerial skill, keahlian yang yang sangat mendalam dalam suatu bidang
tertentu, mampu mengelola berbagai sumber daya perusahaan secara sinkron.8
Biasanya butuh waktu lama ( lebih dari 5 tahun ) untuk dapat membangun sebuah
sistem yang baik.
Bisnis waralaba dari dulu sampai saat ini telah mengalami banyak
perkembangan dalam berbagai jenis. Namun di Indonesia, waralaba masih identik
dengan produk makanan dan minuman. Bagi calon entrepeneur muda, bisnis
waralaba adalah cara termudah untuk belajar bisnis. Dengan menjadi waralaba
atau franchisee, maka kita akan mendapatkan bimbingan dari pewaralaba
(franchisor) tentang kiat dan usaha untuk membangun kerajaan bisnisnya. Namun,
meski dengan modal yang telah diberikan ke pewaralaba dan berbagai bimbingan
telah dilakukan oleh pewaralaba secara intensif, tidak bisa menjamin bisnis yang
dilakukan akan menemui keberhasilan.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seorang franchisee banyak
menemui kegagalan dalam bisnis waralaba, antara lain:
a. Modal yang cukup tinggi agar bisa ikut usaha dalam waralaba pada produk
tertentu, kita harus menyerahkan modal awal agar dapat memiliki hak
menggunakan nama produk pewaralaba dan mendapatkan bantuan alat dan
serta bimbingannya. Meskipun Terkadang modal yang harus diserahkan
dirasa cukup tinggi, terutama waralaba dari luar negeri. Misalnya saja
McDonalds mensyaratkan para franchisee harus memberikan deposit
modal sekitar 405 juta rupiah untuk memegang hak (izin) memproduksi
produk McDonalds selama jangka waktu 20 tahun. Maka untuk bisa
memiliki restaurant cepat saji McDonalds memerlukan dana sekitar 1
milyar lebih, baik untuk penyediaan lokasi, gedung, bahan baku dan
karyawan. Berbeda dengan waralaba lokal yang biayanya lebih murah.
Selain itu, juga terdapat beberapa waralaba yang meminta sekian persen
dari keuntungan / omzet yang telah diperoleh franchisee tiap tahunnya di
dalam perjanjian kontraknya.
b. Biaya bahan baku yang terlalu mahal
Biasanya, para pewaralaba telah menyediakan supplier bahan baku bagi
para franchisee untuk memproduksi produknya. Mereka berdalih bahwa
bahan baku dari supplier yang telah diajak bekerjasama sudah memenuhi
standar mutu. Sehingga harga bahan bakunya pun agak lebih mahal dari
harga pasar. Padahal dari kerjasama tersebut, pewaralaba juga
mendapatkan komisi. Dengan demikian margin keuntungan yang diperoleh
oleh franchisee bisa menjadi lebih kecil.
c. Modal usaha yang tidak cukup ada beberapa pewaralaba yang
menyediakan opsi menarik bagi para calon franchisee untuk bergabung
dalam bisnisnya, yaitu memberikan pilihan cicilan dana dan suplai bahan
bagi franchisee yang masih kekurangan modal. Namun, pada umumnya
para franchisor (pemilik waralaba) tidak ingin terlibat dalam masalah
penyediaan dana bagi para franchisee (pembeli waralaba) yang kekurangan
modal, sehingga franchisee harus bisa mandiri dalam mencari tambahan
modal. Dan biasanya Pada masa paceklik tersebutlah, para franchisee
harus gulung tikar di tengah jalan.
d. Pemberian lokasi franchise yang tidak strategis para pewaralaba biasanya
ikut mempertimbangkan juga strategi lokasi, dan hanya mengizinkan suatu
perwakilan waralaba pada jarak/radius tertentu. Namun, tidak sedikit
pewaralaba yang mengizinkan berdirinya puluhan waralaba dalam satu
lokasi (kota) dengan harapan ia mendapatkan keuntungan lebih. Hal ini
sangatlah tidak bagus, karena para franchisee harus saling bersaing dengan
merek dan produk yang sama dalam satu lokasi (radius tertentu).
e. Kreatifitas yang dibatasi dalam bisnis waralaba, franchisor terkadang
mengharuskan para franchisee menggunakan falisitas seragam pada tempat
usahanya, atau warna tempat, papan reklame, pernak-pernik, serta asesoris
lainnya. Sehingga daya kreatifitas yang ingin dikembangkan oleh franchise
menjadi terbatas untuk bisa menarik para konsumen. Hal tersebut menjadi
nilai negatif bagi wirausahawan yang mempunyai kreatifitas tinggi.
f. Penentuan lokasi yang tidak tepat salah satu dari kunci keberhasilan dalam
membangun bisnis adalah pemilihan lokasi yang tepat. Dalam menentukan
lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat usaha waralaba, ada baiknya
melakukan riset kecil-kecilan, baik keramaian lokasi, minat warga sekitar
terhadap produk yang akan dijual, jumlah saingan usaha pada produk yang
sejenis, dan juga kondisi ekonomi yang tengah dialami oleh masyarakat
setempat.
g. Pewaralaba mengalami kebangkrutan apa yang terjadi jika induk bisnis
ternyata mengalami kebangkrutan disaat usaha sedang mangalami
kemajuan. Maka kita harus berjuang sendiri tanpa lagi mendapat bantuan
dan bimbingan dari franchisor. Hal tersebut bisa memberikan tekanan
batin dan ketakutan dalam diri. Hal yang sama juga bisa terjadi bila rekan
bisnis anda (waralaba sama) yang berada di lokasi lain ternyata gulung
tikar, sehingga memunculkan keresahan.
1.4. Solusi dari kendala
Dalam menjalankan usah atentu ada yang mengalami pasang dan surut suatu
keadaan. Ketika seseorang tersebut jatuh, dia harus berani bangkit dan mengambil
langkah lagi untuk memperbaiki kesalahannya. Berikut adalah beberapa cara yang
dilakukan untuk mengatasi kendala bisnis terutama kendala franchise, yaitu :
1.Konsep yang matang
Menjalankan bisnis tak hanya butuh ide dan passion semata. Namun, sebuah
konsep bisnis yang matang juga sangat diperlukan. Konsep bisnis yang matang
akan membantu Anda untuk bisa mengenali berbagai potensi dan pangsa pasar
yang ingin dituju dalam bisnis. Selain itu konsep bisnis matang juga akan
membuat bisnis bisa berjalan lebih maksimal. Dalam menentukan konsep bisnis,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain, selera masyarakat,
karakteristik atau gaya hidup masyarakat, daya beli, sumber bahan baku, sampai
adanya bisnis sejenis.
2. Perencanaan matang
Konsep bisnis yang matang, akan membantu untuk membuat perencanaan bisnis
yang juga matang. "Dalam berbisnis tak bisa asal-asalan karena dalam berbisnis,
Anda mempertaruhkan investasi yang cukup banyak. Dalam perencanaan yang
matang, sebuah business plan harus dibuat.
3. Evaluasi dan inovasi
Persaingan dengan bisnis yang sejenis seringkali tak bisa dihindari. Namun
sebenarnya persaingan ini bisa membuat Anda jadi lebih kreatif untuk berkreasi.
Dengan persaingan akan membuat Anda jadi lebih inovatif untuk menciptakan
sebuah nilai tambah dalam produk yang dijual. Inovasi yang dilakukan dalam
berbagai sisi akan menarik pelanggan untuk melirik produk Anda dibanding
pesaing. Selain inovasi, diperlukan juga evaluasi terhadap kelangsungan bisnis.
Anda tak bisa begitu saja tutup mata dalam menjalankan bisnis, sebuah evaluasi
terhadap kekurangan dan nilai lebih dalam berbisnis juga diperlukan untuk
semakin memajukan bisnis yang dilakukan.
4. Perluasan pasar.
Untuk menghadapi persaingan bisnis, salah satu cara yang bisa digunakan adalah
dengan memperluas pasar produk. Perluasan pasar produk ini bisa berarti
memperluas fokus dan target market yang disasar. Misalnya, jika awalnya hanya
menjual varian makanan pedas yang diperuntukan untuk orang dewasa, tak ada
salahnya untuk membuat varian menu baru yang bisa dinikmati oleh anak-anak.
Perluasan pangsa pasar ini juga akan menambah pendapatan sekaligus memberi
nilai tambah pada pelanggan terhadap produk yang dijual.
5. Standarisasi.
Memiliki banyak cabang usaha memang bisa membantu mengatasi persaingan
ketat dalam bisnis. Hanya saja yang harus diperhatikan adalah kesamaan varian
produk yang dijual disemua cabang yang dimiliki.
6. Sistem.
Sebuah sistem usaha yang kuat akan membantu usaha agar bisa bertahan lebih
lama dan mendapat keuntungan yang diinginkan. Buat sistem usaha yang stabil
dan kuat. Setelah pondasi usaha dirasa kuat, maka lakukan perluasan pasar dengan
berbagai sistem usaha yang diinginkan, misalnya membuka cabang,
sampai franchise.
1.5. Contoh usaha franchise
Di indonesia usaha franchise atau waralaba sudah merajai dunia marketing
dan kebanyakan menjadi favorit dari konsumen yang hobi belanja. Berikut ini
adalah contoh usaha yang berbasis franchise yang ada di Indonesia.
Banyak sekali bisnis waralaba yang bisa kita pilih. Tapi, kalau ingin yang
cepat mencapai BEP (break-even point) perlu lebih jeli memilih bidang bisnisnya.
Jangan hanya melihat merek dagang, pemilihan bidang sebaiknya juga mengacu
pada tren yang berkembang di masyarakat supaya bisnis kita bisa bertahan lama.
1. Food & Beverages
Bisnis yang tidak lekang waktu. Setiap orang pasti butuh mengisi perut, apalagi
kalau harganya murah dan berkualitas.
Contoh merek : Kebab Turki Baba Rafi, Coffee Toffee, Excelso, Jolly Time
Popcorn, Double Dipps Donut, Ya Kun Kaya Toast, Ayam Bakar Mas Mono,
Gloria Jean’s Gourmet Coffees, Dunkin Donuts, Wendy’s.
2. Olahraga
Penggemar olahraga semakin banyak. Dengan kesibukan yang makin tinggi,
fitness center jadi solusi bagi yang ingin berolahraga sepulang kerja.
Contoh merek: Gold’s Gym, Fitness First, Celebrity Fitness.
3. Kecantikan
Sama seperti olahraga, makin banyak orang yang memerhatikan penampilan.
Contoh: Erha Clinic, Lutuye Salon, MY Salon, Dewi Sri Spa, Lifespa Fitness &
Spa, Quick Cut.
4. Office center
Saat berada di luar kantor ribet banget kalau ada tugas atau file yang tertinggal.
Oleh karena itu, diharapkan penyedia jasa (print, dokumen, internet) ada selama
24jam. Contoh: Snappy, Multiplus.
5. Pendidikan
Sarana mencari ilmu pengetahuan bukan hanya di sekolah. Tempat-tempat
kursus menjadi alternatif memperkaya wawasan.
Contoh: International Language Programs (ILP), Primagama, English First (EF),
Kinderland, LP3I, The British Institute, Town for Kids.
6. Hiburan
Siapa, sih, yang tidak butuh sarana pelepas penat?
Contoh: Happy Puppy, Inul Vizta, Time Zone, DiscTarra, Ultra Disc.
7. Laundry & Dry Cleaning
Dibutuhkan orang dengan alasan praktis dan cepat.
Contoh: Laundrette, Londre, Aqualis.
8. Jasa pengiriman barang
Memudahkan pengantaran barang yang cepat dan aman.
Contoh: JNE, RPX.
9. Otomotif
Setiap pemilik sarana transportasi pribadi tentu membutuhkan jasa perawatan.
Contoh: Shop&Drive, Auto Bridal, MACSAUTO, King Auto Interior.
10. Properti
Rumah merupakan salah satu investasi yang nilainya selalu naik. Agen akan
membantu kita mendapatkan yang terbaik. Contoh: Century 21 Indonesia, Roy
Weston Indonesia, Ray White, Indoproperty Real Estate.
11. Fotografi
Untuk mengabadikan momen-momen istimewa dengan keluarga dan teman-
teman dekat. Contoh: M Photo Studio, Malibu 62 Photo Studio, Photo n Print.
12. Mini market
Masyarakat makin nyaman berbelanja di mini market. Apalagi bila lokasinya
strategis atau dekat tempat beraktivitas.
Contoh: Alfamart, Indomaret, OMI Mini Market, Yomart.
13. Kesehatan
Tentunya kesehatan selalu dibutuhkan kapan pun dan di mana pun.
Contoh: Apotek K-24, Medicine Shoppe.
14. Biro Perjalanan
Traveling sudah jadi salah satu gaya hidup untuk melepas stres.
Contoh: TX Travel, KIA Tours & Travel.
15. Fashion
Tuntutan untuk tampil rapi dan atraktif saat berkegiatan membuat bisnis ini
terus tumbuh. Contoh: Shafira, Edward Forrer, Athlete’s Foot.
1.6. Sistem bagi hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau
ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut
diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara
kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah
merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan
syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih
dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil
antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi
dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya
unsur paksaan.
Sistem bagi hasil banyak ditemui di Indonesia sejak jaman kuno sampai
sekarang, yaitu pada bisnis pertanian, peternakan dan perdagangan. Mukhabarah
dan muzara’ah denga persentase 50%:50% adalah yang umum dipraktekan.
Kerjasama bagi hasil memelihara ternak dengan cara maro (bagi hasil dengan
nisbah 50%:50% dari anak ternaknya atau dari selisih nilai jual dengan nilai pada
saat ternak diserhakan kepada pemeriharannya).
Dari pengertian lain ada yang menjelaskan bahwa Sistem bagi hasil sejatinya
adalah suatu kerja sama antara dua pihak dalam menjalankan usaha. Pihak
pertama yaitu pengusaha yang memberikan andil dalam keahlian, keterampilan,
sarana dan waktu untuk mengelola usaha tersebut. Sedangkan pihak kedua yaitu
pemodal (investor) yang memiliki andil dalam mendanai usaha itu agar dapat
berjalan. Baik itu modal kerja saja atau modal secara keseluruhan. Atas masing-
masing andil itulah, kedua belah pihak berhak atas hasil usaha yang mereka
kerjakan. Karena tidak ada yang dapat memastikan, berapa keuntungannya. Maka
pembagian hasil usaha itu ditetapkan dalam bentuk prosenstase bagi hasil dari
keuntungan yang didapat, bukan atas besarnya dana yang diinvestasikan.
1.7. Jenis - jenis sistem bagi hasil
Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam Islam secara umum dapat
dilakukan dalam empat akad, yaitu
Mudharabah, Musaqah, Musyarakah,,dan Muzara’ah.
a. Mudharabah
Salah satu bentuk kerjasama anatara pemilik modal dengan seseorang,
yang pakar dalam berdagang, di dalam fiqh islam disebut
dengan mudharobah, yang oleh ulama fiqh Hijaz menyebutnya
dengan qiradh.
Adapun syarat – syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang
dikemukakan adalah:
a. Yang terkait dengan orang yang melakukan akad, harus orang yang
mengerti hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi
posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik
modal. Itulah sebabnya, syarat – syarat seorang wakil juga berlaku bagi
pengelola modal dalam akad mudharabah.
b. Yang terkait dengan modal, disyaratkan: (1)berbentuk uang,
(2)jelas jumlahnya, (3)tunai, (4)diserahkan sepenuhnya kepada
pedagang/pengelola modal. Oleh sebab itu, jika modal itu berbentuk
barang, menurut ulama fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk
menentukan keuntungannya.
c. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian
keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambilkan dari
keuntungan dagang itu, seperti setengah, sepertiga, atau seperempat.
Aqpabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut ulama Hanafiyah,
akad itu fasid (rusak).
b. Musaqah
Secara sederhana musaqoh diartikan dengan kerja sama dalam perawatan
tanaman dengan imbalan dari hasil yang diperoleh dari tanaman tersebut.
Dasar hukum bolehnya adalah hadist nabi yang mempekerjakan
penduduk khaibar yang disebutkan di atas, yang kerjasama pertanian
tersebut juga mencakup merawat tanaman. Sedangkan bagian ulama
memandangnya sebagai muamalah upah mengupah, berpendapat tidak
boleh karena upah tidak boleh dari hasil kerja tapi dalam bentuk nilai
uang yang sudah pasti sesuai dengan perjanjian.
c. Musyarakah
Secara etimologi, asy-syirkah berarti percampuran, yaitu percampuran
antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan . Asy-
syirkah termasuk salah satu bentuk kerja sama dagang dengan rukun dan
syarat tertentu, yang dalam hukum positif disebut dengan perserikatan
dagang.
Rukun-rukun Musyarakah adalah sebagai berikut :
a. Para pihak yang bersyirkah.
b. Porsi kerjasama.
c. Proyek/usaha ( masyru’ )
d. Ijab qabul ( sighat ).
e. Nisbah bagi hasil.
d. Muzara’ah
Menurut jumhur ulama yang membolehkan akad al-muzara’ah, apabila
akad ini telah memenuhi rukun dan syaratnya, maka akibat hukumnya
adalah sebagai berikut:
a. Petani bertanggung jawab mengeluarkan biaya benih dan biaya
pemeliharaan pertanian itu.
b. Biaya pertanian seperti pupuk, biaya penuaian, serta biaya
pembersihan tanaman, ditanggung oleh petani dan pemilik tanh sesuai
dengan prosentase bagian masing-masing.
c. Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
1.8. Mekanisme sistem bagi hasil
Bank islam atau yang selanjutnya disebut dengan bank syariah, adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengendalikan pada bunga. Bank syariah atau biasa
disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan yang operasional dan
produknya berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi saw. Dalam
mekanismenya, perbankan islam menggunakan sistem bagi hasil (profit sharing).
Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit sharing diartikan dalam kamus ekonomi adalah pembagian laba. Secara
definitif profit sharing diartikan : “distribusi beberapa bagian dari laba pada para
pagoda dari suatu perusahaan”.
Pada mekanisme lembaga keuangan syariah, pendapatan bagi hasil ini
berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik dalam penyertaan menyeluruh,
maupun sebagian-sebagian, atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama).
Keuntungan yang dibagihasilkan, harus dibagi secara proporsional antara
kedua belah pihak. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan
dengan bisnis tersebut bukan untuk kepentingan pribadi dan dapat dimasukan ke
dalam biaya operasional. Keuntungan bersih dibagi antara kedua belah pihak
dengan proporsi yang telah disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan
dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua semua kerugian
telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah di bayar kembali. Jika ada pembagian
keuntungan sebelum masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian
keuntungan di muka.1
Dalam hal investasi, besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima
oleh pemilik dana tersebut sangat tergantung pada pendapatan yang diterima oleh
bank syariah dalam mengelola dana sehingga sangat tergantung pada keahlian,
kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah.
1