Makalah Kep.jiwa Defisit Perawatan Diri

32
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI Di buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa Di Susun Oleh: 1. AGUNG MUJI WINARYO 2. DIAN PUTRI ISNAENI 3. DIMAS TRI ARIF B. 4. ERIS MUARAWATI 5. RIA MAYA SARI Dosen Pengampu : Nurhakim Yudhi Wibowo, S.Kep,.NS

description

keperawatan jiwa

Transcript of Makalah Kep.jiwa Defisit Perawatan Diri

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI

Di buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Di Susun Oleh:

1. AGUNG MUJI WINARYO

2. DIAN PUTRI ISNAENI

3. DIMAS TRI ARIF B.

4. ERIS MUARAWATI

5. RIA MAYA SARI

Dosen Pengampu : Nurhakim Yudhi Wibowo, S.Kep,.NS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA

( S T I K E S B H A M A D A )PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

Jalan Cut Nyak Dhien No. 16 Kalisapu Slawi

2010 / 2011

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Inayah

kepada semua hambaNya. Salawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan

kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga

akhir jaman. Alhamdulillah karena berkat Rahmat Allah-lah kami dapat

menyelesaikan penulisan makalah ini yang berkaitan dengan “Laporan

pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan gangguan jiwa defisit perawatan

diri” yang ditujukan untuk memenuhi tugas berstruktur keperawatan jiwa.

Selama penyusunan makalah ini kami selaku penulis telah banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Bapak Nurhakim Yudhi Wibowo, S.Kep., Ns.,

selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami

persembahkan kepada semua pihak yang telah ikut andil dan

terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu penulisan makalah ini,

yang mana tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah

ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya

kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan

menambah wawasan bagi kita semua, khususnya di bidang Keperawatan Jiwa.

Slawi, April 2011

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal

hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau

keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya

mempengaruhi praktik hygiene klien.

Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien

maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan

terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien.

Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit

perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti

dan mengetahui tentang gangguan halusinasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.

b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.

c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.

d. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.

e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan

dapat mengimplementasikannya.

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)

(Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

Jenis–Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

B. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang .

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

D. Mekanisme Koping

1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisasi

E. Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

a. Bantu klien merawat diri

b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Masalah Utama :

Defisit perawatan diri2. Proses Terjadinya Masalah :

a. Pengertian

Defisit perawatan diri : higiene adalah keadaan dimana individu mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri. (Carpenito, 1977).

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan

dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan

terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri

( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Tanda dan gejala :

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang .

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi

dan mandi tidak mampu mandiri.

b. Penyebab

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan

diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan

dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah

yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu

melakukan perawatan diri.

Tanda dan gejala :

c. Akibat

a. fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang

sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada

kuku.

b. psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

.

Tanda dan gejala :

3. Pohon Masalah

Menurunnya Motivasi Diri Akibat

Masalah Utama

Isolasi sosial : menarik diri Penyebab

Defisit Perawatan Diri

4. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Di Kaji

a. Masalah Keperawatan :

1) Perawatan diri kurang

2) Menurunnya motivasi diri

b. Data Yang Perlu Dikaji :

1) Perawatan diri kurang

Data Subjektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya

Data Objektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

2) Menurunnya motivasi diri

Data Subjektif

Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.

Data Objektif

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor,

gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat

mandi.

5. Diagnosa Keperawatan

Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

defisit perawatan diri yaitu:

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2. Defisit perawatan diri.

3. Isolasi Sosial.

6. Rencana Keperawatan

Diagnosa 1 :

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

TUM : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk

memperhatikan kebersihan diri.

TUK :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Tindakan

a) Berikan salam setiap berinteraksi.

b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat

berkenalan.

c) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f) Buat kontrak interaksi yang jelas.

g) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h) Penuhi kebutuhan dasar klien.

2. Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Tindakan :

a) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

b) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

c) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien

terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

d) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

kebersihan diri.

e) Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti

kebersihan diri.

f) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi

dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum

tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

3. Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Tindakan

a) Motivasi klien untuk mandi.

b) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri

seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

4. Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.

Tindakan :

a) Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan

untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

5. Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Tindakan

a) Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

6. Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

Tindakan :

a) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami

di RS.

c) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap

kemajuan yang telah dialami di RS.

d) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam

menjaga kebersihan diri klien.

e) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan

diri.

f) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga

kebersihan diri.

g) Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-

lain.

Diagnosa 2 :

Defisit perawatan diri.

TUM : klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.

TUK :

1. Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri

Tindakan :

1.1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda-tanda bersih

1.2. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri

Tindakan :

2.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri

2.2. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri

3. Klien dapat menyebut higiene

Tindakan:

3.1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene

3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri

4. Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri

Tindakan:

4.1. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi

dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari

dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo,

memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x

sebulan.

4.2. Beri reinforcement positif bila klien berhasil

5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal

Tindakan:

5.1. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri

5.2. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal

6. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri

Tindakan:

6.1. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap

6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri

6.3 Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri

6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur

7. Klien mendapat dukungan keluarga

Tindakan:

7.1. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri

melalui pertemuan keluarga

7.2. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

STRATEGI PELAKSANAAN

1. Masalah Utama : Defisit Perawatan Diri

Nama Pasien : Tn. A

Tanggal SP : 15 April 2011

Pertemuan : Pertama

Kondisi Pasien : Klien bicara sendiri, mondar – mandir, kontak mata tidak focus,

melakukan gerakan yang menikmati sesuatu, duduk tidak tenang, marah tanpa sebab,

melamun, mengatakan kesal dan atau senang dengar suara – suara.

2. Proses Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

a. Tujuan :

TUM : klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.

TUK :

1. Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri

2. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri

3. Klien dapat menyebut higiene

4. Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri

5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal

6. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri

7. Klien mendapat dukungan keluarga

b. Tindakan Keperawatan :

1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri saudara dapat

melakukan tahapan tindakan yang meliputi :

a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d) Melatih pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri

2. Melatih pasien berdandan/berhias

Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Bercukur

Untuk pasien wanita latihan meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Berhias

3. Melatih pasien makan secara mandiri

Untuk melatih makan pasien dapat dilakukan tahapan sebagai berikut :

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

3. Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan

DiagnosaStrategi Pelaksanaan

Pasien Keluarga

Deficit perawatan diri SP I p

1. Menjelaskan pentingnya

kebersihan diri

2. Menjelaskan cara menjaga

kebersihan diri

SP1k

1. Mendiskusikan masalah

yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian,

3. Melatih pasien cara

menjaga kebersihan diri

4. Membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

tanda dan gejala defisit

perawatan diri, dan jenis

defisit perawatan diri yang

dialami pasien beserta

proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara

merawat pasien defisit

perawatan diri

SP 2p

1. Memvalidasi masalah dan

latihan sebelumnya.

2. Menjelaskan cara makan

yang baik

3. Melatih pasien cara makan

yang baik

4. Membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

SP 2 k

1. Melatih keluarga

mempraktekkan cara

merawat pasien dengan

defisit perawatan diri

2. Melatih keluarga

melakukan cara merawat

langsung kepada pasien

defisit perawatan diri

SP 3p

1. Memvalidasi masalah dan

latihan sebelumnya.

2. Menjelaskan cara

eliminasi yang baik

3. Melatih cara eliminasi

yang baik.

4. Membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

SP 3 k

1. Membantu keluarga

membuat jadual aktivitas

di rumah termasuk minum

obat (discharge planning)

2. Menjelaskan follow up

pasien setelah pulang

SP 4p

1. Memvalidasi masalah dan

latihan sebelumnya.

2. Menjelaskan cara

berdandan

3. Melatih pasien cara

berdandan

4. Membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP I Pasien :

a. Fase Orientasi

Salam Terapeutik

“ selamat pagi mas, saya perawat yang akan merawat mas. Nama saya hendy utomo, senang dipangil hendy, nama mas siapa, senang dipangil siapa, rumah mas dimana?ada peristiwa apa yang membuat mas dibawa ke sini ?bagus mas mau kenalan dengan saya. Hari ini kita kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu? Lebih kurang setengah jam

Evaluasi / validasi

Apa yang mas A rasakan/keluhkan saat ini ?mas merasakan ada suara – suara yang selalu mengganggu mas ya ?

Kontrak

a. TopicBagaimana bila kita berbncang – bincang tentang suara-suara yang sering masT dengar?b. WaktuBerapa lama kita akan berbincang – bincang?bagaimana kalau 10 menit?c. TempatDimana tempat yang cocok buat kita berbincang – bincang?bagaimana kalau diruang tamu?mas setuju?

b. Fase Kerja

“ Apa yang Mas lakukan setelah selesai mandi?”apa Mas sudah ganti baju?“ Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba Mas ganti baju. Ya bagus seperti itu “.Apakah Mas menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir?”Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, bagus…sekali!“ Apakah Mas suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur?”betul 2x/minggu“ Tampaknya kumis dan jenggot Mas sudah panjang. Mari Pak dirapikan! Ya, bagus!”

( catatan: jenggot dirapihkan bila pasien tidak memelihara jenggot )

c. Fase Terminasi

Evaluasi subyektif

“ Bagaimana perasaan Mas setelah berdandan? Ëvaluasi Obyektif

“ Coba Mas, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi “..

Rencana Tindak Lanjut

“ Selanjutnya Mas setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadwal kegiatan harian pagi jam berupa, lalu sore jam berapa?”

Kontrak” Nanti siang kita latihan makan yang baik. Di ruang makan bersama dengan pasien yang lain. “

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)

(Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

Jenis–Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

3. Kurang perawatan diri : Makan

4. Kurang perawatan diri : Toileting

B. Saran

Penulis membuat makalah ini , agar pembaca dapat mengetahui tentang

Laporan Pendahuluan dan Strategi Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan

jiwa defisit perawatan diri. Penulis masih menyadari kekurangan dari makalah ini.

Kritik dan saran sangat membangun bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC