Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-masalah keperawatan jiwa Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa beserta

description

makalah ini tentang trend dan isu keperawatan jiwa

Transcript of Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

Page 1: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,

pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional

keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran

pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi

masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek

kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,

pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja, penyalahgunaan

NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas atau anarkis, putus sekolah,

PHK, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan

infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai

dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah

kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan

banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka

kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-masalah keperawatan jiwa

Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya pengobatan.

Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa beserta

permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap

masyarakat pada saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi

perlu peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran aktif dari

kader kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.

B.             Rumusan masalah

1.      kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

2.      bagaimana cara meningkatkan masalah kesehatan jiwa ?

3.      apa saja faktor penyebab kecenderungan gangguan jiwa ?

4.      apa yang menjadi kecenderungan situasi di era globalisasi yang mempengaruhi kesehatan

jiwa ?

5.      bagaimana perubahan orientasi sehat dalam keperawatan jiwa?

6.      Apa saja penyakit yang cenderung dalam keperawatan jiwa ?

Page 2: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

7.      Bagaimana peningkatan Post Traumatic Syndrome Disorder

8.      Bagiamana peningkatnya dalam masalah psikososial?

9.      Seperti apa trend bunuh diri pada anak dan remaja?

10.  masalah dalam napza dan hiv/aids ?

11.  pattern of parenting dalam keperawata jiwa

12.  hal-hal yang mempengaruhi kesehatan jiwa?

13.  Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia menghadapinya?

Page 3: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Trend curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang

sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap

ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam

tatanan regional maupun global.

1.    Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang

sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan

bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi atau bahkan harus

dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa

dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang.

Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada

masa konsepsi. Diantara hasil penelitian:

Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik, getaran, sentuhan )

setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosional yg lebih baik.

                Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan. Mednick

membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada trimester dua dalam

kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian

hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu

yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick

menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada

penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan.

Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan

perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi

eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan neurokognitif di atas

didapat sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan,

misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat

yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah

berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan

proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi.

Page 4: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

            2.    Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa

         Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era globalisasi, sudah terbukti dua tahun

terakhir, hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin berat. Klien gangguan jiwa tidak lagi

didominasi kalangan bawah tetapi kalangan mahasiswa, PNS, pegawai swasta, kalangan

pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga tersentuh gangguan psikotik dan

depresif. Penyebab dikalangan menengah ke atas sebagian besar akibat tidak mampu

mengelola stress dan ada juga akibat post power syndrome atau mutasi jabatan. Kasus-kasus

gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa

penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang

mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain

itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.

Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami

stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak

jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang

sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat

kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik

dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah

keluarga.

Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan

gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak

karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti

mengamuk.

            3.    Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

         Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu

pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada

manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan

jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001)

menyataan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.

WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan

kesehatan jiwa.

Page 5: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang

mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan

mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya.

Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita

kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.

Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut

Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini.

Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor

keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain),

kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan.

Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang

patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga,

gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan,

problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan

hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik,

dan lain-lain).

            4.    Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi

         Perkembangan IPTEK yg begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai ciri globalisasi,

akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat dituntut mampu m’berikan

askep yg profesional dan dpt m’pertanggung jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut

senantiasa m’kembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan

jiwa. Perawat jiwa dalam era global harus membekali diri dgn bahasa internasional,

kemampuan komunikasi dan pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa

entrepreneurship.

            5.    Perubahan Orientasi Sehat

         Pengaruh globalisasi thd perkembangan yankes termasuk keperawatan adalah

tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan. (persaingan

kualitas). Tenaga kesehatan (perawat “jiwa” ) hrs mempunyai standar global dalam

memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan

jiwa, indicator keswa di masa mendatang bukan lagi masalah klinis spt prevalensi gangguan

jiwa, melainkan berorientasi pd konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya

Page 6: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan

jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan

kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lbh menekankan upaya proaktif untuk

pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan

(preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base mjd

community base.

Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :

a.      Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh orang

lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri sendiri, diman

manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan

perkembangan diri manusia.

b.      Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang

perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk

mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.

c.       Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme, tidak

mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.

d.      Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2 yang dpt dipimpin

dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat. Untuk

mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org harus meningkatkan kualitas

hidup yang dpt menjamin terciptanya kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak

bergantung pada orang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa

            6.    Kecenderungan Penyakit

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“ (Michard &

Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health Policy” yang secara

tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit infeksi. Standar pengukuran untuk

kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian akibat penyakit. Ini

telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya indikator

baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Life Year) diketahuilah bahwa gangguan jiwa

merupakan masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan sosial ekonomi yang

amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tigginya

angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka

kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).

Page 7: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-tenaga- kesehatan seperti psikiater,

psilolog, social Worker, dan perawat psikiatri yang memadai baik dari segi kuantitas. Saat

terjadinya tsunami di Aceh, banyak orang yang terpapar dengan kejadian Traumatis, yang

mengalami, menyaksikan kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian

yang sebenarnya dan mereka yang cedera serta yang dalam ancaman terhadap integritas fisik

diri sendiri atau orang lain. Respons yang terjadi berupa rasa takut yang kuat serta tidak

berdaya, sedangkan bagi anak-anak apa yang menghadapinya akan dieksperikan dengan

perilaku yang kacau.

Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang.

Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-hari. Pengalaman

katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan (memang sedang terjadi), pemerkosaan

(banyak dialami sebagian wanita di Aceh), maupun bencana alam, (gempa dan bencana

tsunami), sungguh mengerikan. Ini akan membuat mereka dalam keadaan stress

berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang sedemikian. Dalam kriteria

klinik seperti yang disusun dalam Diagnostic and Statical Manual Of Mental Disorder lll dan

Lv serta Pedoman Pengggolongan dan Diagnosis gangguan jiwa lll di Indonesia menyatakan,

gejala yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan suatu yang stress yang terjadi

berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dengan demikian mereka menjadi manusia yang

invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat dan resultante akhir penderita ini akan menjadi

tidak produktif. Padahal seperti diketahui ada diantara mereka yang berkali-kali telah

mengalami pengalaman katastropik yaitu saat daerah tersebut ada dalam kondisi

berlangsungnya Daerah Operasi Militer dan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Kondisi itu

memang amat melumpuhkan tidak hanya ragawi, tetapi juga kondisi kejadian masyarakat di

daerah NAD. Di kemudian hari, mereka menjadi manusia yang tanpa alasan selalu berusaha

menghindar terhadap kejadian yang mirip, terutama terhadap kekerasan yang sebernarnya

tidak akan terjadi. Mereka juga menjadi manusia yang selalu bermimpi menakutkan terjadi

secara berulang-ulang. Akibatnya, tidur yang seharusnya kan membuat restorasi terhadap

kondisi tubuh, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka berada dalam keadaan lelah

dan seakan berada dalam kondisi depresi. Mungkin saja mereka kan berperilaku atau merasa

seakan-akan kejadian traumatis itu terjadi kmbaki, termasuk pengalaman, ilusi, halusinasi,

dan episode kilas balik dalam bentuk disosiatif. Penelitian mutakhir tentang kajian trauma

(trauma studies) mulai memahami bahwa trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang

Page 8: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

bersifat individual. Trauma muncul sebagai akibat dari saling keterkaitan antara ingatan

sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan. Dalam

konteks tsunami Aceh dan bencana-bencana besar lainnya di Indonesia, kompleksitas sosial

dan kultural sangat penting mengingat bahwa masyarakat telah mengalami dan menjadi saksi

berbagai macam kekerasan sejak berlangsungnya operasi keamanan di daerah ini. Oleh

karena itu, pemahaman tentang trauma sebagai proses sosial dan sekaligus proses kejiwaan

yang bersifat personal mutlak diperlukan untuk mencari jalan keluar dari lingkaran ingatan

traumatis yang dialami oleh klien-klien yang mengalami yang mengalami bencana di seluruh

penjuru Indonesia. Menariknya, Sigmund Freud sendiri pernah mengemukakan bahwa

trauma adalah suatu ingatan yang direpresi. Dan, karena direpresi itulah maka trauma sering

berlangsung secara tidak sadar dalam periode yang cukup lama. Guncangan psikologis yang

disebabkan oleh ingatan mengerikan tentang gelombang tsunami, tentang mayat-mayat yang

berserakan, dan tentang kehilangan banyak anggota keluarga sekaligus berpotensi untuk

membentuk ingatan yang traumatis. Perawat jiwa pada masa akan datang penting untuk

menekuni kajian trauma, juga menggarisbawahi proses yang dalam studi psikologi sering

disebut sebagai transference. Istilah ini merujuk pada ‚“transfer“ pengalaman traumatis yang

terjadi dari orang yang secara fisik langsung mengalami peristiwa yang mengerikan kepada

orang lain yang tak secara langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa

psikoanalis juga dapat mengalami proses transference saat ia secara tak sadar melakukan

identifikasi dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang terlibat dalam

pembuatan Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi saat psikoanalis, atau

siapapun juga yang melakukan wawancara dengan korban.

            7.    Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

         Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang umum

di alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan

dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka menjdi manusia yang

invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan

semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling

keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang

eksistensi kejiwaan.

            8.    Meningkatnya Masalah psikososial

                            Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan

Page 9: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang Kesehatan

Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan menjadi :

a)        Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas hidup, yaitu masalah

kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai-nilai kehidupan manusia.

Misalnya:

o   Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan manusia, mulai dari

persiapan pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, usia lanjut.

o   Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan disabilitas.

o   Pemukiman yang sehat.

o   Pemindahan tempat tinggal.

b)        Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat terjadinya

perubahan sosial, meliputi :

o    Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum dan diperkirakan menderita

gangguan jiwa psikotik dan dianggap mengganggu ketertiban/keamanan lingkungan).

o    Pemasungan penderita gangguan jiwa

o    Masalah anak jalanan

o    Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)

o    Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik

o    Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)

o    Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban kekerasan pd

anak, dll) Stress pasca trauma (ansietas, gangguan emosional, berulang kali merasakan

kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasan, penyerangan/

penganiayaan fisik/ seksual, termasuk pemerkosaan, terorisme, dll)

o    Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional, berulangkali merasakan kembali suatu

pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasaan, penyerangan/penganiyaan secara

fisik atau seksual, termasuk pemerkosaan, terorisme dan lain-lain).

o    Migrasi ( masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt cemas, depresi, stress pasca

trauma, dll)

o    Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik, gangguan psikologis,

gangguan penyesuaian diri terhadap perubahan, perubahan minat, gangguan tidur,

kecemasan, depresi, gangguan pada daya ingat, dll).

o    Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan produktivitas, stress di tempat

kerja, dll)

Page 10: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

9.      Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

                Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka

kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk

Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria,

Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37

orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri.

Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat

tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada

anak-anak dan remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering

diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau

merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya.

Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri,

ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang

paling terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika

skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan

pimpinannya.  Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan

bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya.

Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun,

selain faktor kecelakaan. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri

dan minum racun. Keberhasilan BD pd pria lebih banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri : suatu

tindakan mencabut nyawa sendiri dengan sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar

belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi, perasaan malu dan

terlilit utang.

10.     Masalah Napza dan HIV/ AIDS

         Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari

pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting yang

mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang lemah bahkan

terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan keragu-raguan

penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah

dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA.

Page 11: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang khususnya dalam era

globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang disebut

dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang lalu kita mengenal istilah

zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita berhadapan dengan dengan

ideologi kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin

menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama

yang mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.

Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah kaum

beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai fundamentalis,

ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah mengatakan : “Musuh

Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu program mereka adalah

menghancurkan islam melalui penghancuran generasi mudanya dengan cara menebarkan

narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan energi yang tersimpan

dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun melalui NAPZA

(Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang perbulannya. Masalah

lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA. Menjelang tahun 2008

pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang permenit. Ini merupakan ancaman

hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.

Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil menyelamatkan generasi

penerus bangsa dari cangkraman NAPZA (Narkotika, Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif

lainnya). Perawat merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-

upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi hal yang sangat penting

karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam rentang waktu yang lama di banding tim

kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi orientasi keperawatan jiwa kami berusaha

memaparkan suatu topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.

11.     Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola asuh keluarga

kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang tua menerapkan

kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana

orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak

terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani

Page 12: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

bicara pada ortunya saat punya masalah. Ortu menjadi teman dalam ekspresi feeling anak

sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Kontrol yg tinggi ad. Bagaimana anak dilatih mandiri

dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian mjd hal yg sangat penting dalam kesehatan

jiwa, karena akan memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak

bertanggung jawab mengerjakan tugas2 di rumah spt. Mencuci, menyiram bunga dll.

Tipe Pola Asuh :

• Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi

• Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah

• Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi

• Neglected = kontrol rendah, kehangatan Rendah

12.     Masalah Ekonomi dan Kemiskinan

Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli

lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan

menurun dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami

gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di

Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu dsertai dengan

peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah

yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

B.             Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri

a)         Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara

global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas

(community based care) yang member penekanan pada preventif dan promotif.

b)        Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, perlu

peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi

pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa.

c)         Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi konsumen,

sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.

d)        Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber, yang

dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat terutama Amerika, maka perlu

untuk menyaring konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.

Page 13: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

C.      Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat

psikotropika yg terbukti dpt mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat tidak

terbatas di RS, tetapi dituntut lbh sensitif thd lingkungan sosialnya, serta berfokus pd

pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan hospital based care mjd community based care =

trend yg signifikan dlm pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri hrs

m’integrasikan diri dlm community mental health, dgn 3 kunci utama :

a)      Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hub perawat dgn

profesi lain di komunitas.

b)      Reformasi dlm yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.

c)      Intervensi keperawatan yang menekankan pd aspek pencegahan dan promosi kesehatan,

sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan pendidikan

keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik dlm jumlah maupun

kualitas.

D.      Issue Seputar Yankep Mental Psikiatri

a)    Pelayanan kep. Mental Psikiatri, kurang dpt dipertanggung jawabkan karena masih

kurangnya hasil2 riset keperawatan Jiwa Klinik.

b)    Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yg rendah dan

belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional.

c)    Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali tdk jelas

“Position description.” job responsibility dan sistem reward di dlm pelayanan.

d)    Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa keperawatan).

   E.       Trend atau Isu Dimensi Spritual Keperawatan Jiwa

Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi

sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan

menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa

Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan

hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri

tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak

pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari

( 1996 ) hal – hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup

social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern

Page 14: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

menjadi serba boleh dan seterusnya.Perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak

hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan

sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan

oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena

mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24dimensi spiritual, konsep dalam

memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dimensi spiritual.

Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari

bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian

yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa,

dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit

dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh

sedangkan spiritual berartikejiwaan, rohani, mental atau moral.

Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat

banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang

tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl

Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental

mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.

Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di  Indonesia masih

belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran

perawat professional, diantaranya :

a)      Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan

S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan  di negara barat pada tahun 1869.

b)      Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

c)      Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan,

lisensi ) Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan

akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan

kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010.

Page 15: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

BAB III

PENUTUP

A.            Kesimpulan

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan salah satu

masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di Indonesia. Himpitan ekonomi

yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini masalah

ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi

salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Terutama karena meningkatnya

harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era globalisasi.

Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah karena

gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu masalah keuangan.

Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang yang merupakan kalangan kelas

bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat menyerang baik itu orang kalangan bawah,

menengah maupun kelas atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam

lingkungan dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya maka

seseorang akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.

Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-tindakan

yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran diri akan kondisi atau

kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga

muncul suatu keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut.

Dan dalam kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah dengan

melakukan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue

dalam keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan

beban kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan

masalah yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi pusat

garapan perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang berkembang di

masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang

pernah mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya

tindakan ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan

Page 16: Makalah Trend Dan Isu Kep.jiwa

terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun bidang kesehatan

lainnya.

B.           Saran Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu

keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan

keperawatan.

http://ngandel.blogspot.com/2011/04/trend-current-issue-dan-kecendrungan.html