Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

23
SEJARAH FISIKA “KOSMOLOGI BARU” Kelompok 7 1. Wahyu Permatasari (06111011016) 2. Yuli Fransiska (06111011030) 3. Feranita K Haloho (061110110 4. Magdalena Bahar (061110110 5. Exta Fidha Mardhatilla ( 6. Putri Ramadhanti A. KOSMOLOGI BARU 1. Definisi Kosmologi Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan, atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah “Chaos”, yang berarti “kacau balau” (Bakker, 1995: 39). Sedangkan “logos” juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih tepat diartikan sebagai “azas-azas rasional” (Kattsoff, 1986: 75). Dalam sejarah filsafat Barat, tercatat Phytagoras (580 – 500 SM) merupakan orang yang pertama kali memakai istilah “kosmos” sebagai terminologi filsafat. Bahkan

Transcript of Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

Page 1: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

SEJARAH FISIKA

“KOSMOLOGI BARU”

Kelompok 7

1. Wahyu Permatasari (06111011016)

2. Yuli Fransiska (06111011030)

3. Feranita K Haloho (061110110

4. Magdalena Bahar (061110110

5. Exta Fidha Mardhatilla (

6. Putri Ramadhanti

A. KOSMOLOGI BARU

1. Definisi Kosmologi

Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan,

atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah “Chaos”, yang berarti “kacau balau” (Bakker,

1995: 39). Sedangkan “logos” juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih

tepat diartikan sebagai “azas-azas rasional” (Kattsoff, 1986: 75). Dalam sejarah filsafat Barat,

tercatat Phytagoras (580 – 500 SM) merupakan orang yang pertama kali memakai istilah

“kosmos” sebagai terminologi filsafat. Bahkan dalam tradisi Aristotelian, penyelidikan tentang

keteraturan alam disebut sebagai “fisika” (bukan dalam pengertian modern), dan filsafat

Skolastik memakai nama “filsafat alami” (philosophia naturalis) untuk menyebut hal yang sama

(Bakker, 1995: 40). 

Istilah “kosmologi” (cosmology) dipakai pertama kali oleh Christian von Wolff dalam bukunya

“Discursus Praeliminaris de Philosophia in Genere” tahun 1728, dengan menempatkannya dalam

skema pengetahuan filsafat sebagai cabang dari “metafisika” dan dibedakan dengan cabang-

cabang metafisika yang lain seperti “ontologi”, “teologi metafisik”, maupun “psikologi

Page 2: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

metafisik” (Munitz, dalam Edward, ed., 1976: 237). 

Dengan demikian, sejak “klasifikasi Christian”, “kosmologi” dimengerti sebagai sebuah cabang

filsafat yang membicarakan asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan

“ontologi” atau “metafisika umum” yang merupakan suatu telaah tentang watak-watak umum

dari realitas natural dan supernatural; juga dibedakan dengan “filsafat alam” (The philosophy of

nature) yang menyelidiki hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam

(Runes, 1975: 68-69).

Namun demikian, walau secara definitif “kosmologi” dibedakan dengan “ontologi” maupun

“filsafat alam”, pemilahan yang tegas dalam analisis konseptual antara ketiga bidang tersebut

merupakan suatu usaha yang sulit dikerjakan, mengingat objek material dan objek formal yang

hampir sama.

Selain dipakai dalam khasanah pemikiran filsafat, istilah “kosmologi” juga dipakai dalam

lingkup ilmu empiris, yakni dikenali sebagai ilmu yang menggabungkan hasil-hasil pengamatan

astronomis dengan teori-teori fisika dalam rangka menyusun hal-hal astronomis atau fisis dari

alam semesta dalam suatu kesatuan dengan skala yang besar (Munitz, dalam: Edward, ed, 1976:

238). Kosmologi ilmiah (scientific cosmology) lebih berpijak pada suatu studi empiris tentang

gejala-gejala astronomis. Upaya-upaya yang selalu dilakukan adalah membuat model-model

“alam semesta” atas dasar penemuan-penemuan observatorial oleh para astronom. Dengan

demikian sangat berbeda dengan “kosmologi filsafat” yang murni konsepsional dan merupakan

analisis kategorial yang dilakukan secara “spekulatif” oleh para filsuf. Adapun kajian filosofis

terhadap “kosmologi ilmiah” merupakan sub-bagian dari kajian “filsafat ilmu”, dengan fokus

telaah pada aspek-aspek metodologis dan epistemologis bangunan “kosmologi ilmiah” sebagai

“ilmu”. Kajian yang dilakukan dalam makalah ini adalah kajian kosmologi filsafat, sekalipun

unsur-unsur pemikiran yang ditelaah terkait dengan kosmologi ilmiah tentang ruang-waktu, yang

bagimana pun terkait pula dengan gejala-gejala fisis dan astronomis.

Dalam tradisi pemikiran Barat (Yunani, Eropa), perkembangan pemikiran kosmologi filsafat

berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran filsafat Barat. Tonggak perubahan dari

perenungan tentang “kosmos” berpindah pada perenungan tentang “manusia”, dimulai oleh

kaum Sofis pada Abad ke 5 Sebelum Masehi (Hatta, 1964: 2). Dengan demikian, telah terjadi

kembali “pembongkaran dunia” yang fundamental setelah sebelumnya manusia meninggalkan

“dunia mitos” masuk ke dalam “dunia kosmos”. Atas dasar interpretasi baru tentang “dunia”

Page 3: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

tersebut, para “dewa-dewi” yang masih mempunyai peranan dalam “dunia kosmos”, secara

fungsional perannya digantikan oleh anasir-anasir dan hukum-hukum kodrat “yang tidak

berpribadi” (impersonal). “Dunia” kemudian diyakini sebagai suatu kesatuan unsur-unsur dasar

yang memiliki kodrat dan hukum-hukumnya sendiri. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pada

awal perkembangannya kosmologi para filsuf alam tidak sepenuhnya dapat melepaskan diri dari

pengaruh kosmogoni dan spekulasi eskatologis yang terdapat dalam mitologi Yunani (Burnet,

1953: 1-4), dan kosmologi filsafat jelas bukan suatu mitologi, sekalipun kedua-duanya

merupakan “usaha rasional” dari manusia untuk mencari penjelasan tentang berbagai hal

mengenai “dunia”.

Dalam tradisi filsafat Barat, mitologi lebih bersifat spekulatif-deduktif, sedangkan kosmologi

filsafati cenderung lebih kritis-induktif dalam arti tidak mungkin lagi menutup mata terhadap

kosmologi ilmiah maupun temuan-temuan ilmiah yang lain.

1. Topik utama kosmologi filsafat menurut Hegel adalah tentang “kontingensi” (kemestian yang

merujuk pada “hukum”), “kepastian”, “keabadian”, batas-batas dan hukum formal dunia,

kebebasan manusia, dan asal mula kejahatan. Namun rata-rata filsuf hanya mempersoalkan

hakikat dan hubungan antara ruang dan waktu, dan persoalan tentang hakikat kebebasan dan asal

mula kejahatan sebagai materi telaah di luar bidang kosmologi (Runes, ed, 1975: 69).

Secara umum bangunan pemikiran kosmo-logi filsafat berpijak pada prinsip-prinsip ilmu

ataupun dalil-dalil metafisis, sehingga pada satu sisi berkaitan dengan fakta-fakta empiris, pada

sisi lain berhubungan dengan kebenaran metafisis tertentu. Dengan demikian dari pijakan ini

mudah dilihat bahwa kosmologi filsafat memiliki nilai bila dia mampu memberi kerangka

pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa alami/kodrati, batas-batas dan “hukum” ruang-waktu

“dunia”, dan bagaimana “keterbatasan manusiawi” tersebut mampu “diatasi”. 

2. Secara historis perkembangan kosmologi filsafat (barat) dimulai dari filsuf-filsuf alam pra

Sokratik, yang kemudian persoalan-persoalannya oleh Plato dalam “Timaeus” dan oleh

Aristoteles dalam “Physics” disistematisir dan diperluas. Secara umum kosmologi filsafati di

Yunani , dengan berbagai varian pemikiran, sepakat bahwa ruang jagad raya ini terbatas dan di

bawah pengaruh hukum-hukum yang tidak dapat dirubah, yang memiliki ketentuan dan irama

tertentu. Perkembangan berikut, pada Abad Tengah, mulai diperkenalkan konsep-konsep

“penciptaan” dan “kiamat”, “keajaiban” dan “pemeliharaan” oleh Tuhan dalam kosmologi.

Seirama dengan perkembangan ilmu empiris, kosmologi filsafat jaman modern sebagaimana

Page 4: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

dikemukakan oleh Descartes, Leibniz, maupun Newton mengalihkan kecenderungan yang

muncul pada Abad tengah kepada corak pemikiran yang lebih dekat dengan pemikiran Yunani.

Bahkan sejak Immanuel Kant, telaah kosmologi filsafati selalu dalam kaitan dengan isue-isue

metafisika. Varian lain yang berkembang dan perlu disebut adalah kosmologi modern yang lebih

“positif” sebagaimana dikemukakan oleh Pierce, yang menyatakan bahwa pokok soal yang harus

dijawab oleh kosmologi adalah tiga hal, yakni, prinsip-prinsip tentang perubahan, hukum, dan

kontingensi kosmis (Runes, 1975: 69). Varian “pengimbang” yang lain untuk pemikiran

kontemporer adalah Whitehead, dengan “mengembalikan” kosmologi pada lingkup “hukum

kodrat” yang lebih luas terkait dengan kebudayaan dan ilmu (Whitehead, 1960: 143). 

Secara sistematis, kosmologi filsafat dibedakan dalam empat kelompok varian besar dengan

dasar pengelompokan: 

(1) Berpijak dari keyakinan ontis bahwa hakikat dunia itu “jamak” ataukah “tunggal” (monisme,

pluralisme).

(2) Kedudukan manusia dalam kosmis (subjektivistis, objektivistis).

(3) Esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yang lain (penonjolan

“perbedaan” antara esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yang lain

pada: Husserl, Scheler, Hartman, dan Heidegger; pengutamaan pada “kesamaan” antara esensi

dan substansi “pengkosmos-pengkosmos” pada: panpsikisme dan Whitehead). 

(4) pendekatan sintesis (Bergson, Theilard de Chardin, dan kosmologi Pancasila) (Bakker, 1995:

42-52). Klasifikasi yang dilakukan Bakker yang masih searah dengan kecenderungan kosmologi

post-Kantian, yakni mengaitkan telaah kosmologi dengan “metafisika”, membawa kajian

kosmologi pada pendekatan integratif dengan bidang-bidang pokok filsafat yang lain, baik itu

metafisika, epistemologi, aksiologi, maupun filsafat manusia. 

Secara sistematis, perspektif-perspektif kosmologi metafisis tentang “waktu”, sebagaimana

banyaknya varian pendekatan dalam kosmologi, secara garis besar dapat dipilah dalam empat

kelompok, yakni: 

(1) Subjektivisme yang menyatakan bahwa waktu merupakan sesuatu yang tidak nyata, hanya

bersifat subjektif-individual. Pemikiran yang demikian dianut oleh Parmenides, Zeno, Budhisme,

Advaita Vedanta, Descartes, Leibniz, Locke, Hume, Berkeley, Fichte, Scheling, Hegel, Kant,

Morris Schlick, Reichenbach, dan Carnap).

(2) Realisme Ekstrem yang menyatakan bahwa waktu merupakan realitas absolut yang universal,

Page 5: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

tidak mempunyai kesatuan yang intrinksik dan hanya menunjukkan urutan-urutan murni.

Kosmologi yang demikian dapat ditemukan pada kosmologi Indonesia/ Jawa, Jaina, Nyanya,

Vaiseshika, Gassendi, Newton, Clarke, Whitehead, dan Alexander.

(3) Realisme lunak, yang menyatakan bahwa waktu merupakan aspek perubahan yang nyata,

sekalipun dihasilkan oleh subjek yang berabstraksi. Corak kosmologi yang demikian nampak

pada pemikiran Aristoteles, Agustinus, Thomas Aquinas, Einstein, dan kosmologi Pancasila. 

(4) Subjektivisme lunak yang menerima waktu sebagai suatu yang heterogen sebagaimana

dikemukakan oleh Bergson, atau sebagai dimensi historis dari pribadi, sebagaimana diyakini

oleh eksistensialisme (Bakker, 1995: 111-116). Dari “peta kosmologi” di atas, terlihat bahwa

tradisi kosmologi timur paling dominan diwarnai oleh subjektivisme dan realisme ekstrem. Dari

berbagai varian yang ada itu pula, kiranya dengan mudah dapat dilihat “konsekuensi-

konsekuensi logis” dari suatu varian pemikiran kosmologis terhadap pandangan manusia tentang

aspek-aspek lain dari kehidupannya.

2. Kosmologi Baru dari Copernicus Menuju ke Galileo dan Kepler.

Dimulai pada abad kedua belas, ilmuwan Arab, ahli Taurat, dan penerjemah secara bertahap

memperkenalkan kepada Eropa ilmu astronomi seperti yang dikembangkan dalam peradaban

Islam berdasarkan model Helenistik sebelumnya (terutama Ptolemy dan Aristoteles). Tetapi,

gereja Katolik memutuskan untuk mengadopsi model kosmologi geosentris[1] Ptolemeus

sebagai prinsip teologisnya, ilmuwan yang mengkritik model ini dianggap sebagai pelaku bidah

• Nicolaus Copernicus

Ilmuwan Polandia bernama Nicolai Copernicus (1473-1544) mengemukakan model

heliosentrisnya secara anonim dengan berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium (On the

Revolutions of the Heavenly Orbs),buku tersebut tidak dipublikasikan sampai tahun 1543, hanya

satu tahun sebelum kematiannya. Dalam model ini, Copernicus mendalilkan bahwa Matahari

sebagai pusat alam semesta dan Bumi beserta planet-planet beredar mengelilingi Matahari dalam

orbit lingkaran.

Teori ini bertentangan dengan ajaran filsuf yang terpandang, Aristoteles, dan tidak sejalan

dengan kesimpulan matematikawan Yunani, Ptolemeus. Selain itu, teori Copernicus menyangkal

apa yang dianggap sebagai "fakta" bahwa Matahari terbit di timur dan bergerak melintasi

angkasa untuk terbenam di barat, sedangkan bumi tetap tidak bergerak.

Page 6: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

Copernicus bukanlah orang yang pertama yang menyimpulkan bahwa bumi berputar mengitari

Matahari. Astronom Yunani Aristarkhus dari Samos telah mengemukakan teori ini pada abad

ketiga Sebelum Masehi. Para pengikut Pythagoras telah mengajarkan bahwa bumi serta Matahari

bergerak mengitari suatu api pusat. Akan tetapi, Ptolemeus menulis bahwa jika bumi bergerak,

"binatang dan benda lainnya akan bergelantungan di udara, dan bumi akan jatuh dari langit

dengan sangat cepat". Ia menambahkan, "sekadar memikirkan hal-hal itu saja terlihat konyol".

Ptolemeus mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak di pusat alam semesta

dan dikelilingi oleh serangkaian bola bening yang saling bertumpukan, dan bola-bola itu

tertancap Matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-

bola bening inilah yang menggerakan planet dan bintang. Rumus matematika Ptolemeus

menjelaskan, dengan akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di langit malam.

Namun, kelemahan teori Ptolemeus itulah yang mendorong Copernicus untuk mencari

penjelasan alternatif atas pergerakan yang aneh dari planet-planet. Untuk menopang teorinya,

Kopernikus merekonstruksi peralatan yang digunakan oleh para astronom zaman dahulu.

Walaupun sederhana dibandingkan dengan standar modern, peralatan ini memungkinkan dia

menghitung jarak relatif antara planet-planet dan Matahari. Selama bertahun-tahun, ia berupaya

menetukan secara persis tanggal-tanggal manakala para pendahulunya telah membuat beberapa

pengamatan penting di bidang astronomi. Diperlengkapi dengan data ini, Copernicus mulai

mengerjakan dokumen kontroversial yang menyatakan bahwa bumi dan manusia di dalamnya

bukanlah pusat alam semesta.

• Galileo Galilei 

Pada tahun 1609, Galileo menemukan teleskop dan berdasarkan penyelidikan ilmiahnya, ia

menyatakan bahwa model alam semesta geosentris dari Ptolemy benar-benar tidak digunakan

para peneliti berpengetahuan dan digantikan model heliosentris (Drake, 1990: 145-163). 

Jupiter

Pada 7 Januari 1610 Galileo diamati dengan teleskop apa yang digambarkan pada saat itu

sebagai "tiga bintang tetap, sama sekali tidak terlihat oleh kecilnya mereka ", semua dekat

dengan Jupiter, dan berbaring di garis lurus melalui itu. Pengamatan pada malam selanjutnya

menunjukkan bahwa posisi ini "bintang" relatif terhadap Jupiter sedang berubah dengan cara

yang pasti bisa dipahami jika mereka benar-benar telah tetap bintang. Pada tanggal 10 Januari

Page 7: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

Galileo mencatat bahwa salah satu dari mereka menghilang, pengamatan yang dihubungkan

dengan sedang yang tersembunyi di balik Jupiter. Dalam beberapa hari ia menyimpulkan bahwa

mereka mengorbit Jupiter. Dia telah menemukan tiga dari empat Jupiter terbesar satelit (bulan).

Ia menemukan keempat pada 13 Januari. Satelit ini sekarang disebut Io , Europa , Ganymede ,

dan Callisto . Galileo bernama kelompok empat yang Medicean bintang, untuk menghormati

pelindung masa depannya, Cosimo II de 'Medici, Grand Duke of Tuscany , dan tiga Cosimo

saudara laki-laki. Kemudian astronom, bagaimanapun, berganti nama mereka satelit Galilea

untuk menghormati penemunya .

Pengamatannya dari satelit Jupiter menciptakan sebuah revolusi dalam astronomi yang bergema

sampai hari ini: sebuah planet dengan planet-planet lebih kecil yang mengorbit itu tidak sesuai

dengan prinsip-prinsip Aristotelian Kosmologi , yang beranggapan bahwa semua benda langit

harus melingkari bumi, [85] dan banyak astronom dan filosof awalnya menolak untuk percaya

bahwa Galileo bisa menemukan hal seperti itu. [86] Pengamatan dikonfirmasi dengan

pengamatan dari Christopher Clavius dan ia menerima pahlawan menyambut ketika ia

mengunjungi Roma pada tahun 1611. Galileo terus mengamati satelit selama delapan belas bulan

berikutnya, dan pada pertengahan 1611 ia memperoleh perkiraan yang sangat akurat untuk

periode mereka-suatu prestasi yang Kepler percaya mustahil

Venus, Saturnus, dan Neptunus

Dari September 1610, Galileo mengamati bahwa Venus menunjukkan set lengkap fase yang

sama dengan yang dari Bulan . Para model heliosentris dari tata surya yang dikembangkan oleh

Nicolaus Copernicus meramalkan bahwa semua tahap akan terlihat karena orbit Venus mengitari

Matahari akan menyebabkan belahan bumi diterangi dalam menghadapi Bumi ketika berada di

sisi berlawanan dari Matahari dan wajah jauh dari Bumi ketika berada di sisi Bumi-Matahari. Di

sisi lain, dalam model yang geosentris Ptolemy tidak mungkin untuk setiap orbit planet-planet

'untuk memotong kulit bola membawa Matahari. Secara tradisional orbit Venus ditempatkan

sepenuhnya pada sisi dekat Matahari, di mana ia bisa menunjukkan sabit saja dan fase baru.

Meskipun demikian, juga memungkinkan untuk menempatkannya sepenuhnya pada sisi yang

jauh dari Matahari, di mana itu bisa hanya menunjukkan fase bungkuk dan penuh. Setelah

pengamatan teleskopik Galileo dari sabit, fase bungkuk dan penuh Venus, oleh karena itu, model

Ptolemeus menjadi tidak dapat dipertahankan. Jadi di awal abad 17 sebagai hasil dari penemuan

sebagian besar astronom dikonversi ke salah satu geo-heliosentris berbagai model planet, [89]

Page 8: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

seperti Tychonic, Capellan dan Capellan Perluasan model, [90] masing-masing baik dengan atau

tanpa bumi berputar setiap hari. Ini semua memiliki keutamaan menjelaskan fase-fase Venus

tanpa wakil dari 'sanggahan' prediksi heliocentrism penuh dari paralaks bintang.

Galileo membela heliocentrism dan menyatakan itu tidak bertentangan dengan bagian-bagian

Alkitab. Dia percaya bahwa para penulis Alkitab hanya menulis dari perspektif dunia terestrial,

dari sudut pandang bahwa matahari tidak naik dan diatur. Jadi Galileo mengklaim bahwa ilmu

pengetahuan tidak bertentangan dengan Alkitab, karena Alkitab sedang mendiskusikan berbagai

jenis "gerakan" dari bumi, dan tidak rotasi. 

Dengan 1616 serangan terhadap ide-ide Copernicus telah mencapai kepala, dan Galileo pergi ke

Roma untuk mencoba membujuk otoritas Gereja Katolik tidak melarang gagasan Copernicus.

Pada akhirnya, Keputusan Kongregasi Indeks dikeluarkan, menyatakan bahwa ide-ide bahwa

Matahari berdiri diam dan bahwa Bumi bergerak adalah "palsu" dan "sama sekali bertentangan

dengan Kitab Suci", dan menangguhkan De Copernicus Revolutionibus sampai bisa diperbaiki. 

Bertindak sesuai instruksi dari Paus sebelum keputusan tersebut dikeluarkan, Kardinal

Bellarmino informasi Galileo bahwa itu akan datang, bahwa ide-ide itu mengutuk tidak bisa

"membela atau dimiliki", dan memerintahkan dia untuk meninggalkan mereka. Galileo berjanji

untuk taat. Instruksi Bellarmine yang tidak melarang Galileo dari membahas heliocentrism

sebagai fiksi matematika tetapi berbahaya ambigu, apakah ia bisa memperlakukannya sebagai

kemungkinan fisik. Selama beberapa tahun berikutnya Galileo tinggal jauh dari kontroversi. Dia

menghidupkan kembali proyeknya menulis sebuah buku tentang subjek, didorong oleh pemilihan

Kardinal Maffeo Barberini sebagai Paus Urbanus VIII pada tahun 1623. Barberini adalah

seorang teman dan pengagum Galileo, dan telah menentang penghukuman Galileo pada 1616.

Buku, Dialog Menyangkut Kepala Dua Sistem Dunia , diterbitkan pada 1632, dengan otorisasi

resmi dari Inkuisisi izin dan kepausan. 

Pada bulan September 1632, Galileo diperintahkan untuk datang ke Roma untuk diadili, di mana

ia akhirnya tiba pada Februari 1633. Sepanjang persidangan Galileo tetap mempertahankan

bahwa sejak 1616 ia telah setia menepati janjinya untuk tidak tahan salah satu pendapat dikutuk,

dan awalnya ia menyangkal bahkan membela mereka. Namun, ia akhirnya dibujuk untuk

mengakui bahwa, bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya, seorang pembaca Dialog dengan

baik bisa diperoleh kesan bahwa itu dimaksudkan sebagai pertahanan Copernicanism.

Mengingat penolakan Galileo agak tidak masuk akal bahwa ia pernah memegang ide Copernicus

Page 9: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

setelah 1616 atau pernah dimaksudkan untuk membela mereka dalam Dialog, interogasi

terakhirnya, pada bulan Juli 1633, diakhiri dengan-Nya diancam dengan siksaan jika ia tidak

mengatakan yang sebenarnya, tetapi ia mempertahankan penyangkalannya meskipun ancaman

tersebut. Kalimat dari Inkuisisi itu disampaikan pada 22 Juni.

Saat itu di tiga bagian penting:

1. Galileo menemukan "keras menduga bid'ah", yaitu dari setelah memegang pendapat bahwa

Matahari terletak tak bergerak di pusat alam semesta, bahwa Bumi bukan di pusatnya dan

bergerak, dan yang satu dapat memegang dan mempertahankan pendapat sebagai kemungkinan

setelah itu telah dinyatakan bertentangan dengan Kitab Suci. Dia harus "mengharamkan,

mengutuk dan membenci" pendapat-pendapat tersebut. 

2. Dia dijatuhi hukuman penjara formal pada kesenangan Inkuisisi. [60] Pada hari berikut ini

diubah menjadi tahanan rumah, yang tetap berada di bawah untuk sisa hidupnya.

3. Dialog menyinggung dilarang. Dan tindakan tidak diumumkan di pengadilan, publikasi dari

setiap karya-karyanya dilarang, termasuk dia mungkin menulis di masa depan.

“ Padahal Bumi selalu bergerak dan selalu begitu “, Galileo Galilei.

• Johannes Keppler

Ilmuwan Johannes Kepler merumuskan tiga pernyataan matematis yang secara akurat

menggambarkan revolusi planet-planet di sekitar Matahari. Alih-alih tujuh bintang di geocentric

standar astronomi Copernican sistem yang hanya enam, Bulan memiliki tubuh menjadi semacam

sebelumnya tidak diketahui untuk astronomi, yang kemudian Kepler untuk menyebut 'satelit'

(coined pada 1610 untuk menggambarkan bulan-bulan Galileo yang telah ditemukan yaitu

Yupiter). 

Selain itu, dalam geocentric astronomi tidak ada cara menggunakan pengamatan untuk

menemukan ukuran relatif dari planet orbs; mereka hanya diasumsikan dalam kontak. Ini

nampaknya tidak memerlukan penjelasan, karena pas baik dengan alam philosophers' bahwa

seluruh sistem telah berpaling dari gerakan yang paling luar lingkungan, satu (atau mungkin dua)

di luar lingkungan yang 'tetap' bintang (yang yang pola menjadikan constellations), yang

melebihi dari Saturn bola. Dalam sistem Copernican, fakta bahwa tahunan setiap komponen

gerakan planet adalah refleksi dari gerakan tahunan bumi diperbolehkan untuk menggunakan

satu pengamatan untuk menghitung ukuran masing-masing planet jalur, dan ternyata ada ruang

Page 10: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

besar antara bintang. Mengapa ruang khusus ini?

Kepler menjawab pertanyaan ini, dijelaskan dalam Misteri dari Cosmos (Mysterium

cosmographicum, Tübingen, 1596).Dia merasa bahwa jika bola yang diambil untuk menyentuh

bagian dalam Saturn jalan, dan sebuah batu yang bertulis dalam bola, maka bola yang bertulis

dalam kubus akan menjadi bola circumscribing jalan Yupiter. Kemudian jika segi empat biasa

yang diambil dalam lingkungan inscribing jalan Yupiter, yang insphere dari segi empat akan

menjadi bola circumscribing jalan Mars, dan isi perut, menempatkan reguler pigura berduabelas

segi antara Mars dan Bumi, yang biasa icosahedron antara Bumi dan Venus, dan reguler antara

segi delapan Venus dan Mercury. Ini menjelaskan jumlah bintang sempurna: hanya ada lima

cembung biasa zat (seperti yang terbukti dalam Euclid 's Elemen, Buku 13). Ia juga memberikan

yang meyakinkan sesuai dengan ukuran jalan sebagai deduced oleh Copernicus, kesalahan

terbesar yang kurang dari 10% (yang baik untuk spectacularly kosmoslogisnya model bahkan

sekarang). Kepler tidak mengekspresikan dirinya dalam hal persentase kesalahan, dan itu adalah

fakta pertama dalam kosmologi model matematika, tetapi mudah untuk melihat mengapa ia

percaya bahwa bukti pengamatan mendukung teori. 

Kepler melihatnya sebagai teori kosmologi yang memberikan bukti untuk teori Copernican.

Sebelum presentasi sendiri teorinya, dia memberikan argumen untuk menentukan hal masuk akal

dari teori Copernican itu sendiri. Kepler menegaskan bahwa dibandingkan dengan teori

geocentric yang lebih jelas dalam daya. Misalnya, Copernican teori yang dapat menjelaskan

mengapa Venus dan Mercury tidak pernah terlihat sangat jauh dari Matahari (mereka terletak

antara Bumi dan Matahari) sedangkan dalam teori geocentric tidak ada penjelasan dari fakta ini. 

Dapat disimpulkan dari Hukum Kepler

1. Bahwa orbit planet tidak melingkar, tapi elips, matahari menduduki salah satu fokus dari elips.

2. Bahwa kecepatan gerak planet bervariasi di berbagai bagian orbit sedemikian rupa bahwa

garis imajiner ditarik dari matahari ke planet ini, artinya, vektor radius orbit planet selalu

menyapusama daerah dalam waktu tertentu.

Kedua hukum Kepler diterbitkan pada awal 1609. Bertahun-tahun lebih penyelidikan pasien

diharuskan sebelum ia menemukan rahasia dari hubungan antara jarak planet dan waktu revolusi

yang nya

Hukum ketiga menyatakan. Pada 1618, bagaimanapun, ia mampu merumuskan hubungan ini

juga, sebagai berikut: Kuadrat jarak dari berbagai planet dari matahari adalah sebanding dengan

Page 11: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

kubus dari mereka periode revolusi tentang matahari.

Semua hukum-hukum ini, maka akan diamati, menerima begitu saja kenyataan bahwa matahari

adalah pusat orbit planet.

• Isaac Newton

Pada tahun 1687, dalam karya utamanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia

Mathematica, Isaac Newton mengemukakan teori gravitas yang mendukung model Copernicus

dan menjelaskan bagaimana benda secara umum bergerak dalam ruang dan waktu (Hall,

1992:202). Principia dipublikasikan pada 5 Juli 1687 dengan dukungan dan bantuan keuangan

dari Edmond Halley. 

Dalam karyanya ini Newton menyatakan hukum gerak Newton yang memungkinkan banyak

kemajuan dalam revolusi Industri yang kemudian terjadi. Hukum ini tidak direvisi lagi dalam

lebih dari 200 tahun kemudian, dan masih merupakan pondasi dari teknologi non-relativistik

dunia modern. Dia menggunakan kata Latin gravitas (berat) untuk efek yang kemudian

dinamakan sebagai gravitasi, dan mendefinisikan hukum gravitasi universal.

Dalam karya yang sama, Newton mempresentasikan metode analisis geometri yang mirip dengan

kalkulus, dengan 'nisbah pertama dan terakhir', dan menentukan analisis untuk menentukan

(berdasarkan hukum Boyle) laju bunyi di udara, menentukan kepepatan bentuk sferoid Bumi,

memperhitungkan presesi ekuinoks akibat tarikan gravitasi bulan pada kepepatan Bumi, memulai

studi gravitasi ketidakteraturan gerak Bulan, memberikan teori penentuan orbit komet, dan masih

banyak lagi.

Newton memperjelas pandangan heliosentrisnya tentang tata surya, yang dikembangkan dalam

bentuk lebih modern, karena pada pertengahan 1680-an dia sudah mengakui Matahari tidak tepat

berada di pusat gravitasi tata surya Bagi Newton, titik pusat Matahari atau benda langit lainnya

tidak dapat dianggap diam, namun seharusnya "titik pusat gravitasi bersama Bumi, Matahari dan

Planet-planetlah yang harus disebut sebagai Pusat Dunia", dan pusat gravitasi ini "diam atau

bergerak beraturan dalam garis lurus".(Newton mengadopsi pandangan alternatif "tidak

bergerak" dengan memperhatikan pandangan umum bahwa pusatnya, di manapun itu, tidak

bergerak. 

Postulat Newton aksi-pada-suatu-jarak yang tidak terlihat menyebabkan dirinya dikritik karena

Page 12: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

memperkenalkan "perantara gaib" ke dalam ilmu pengetahuan. Dalam edisi kedua Principia

(1713) Newton tegas menolak kritik tersebut dalam bagian General Scholium di akhir buku. Dia

menulis bahwa cukup menyimpulkan bahwa fenomena tersebut menyiratkan tarikan gravitasi,

namun hal tersebut tidak menunjukkan sebabnya. Tidak perlu dan tidak layak merumuskan

hipotesis hal-hal yang tidak tersirat oleh fenomena itu. Di sini Newton menggunakan

ungkapannya yang kemudian terkenal, Hypotheses non fingo. Mekanika Newton cukup baik bila

digunakan pada tata surya, tetapi teori kosmologis pada waktu itu berpandangan lain. Menurut

Aristoteles, bintang-bintang memiliki posisi yang tetap dan alam semesta di luar tata surya

bersifat statis. Meskipun alam semesta yang dinamis dengan mudah dapat diprediksi teori

gravitas Newton, tetapi keyakinan bahwa alam semesta statis menurut Aristoteles begitu kuat

sehingga bertahan selama tiga abad setelah Newton (Benih, 1990:86-107).

“Kalaulah memang aku berhasil melihat lebih jauh. Itu karena aku berdiri di atas pundak para

raksasa”, Isaac Newton.

Pada tahun 1718, Edmund Halley membandingkan posisi bintang-bintang berdasarkan temuan

klasik masa Babilonia dan astronom kuno lainnya dengan pengamatan terbaru, dan diketahui

bahwa posisi bintang-bintang tidak tetap dari posisi ribuan tahun sebelumnya. Kenyataannya

posisi bintang-bintang mengalami pergeseran meski dalam jarak yang relatif kecil. Keadaan ini

disebut ‘gerak’ nyata bintang (tegak lurus terhadap garis pandang) berkaitan dengan latar

belakang bintang yang sangat jauh. Pada tahun 1783, William Herschel menemukan gerak surya,

yaitu gerak matahari relatif terhadap bintang-bintang di lingkungan galaksi tersebut. Herschel

juga menunjukkan bahwa Matahari dan bintang lainnya tersusun seperti “butiran kasar dalam

gerinda” (Ferguson, 1999:162-165) yang sekarang disebut galaksi Bima Sakti. Lebih dari satu

abad kemudian, pada tahun 1924, Hubble mampu mengukur jarak antar bintang (berdasarkan

‘pergeseran merah’)[3] dan ia menunjukkan bahwa beberapa titik-titik terang yang kita lihat di

langit sebenarnya galaksi lain seperti galaksi kita, mesipun mereka terlihat begitu kecil karena

jaraknya sangat jauh (Hartmann, 1990:373-375).

Teori Aristoteles tentang alam semesta statis berakhir setelah penemuan Hubble tentang

pergeseran merah dari cahaya bintang yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam semesta

sebenarnya bergerak; Ibn Arabi sudah menyatakan demikian berabad-abad sebelumnya. Pada

tahun 1980, Stephen Hawking mengatakan: Ketika Einstein merumuskan teori umum relativitas

Page 13: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

pada tahun 1915, ia begitu yakin bahwa alam semesta statis; ia memodifikasi teorinya supaya

hipotesisnya menjadi mungkin dengan memperkenalkan sebuah konstanta kosmologis dalam

persamaannya (Hawking, 1998:42).

Hipotesis Einstein ini tentu saja salah, dan semua orang kini mengetahui bahwa kosmos terus-

menerus bergerak. Einstein sendiri mengganggap hipotesisnya sebagai kesalahan terbesar.

Bagaimanapun, Ibn Arabi menyatakan dengan jelas bahwa posisi bintang-bintang tidak tetap,

dan ia bahkan memberikan nomor dan unit bintang dengan kecepatan gerak yang tepat;** hal ini

konsisten dengan pengukuran akurat terbaru.

Setelah perkembangan tersebut dan dengan munculnya teknologi baru yang digunakan dalam

pengamatan yang lebih akurat untuk percepatan penelitian fisika dan astronomi. Pandangan baru

tentang keseluruhan kosmos akhirnya bertemu dengan pandangan klasik. Namun, kita tidak bisa

mengklaim bahwa semua pertanyaan telah mampu dijawab dan dapat membuat gambaran yang

benar mengenai kosmos. Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan mendalam masih berupa teka-teki

seperti ‘materi gelap’ dan paradoks Einstein-Podolsky-Rosen (EPR).

Seiring dengan temuan data-data dari teleskop dan pesawat ulang-alik dalam beberapa dekade

terakhir, teori-teori baru banyak dihasilkan untuk mencoba menjelaskan hasil pengamatan alam

semesta. Konsep ‘waktu’ dan ‘ruang’ menjadi fokus utamanya, terutama setelah ide-ide aneh dan

berani dari Einstein tentang relativitas dan kelengkungan ruang-waktu yang dibuktikan

Eddington melalui pengamatan gerhana Matahari total pada tahun 1918 di Afrika Selatan. Sejak

itu, teori-teori lainnya seperti Mekanika Kuantum, Teori Medan, Superstring, dan Kuantum

Gravitas mencoba menemukan dan menggambarkan hubungan yang sebenarnya antara objek

material dan energi di satu sisi, dan antara ruang dan waktu di sisi lain. Namun, penemuan yang

dicapai belum sepenuhnya meyakinkan..

Pandangan Geosentris menganggap Bumi berada di pusat alam semesta, sementara Heliosentris

menganggap Matahari sebagai pusatnya. Kosmologi modern menegaskan bahwa alam semesta

merupakan arena ruang-waktu yang tertutup, tidak memiliki pusat; titik di mana pun dapat

dianggap sebagai pusat, seperti titik pada permukaan bumi dapat dianggap pusat (dengan

memperhatikan permukaan, bukan volumenya). Jadi, apakah Bumi atau Matahari yang menjadi

pusat alam semesta adalah perdebatan pada masa perkembangan kosmologi awal, tetapi tidak

berlaku setelah ditemukannya galaksi dan jarak antar bintang yang berjauhan. Perlu disebutkan

bahwa Ibn Arabi jelas menegaskan alam semesta tidak memiliki pusat (Futuhat al-Makiyya, Vol.

Page 14: Makalah Kelompok 6 Kosmologi Baru

II, hal: 677).

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus 

Jamilludin.2008. Kosmologi dan Waktu. http://www.teofos.com/?p=1523(diakses 22 Maret

2012)

Magge, Bryan. The Story of Philosophy. http://books.google.co.id/(diakses 22 Maret 2012)

Smith Williams , Henry. 2002. A History of Science, V2.http://www.blackmask.com/

http://www.apprendre-math.info/indonesien/historyDetail.htm?id=Kepler